• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3.3 Upaya yang dilakukan oleh Pemegang Hak Cipta untuk

3.3 Upaya yang Dilakukan oleh Pemegang Hak Cipta untuk Melindungi

dibutuhkannya formalitas tertentu untuk memperoleh perlindungan hukumnya, sedangkan yang tidak secara otomatis artinya dibutuhkan adanya perbuatan untuk memperoleh perlindungan hukumnya, yaitu harus memenuhi formalitas tertentu seperti halnya permohonan pendaftaran atau registrasi.

Bagaimanakah upaya perlindungan karya cipta seni tari yang dilakukan oleh seniman tari atau pencipta tari di Polewali Mandar dalam rangka melindungi karya cipta mereka yang merupakan hasil intelektualitasnya untuk menghindari adanya tindakan dari pihak – pihak lain dan orang – orang yang menjiplak atau meniru serta menggunakan dan memanfaatkannya untuk kepentingan komersiil secara tidak sah atau illegal dan tidak meminta izin terlebih dahulukepada mereka.

Berikut ini akan dipaparkan upaya – upaya yang dilakukan oleh beberapa seniman seniman tari atau pencipta tari di Kabupaten Polewali Mandar yang telah penulis wawancarai.

Wawancara kepada Eka Selaku pendiri sanggar seni dance kreatif (pada 19 Juli 2017) terkait dengan upaya yang dilakukan dalam melindungi haknya sebagai pemegang hak eksklusif karya seni tari ciptaannya :

Upaya perlindungan Hak Cipta telah dilakukan oleh Eka, salah satu seniman muda Polewali Mandar, upaya yang ia lakukan ialah dengan membuat dokumentasi karya seni ciptaannya. Adapun bentuk dokumentasi yang ia buat adalah berupa foto pentas, vidio serta mendeskripsikan tari kreasi yang ia buat.

Wawancara dengan Rara Selaku pendiri Sanggar Tipalayo (pada 17 Juli 2017) terkait dengan upaya yang dilakukan dalam melindungi haknya sebagai pemegang hak eksklusif karya seni tari ciptaannya :

Rara menuturkan bahwa upaya perlindungan karya cipta seni tari yang ia

lakukan adalah mendokumentasikannya dalam bentuk kaset dan compact disk (cd) selain itu ia juga mendeskripsikan karya cipta seni tarinya itu ke dalam bentuk deskripsi tari yang dituliskan ke dalam bentuk buku.

Wawancara dengan Max (disamarkan) Selaku pendiri Sanggar X (disamarkan), (pada 17 Juli 2017) terkait dengan upaya yang dilakukan dalam melindungi haknya sebagai pemegang hak eksklusif karya seni tari ciptaannya :

Upaya prlindungan karya cipta seni tari yang dilakukan oleh X ialah dengan menyimpan foto-foto dokumentasi pentas anak-anak sanggar saat mengikuti suatu ivent atau lomba.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa upaya perlindungan terhadap karya cipta seni tari yang dihasilkan oleh seniman tari atau pencipta tari di Kabupaten Polewali Mandar dilakukan dengan upaya pendokumentasian terhadap karya ciptanya itu dalam bentuk bentuk kaset, dalam bentuk compact disk (cd) dan melakukan pencatatan tari karya ciptanya itu ke dalam bentuk deskripsi tari saja. Seniman tari di Kabupaten Polewali Mandar belum pernah melakukan pendaftaran terhadap karya cipta seni tarinya itu ke Dirjend HKI, karena bagi mereka tenyata sistem pendaftaran yang harus dilakukan ternyata susah. Minimnya pengetahuan sebagian seniman atas hak cipta menimbulkan polemik baru yakni banyaknya terjadi plagiat.

Hasil wawancara yang penulis lakukan dengan seniman tari Eka (Ketua Sanggar Seni Dance Kreative, Pada 16 Juli 2017) terkait dengan sosialisasi UUHC terbaru yakni UUHC No.28 Tahun 2014, menyatakan bahwa :

UUHC 2014 sendiri belum pernah disosialisasikan dikalangan seniman tari di Polewali Mandar. Sehingga mereka sangat sulit untuk mengakses dan mengerti apa maksud dan tujuan dari UUHC 2014, namun secara prinsip mereka memang menginginkan adanya perlindungan terhadap semua karya cipta seni tari mereka. Dan seniman tari di daerah ini juga menginginkan

suatu pemahaman yang lengkap tentang maksud dan tujuan dari UUHC 2014 itu sendiri untuk melindungi karya cipta seni tari karya mereka. Sejauh ini banyak karya seni tari ciptaan sanggar seni eka “Dance Kreative” digunakan dan dikreasikan oleh sanggar seni lain. Meskipun telah mengetahui bahwa eka-lah pencipta gerakan dasar tarian yang mereka gunakan. Namun sulitnya akses perlindungan hukum membuat karya seni tari yang diciptakan digunakan dan diduplikat (Plagiat) secara berulang oleh sanggar lain.

Berkaitan dengan belum dilaksanakan sosialisasi dikalangan seniman tari didaerah ini dan belum didaftarkannya karya cipta senitari oleh seniman tari, maka penulis sepakat dengan teori MenurutLawrence M. Freidman yang menyatakan bahwa bekerjanya suatuhukum itu tidak bisa dilepaskan dari sesuatu sistem hukum yangterdiri dari tiga unsur yaitu substansi, stuktur, dan budaya hukum,dari ketiga unsur tersebut yang paling menentukan dalam sistemhukum akan berjalan atau tidaknya adalah budaya hukumnya danbudaya masyarakatnya mencakup tentang bagaimana persepsimasyarakat terhadap hukum, juga tentang peranannya dalamhukum juga peranan masyarakat dalam menjaga ketertibaan danhukum merupakan hak dari individu yang harus ditegakkan.

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah penulis tuliskan pada bab terdahulu, maka dapatlah dibuat suatu kesimpulan sebagaiberikut:

(1) Hak ekslusif pencipta karya seni tari di wilayah Kabupaten Polewali Mandar belum memperoleh perlindungan hak cipta yang maksimal dari pemerintah.

Hal ini ditunjukan dari data inventarisasi dinas pendidikan dan kebudayaan kabag. Kebudayaan hanya memiliki sedikit data tari-tarian. Kurangnya data tarian yang ada tidak seperti jumlah sanggar yang terdaftar sangat banyak.

Hal ini menunjukan bahwa pemerintah setempat hanya melalukan pendataan atas pendaftaran sanggar seni saja, namun tidak melindungi hak cipta karya seni yang mereka ciptakan

(2) Faktor yang menjadi penghambat perlindungan hak cipta karya seni tari di kabupaten Polewali Mandar, yakni Minimnya pengetahuan seniman atas perlindungan hak cipta, Kurangnya perhatian Pemerintah daerah terhadap karya seni tari, serta Belum adanya koordinasi yang baik dari hirarki pejabat yang memiliki wewenang. Minimnya upaya mengenalkan perlunya perlindungan hak cipta dikalangan seniman menimbulkan banyak polemik.

(3) Upaya yang dilakukan oleh seniman atau pencipta karya seni tari di Kabupaten Polewali Mandar sejauh ini hanya dengan mengandalkan perolehan perlindungan hukum secara otomatis pada saat telah dipublikasikan/deklasikan. Secara otomatis maksudnya adalah bahwa tidak

dibutuhkannya formalitas tertentu untuk memperoleh perlindungan hukumnya. Upaya lain yang dilakukan ialah dengan mendokumentasikan hasil karya mereka dalam bentuk foto, vidio serta narasi.

4.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis menemukan beberapa masalah terkait perlindungan hak cipta atas karya seni tari di Kabupaten Polewali Mandar.

Maka penulis menulis beberapa saran sebagai berikut :

(1) Kepada pemerintah melalui dinas terkait supaya perlindungan hak cipta, kususnya karya seni tari ciptaan yang pentiptanya diketahui maupun karya seni tari dari ciptaan yang penciptanya tidak diketahui untuk dilindungi secara maksimal. Upaya perlindungan dapat dilakukan dengan mengenalkan adanya proses perlindungan melalui proses pendafataran melalui Dirjen HKI.

Melakukan pertemuan dengan seniman tari di Polewali Mandar untuk menyamakan visi dan misi dalam menjaga kelestarian budaya bangsa.

Kepada intasntasi pemerintahan terkait agar lebih cekatan dalam melihat permasalahan seniman terkait perl=lindungan hak cipta seni tari setiap sanggar seni agar dapat menjadi stimulus para seniman untuk terus berkarya dan berkreatifitas.

(2) Kepada para seniman agar tetap membuka diri dengan perkembangan zaman agar terus terupdate dalam memperoleh informasi agar dapat melindungi haknya secara pribadi sebagai seorang pencipta. Sehingga meminimalisir hambatan-hambatan dalam perlindungan hak eklusif sebagai seorang pencipta sebuah karya.

(3) Kepada para seniman agar dapat lebih membuka diri terhadap perkembangan zaman dimana saat ini, seluruh seniman juga diwajibkan untuk mengetahui peraturan serta perlindungan atas karya yang diciptakan. Hal ini dikarenakan plagiat atas karya seni tidak dapat di proses jika tidak di adukan ke pihak berwenang, Mengingat hal ini merupakan delik aduan. Yang berbeda dengan delik umum.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Andi Amriadi Ali. 1999.Nilai-nilai Demokrasi Pada Empat Etnis Di Sulawesi Selatan.FIK-LSm, Sulsel.

Ajip Rosidi. 1984.Undang-undang Hak Cipta 1982: Pandangan Seorang Awam, Djambatan, Jakarta.

Ali. Zainuddin. 2010.Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika, Jakarta.

Budi Agus Riswandi & M. Syamsudin. 2004. Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Candra Irawan. 2011. Politik Hukum Hak Kekayaan Intelektual Indonesia.

Mandar Maju, Bandung.

Hasbir Paserangi. 2011.Hak Kekayaan Intelektual, Perlindungan Hukum Hak Cipta PerangkatLunak Program Komputer Dalam Hubungannya Dengan Prinsip-Prinsip Dalam TRIPs Di Indonesia. Rabbani Press, Jakarta.

H. OK. Saidin. 2010. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights). Rajawali Pers, Jakarta.

M. Hutauruk. 1982.Peraturan Hak Cipta Nasional. Erlangga, Jakarta.

Mariam Darus Badrulzaman. 1983. Mencari Sistem Hukum Benda Nasional.

BPHN-Alumni, Bandung.

Satjipto Raharjo. 2000. Ilmu Hukum. Citra AdityaBakti. Bandung.

Sri Soedewi, Masehoen Sofwan. 1981.Hukum Perdata: Hukum Benda. Liberty, Yogjayakarta.

Tomi Suryo Utomo. 2010.Hak Kekayaan Intelektual di Era Global. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Tim Lindsey. 2013.Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar.PT.Alumni, Bandung.

Sumber Lain :

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Balai Pustaka, Jakarta.

Kasianto. 2016.“Artikel Ilmiah Upacara Adat Sayyang Pattuqduq”.Artikel Ilmiah Program Kreativitas Mahasiswa. Tahun ke-1, Juli-Desember 2016 : Universitas Bosowa.

Supriayanto. 2012. “Tari klana alus sri”.Jurnal Seni Tari. Volume 3 No.1 Mei 2012 : Yogjayakarta.

Undang-undangan :

Undang-Undang Hak Cipta RI No.28 Tahun 2014, Sinar Grafika, Jakarta.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Pustaka Mandiri, Surakarta.

Internet :

Kesenian Khas Mahasyarakat Mandar http.dunia-kesenian.blogspot.co.id. Akses pada 29 - Mei - 2017

Hutagulung, S.M, “Hak Cipta”, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Hak cipta, Pada 29 April 2017.

Defenisi Tari Menurut Para Ahli , diakses dariwww.gurupendidikan.com.Akses Pada 29 April 2017.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Dokumen terkait