• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Faktor-faktor Kesehatan Kerja 1. Faktor Fisik

2.6.2. Faktor Kimia

Mengingat banyaknya perbedaan jenis debu, fume dan kabut, reaksi biologis yang disebabkan oleh pemajanan terhadap salah satu dari mereka akan tergantung dari jenisnya. Suatu reaksi dapat termasuk salah satu dari hal-hal sebagai berikut: - Penyakit paru-paru yang disebabkan oleh reaksi tubuh terhadap suatu

penimbunan partikel di dalam paru-paru, penyakit ini termasuk fibrosis, bronchitis, asma dan kanker.

- Systemic reaction yang di sebabkan oleh karena darah mengabsorbsi partikel bahan kimia anorganik yang beracun dari unsur-unsur seperti timah hitam, mangan, kadmium, dan merkuri serta senyawa-senyawa organik tertentu.

- Demam oleh karena uap logam di hasilkan dari menghirup uap logam yang sangat halus yang di pancarkan dari uap logam seng , magnesium. Tembaga atau dengan oksida-oksida logam tersebut, penghirupan terhadap almunium,

antimony, kadmium , tembaga , besi dan mangan , nikel, selenium, perak dan timah putih telah banyak di laporkan menyebabkan demam oleh uap logam. - Reaksi alergi dan reaksi sensitisasi yang di sebabkan oleh kerena menghirup atau

kontak kulit terhadap bahan seperti partikel dan organik dari gandum dan biji-bijian dan partikel-partikel bahan kimia organik maupun anorganik.

- Peradangan oleh bakteri dan jamur yang di hasilkan dari menghirup partikel-partikel yang mengandung organisme yang masih aktif , seperti bulu atau partikel-partikel bulu binatang yang mengandung spora anthrax atau kulit kayu atau partikel-partikel biji – bijian yang mengandung jamur parasit.

- Iritasi hidung dan tenggorokan dapat di sebabkan oleh asam, basa atau debu dan kabut lain yang memiliki sifat iritasi beberapa partikel seperti debu kromat yang dapat larut, dapat menyebabkan terjadinya ulcerasi/borok baik pada lubang hidung/Nasal maupun kanker paru.

- Kerusakan Jaringan Tubuh Bagian dalam dapat terjadi akibat menghirup bahan radioaktif seperti radium dan juga menghirup partikel isotop yang lain yang di pancarkan dengan kecepatan tinggi dari proses radiasi mengion. (Soeripto. 2008). Penyakit kulit juga merupakan penyakit akibat kerja yang sangat sering ditemukan, biasanya disebabkan oleh zat kimia, seperti asma/basa kuat, pelarut lemak, logam yang dapat mengakibatkan iritasi, alergi atau luka bakar, mekanik, misalnya akibat gesekan atau tekanan pada kulit, fisik, misalnya akibat lingkungan kerja yang terlalu panas dan infeksi (Harianto, 2010).

2.6.2.1. Debu

Debu adalah partikel padat yang di pancarkan /dihasilkan oleh proses alami atau proses mekanis seperti pemecahan, penghalusan, penggilingan, pukulan ataupun peledakan, pemotongan serta penghancuran bahan. Udara yang kita hirup dalam pernafasan mengandung partikel-partikel dalam bentuk debu, dan sebagian dari debu tersebut akan di tahan /tinggal di dalam paru.

Menghirup debu terlalu banyak dapat mengakibatkan terjadi pneumokoniosis. Pneumokoniosis adalah istilah dari bahasa Greek yang berarti paru-paru yang berdebu. Debu juga dapat masuk ke udara melalui cara pengisian bahan-bahan kimia kering kedalam kantong seperti pengisian talk, semen, pupuk, asbes, atau kegiatan-kegiatan pengeboran dengan mesin pengebor, mesin penghalus, pembersih karat dengan cara menenbakkan pasir kepada plat-plat baja yang berkarat (proces sand blasting). Akibat dari benturan antara pasir dengan baja, maka pasir dan karat pecah menjadi debu masuk ke udara.

Debu umumnya ukuran partikelnya termasuk dalam kisaran yang sangat luas yaitu mulai dari ukuran yang sangat kecil sampai yang ukurannya Cukup besar (mulai dari ukuran partikel yang tidak terlihat dengan mata telanjang sampai ukuran yang dapat terlihat) (Soeripto, 2008).

2.6.2.2. Panas

Ada dua macam sumber panas yang sangat penting untuk para tenaga kerja yang bekerja di lingkungan tempat kerja yang panas:

- Panas Metabolisme.

Tubuh manusia akan selalu menghasilkan panas selama masih hidup. Proses yang menghasilkan panas di dalam tubuh ini di sebut proses metabolisme. Panas metabolisme meningkat , apabila beban kerja (aktivitas kerja) meningkat.

Dalam Rangka menjaga kelangsungan hidup , maka suhu tubuh harus di pelihara agar tetap konstan (37°C). Kenyataan bahwa tubuh hanya memiliki kemampuan yang sangat terbatas (sedikit) dalam menimbun (menyimpan) panas yang dihasilkan dari metabolisme yang terbanyak (yang di hasilkan) harus di buang atau dikeluarkan dari dalam tubuh ke udara sekitarnya (udara lingkungan tempat kerja).

- Panas dari luar tubuh (datang dari lingkungan tempat kerja). Hal ini sangat penting untuk dua alasan:

a. Panas dari lingkungan tempat kerja secara nyata dapat menambah beban panas kepada tubuh.

b. Bahwa faktor-faktor panas lingkungan tempat kerja termasuk suhu udara, kecepatan gerak udara , kelembaban udara dan panas radiasi (baik radiasi dari tubuh/dapur maupun radiasi matahari). Ini semua menentukan kecepatan (kemampuan) panas ke udara lingkungan tempat kerja.

- Cara-cara Tubuh Kehilangan Panas.

Panas terutama dapat di pancarkan (dihamburkan) dari tubuh kesekitarnya dengan cara konduksi , konvensi dan penguapan keringan serta radiasi. Dalam hal ini darah memainkan peranan yang sangat penting , yaitu : darah membawa panas dari

dalam tubuh ke kulit, dimana panas dapat di hamburkan kesekitarnya. Kecepatan panas yang di hamburkan (dipindah) ini teragantung kepada keadaan lingkungan . panas dapat dipindahkan dari tubuh ketempat kerja dengan cara konduksi, konveksi, radiasi, penguapan dan respirasi. Sebaliknya panas dapat di pindahkan dari lingkungan ke tubuh dengan radiasi dan/atau konveksi.

Konduksi, adalah: perpindahan panas dari partikel yang satu ke partikel yang lain yang saling berhubungan dalam keadaan tetap (tidak bergerak). Misalnya perpindahan panas dari kulit ke udara . dalam kondisi sebagaimana di sebutkan , agar perpindahan panas dapat berlangsung (terjadi) , maka suhu udara harus lebih dingin dari suhu kulit.

Konveksi, adalah: sirkulasi udara di atas kulit, yang hasilnya adalah peningkatkan kegiatan pendinginan, sebagai contoh: penggunaan kipas angin secara terus menerus (kontinu) akan menggerakan udara dingin yang lain kearah kulit dan mendorong (memindahkan) udara yang telah hangat oleh pengaruh kulit, ini adalah cara yang umum untuk mendinginkan tubuh. Angin dingin atau angin sepoi-sepoi juga mempunyai pengaruh mendinginkan tubuh, sama seperti prinsip-prinsip konduksi/konveksi, gerakan udara (kecepatan gerak udara) yang lebih cepat mempunyai pengaruh mendinginkan yang lebih besar. Dengan demikian dapat dilihat bahwa bahwa keduanya baik suhu udara maupun kecepatan gerak udara merupakan faktor penentu seberapa banyak (besar) pendinginan dapat di capai konduksi-konveksi. Suhu udara yang lebih rendah, lebih

besar jumlah panas konduksi yang dipindahkan (hilang). Lebih tinggi kecepatan udara (cepat gerak udara), lebih besar jumlah panas konveksi yang hilang.

Penguapan, adalah: cara pendinginan tubuh yang dilakukan dengan menguapkan keringat yang ada di permukaan kulit. kecepatan penguapan untuk mendinginkan tubuh ini umumnya menjadi lebih besar oleh karena dipercepat dengan konveksi atau cepat gerak udara yang melintas kulit. Apabila ke lembaban udara rendah, sejumlah besar penguapan dapat terjadi (absorbsi uap air ke dalam udara menjadi besar) dan mempercepat pendinginan, namun apabila kelembaban atau kandungan uap air di udara tinggi, maka penguapan yang terjadi sangat sedikit, sehingga pendinginan berjalan lambat. Oleh karena itu pada hari-hari panas dan udara lembab menghasilkan (mengakibatkan) tekanan panas lebih besar dari pada hari-hari panas dengan udara kering. Dengan jenis pendinginan seperti itu, suhu udara , kelembaban udara dan cepat gerak udara merupakan faktor-faktor yang kritis.

Radiasi, adalah: perpindahan panas dari benda yang panas kesuatu benda yang lebih dingin yang ada disekitarnya dalam suatu lingkungan tempat kerja (Soeripto, 2008).

Dokumen terkait