• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3.2 Faktor yang Menghambat Perlindungan Hak Cipta Karya

01 02 03 04 05 130 Baitulrahim Lontara

Polewali

421.23/08/DISBUDPAR/2015 S.Tari

131 MT.Nurul Ilmi JL.Poros Makkombong

421.23/09/DISBUDPAR/2015 S.Tari

132 TPA

Athayarahman

Amasangan, Binuang

421.23/10/DISBUDPAR/2015 S.Tari

133 Pakkalindaqdaq Tapango Barat 421.23/11/DISBUDPAR/2015 Rebana 134 Rabana

Papandangan

Rappang Tapango

421.23/12/DISBUDPAR/2015 Rebana

Data tabel 3.1.2 inventarisasi sanggar seni terdaftar pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Polewali Mandar tahun 2011-2016.

Dari data tersebut menunjukan inventarisasi dinas terkait dalam upaya pelestarian budaya ialah melaui inventarisasi sanggar seni yang ada saja. Hal ini hanya mengacu pada perlindungan kepastian suatu organisasi saja tidak atas karya intelektual yang diciptakan oleh seniman.

3.2 Faktor Yang Menghambat Perlindungan Hak Cipta Karya Seni Tari Di

mendaftarkannya terlebih dahulu (first to file). Berdasarkan hasil penelitian di lapangan (Field Research) ada beberapa Faktor yang menghambat perlindungan hak cipta karya seni di Kabupaten Polewali Mandar disebabkan beberapa hal diantaranya, yakni :

(1) Minimnya pengetahuan seniman atas perlindungan hak cipta

Minimnya pengetahuan seniman atas perlindungan hak cipta karya seni tari di Kabupaten Polewali Mandar, menjadi salah satu faktor yang menghambat perlindungan pemegang hak atas ciptaan mereka. Dimana menurut salah satu seniman yang memberikan keterangan terkait pengetahuan mereka atas Undang-undang terkait perlindungan mereka sebagai pencipta (pemegang hak eksklusif) karya seni tari. Berikut wawancara dengan Eka pendiri sanggar seni Dance Kreative (pada 16 Juli 2017), sebagai berikut :

UUHC 2014 sendiri belum pernah disosialisasikan dikalangan seniman tari di Polewali Mandar. Sehingga mereka sangat sulit untuk mengakses dan mengerti apa maksud dan tujuan dari UUHC 2014, namun secara prinsip mereka memang menginginkan adanya perlindungan terhadap semua karya cipta seni tari mereka. Dan seniman tari di daerah ini juga menginginkan suatu pemahaman yang lengkap tentang maksud dan tujuan dari UUHC 2014 itu sendiri untuk melindungi karya cipta seni tari karya mereka. Sejauh ini banyak karya seni tari ciptaan sanggar seni eka “Dance Kreative” digunakan dan dikreasikan oleh sanggar seni lain. Meskipun telah mengetahui bahwa eka-lah pencipta gerakan dasar tarian yang mereka gunakan. Namun sulitnya akses perlindungan hukum membuat karya seni tari yang diciptakan digunakan dan diduplikat (Plagiat) secara berulang oleh sanggar lain. Eka menuturkan bahwa ia tidak mengetahui bagaimana cara untuk melindungi karya mereka melalui jalur hukum.

Pengetahuan merupakan bentuk informasi yang telah dikombnasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki. Berdasar atas pengetahuan maka seorang akan melakukan suatu prosedur yang seharusnya, begitupun dengan

pencipta yang seharusnya dapat mengetahui pentingnya hak cipta atas karya mereka. Minimnya pengetahuan seniman atas perlindungan hak cipta atas karya mereka, kemudian tidak memberikan payung hukum yang jelas sebagai perlindungannya. Perkembangan teknologi seharusnya berbanding lurus dengan pengetahuan suatu individu maupun kelompok. Namun tidak demikian, minimnya pengetahuan seniman atas tatacara, syarat, serta alur pendaftaran hak cipta atas karya mereka menjadi faktor utama perlindungan karya mereka untuk tidak digunakan atau bahkan dirampas (diakui) pihak lain.

Pengetahuan akan prinsip dasar Hak Cipta menjadi acuan utama hal ini.

Walau demikian kekuatan hukum atas kepemilikan suatu karya dapat dilihat pada siapa yang mendaftarkannya terlebih dahulu akan tetapi hal tersebut belum menjadi acuan utama permasalahan duplikasi (plagiat) oleh pihak lain. Sehingga akan sulit penyelesaian sengketa hak cipta jika tidak didukung dengan pembuktian siapa yang mendklarasikan karya seni tari tersebut untuk pertamakalinya.

(2) Kurangnya perhatian Pemerintah daerah terhadap karya seni tari

Pemerintah sebagai salah satu penentu kebijakan yang menciptakan suatu aturan yang menjadi alat sosial kontrol atas masalah yang timbul dimasyarakat.

Dalam hal perlindungan karya seni tari di tingkat daerah, Pemerintah daerah melalui dinas terkait yakni Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia bagian Hak Kekayaan Intelektual serta dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar, memiliki peranan penting dalam hal inventarisasi karya seni yang ada di wilayah kerjanya.

Dari hasil wawancara penulis terkait perlindungan hak cipta atas karya seni tari di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar kepada Marendeng, selaku kepala bagian Kebudayaan (pada 10 juli 2017) penulis memperoleh informasi terkait Inventarisasi karya seni tari tradisional yang belum mencakup keseluruhan dari karya seni tari itu sendiri, dan sosialisasi atas pentingnya perlindungan hak cipta karya seni tari belum dilakukan. Hal ini berbanding terbalik dengan maksud dan tujuan dari UUHC No.28 tahun 2014 bahwa pentingya perlindungan atas pengetahuan dan ekspresi budaya tradisional yang menjadi perwujudan tradisi yang ada di daerah. Sehingga selain dapat menjadi acuan pelestarian budaya namun juga dapat melindungi dari pengaruh asing serta konflik sosial antara para pencipta karya seni tari.

(3) Belum adanya koordinasi yang baik dari pejabat yang berwenang

Dalam ketentuan Undang-undang bahwa negara berkewajiban atas perlindungan hak cipta atas Ekspresi Budaya Tradisonal dan Ciptaan yang Dilindungi. Dimana negara wajib untuk menginventarisasikan, menjaga dan memelihara ekspresi budaya yang dimiliki. Negara sebagai pemegang tanggujawab tersebut membentuk suatu satuan kerja yakni dinas Kebudayaan untuk menginventarisasikan kebudayaan yang ada dalam hal ini tari tradisional serta tari-tarian yang di kreasikan oleh sanggar seni yang ada untuk melestarikan kebudayaan Polewali Mandar. Instansi lainnya pemegang tanggungjawab yang sama yakni Kementrian hukum dan hak asasi manusia bidang hak kekayaan intelektual untuk menyediakan saran pendafataran atas hak cipta suatu karya cipta tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa belum adanya koordinasi dari kedua dinas terkait dalam upaya perlindungan karysa seni tari wilayah kabupaten Polewali Mandar. Dimana Kemenkum HAM dalam hal ini penyedia sarana pendafataran Hak cipta belum maksimal dalam mengsosialisasikan pentingnya pendaftaran hak cipta. Wawancara dengan Abdullah selaku kabag.

HKI (pada 18 Juni 2017) menuturkan bahwa Dirjen HKI telah menyediakan sarana pendaftaran hak cipta melalui onlline, namun pendaftar harus mengambil user pendaftaran pada Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia terlebih dahulu. Namun, sosialisasi sarana serta bagaimana tatacara, syarat serta alur pendaftarannya belum sampai ke tingkat daerah (tutur penanggungjawab IT Kanwil HKI).

Begitu pula dengan dinas pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar pada bagian kebudayaan pada wawancara kepada marendeng (pada 10 Juli 2017) bahwa “Pendaftaran hak cipta atas karya seni tari di wilayah Kabupaten Polewali Mandar dalam hal ini pendaftaran ke Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia bagian HKI, belum dilakukan hal ini disebabkan belum adanya sosialisasi atau koordinasi dari Kanwil Pusat kepada Dinas Kebudayaan. Hal lain yakni karena adanya pembaruan struktural pemisahan Dinas Pariwisata dengan bidang kebudayaan. Namun untuk inventarisasi data beberapa tarian tradisional Mandar serta daftar sanggar seni yang ada di Polewali Mandar kami memilikinya, tutur beliau. Kurangnya koordinasi atas hal tersebut menjadi salah satu faktor penghambat perlindungan hak cipta atas suatu karya seni tari di Kabupaten Polewali Mandar.

3.3 Upaya yang Dilakukan oleh Pemegang Hak Cipta untuk Melindungi

Dokumen terkait