• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4 Kebiasaan memakai obat anti nyamuk

4.4.3 Faktor Lingkungan Sosial

Pengaruh faktor lingkungan sosial sebagai variabel independen meliputi pekerjaan, kebiasaan keluar malam, kebiasaan memakai kelambu, dan kebiasaan memakai obat anti nyamuk dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.12 Hasil Uji Bivariat Faktor Lingkungan Sosial terhadap Kejadian Mikrofilaria Positif dan Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Asahan Tahun 2013

Variabel Nilai p OR 95% CI

Pekerjaan 0,038 2,391 1,119-5,108

Kebiasaan keluar pada malam hari 0,023 2,576 1,202-5,517

Kebiasaan memakai kelambu 0,008 3,029 1,398-6,563

Kebiasaan memakai obat anti nyamuk 1,000 0,926 0,429-1,998

Berdasarkan hasil uji chi-square variabel pekerjaan terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis diperoleh nilai p=0,038 (p<0,05), artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel pekerjaan terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Asahan. Nilai OR sebesar 2,391 (95% CI = 1,119-5,108) menunjukkan bahwa penderita mikrofilaria positif dan filariasis, terpapar jenis pekerjaannya yang berisiko, 2,391 kali lebih besar dibanding dengan yang tidak menderita mikrofilaria positif dan filariasis (p<0,05).

Hasil uji variabel kebiasaan keluar pada malam hari terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis diperoleh nilai p=0,023 (p<0,05), artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel kebiasaan keluar pada malam hari terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan

bahwa penderita mikrofilaria positif dan filariasis, mempunyai kebiasaan keluar pada malam hari 2,576 kali lebih besar dibanding dengan yang tidak menderita mikrofilaria positif dan filariasis (p<0,05).

Hasil uji variabel kebiasaan memakai kelambu terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis diperoleh nilai p=0,008 (p<0,05), artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel kebiasaan memakai kelambu sewaktu tidur dengan kejadian mikrofilaria positif dan filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Asahan. Nilai OR sebesar 3,029 (95% CI = 1,398-6,563) menunjukkan bahwa penderita mikrofilaria positif dan filariasis, tidak mempunyai kebiasaan memakai kelambu sewaktu tidur 3,029 kali lebih besar dibanding dengan yang tidak menderita mikrofilaria positif dan filariasis (p<0,05).

Hasil uji variabel kebiasaan memakai obat anti nyamuk terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis diperoleh nilai p=1,000 (p>0,05), artinya bahwa tidak ada pengaruh variabel kebiasaan memakai obat anti nyamuk sebelum tidur terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Asahan, dan kebiasaan memakai obat anti nyamuk sebelum tidur bukan sebagai faktor risiko kejadian mikrofilaria positif dan filariasis.

4.5 Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersamaan dan mencari faktor yang dominan berpengaruh terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis di Kabupaten

Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Asahan dengan menggunakan uji regresi logistik ganda (binary logistic regression) dengan metode Enter.

Berdasarkan uji chi-square diketahui bahwa variabel independen yang menjadi kandidat dalam analisis multivariat dengan nilai signifikansi variabel p<0,05 adalah keberadaan rawa-rawa, keberadaan kasa pada ventilasi rumah, konstruksi plafon rumah, keberadaan tanaman di sekitar rumah, pekerjaan, kebiasaan keluar pada malam hari dan kebiasaan memakai kelambu.

Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel konstruksi plafon dengan nilai p=0,032 (p<0,005), variabel keberadaan tanaman di sekitar rumah dengan nilai p=0,001 (p<0,05), variabel kebiasaan keluar pada malam hari dengan nilai p=0,033 (p<0,05), dan variabel kebiasaan memakai kelambu dengan nilai

p=0,016 (p<0,05) adalah variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Asahan. Jika dilihat nilai OR hasil analisis uji regresi logistik berganda diketahui variabel keberadaan tanaman di sekitar rumah memiliki nilai OR tertinggi yaitu sebesar 4,432 (95% CI= 1,787 – 10,993), hal ini menunjukkan bahwa variabel keberadaan tanaman di sekitar rumah merupakan variabel paling kuat pengaruhnya terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Asahan. Hal ini dapat diartikan bahwa pada penderita mikrofilaria positif dan filariasis, terpapar adanya tanaman di sekitar rumah 4,432 kali lebih besar dibanding dengan yang tidak menderita mikrofilaria positif dan

filariasis, dan dapat diinterpretasikan bahwa kejadian mikrofilaria positif dan filariasis akan lebih banyak terjadi pada mereka yang terdapat tanaman di sekitar rumahnya.

Hasil analisis regresi logistik berganda selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.13 Hasil Uji Regresi Logistik Ganda Pengaruh Variabel Konstruksi Plafon, Keberadaan Tanaman di Sekitar Rumah, Kebiasaan Keluar pada Malam Hari dan Kebiasaan Memakai Kelambu terhadap Kejadian Mikrofilaria Positif dan Filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Asahan Tahun 2013

Variabel Independen Nilai B Nilai p Exp (B) 95% C.I.for Exp (B) Lower Upper

Konstruksi plafon 0,969 0,032 2,635 1,086 6,395

Keberadaan tanaman di sekitar rumah

1,489 0,001 4,432 1,787 10,993

Kebiasaan keluar pada malam hari 0,949 0,033 2,583 1,077 6,191 Kebiasaan memakai kelambu 1,101 0,016 3,008 1,223 7,398 Constant -2,121 0,000

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda tersebut dapat ditentukan model persamaan regresi logistik berganda yang dapat menafsirkan variabel konstruksi plafon, keberadaan tanaman di sekitar rumah, kebiasaan keluar pada malam hari dan kebiasaan memakai kelambu sewaktu tidur terhadap kejadian mikrofilaria positif dan filariasis di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan Kabupaten Asahanadalah sebagai berikut :

1 P =

Keterangan:

P = Probabilitas kejadian mikrofilaria positif dan filariasis

α = Konstanta = -2,121 e = Bilangan natural (2,71828) β1 – β4 X = Koefisien regresi 1 X

= Konstruksi plafon, koefisien regresi 0,969

2

X

= Keberadaan tanaman di sekitar rumah, koefisien regresi 1,489

3

X

= Kebiasaan keluar pada malam hari, koefisien regresi 0,949

4

X

= Kebiasaan memakai kelambu, koefisien regresi 1,101

1=X2=X3=X4

1

= 1, karena variabel tersebut berisiko untuk terjadinya mikrofilaria positif dan filariasis

P = 1 + e –[-2,121 + 0,969 (X1) +1,489 (X2) + 0,949 (X3) + 1,101 (X4) ] 1 P = 1 + 2,71 –[-2,121 + 0,969 (1) + 1,489 (1) +0,949 (1) + 1,101 (1)] 1 P = 1 + 2,71 –(2,387) 1 P = 1,093 P = 0,915 = 91,5%

Dengan demikian, faktor risiko konstruksi plafon tidak rapat, adanya tanaman di sekitar rumah, mempunyai kebiasaan keluar pada malam hari dan mempunyai kebiasaan tidak memakai kelambu sewaktu tidur mempunyai probabilitas terjadinya mikrofilaria positif dan filariasis sebesar 91,5%, dan sebesar 8,5% terjadinya mikrofilaria positif dan filariasis dimungkinkan karena adanya pengaruh faktor risiko lain diluar dari faktor risiko yang sudah diteliti.

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik terhadap Kejadian Mikrofilaria Positif

Dokumen terkait