• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA KARYA SENI TARI SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN BUDAYA DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA KARYA SENI TARI SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN BUDAYA DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA KARYA SENI TARI SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN BUDAYA

DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Bosowa

Oleh : KASIANTO

4513060180

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2017

▸ Baca selengkapnya: karya cipta seni seketika berlangsung hanya sekali spontanitas dan tidak bersifat abadi dinamakan

(2)
(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.4 Metode Penelitian... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beberapa Pengertian... 12

2.1.1 Pengertian Hak Kekayaan Intelektual ... 12

2.1.2 Pengertian Hak Cipta... 14

2.1.3 Pengertian Karya Seni Tari... 26

2.2 Perkembangan HKI dalam Hukum Nasional... 29

2.3 Jenis-Jenis Hak Kekayaan Intelektual... 31

2.4 Asas-Asas Perlindungan HKI ... 33

2.5 Teori Perlindungan Hukum... 36 BAB 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(6)

3.1 Hak Eksklusif Pencipta Karya Seni Tari di Kabupaten

Polewali Mandar ... 38

3.2 Faktor yang Menghambat Perlindungan Hak Cipta Karya Seni Tari di Kabupaten Polewali Mandar ... 51

3.3 Upaya yang dilakukan oleh Pemegang Hak Cipta untuk Melindungi Haknya... 56

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 60

4.2 Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA... 63

DAFTAR LAMPIRAN ... 65

(7)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna dan memiliki keistimewaan. Dalam diri manusia dilengkapi dengan akal budi yang tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan lainnya. Dengan akal budi tersebut, manusia mampu menciptakan berbagai macam kreasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Bidang kreatifitas tersebut dapat terjadi pada bidang-bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra, tekhnologi, dan bisnis.

Karya seni dengan melalui proses penciptaan yang kreatif, yaitu sebuah rangkaian kegiatan seorang seniman dalam menciptakan dan melahirkan karya- karya seninya sebagai ungkapan dan keinginannya. Proses penciptaan ini tidak terjadi dan diturunkan dari ruang kosong, yaitu dengan mengekspresikan sesuatu keindahan yang ia lihat dan rasakan dalam hatinya, kemudian diwujudkan dalam bentuk karya cipta yang nyata.

Kekayaan seni dan budaya merupakan salah satu sumber dari karya intelektual yang perlu dilindungi undang-undang. Kekayaan itu tidak semata-mata untuk seni dan budaya itu sendiri, tetapi dapat dimanfaatkan untuk kemampuan bidang perdagangan dan industri yang melibatkan para penciptanya. Dengan demikian karya seni dan budaya yang dilindungi itu dapat meningkatkan kesejahteraan tidak hanya bagi penciptanya saja, tetapi juga bangsa dan negara.

Hak Cipta sangat penting arti dan peranannya untuk memacu dan melindungi penciptaan, penyebaran dan pemerataan kebudayaan di bidang ilmu, seni dan

(8)

sastra serta untuk mempercepat proses pertumbuhan kecerdasan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Sebagai negara kepulauan yang sangat kaya dengan keanekaragaman seni dan budaya. Indonesia tentunya memiliki kepentingan tersendiri dalam perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual masyarakat yang bersifat tradisional (asli) dan juga memiliki potensi besar jika dilakukan pengembangan dibidang kesenian.

Kesenian “tradisional” Indonesia seperti wayang kulit, musik, gamelan, batik, dan tarian. Karena perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual masyarakat tradisional masih lemah maka potensi yang dimiliki tersebut justru lebih banyak dimanfaatkan oleh pihak asing.

Salah satu aspek hukum yang melindungi hak-hak manusia dalam intelektualnya adalah Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Sebagai bentuk penghargaan atas HKI, perlindungan hukum atas hak-hak tersebut memerlukan perangkat hukum dan mekanisme perlindungan yang memadai. Melalui cara inilah HKI akan mendapat tempat yang layak sebagai salah satu bentuk hak yang memiliki nilai ekonomis.

Seni tari masuk dalam ranah Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right), yakni hak yang timbul dari hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. DalamHKI terdapat hak ekonomis dari suatu kreatifitas intelektual, sedangkan objek yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.Perlindungan hukum akan HKI telah diakomodir melalui peraturan

(9)

perundang-undangan, seperti Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta perubahan atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Kondisi Perkembangan zaman diera modern seperti saat ini, mempengaruhi pola prilaku masyarakat baik prilaku sosial maupun budaya. Budaya atau kebiasaan masyarakat dalam menjalankan sebuah tradisi atau yang biasa kita kenal dengan istilah kearifan lokal, kini mulai tergerus oleh kuatnya arus globalisasi yang tidak dapat terbendung. Oleh sebab itu banyak daerah yang dulunya kental akan budaya tardisi leluhur beransur-ansur mengalami perubahan yang signifikan.Kultur budaya masyarakat yang tergolong dalam hak kekayaan intelektual ialah Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional (PTEBT), yang didalam terdapat perlindungan karya seni tari.

Mengamati kondisi saat ini, keberagaman konflik atas upaya perlindungan budaya tradisional yang ada menggambarkan bahwa perlindungan atas PETBT itu sendiri belum berjalan sacara maksimal dan diperlukan perhatian khusus atas masalah tersebut. Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keberagaman jenis tradisi dan kebudayaan. Berdasarkan sejarahnya salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan tradisi warisan leluhur ialah daerah kabupaten Polewali Mandar.

Kabupaten Polewali Mandar adalah daerah yang terletak di bagian tengah Pulau Sulawesi, yang dikenal dengan sebutan tanah Malaqbi. Selain kaya potensi alam, tempat wisata, juga kaya akan tradisi leluhur yang masih kental.Kekayaan tradisi ini tidak terlepas dari sejarah Mandar yang merupakansalah satu kerajaan yang memegang kekusaaan pada wilayah ini di zaman dahulu yang mana Mandar

(10)

merupakan bagian dari Kerajaan Balanipa.Kabupaten Polewali Mandar berada di wilayah Provinsi Sulawesi Barat. Wilayah ini di dominasi oleh masyarakat suku Mandar itu sendiri.

Sebagai salah satu pilar kebudayaan Mandar, kesenian mandar yang merupakan unsur kebudayaan yang biasa diselengarakan dalam kegiatan perkawinan (mappakaweng) atau khataman Al-Qur’an (mappatammaq). Kesenian itu antara lain Tari Pattuqduq, Pakkacaping (menggunakan kecapi), Parrawana (menggunakan rebana/tambur), Orkes Toriolo (kelompok kesenian atau band), Passayang-sayang (sastra lisan/berbalas syair), Kalindaqdaq (syair lisan/tertulis berisi petuah) dan Saeyang pattuqduq (kuda menari mengikuti irama). Kesenian yang paling dinantikan adalah saeyang pattuqduq. Saeyang pattuqduq oleh masyarakat Mandar diselenggarakan dalam rangkaian kegiatan khataman Al- Qur’an (mappatammaq), khitanan (massunnaq), maulid Nabi (mamunuq), perkawinan (tokaweng) atau memeriahkan acara syukuran. Saeyang pattuqduq ditunggangi oleh gadis-gadis cantik dan diiringi dengan irama tabuhan rebana sambil berkeliling kampung. Sementara itu sekelompok orang saling berbalas pantun dalam bahasa Mandar di depan kuda menari tersebut. (Kasianto, 2016 : 1)

Ciri khas tentang masyarakat Mandar sendiri yang disebut dengan masyarakat malaqbi (To malaqbi). Misalnya saja kesenian alat musik khas (pa’rabbana) yang merupakan musik pengiring arakan pa’sayyang pattuqduq, lagu-lagu dalam bahasa mandar, karya puncak sastra (kalindaqdaq). Semua tradisi tersebut ada, beriringan dengan masuknya islam di Mandar. (http.dunia- kesenian.blogspot.co.id. Akses 29/4/17)

(11)

Selain tradisi-tradisi tersebut banyak juga kesenian lain yang ada di Mandar salah satunya tari-tarian. Tari yang paling dikenal di Kabupaten Polewali Mandar adalah tari Pattuqduq. Meskipun ada kemiripan nama dari tari pattuquduq dan tradisi sayyang pattuqduq, namun kedua budaya tersebut memiliki perbedaan satu sama lainnya. Tari Pattuqduq adalah tarian khas daerah Mandar yang dijadikan sebagai maskot kepariwisataan dan simbol kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar di berbagai acara, baik dalam acara penyambutan tamu maupun acara- acara resmi lainnya. Selain tari Pattuqduq tersebut masih banyak hasil karya ciptaan seni tari lainnya dari nenek moyang masyarakat Mandar. Banyaknya karya seni tari warisan leluhur tersebut dapat dilihat dari tradisi-tradisi yang ada di wilayah Kabupaten Polewali Mandar.

Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dalam upaya melestarikan tarian tradisional yang ada di kabupaten Polewali Mandar yaitu kurangnya sarana/pentas untuk mendeklarasikan tarian tradisional kabupaten polewali mandar baik tarian warisan leluhur, maupun tarian hasil kreasi masyarakat (Seniman). Deklarasi melalui pentas pargelaran tarian ditujukan untuk mempublikasikan karya seni tari yang diciptakan untuk memperoleh perlindungan hak ciptadan menjadi preoritaskepada siapa yang pertamakali memperkenalkan/

mendeklarasikan dihadapan publik.Banyaknya penciptaan karya seni tari oleh seniman-senimandapat dilihat dari jumlah sanggar tari di Kabupaten Polewali Mandar. Menurut data dari Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Polewali Mandar yaitu terdapat 190 (Seratus Sembilan puluh) sanggar yang sudah terdaftar di Dinas Kebudayaan. Dari setiap sanggar tersebut tentunya selalu melahirkan

(12)

sebuahciptaan-ciptaan karya seni tari, baik jenis tarian kreasi maupun jenis tari kontemporer.

Melihat banyaknya sanggar seni yang ada di wilayah Polewali Mandar, mengharuskan seniman (para pencipta) untuk berupaya melindungi karyanya tersebut, agar nantinya tidak diakui oleh pihak sanggar lain dan menimbulkan konflik. Selain masalah tersebut perkembangan pariwisata yang begitu pesat, dengan berbagai program yang canangkan oleh pemerintah untuk menarik wisatawan asing, justru terkadang dapat jadikan sebagai ancaman disisi lain.

Persepsi ini tidaklah salah, jika bercermin pada peristiwa-peristiwa lampau terkait klaim asing terhadap tarian, alat musik, kuiiner, Dan sebagainya. Indonesia harus belajar dan membenahi diri untuk menginventarisasi semua tari-tarian yang ada sebagai upaya untuk melindungi karya budayanya. Inventarisasi bertujuan untuk mengetahui daftar tarian yang ada diwilayah kabupaten Polewali Mandar dan yang sangat penting ialah untuk mencegah penggunaan tarian tanpa izin (klaim) yang dewasa ini merupakan pelanggaran terhadap hak cipta dan pelakunya bisa digugat.Namun untuk menjadikan suatu permasalahan menjadi sengketa memerlukan bukti tertulis berupa sertifikat kepemilikan hak cipta atau bukti pendaftaran lainnya. Hal demikian merupakan topik yang cukup menarik untuk dikaji lebih mendalam melalui kegiatan penelitian seperti yang penulis laksanakan ini.

Minimnya kesadaran akan urgensi perlindungan HKI juga menjadi indikator kurangnya pemahaman masyarakat untuk menghargai hasil karya orang lain. Hal ini perlu mendapat perhatian intensif dari pemerintah agar pelaksanaan peraturan

(13)

perundang-undangan dibidang HKI dapat ditegakkan. Penelitian ini difokuskan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Polewali Mandar dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Sulawesi Barat dengan pertimbangan sebagai berikut, Dinas Kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar sebagai lembaga yang berwenang untuk melakukan upaya-upaya dalam melindungi hasil kebudayaan daerah dan karya cipta seni tari yang tidak diketahui penciptanya. Sedangkan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, instansi ini memiliki peranan penting khususnya dalam menerima permohonan pengajuan pendaftaran hak cipta dan upaya perlindungan hukum terhadap Hak Kekayaan Intelektual. Dengan demikian penyusun tertarik untuk mengambil judul penelitian Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Karya Seni Tari Sebagai Upaya Pelestarian Budaya Kabupaten Polewali Mandar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

a. Apakah hak eksklusif pencipta karya seni tari di kabupaten Polewali Mandar telah terlindungi?

b. Faktor apa yang menghambat perlindungan hak cipta karya seni tari di Kabupaten Polewali Mandar ?

c. Upaya apakah yang dilakukan oleh pemegang Hak Cipta untuk melindungi haknya?

(14)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pemegang hak ekslusif pencipta karya seni tari di Kabupaten Polewali Mandar telah dilaksanakan.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat perlindungan hak cipta karya seni tari di Kabupaten Polewali Mandar.

c. Untuk mengetahuiupaya yang telah dilakukan oleh pemegang Hak Cipta untuk melindungi haknya.

1.3.2 Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang perlindungan hukum terhadap hak cipta karya seni tari berdasarkan Undang- undang Nomor 28Tahun 2014 tentang Hak Cipta dan dapat menjadi sumbangan atau masukan bagi pengembangan Ilmu Hukum Perdata serta dapat menjadi tambahan referensi dibidang karya ilmiah.

b. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi banyak pihak terkait hak kekayaan intelektual dalam hal ini mengenai perlindungan hukum terhadap hak cipta karya seni tari di Kabupaten Polewali Mandar. Selain hal tersebut hasil penelitian ini juga di dedikasikan sebagai bentuk kepedulian dalam upaya melestariakan dan melindungi Tarian Tradisonal yang ada di Kabupaten Polewali Mandar.

(15)

1.4 Metode Penelitian 1.4.1 Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang dipakai penyusun dalam melakukan penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik, yang merupakan metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sedang terjadi atau berlangsung yang tujuannya agar dapat memberikan data seteliti mungkin mengenai objek penelitian sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal, kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum atau undang-undang yang berlaku.

1.4.2 Jenis Penelitian a. Data Primer

Data primer berupa data hasil wawancara dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Polewali Mandar dan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Sulawesi Barat.

b. Data Sekunder

(1) Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat,terdiri dari:

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

 Peraturan Bupati Polewali Mandar Nomor 10 Tahun 2009 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Polewali Mandar.

(16)

1.4.3 Sumber Data a. Data Lapangan

Pengumpulan data lapangan (field research) merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang sudah ditentukan secara langsung, kemudian dari hasil yang diperoleh akan dikumpulkan dan dianalisis. Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Provinsi Sulawesi Barat bagian Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.

b. Data Kepustakaan (1) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang mempunyai sifat tidak mengikat dan diperoleh dari penelitian kepustakaan untuk mendukung bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder terdiri dari:

 Buku - buku yang mengenai hak cipta;

 Skripsi yang berkaitan dengan hak cipta;

 Bahan-bahan acuan lain yang relevan dengan penelitian yang akan diteliti, baik dalam bentuk mekanik (hard file) maupun elektronik (soft file).

(2) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum untuk mendukung dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu:

 Kamus Besar Bahasa Indonesia;

 Kamus Hukum.

(17)

1.4.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa alat dan teknik pengumpulan data untuk menunjang hasil dari penelitian yang akan dilakukan, yaitu:

a. Alat yang digunakan yaitu pedoman wawancara, note/Atk, alat perekam dan kamera.

b. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan teknik wawancara (interview), yaitu dengan cara melakukan tanya jawab kepada pihak-pihak yang terkait yakni Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Bidang Hak Kekayaan Intelektual, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Polewali Mandar serta Sanggar Seni Wilayah Kabupaten Polewali Mandar. Hal ini ditujukan agar mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan kepada responden.

1.4.5 Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan menyajikan data secara deskriptif dan menganalisis secara kualitatif.

Data yang diperoleh lewat penelitian lapangan dan kepustakaan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Maksudnya adalah semua data yang diperoleh dari hasil penelitian diseleksi, dikelompokkan secara sistematis dan dikaji untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang diteliti, selanjutnya dianalisis dan dipaparkan dalam bentuk deskriptif untuk memperoleh kesimpulan mengenai permasalahan yang diteliti.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beberapa Pengertian

2.1.1 Pengertian Hukum Kekayaan Intelektual

Sejak dasawarsa delapan puluhan (era 1980-an), hak atas kekayaan Intelektual (HKI) kian berkembang menjadi bahan pencaturan yang sangat menarik. Dibidang ekonomi, terutama industri dan perdagangan internasional, HKI menjadi demikian penting. Dalam hubungan antarbangsa, kaitannya yang erat dengan perdagangan internasional tidak jarang memberi warna politik tersendiri. Baik secara langsung ataupun tidak langsung, keadaan tadi secara lebih banyak telah memberikan pengaruh terhadap cara pandang HKI pada tingkat nasional. Upaya untuk melindungi HKI menjadi hal penting bagi negara-negara di dunia saat ini. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa perlindungan terhadap HKI sama pentingnya dengan perlindungan terhadap kepentingan ekonomi, terutama dalam perdagangan Internasional. Hal ini karena selanjutnya pertikaian HKI sudah tidak lagi menjadi masalah teknis hukum, tetapi juga menyangkut masalah pertikaian bisnis dan perengkuhan keuntungan. (Tim Lindsey, 2013 : 1)

Hak Kekayaan Intekektual adalah terjemahan resmi dari Intellectual Property Rights (IPR) dan dalam Bahasa Belanda disebut sebagai Intellectual Eigendom. Berdasarkan substansinya, HKI berhubungan erat dengan benda tidak berwujud serta melindungi karya intelektual yang timbul karena kemampuan intelektual manusia. Kemampuan tersebut dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Secara umum hak kekayaan intelektual terdiri

(19)

dari dua hal yaitu hak kekayaan industri dan Hak Cipta. Hak kekayaan industri terdiri dari Paten, Merek, Varietas Tanaman, Rahasia Dagang, Desain Industri, dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu. Hak Cipta terdiri dari Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Sastra.

Hak kekayaan intelektual itu adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Jika ditelusuri lebih jauh, hak kekayaan intelektual sebenarnya merupakan bagian dari benda yaitu benda tidak berwujud (benda Immateril). Hanya orang yang mampu mempekerjakan otaknya sajalah yang dapat menghasilkan hak kebendaan yang disebut sebagai Intellectual Property Rights dan bersifat eksklusif. (H.Ok.Saidin, 2010 : 10)

Dalam kepustakaan Anglo Saxon ada dikenal sebutan Intellectual Property Rightsyang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yang menjadi Hak Kekayaan Intelektual dan lebih tepatnya diterjemahkan menjadi Hak Atas Kekayaan Intelektual. Alasannya adalah kata “hak milik” sebenarnya sudah merupakan istilah baku dalam kepustakaan hukum karena tidak semua Hak Atas Kekyaan Intelektual merupakan hak milik dalam arti sesungguhnya. Bisa merupakan hak untuk memperbanyak saja, atau untuk menggunakannya dalam produk tertentu dan bahkan dapat pula berupa hak sewa (rental rights), atau hak- hak lain yang timbul dari perikatan seperti lisensi, hak siaran, dan lain sebagainya.

Bila ditelusuri Hak Kekayaan Intelektual merupakan bagian dari benda.

Benda dalam kerangka hukum perdata dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori salah satu di antara kategori itu adalah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi benda berwujud dan benda tidak berwujud. Untuk hal ini dapatlah

(20)

dilihat batasan benda yang dikemukakan oleh pasal 499 KUH Perdata, yang berbunyi: menurut paham undang-undang yang dimaksud dengan benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. Batasan Hak Kekayaan Intelektual adalah terpisahnya antara Hak Kekayaan Intelektual dengan hasil material yang menjadi jelmaannya. Yang dimaksudkan adalah benda berwujud (benda materil). Suatu contoh dapat dikemukakan misalnya Hak Cipta dalam bidang ilmu pengetahuan (berupa Hak Atas Kekayaan Intelektual) dan hasil material yang menjadi bentuk jelmaannya adalah buku.

Adapun definisi yang dirumuskan para ahli, Hak Kekayaan Intelektual selalu dikaitkan dengan tiga elemen yaitu adanya sebuah hak eksklusif yang diberikan oleh hukum, hak tersebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan pada kemampuan intelektual dan kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi.WIPO (World Intellectual Property Organization), sebuah lembaga internasional di bawah PBB yang menangani masalah HKI mendefinisikan HKI sebagai “Kreasi yang dihasilkan dari pikiran manusia yang meliputi: invensi, karya sastra, simbol, nama, citra, dan desain yang digunakan di dalam perdagangan”. (Tomi Suryo Utomo, 2010 : 2)

2.1.2 Pengertian Hak Cipta

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Bab I, Ketentuan Umum, tentang Hak Cipta memberikan pengertian bahwa: “Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

(21)

Kata “Hak Cipta” merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua suku kata, yaitu “hak” dan “cipta”. Kata “hak” berarti “kekuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh Undang-undang”. Sedangkan kata “cipta”

menyangkut daya kesanggupan batin (pikiran) untuk mengadakan sesuatu yang baru, terutama di lapangan kesenian.Sedangkan defenisi Hak Cipta itu sendiri ialah hak seseorang terhadap penemuannya yang dilindungi oleh Undang-undang seperti hak cipta dalam mengarang, mengubah musik dan sebagainya. (KKBI, 1990 : 292)

Simorangkir menerangkan bahwa istilah Hak Cipta pertama-tama di Indonesia diusulkan pertama kali oleh St. Moh. Syah pada Kongres Kebudayaan Nasional kedua dan diselenggarakan oleh Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) di Bandung bulan Oktober 1951 (yang kemudian diterima oleh kongres tersebut) sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dianggap kurang jelas cakupan pengertiannya. Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah Bahasa Belanda Auteurswet. Dinyatakan kurang luas karena hak pengarang itu memberikan kesan penyempitan arti, seolah-olah yang dicakup oleh hak pengarang itu hanyalah hak dari pengarang, yang ada sangkut pautnya dengan karang-mengarang. Sedangkan istilah Hak Cipta itu lebih luas termasuk juga di dalamnya mencakup tentang ciptaan dalam bentuk rekaman suara ataupun rekamanan gambar.(Ajip Rosidi, 1984 :3 )

Auteurswet 1912 dalam Pasal 1 menyebutkan, Hak Cipta adalah hak tunggal dari Pencipta, atau hak dari yang mendapat hak tersebut, atas hasil ciptaannya dalam lapangan kesustraan, pengetahuan, dan kesenian, untuk mengumumkan dan

(22)

memperbanyak dengan mengingat pembatasan – pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang. Kemudian Universal Copyright Convention dalam Pasal V mengatur Hak Cipta meliputi hak tunggal si Pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi kuasa untuk membuat terjemahan dari karya yang dilindungi perjanjian ini. Jika dicermati dari pengertian di atas, maka sebenarnya pengertian Hak Cipta hampir mempunyai pengertian yang sama antara satu dengan yang lainnya.

Pada wikipedia ensklopedia Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu. Pada dasarnya, Hak Cipta merupakan "hak untuk menyalin suatu ciptaan". Hak Cipta dapat juga memungkinkan pemegang hak tersebut untuk membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan. Pada umumnya pula, Hak Cipta memiliki masa berlaku tertentu yang terbatas. Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Hak Cipta adalah hak kebendaan yang bersifat eksklusif bagi seorang Pencipta atau penerima hak atas suatu karya atau ciptaannya dibidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.

(http//wikipedia.co.id.defenisi-hakcipta akses pada 29/4/17)

Hak Cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun Hak Cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena Hak Cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya. Hukum yang mengatur Hak Cipta biasanya hanya mencakup ciptaan yang berupa perwujudan suatu gagasan

(23)

tertentu dan tidak mencakup gagasan umum, konsep, fakta, gaya, atau teknik yang mungkin terwujud atau terwakili di dalam ciptaan tersebut. Sebagai contoh, Hak Cipta yang berkaitan dengan tokoh kartun Miki Tikus melarang pihak yang tidak berhak menyebarkan salinan kartun tersebut atau menciptakan karya yang meniru tokoh tikus tertentu ciptaan Walt Disney tersebut. (http//i.wekipedia.org /hak_cipta. Akses pada 29/4/17)

Disamping Hak Cipta, masih ada beberapa pengertian lain yang terkait dengan Hak Cipta berdasarkan UUH 28 tahun 2014 yaitu sebagai berikut:

“Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi”.

“Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta dibidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata”.

“Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut dari pihak yang menerima hak tersebut.”

“Penggandaan adalah proses, perbuatan, atau cara menggandakan satu salinan Ciptaan dan/atau fonogram atau lebih dengan cara dan bentuk apapun, secarapermanen atau sementara”.

“Pendistribusian adalah penjualan, pengedaran, dan/atau penyebaran Penciptaan dan/atau produk hak terkait”.

“Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu”.

“Royalti adalah imbalan atas pemanfaatan Hak Ekonomi suatu ciptaan atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu”.

“Penggunaan secara komersial adalah pemanfaatan ciptaan/atau produk Hak Terkait dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari berbagai sumber atau berbayar”.

(24)

Menurut Hutauruk ada dua unsur penting yang terkandung dari rumusan pengertian Hak Cipta yang termuat dalam ketentuan Undang- Undang Hak Cipta Indonesia, yaitu Hak yang dapat dialihkan, dialihkan kepada pihak lain dan Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun, dan dengan jalan apa pun tidak dapat ditinggalkan dari pada (mengumumkan karyanya, menetapkan judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atau nama samarannya dan mempertahankan keutuhan atau integritas ceritanya). (M. Hutauruk, 1982 : 11)

(1) Hak Cipta sebagai Hak Kebendaan

Sebelum mengkaji lebih jauh tentang keberadaan Hak Cipta sebagai hak kebendaan, maka akan diuraikan terlebih dahulu yang dimaksud dengan hak kebendaan. Dalam Bahasa Belanda hak kebendaan ini disebut zakelijk rect. Prof.

Sri Soedewi Masjchoen Fofwan memerikan rumusan tentang hak kebendaan yaitu

“hak mutlak atas suatu benda di mana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan dengan siapapun juga”. (Sri Soedewi, Masehoen Sofwan 1981 : 24 )

Rumusan bahwa hak kebendaan itu adalah hak mutlak yang juga berarti hak absolut yang dapat dipertentangkan atau dihadapkan dengan hak relatif, hak nisbi, atau biasanya disebut juga persoonlijk atau hak perorangan. Hak yang disebut terakhir ini hanya dapat dipertahankan terhadap orang tertentu, tidak terhadap semua orang seperti hak kebendaan.

Hak Cipta merupakan benda bergerak yang tidak berwujud. Dimana Hak Cipta tersebut dapat beralih atau dialihkan, baik seluruh atau sebagian karena warisan, hibah, wakaf, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab lain yang dibenarkan

(25)

sesuai dengan ketentuan perundang- undangan. Hak Cipta saat ini dapat dijadikan sebagai objek jaminan fidusia.(UUHC, 2015 : 12)

Oleh Mariam Darus Badrulzaman, mengenai hak kebendaan dibaginya menjadi dua bagian, yaitu: hak kebendaan yang sempurna dan hak kebendaan terbatas. Hak kebendaan yang sempurna adalah hak yang memberikan kenikmatan yang sempurna (penuh) bagi si pemilik. Selanjutnya untuk hak yang demikian dinamakannya hak kepemilikan. Sedangkan hak kebendaan terbatas hak yang memberikan kenikmatan yang tidak penuh atas suatu benda. Jika dibandingkan dengan hak milik. Artinya hak kebendaan terbatas itu tidak penuh atau kurang sempurnanya jika dibandingkan dengan hak milik.(Mariam Darus Badrulzaman, 1983: 43)

Hak kebendaan yang sempurna itu adalah hanya hak milik, sedangkan selebihnya termasuk dalam kategori hak kebendaan yang terbatas. Jika dikaitkan dengan Hak Cipta dapatlah dikatakan Hak Cipta itu sebagai hak kebendaan.

Pandangan ini dapat dirumuskan dari pasal 1 Undang-Undang Hak Cipta yang mengatakan bahwa Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini menunjukkan bahwa Hak Cipta hanya dimiliki oleh si Pencipta atau si penerima hak. Hanya namanya yang disebut sebagai pemegang hak khususlah yang boleh menggunakan Hak Cipta dan ia dilindungi dalam penggunaan haknya terhadap subjek lain yang mengganggu atau menggunakannya tidak dengan cara yang diperkenankan oleh aturan hukum.

(26)

(2) Hak Cipta sebagai Hak Kekayaan Immateril

Defenisi hak kekayaan immateril adalah suatu hak kekayaan yang objeknya adalah benda tidak berwujud (benda tidak bertubuh). Dalam hal ini banyak yang dapat dijadikan objek hak kekayaan yang termasuk dalam cakupan benda tidak bertubuh. Misalnya, hak tagihan, hak yang ditimbulkan dari penerbitan surat-surat berharga, hak sewa dan lain sebagainya. Hak kekayaan immateril secara sederhana dapat dirumuskan bahwa semua benda yang tidak dapat dilihat atau diraba dapat dijadikan objek hak kekayaan adalah merupakan hak kekayaan immateril.

Jika ingin memastikan tempat atau kedudukan Hak Cipta itu sebagai hak kekayaan immateril maka dapat dilihat dalam Pasal 499 KUH Perdata. Pasal ini secara implisit (tersirat) dan menunjukkan, bahwa Hak Cipta itu dapat digolongkan sebagai benda yang dimaksudkan oleh pasal tersebut.

Pasal 499 KUH Perdata memberikan batasan tentang rumusan benda, menurut pasal tersebut bahwa: Menurut paham undang-undang yang dinamakan benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai menjadi objek keyaan (property) atau hak milik. Intellectual property rights terbagi dalam dua bagian, yaitu:

1. Hak Cipta (copy rights)

2. Hak milik industri (industrial property rights)

Adapun hak kekayaan perindustrian itu terdiri atas beberapa bagian lagi, yaitu: (H.Ok. Saidin, 2010 : 53-54)

1. Patent (Paten)

(27)

2. Utility Models (Model dan Rancang Bangunan) 3. Industrial Design (Desain Industrial)

4. Trade Secrets (Rahasia Dagang) 5. Trade Marks (Merek Dagang) 6. Service Marks (Merek Jasa)

7. Trades Names or Commercial Names (Nama Dagang dan Nama Niaga)

8. Appelations of origin (Sebutan asal barang) 9. Indications of Origin (Indikasi asal barang)

10. Unfair Competition Protection (Perlindungan Persaingan Curang) 11. New Varieties of Plants Protection (Perlindungan Varietas Baru

Tanaman)

12. Intergrated Circuits (Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu)

Berdasarkan ketentuan mengenai pengertian Hak Cipta di pembahasan sebelumnya, maka Hak Cipta dapat didefinisikan sebagai suatu hak untuk memperbanyak atau mengumumkan ciptaan yang dimiliki oleh Pencipta atau pemegang Hak Cipta lainnya yang dalam implementasinya memperhatikan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Budi Agus Riswandi, 2004 : 3)

(3) Subjek Hak Cipta

Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang yang secara bersama-sama yang dari inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan dan keterampilan, atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas, dan bersifat pribadi. Orang yang menciptakan sesuatu bentuk

(28)

ciptaan tertentu, dianggap dialah yang memiliki hak cipta tersebut kecuali ditentukan lain.

Dalam konteks hukum, yang dianggap sebagai pencipta adalah orang yang namanya disebut dalam ciptaan, dinyatakan sebagai pencipta pada suatu ciptaan, disebutkan dalam surat pencatatan ciptaan, dan tercantum dalam daftar umum ciptaan sebagai pencipta. Orang yang melakukan ceramah yang tidak menggunakan bahan tertulis dan tidak ada pemberitahuan siapa pencipta ceramah tersebut dianggap sebagai pencipta. Dalam hal ciptaan diciptakan oleh 2 (dua) orang atau lebih, yang dianggap sebagai Pencipta yaitu orang yang memimpin dan mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan, namun dalam hal orang yang memimpin dan mengawasi penyelesaian seluruh ciptaan tidak ada, maka yang dianggap pencipta adalah orang yang menghimpun ciptaan dengan tidak mengurangi hak cipta masing-masing atas bagian ciptaannya. Apabila diperjanjikan lain, pemegang hak cipta atas ciptaan yang dibuat oleh pencipta dalam hubungan dinar, yang dianggap pencipta adalah instansi pemerintah. Apabila digunakan secara komersial, pencipta/pemegang hak terkait mendapatkan imbalan berupa royalti.

(4) Prinsip Dasar Hak Cipta dan Ruang Lingkupnya

Ide dasar sistem Hak Cipta adalah untuk melindungi wujud hasil karya manusia yang lahir karena kemampuan intelektualnya. Perlindungan hukum ini hanya berlaku kepada ciptaan yang telah mewujud secara khas sehingga dapat dilihat, didengar, atau dibaca.

Hak Cipta adalah hak alamiah dan menurut prinsip ini bersifat absolut serta dilindungi selama hidup si Pencipta beberapa tahun setelahnya. Sebagai hak

(29)

absolut, maka hak itu pada dasarnya dapat dipertahankan terhadap siapapun.

Dengan demikian suatu hak absolut mempunyai segi balik (segi pasif), bahwa bagi setiap orang terdapat kewajiban untuk menghormati hak tersebut.

Sifat Hak Cipta, merupakan bagian dari hak milik yang abstrak (incoporeal property) yang merupakan penguasaan atas hasil kemampuan kerja, dari gagasan serta hasil pikiran. Dalam perlindungannya Hak Cipta mempunyai waktu yang terbatas, dalam arti setelah habis masa perlindungannya karya cipta tersebut akan menjadi milik umum.

Pemilik hak cipta bersifat eksklusif. Hak ini mempunyai kemampuan melahirkan hak yang baru. Jadi suatu karya cipta mempunyai beberapa hak yang terikat pada satu ikatan hak. Hak yang banyak tersebut dalam pemakaiannya seperti dalam pengalihannya dapat dilakukan secara menyeluruh, maupun secara terpisah-pisah.

Dalam kerangka ciptaan yang mendapatkan Hak Cipta setidaknya harus memperhatikan beberapa prinsip dasar Hak Cipta, yakni:

a. Yang dilindungi Hak Cipta adalah ide yang telah berwujud dan asli.

Perlindungan Hak Cipta dalam bentuk perwujudan salah satu contohnya adalah buku sebagai ciptaan harus mempunyai keaslian agar dapat dinikmati hak- hak yang diberikan undang-undang.

b. Hak Cipta timbul dengan sendirinya (otomatis)

Suatu ciptaan yang telah diwujudkan dapat diumumkan (to make public/openbaarmaken), namun apabila ciptaan tidak diumumkan secara otomatis Hak Ciptanya tetap ada pada Pencipta.

(30)

c. Hak Cipta suatu ciptaan merupakan suatu hak yang diakui hukum

(legal right) yang harus dipisahkan dan harus dibedakan dari penguasaan fisik suatu ciptaan.

d. Hak Cipta bukan hak mutlak (absolut)

Hak Cipta bukan suatu monopoli mutlak melainkan hanya suatu limited monopoli. Hal ini dapat terjadi karena Hak Cipta secara konseptual tidak mengenal konsep monopoli penuh, sehingga mungkin saja seorang Pencipta menciptakan suatu ciptaan yang sama dengan ciptaan yang telah tercipta terlebih dahulu.

(5) Jenis Ciptaan yang Dilindungi

Menurut L.J Taylor yang dilindungi Hak Cipta adalah ekspresinya dari sebuah ide jadi bukan melindungi idenya itu sendiri. Dengan demikian yang dilndungi adalah sudah dalam bentuk nyata sebagai sebuah ciptaan bukan masih merupakan gagasan. Bentuk nyata ciptaan tersebut bisa terwujud khas dalam bidang kesusastraan seni, maupun ilmu pengetahuan. Konvensi Internasional Hak Cipta 1952 (UCC), pada Pasal 1, menentukan bahwa yang dilindunginya adalah bidang kesusastraan, ilmu pengetahuan (scientific), dan pekerjaan seni (artistic work), termasuk karya tulis, musik, drama, sinematografi, lukisan, pahatan, dan patung.(Hasbir Paserangi, 2011 : 29)

Hukum Indonesia secara jelas mengatur ciptaan yang dilindungi, sebagaimana tercantum dalam di dalam ketentual Pasal 40 Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yaitu:

 Buku,

(31)

 Pamflet,

 Perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulisnya,

 Ceramah,

 Kuliah,

 Pidato, dan ciptaan sejenis lainnya,

 Alat peraga yang dibuat untukkepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan,

 Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks,

 Drama, drama musikal,

 Tari,

 Koreografi,

 Pewayangan dan pantomim,

 Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase, karya seni terapan, karya arsitektur, peta, karya seni batik atau seni motif lain, karya fotografi, potret, karya sinematografi, terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi, terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional, kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer atau media lainnya, kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli, permainan video, program Komputer.

(32)

2.1.3 Pengertian Karya Seni Tari (1) Defenisi Seni Tari

Tari adalah suatu bentuk pernyataan imajinatif yang tertuang melalui kesatuan simbol-simbol gerak, ruang, dan waktu. Tari dalam perwujudannya senantiasa harus dihayati sebagai bentuk kemanunggalan dari suatu pola imajinatif gerak, ruang, dan waktu yang dapat dilihat dengan kasat mata.

Bentuk kemanunggalan antara pola imajinatif dengan pola kasat mata itu dapat dikatakan bahwa tari merupakan suatu bentuk pernyataan ekspresi (jiwani), bentuk pernyataan ilusi, dan sekaligus merupakan bentuk pernyataan rasional manusia. Gerak, ruang, dan waktu dihadirkan sebagai sebuah satu kesatuan yang utuh yang mewakilinya.Konsep dasar dalam tari secara universal adalah gerak, ruang, dan waktu.(Supriyanto, 2012 : 1)

(2) Defenisi Seni Tari Menurut Beberapa Ahli

Berikut beberapa defenisi tari menurut beberapa ahli yakni sebagai berikut, (www.gurupendidikan.comakses pada 29/4/17) :

a. Menurut Aristoteles tari adalah gerakan ritmis yang bertujuan untuk menghadirkan karakter manusia, sebagaimana mereka bertindak dan menderita.

b. Menurut Suadarsa Pringgo Broto tari adalah ketentuan bentuk-bentuk gerakan tubuh dan ruang.

c. Menurut Jazuli irama musik sebagai pengiring dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud dan tujuan yang ingin disampaikan pencipta tari melalui penari.

(33)

d. Menurut Hawkins tari ialah ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya.

e. Menurut Soedarsono tari adalah ekspresi jiwa manusia melalui gerak- gerak yang indah dan ritmis.

f. Menurut S. Humardani tari adalah ungkapan bentuk-bentuk gerak ekspresif yang indah dan ritmis.

g. Menurut I Gede Ardika tari adalah sesuatu yang bisa disatukan dalam berbagai hal hingga semua orang dapat menyesuaikan diri atau menyelaraskannya menurut caranya masing-masing.

h. Menurut Irmgrad Bartenieff & Forrestine Paulay tari adalah bentuk seni yang ekspresionostis yang menjembatani reaksi jiwa seseorang dengan konflik dan problem dunia modern.

i. Menurut C. Sachs seni tari adalah pengucapan jiwa manusia melalui gerak-geri berirama yang indah. Dalam kebudayaan melayu terdapat berbagai-bagai jenis tarian, sama ada tarian asli ataupun tarian yang telah dipengaruhi oleh unsur – unsur modern.

j. Menurut J Verkuyl seni tari adalah gerak-gerak tubuh dan anggotanya yang disusun sedemikian rupa, hingga berirama.

k. Menurut La Mery tari ialah ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi yang harus diinternalisasikan untuk menjadi bentuk yang nyata.

(34)

l. Menurut John Martin tari adalah gerak sebagai pengalaman yang paling awal kehidupan manusia.

m. Franz Boas menyatakan bahwa tari adalah gerak-gerak ritmis setup bagian tubuh, lambaian lengan, gerak dari torso atau kepala, atau gerak-gerak dari tungkai serta kaki.

n. Andre Levinson mengemukakan bahwa tari adalah gerak tubuh yang berkesinambungan melewati ruang yang telah ditentukan sesuai dengan ritme tertentu serta mekanisme, yang radar.

o. Menurut H'Doubler tari adalah bahwa" tari adalah ekspresi gerak ritmis dari keadaan-keadaan perasaan yang secara estetis dinilai, yang lambang- lambang geraknya dengan sadardirancang untuk kenikmatan serta kepuasan dari pengalaman-pengalaman ulang, ungkapan, berkomunikasi, melaksanakan, serta dari penciptaan bentuk-bentuk".

p. Menurut Waterman bahwa tari terdiri dari gerak-gerak tubuh secara artistik yang secara kultural dipola serta distilasi.

q. Kealiinomohoku tari adalah seni sesaat dari ekspresi yang dipertunjukkan dengan bentuk serta gaga tertentu lewat tubuh manusia yang bergerak di dalam ruang.

r. Menurut Walter Sarrel seni tari adalah gerakan badan yang seimbang menurut irama tertentu dan dalam tempat tertentu.

s. Menurut Ensiklopedia seni tari adalah setiap mengoleng-olengkan tubuh dan anggotanya asal hal ini dilakukan dengan irama tertentu, ada yang diiringi musik dan ada yang tidak.

(35)

2.2 Perkembangan Hak Kekayaan Intelektual dalam Hukum Nasional

Menurut Hayyanul Haq, sesungguhnya teori yang menjadi dasar pengembangan Intellectual Property Rights adalah berasal dari teori John Locke yang inti ajarannya adalah sebagai berikut: 1) Tuhan telah menciptakan seluruh alam semesta ini untuk semua manusia; 2) Tuhan menciptaan manusia dengan segala potensi yang melekat dalam dirinya untuk bisa survive (mempertahankan diri); 3) setiap manusia berhak untuk melakukan intervensi atas alam guna mempertahankan survivetasnya; 4) setiap manusia berhak atas hasil-hasil yang diperoleh dari setiap interaksi antar personal-personal yang ada; 5) hak personal itu tidak bisa diberikan atau dicabut oleh siapapun; 6) setiap orang harus menghormati hak itu sebagai hak personal. (Hasbir Paserangi, 2011 : 168)

Dari sudut pandng HKI penumbuhan aturan tersebut diperlukan karena adanya sikap penghargaan, penghormatan, dan perlindungan yang tidak saja akan memberikan rasa aman, tetapi juga akan mewujudkan iklim yang kondusif bagi peningkatan semangat untukmenghasilkan karya-karya yang lebih besar, lebih baik, dan lebih banyak.

Jika dilihat dari sisi nasional bahwa manusia Indonesia berperan sebagai pelaku atau pelaksana dan meningkatnya profesionalitas dan produktivitas merupakan sesuatu yang benar-benar ingin diwujudkan, maka penumbuhan dan pengembangan HKI dalam sistem hukum di Indonesia memiliki arti yang penting.

Pengembangan HKI terwujud dalam kebutuhan akan perlindungan hukum yang bertumpu pada pengakuan terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual dan hak untuk atau dalam waktu tertentu mengeksploitasi- komersialisasi atau menikmati

(36)

sendiri kekayaan tersebut. Selama kurun waktu tertentu orang hanya dapat menikmati atau menggunakan atau mengeksploitasi hak tersebut atas izin pemilik hak.

Adanya perlindungan hukum dimaksudkan agar pemilik hak dapat menggunakan atau mengeksploitasi kekayaan tadi dengan aman. Pada gilirannya, rasa aman itulah yang kemudian menciptakan iklim atau suasana yang memungkinkan orang lain berkarya guna menghasilkan ciptaan atau temuan berikutnya. Sebaliknya, dengan perlindungan hukum pula pemilik hak diminta untuk mengungkapkan jenisnya, bentuk, atau produk, dan cara kerja atau proses, serta manfaat dari kekayaan itu. Ia dapat secara aman mengungkapkan karena adanya jaminan perlindungan hukum. Sebaliknya, masyarakat dapat ikut menikmati dan menggunakannya atas dasar izin atau bahkan mengembangkannya secara lebih lanjut.

Untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi individu dan kepentingan masyarakat, sistem hak atas kekayaan intelektual didasarkan pada prinsip-prinsip. Salah satunya adalah prinsip keadilan (the principle of natural justice). Prinsip ini menunjukkan bahwa seseorang atau kelompok penemu (inventor) sebuah penemuan (invention) atau orang lain yang bekerja padanya dan membuahkan hasil dari kemampuan intelektualnya wajar memperoleh imbalan.

Imbalan tersebut dapat berupa materi (royalti) ataupun immateril (rasa aman karena dilindungi dan diakui atas hasil karyanya). Maka hukum memberikan perlindungan tersebut demi kepentingan Pencipta berupa kekuasaan untuk

(37)

bertindak yang disebut hak. Hak tersebut melekat kepada pemiliknya. (UUHC, 2015 : 4)

2.3 Jenis-jenis Hak Kekayaan Intelektual 2.3.1 Paten (Patent)

Berbeda dengan hak cipta yang melindungi sebuah karya, paten melindungi sebuah ide, bukan ekspresi dari ide tersebut. Pada hak cipta, seseorang lain berhak membuat karya lain yang fungsinya sama asalkan tidak dibuat berdasarkan karya orang lain yang memiliki hak cipta. Sedangkan pada paten, seseorang tidak berhak untuk membuat sebuah karya yang cara bekerjanya sama dengan sebuah ide yang dipatenkan.

2.3.2 Merek (Trademark)

Merk digunakan oleh pebisnis untuk mengidentifikasikan sebuah produk atau layanan. Merk meliputi nama produk atau layanan, beserta logo, simbol, gambar yang menyertai produk atau layanan tersebut. Berbeda dengan HAKI lainnya, merk dagang dapat digunakan oleh pihak lain selain pemilik merk dagang tersebut, selama merk dagang tersebut digunakan untuk mereferensikan layanan atau produk yang bersangkutan. Merk dagang diberlakukan setelah pertama kali penggunaan merk dagang tersebut atau setelah registrasi. Merk dagang berlaku pada negara tempat pertama kali merk dagang tersebut digunakan atau didaftarkan. Tetapi ada beberapa perjanjian yang memfasilitasi penggunaan merk dagang di negara lain. Sama seperti HAKI lainnya, merk dagang dapat diserahkan kepada pihak lain, sebagian atau seluruhnya.

(38)

2.3.3 Rahasia Dagang (Trade Secret)

Berbeda dari jenis HAKi lainnya, rahasia dagang tidak dipublikasikan ke publik. Sesuai namanya, rahasia dagang bersifat rahasia. Rahasia dagang dilindungi selama informasi tersebut tidak ‘dibocorkan’ oleh pemilik rahasia dagang.

2.3.4 Disen Industri (Industrial design)

Desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna atau garis dan warna yang berbentuk tiga dimensi yang mengandung nilai estetika dan dapat diwujudkan ke dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk barang atau komoditi industri secara berulang-ulang dan massal dalam bentuk tiga dimensi. Di Indonesia desain industri dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri. Seperti sistem paten, sistem desain industri di Indonesia menganut asas first to file, yaitu pendaftar pertama (yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan) yang akan mendapatkan sertifikat Desain Industri. Berbeda dengan paten yang melihat produk dari sisi fungsionalnya, desain industri melihat dari sisi desain ornamental (hiasan) atau estetikanya. (Tim Lindsey, 2013 : 220)

2.3.5 Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (layout design of integrated circuit) Adalah kreasi berupa rancangan tata letak tiga dimensi dari suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi yang didalam terdapat berbagai elemen sekurang-kurangnya satu elemen adalah elemen aktif yang saling berkaitan dibentuk terpadu dalam bahan semikonduktor. Hak desain tata letak sirkuit

(39)

terpadu adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuanya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut. Jangka waktu perlindungan hak ini diberikan selama 10 tahun sejak pertama kali desain tersebut di eksplotasi secara komersial.hak ini dapat beralih/dialihkan karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis dan sebab lain yang dibenarkan oleh perundang-undangan. Sanksi yang diberikan untuk masalah desain tata letak sirkuit terpadu berupa pidana dan denda.

2.3.6 Perlindungan Varietas Tanaman (Plant Variety Protection)

Adalah hak khusus yang diberikan negara pada pemulia varietas tanaman dari sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, buah biji,sekurang-kurangnya satu sifat menentukan dan apabila diperbanyak tak mengalami perubahan. (Tim Lindsey 2013 :6-10)

2.4 Asas-asas Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

Suatu aturan hukum selalu berisi kaidah hukum dan asas-asas hukum.

Kaidah hukum merupakan pedoman perilaku dan asas-asas hukum adalah ukuran penilaian yang bersifat fundamental (prinsip-prinsip yang mendasari) dalam suatu aturan hukum. Menurut Paul Scholten, asas -asas hukum berperan sebagai pikiran-pikiran dasar yang terdapat di dalam suatu peraturan perundang-undangan (hukum positif) dan putusan hakim. Asas-asas hukum dapat pula disebut dengan istilah prinsip – prinsip dasar hukum.

(40)

Ada beberapa prinsip universal perlindungan HKI yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

(1) Prinsip perlindungan hukum karya intelektual

Hukum hanya memberikan perlindungan kepada pencipta, pendesaian atau inventor yang dengan daya intelektualnya menghasilkan suatu ciptaan, desain atau invensi orisinil (baru, karya asli bukan tiruan) yang sebelumnya belum ada.

Orisinalitas menjadi persyaratan terpenting dari HKI. Hukum memberi perlindungan kepada pencipta atau inventor tidak bermaksud untuk selama- lamanya, tetapi berlangsung dalam jangka waktu tertentu yang dianggap wajar.

Jangka waktu perlindungan hukum dimaksudkan.

(2) Prinsip keseimbangan hak dan kewajiban

Hukum mengatur berbagai kepentingan yang berkaitan dengan HKI secara adil dan proporsional, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan kepentingannya. Pihak yang berkepentingan dalam hal ini adalah pemerintah, pencipta, inventor atau pemegang atau penerima HKI, dan masyarakat. HKI yang berbasis pada individualisme harus diimbangi dengan keberpihakan pada kepentingan umum (komunalisme).

(3) Prinsip keadilan

Pengaturan hukum HKI harus mampu melindungi kepentingan pencipta atau inventor. Di sisi lain jangan sampai kepentingan pencipta atau inventor mengakibatkan timbulnya kerugian bagi masyarakat luas. HKI juga boleh digunakan untuk menekan suatu negara agar mengikuti keinginan negara lain.

(41)

(4) Prinsip perlindungan ekonomi dan moral

Lahirnya karya intelektual membutuhkan waktu, kreativitas intelektual, fasilitas, biaya yang tidak sedikit dedikasi. Karya intelektual memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Oleh karena itu pencipta atau inventor harus dijamin oleh hukum untuk memperoleh manfaat ekonomi dari karyanya. Selain itu, pencipta atau inventor juga dilindungi hak moralnya, yaitu berhak untuk diakui keberadaannya sebagai pencipta atau inventor dari suatu karya intelektual.

(5) Prinsip teritorialitas

Walaupun prinsip nation treatment dan MFN merupakan dua prinsip pokok, perlindungan HKI diberikan oleh negara berdasarkan prinsip kedaulatan dan yurisdiksi masing-masing negara. Disepakatinya WTO/TRPs Agreement dan keinginan untuk mewujudkan standarisasi pengaturan HKI secara internasional tidak memupus prinsip teritorialitas.

(6) Prinsip kemanfaatan

Karya intelektual yang dilindungi hukum adalah yang memiliki manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta dapat digunakan untuk kesejahteraan dan pengembangan kehidupan masyarakat. Karya intelektual yang tidak memiliki manfaat bagi manusia tidak layak diberi perlindungan hukum.

(7) Prinsip moralitas

Karya intelektual yang dihasilkan tidak boleh bertentangan dengan moralitas kemanusiaan. Undang-Undang HKI Indonesia menegaskan bahwa

(42)

ciptaan atau invensi yang diberikan perlindungan hukum adalah yang tidak bertentangan dengan kesusilaan, moralitas, dan agama.

(8) Prinsip alih teknologi dan penyebaran teknologi

Sesuai dengan ketentuan Article 7 TRIPs Agreement, tujuan dari perlindungan dan penegakan hukum dibidang HKI adalah untuk memacu invensi baru dibidang teknologi dan memperlancar alih teknologi dan penyebarannya dengan tetap memperhatikan kepentingan produsen dan penggunanya. Teknologi pada prinsipnya tidak boleh dikuasai dan digunakan hanya oleh sekelompok orang, perusahaan atau negara tertentu saja, melainkan harus dialihkan dan disebarkan kepada orang lain, perusahaan dan negara lain sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi manusia. Dari segi substantif, norma hukum yang mengatur tentang HKI itu tidak hanya terbatas pada norma hukum yang dikeluarkan suatu negara tertentu, tetapi juga terikat pada norma-norma hukum internasional. ( Candra Irawan, 2011 : 55)

2.5 Teori Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum merupakan gambaran dari bekerjanya fungsi hukum untuk mewujudkan tujuan - tujuan hukum, yakni keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Perlindungan adalah suatuperlindungan yang diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik yang bersifat preventif (pencegahan) maupun yang bersifat represif (pemaksaan), baik secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum. Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap

(43)

hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. (Satjipto Raharjo, 2000 : 53)

Menurut Phillipus M. Hadjon, bahwa perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif.Perlindungan hukum preventif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif, perlindungan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan berdasarkan diskresi. Adapun perlindungan yang represif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana lebih ditujukan dalam penyelesaian sengketa, perlindungan ini bertujuan untuk menyelesaikan sengketa, termasuk penanganannya di lembaga peradilan.

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subjek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif maupun dalam bentuk yang represif, baik yang secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum.

(44)

BAB 3

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Hak Eksklusif Pencipta Karya Seni Tari di Kabupaten Polewali Mandar Hak Cipta merupakan hak eksklusif yang hanya pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak cipta tersebut, sementara orang lain atau pihak lain dilarang melaksanakan hak cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang hak cipta.

Ketentuan ini berlaku di Indonesia.Hak cipta berlaku pada berbagai jenis karya seni atau karya cipta atau "ciptaan". Ciptaan tersebut dapat mencakup puisi, drama, serta karya tulislainnya, film, karya-karya koreografis (tari, balet, dan sebagainya), komposisi musik, rekaman suara, lukisan, gambar, patung, foto, perangkat lunak komputer, siaran radio dan televisi (dalam yurisdiksi tertentu) desain industri.

Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual (HKI), namun hak cipta berbeda secara mencolok dari hak kekayaan intelektual lainnya (seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang melakukannya.

Seni tari merupakan salah satu dari komponen HKI, yang mana seni tari merupakan hasil kreatifitas manusia melalui olah fikir budinya yang terwujudkan melalui gerakan tubuh yang memiliki makna estetik dengan iringanmusik yang menambah keindahan dari sebuah tari tersebut. Seni tari merupakan seni pertunjukan yang biasanya dimainkan oleh banyak orang melalui gerakan tubuh

(45)

dengan menggunakan kostum atau pakain yang khas merupakan suatu satu kesatuan yang utuh yang mencerminkan suatu ciri khas suatu wilayah tertentu.

Karya seni tari yang merupakan salah satu cabang HKI, dan telah ditetapkan bentuk – bentuk perlindungannya dalam Undang-undang yakni pada pasal 38 Undang-undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014. Bahwa ekspresi budaya tradisional dan hak cipta atas ciptaan yang penciptanya tidak diketahui hak ciptanya dipegang oleh negara dan negara wajib untuk menginventarisasi, menjaga, memelihara ekspresi budaya tradisional sebagaimana dimaksud oleh pasal (1).

Berdasarkan ketentuan Undang-undang bahwa hak cipta memiliki prinsip deklarasi. Seni tari yang merupakan hasil kreasi yang diciptakan akan terlindungi hak ekslusif penciptanya setelah dideklarasikan. Mengingat Hak Cipta mengedepankan siapa yang mendeklarasikan karya ciptanya terlebih dahulu (first to declaration) bukan mendaftarkannya terlebih dahulu (first to file ) seperti komponen HKI lainya (salah satunya merk). Berdasarkan ketentuan Undang- undang Hak Cipta bahwa yang bertugas menyelenggarakan sebuah ciptaan adalah Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual,

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Sulawesi Barat. Penulis memperoleh informasi terkait bagaimana perlindungan hak cipta karya seni tari di Kabupaten Polewali Mandar wawancara dilakukan di Kantor Wilayah Kemenkum Ham Provinsi Sul-Bar Bagian HKI, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Polewali Mandar, serta Beberapa sanggar seni yang ada di Kabupaten Polewali Mandar. Berikut adalah beberapa rangkuman informasi

(46)

terkait dengan perlindungan hak cipta yakni perlindungan pemegang hak eklusif atas ciptaan di Kabupaten Polewali Mandar :

Wawancara kepada Abdullah Selaku Kepala Bidang Hak Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Sulbar (pada 18 Juni 2017) terkait dengan perlindungan hak ekslusif pencipta karya seni tari di Kabupaten Polewali Mandar, menerangkan bahwa :

Pendaftaran hak cipta atas karya seni tari tidak mutlak diharuskan, karena tanpa pendaftaran hak cipta dilindungi dengan kata lain bahwa jika seorang pencipta karya seni tari telah menampilkan karya tarinya di depan umum maka ia telah memegang hak eklusif tersebut, Hanya saja mengenai ciptaan yang tidak didaftarkan akan lebih sukar dan lebih memakan waktu dalam pembuktiannya. Tujuan dari pendaftaran hak cipta itu sendiri ialah untuk mempermudah kontrol atas hak yang dimiliki oleh pencipta.

Tujuan lainnya ketika dalam kedaan tertentu, ketika terjadi sengketa pendaftaran juga dapat digunakan untuk memberikan kemudahan pembuktian mengenai hak cipta dikemudian hari di pengadilan.

Pada prinsipnya hak cipta diperoleh bukan karena pendaftaran, tetapi dalam hal terjadi sengketa di pengadilan mengenai ciptaan yang terdaftar dan yang tidak terdaftar, dan apabila pihak – pihak yang berkepentingan dapat membuktikan kebenarannya, hakim dapat menentukan pencipta yang sebenarnya berdasarkan pembuktian di persidangan

Wilayah Kabupaten Polewali Mandar sendiri sejauh ini belum perna ada pendaftaran hak Cipta atas karya seni tari ke kantor wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia bidang HKI Provinsi Sulbar, baik dari instansi terkait di Kabupaten Polewali Mandar maupun individu (Seniman).

Pemerintah dalam hal ini melalui Kemenkum HAM pada bidang Kekayaan Intelektual telah menyediakan sarana pendaftaran Hak cipta secara online sehingga mempermudah seorang pencipta untuk melakukan pendaftaran atas karya mereka agar dapat memperoleh hak cipta. Situs ini dapat diakses oleh semua elemen masyarakat. Namun tentu saja dengan persyaratan yang telah di tentukan. Informasi mengenai pendaftaran hak cipta yang lebih mudah melalui link.website.www.dgip.go.id.

Adapun untuk tingkat provinsi Kantor Wilayah Hukum dan Hak Asasi Manusia bidang Hak Kekayaan Intelektual belum memiliki data/Inventarisasi atas karya cipta yang terdaftar lanjut abdullah.

(47)

Wawancara kepada Marendeng Selaku Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Poewali Mandar (Pada 10 Juli 2017), wawancara dilakukan guna mengetahui informasi terkait dengan perlindungan hak eksklusif pencipta karya seni tari di Kabupaten Polewali Mandar, menerangkan bahwa :

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memiliki data tersendiri untuk hal itu, terkair karya seni tari tradisional dan sanggar-sanggar seni di wilayah Polewali Mandar. Untuk hak eklusif pencipta karya seni tari di Kabupaten Polewali Mandar baik hak ekonomi dan moral belum diatur terlalu mendalam oleh pemerintah daerah. Selama ini semua sanggar hanya mendaftarkan sanggarnya saja, kalaupun jenis tarian dan tarian yang dimiliki masing- masing sanggar atau yang mereka ciptakan/kreasikan belum ada data atau pendaftarannya sejauh ini.

Berikut adalah daftar tarian tradisional yang diinventarisasikan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Polewali Mandar :

No Nama Tarian Keterangan

1 Tari Koayang Tarian yang menjadi simbol hubungan manusia dengan alam yang selaras.

Dimana tarian ini menunjukan gambaran anatara keselerasan alam dengan manusia.

2 Tari Tu’du Sarawadang Tarian ini adalah simbol bagaimana manusia dapat memahami satu sama lain, sehingga akan terjalin kekompakan bersama. Kalaupun terpisah akan saling membutuhkan antara satu dengan yang

(48)

lain.

3 Tari Tu’du Kumba Tarian ini mengekspresikan rasa rindu pada seorang kekasih selain itu juga memperlihatkan diri seserang tidak menyombongkan diri.

4 Tari Tu’du Losa-losa Adalah tarian yang mengungkapkan rasa ebersamaan untuk menjalin persaudaraan.

5 Tari Tu’du Palappa Tarian ini bercerita tentang sebuah usaha yang menggambarkan sebuah ketekunan akan berakhir dengan keberhasilan.

6 Tari Tu’du Sore Tarian ini bercerita tentang kepuasan ungkapan rasa terimah kasih atas usaha yang telah dicapai.

7 Tari Tu’du Tipalayo Tarian ini bercerita dan menggambarkan sifat dan karakter gadis-gadis Mandar yang anggun, ayu, lemah gemulai dan tinggi semampai.

8 Tari Tu’du Denggo Tarian ini menggambarkan ketakwaan manusian kepada tuhannnya, dan mengandung makna agar kita senantiasa mengingat sang pencipta.

9 Tari Tu’du Cakkuriri Tarian ini menggambarkan bahwa untuk

(49)

menapai sutau tujuan diperlukan suatu persatuan/kesamaan visi.

10 Tari Tu’du Tommuane Tarian ini adalah jenis tarian yang dibawakan oleh anak laki-laki untuk menanamkan jiwa patriotisme sejak dini pada anak-anak.

11 Tari Pallake Tarian ini adalah tarian yang

menggambarkan cerita peperangan.

Tarian ini diawali dengan ritual mistik yang menggunakan benda-benda pusaka dan lake’(tanduk).

Data tabel 3.1.1 inventarisasi Tari Tradisonal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Polewali Mandar Tahun 2017.

Dari beberapa tarian tersebut yang diinventarisasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, belum ada satupun yang didaftarkan ke Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia wilayah Provinsi Sulawesi Barat lanjut marendeng dalam wawancara pada 10 Juli 2017.

Selain hal tersebut penulis juga memperoleh data inventarisasi sanggar seni yang ada di wilayah kabupaten Polewali Mandar yang jumlahnya tidak sedikit.Sanggar seni ini terbagi lagi menjadi beberapa sanggar seni yang berfokus pada satu bidang kesenian saja ada juga yang mengkolaborasi beberapa bidang kesenian. Menilik banyaknya jumlah sanggar seni yang ada di wilayah kabupaten Polewali Mandar tidak dipungkiri adanya konflik yang muncul sesama pendiri

(50)

sanggar untuk mencapai populeritas sanggar masing-masing, baik dengan menduplikasi karya seni tari sanggar lain ataupun mengkreasikannya kembali tanpa harus bersusah payah untuk menciptakan karya sendiri. Namun pemerintah setempat (Pemda Kabupaten) yakni dinas terkait tidak menginventarisasikan tari kreasi dari setiap sanggar seni dan mendaftarkan hak ciptanya. Hingga kini penggunaan karya seni tari kreasi dari beberapa sanggar dalam suatu pentas akan terlihat beberapa kesamaa gerak dasar.

Penggunaan karya tanpa izin (lisensi) dari pencipta merupakan suatu pelanggaran. Namun, perlindungan hak ekslusif yang masih kurang mengakibatkan produktifitas dari kreatifitas seniman-seniman di Kabupaten Polewali Mandar terbendung dan tidak tersalurkan.Hal ini mengakibatkan karya/penciptaan kreasi karya seni tari tradisional Polewali Mandar tidak berkembang.Konflik ini terjadi akibat banyaknya jumlah sanggar seni, namun tidak semua sanggar dapat menciptakan sebuah karya seni sendiri.Namun penanganan dan pengawasan yang masih minim membuat hal ini terus berlangsung.

Berikut adalah daftar sanggar seni yang terdaftar di kabupaten Polewali Mandar :

No Nama Oeganisasi Alamat Nomor Pendaftaran

Organisasi Kesenian Kategori

01 02 03 04 05

1 Temere Pammarica

Polewali 421.23/01/DISBUDPAR/2011 S.Tari

2 Teater Lantanratu Polewali 422.23/02/DISBUDPAR/2011 S.Tari

(51)

3 Sanggar Melati Polewali 421.23/03/DISBUDPAR/2011 S.Tari 4 Teater Tipalayo Polewali 421.23/04/DISBUDPAR/2011 S.Tari 5 Bina Musika Madatte 421.23/05/DISBUDPAR/2011 S.Tari 6 Ketoprak Bangau Wonomulyo 421.23/06/DISBUDPAR/2011 S.Tari 7 Mardi Buadaya Wonomulyo 421.23/07/DISBUDPAR/2011 S.Tari 8 Lestari Wonomulyo 421.23/08/DISBUDPAR/2011 S.Tari

9 Grup Orkes

Todiolo

Ongko Campalagian

421.23/08/DISBUDPAR/2011 Rebana

10 Group Poqbar Campalagian 421.23/08/DISBUDPAR/2011 Rebana 11 Group Beru-beru Campalagian 421.23/01/DISBUDPAR/2011 Rebana 12 Group Tipalayo Campalagian 421.23/12/DISBUDPAR/2011 Rebana 13 Group Kacapi Campalagian 421.23/13/DISBUDPAR/2011 Kecapi 14 Group Pallake Campalagian 421.23/14/DISBUDPAR/2011 S.Tari 15 Passayang

Sayang

Campalagian 421.23/15/DISBUDPAR/2011 S.Tari

16 Parrawana Taubaine

Campalagian 421.23/16/DISBUDPAR/2011 Rebana

17 Sanggar Tomepayung

Tinambung 421.23/17/DISBUDPAR/2011 S.Tari

18 Sanggar Tipalayo Tinambung 421.23/18/DISBUDPAR/2011 S.Tari 19 Tomajarra Tinambung 421.23/19/DISBUDPAR/2011 S.Tari 20 Flamboyan Tinambung 421.23/20/DISBUDPAR/2011 S.Tari 21 Al-Fatah Tinambung 421.23/21/DISBUDPAR/2011 S.Tari 22 Canggih Tinambung 421.23/22/DISBUDPAR/2011 S.Tari 23 Rekating Sisalili Tinambung 421.23/23/DISBUDPAR/2011 S.Tari 24 Karang Taruna Tinambung 421.23/24/DISBUDPAR/2011 S.Tari 25 Remaja Islam Tinambung 421.23/25/DISBUDPAR/2011 S.Tari 26 Remaja Islam Karang Taruna 421.23/26/DISBUDPAR/2011 S.Tari 27 Ikrar Isorai Tinambung 421.23/27/DISBUDPAR/2011 S.Tari 28 Sanggar Siaeioi Wonomulyo 421.23/28/DISBUDPAR/2011 S.Tari

Referensi

Dokumen terkait

Lily Maryam N.: Perlindungan hukum terhadap karya cipta buku menurut undang - undang..., 2002... Lily Maryam N.: Perlindungan hukum terhadap karya cipta buku menurut undang -

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelanggaran hak cipta lagu, bentuk-bentuk perlindungan hukum bagi pencipta lagu, usaha-usaha yang dilakukan oleh

Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa yang terjadi dalam perlindungan hukum bagi para pencipta atas karya cipta lagu di Lokananta Solo dan bagaimanakah penyelesaianyaa.

Bentuk perlindungan hukum atas ekspresi budaya tradisional telah atur dalam suatu peraturan perundang-undangan yaitu Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA ATAS KARYA CIPTA DIGITAL DI INDONESIA) Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan

Implementasi perlindungan hukum terhadap pemegang hak cipta atas karya cipta lagu ditinjau dari UU No 28 Tahun 2014, dimana undang-undang akan memberikan perlindungan sesuai

Tulisan ini menghasilkan analisis bahwa perlindungan hak ekonomi pencipta karya cipta electronic book (e-book) adalah hak yang dimiliki oleh seorang pencipta untuk

terhadap karya cipta digital dilakukan penelitian dengan judul:. “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA