• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Pengembangan Usaha Hutan Rakyat

5.3.1 Faktor pendorong

Faktor pendorong merupakan faktor terpenting yang mendorong responden untuk mengembangkan usaha hutan rakyat. Faktor pendorong yang mempengaruhi responden dalam mengembangkan usaha hutan rakyat disajikan pada Tabel 9. Beberapa jawaban yang diberikan responden mengenai faktor pendorong yang mempengaruhi mereka dalam mengembangkan usaha hutan rakyat, antara lain: tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit, mudah dalam pengelolaannya, tabungan dimasa depan, warisan yang diturunkan oleh orangtua,

kecocokan lahan yang ada, mengikuti jejak orang lain dan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan industri mebel.

Tabel 9 Faktor pendorong pengembangan usaha hutan rakyat

No. Faktor Pendorong Frekuensi

Jawaban

Persentase (%)

1 Tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit 18 13

2 Mudah dalam pengelolaannya 34 24

3 Tabungan masa depan 67 47

4 Kecocokan lahan 7 5

5 Meneruskan usaha orangtua 6 4

6 Mengikuti jejak oranglain 8 6

7 Memenuhi kebutuhan bahan baku untuk industri mebel 2 1

Jumlah 142 100

1. Tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit

Sebanyak 13% dari seluruh jawaban yang ada menyatakan bahwa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengusahaan rakyat yang sedikit mendorong responden untuk mengembangkan usaha hutan rakyat. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang cukup mudah dan sederhana serta tidak memerlukan perawatan yang intensif menyebabkan tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit.

2. Mudah dalam pengelolaannya

Sebanyak 24% dari seluruh jawaban yang ada menyatakan bahwa mudahnya pengelolaan hutan rakyat yang mendorong responden untuk mengembangkan usaha hutan rakyat. Pengelolaan hutan rakyat yang mudah dan sederhana serta tidak memerlukan perawatan yang intensif menjadikan pengelolaan hutan rakyat yang selama ini dilakukan sangat minim terhadap tindakan silvikultur. Hal tersebut menjadikan usaha hutan rakyat ini cukup mudah dikelola oleh petani yang mengembangkannya.

Faktor pendorong ini yang menyebabkan responden meski pekerjaan utamanya bukan sebagai petani, tetapi mereka tetap berkeinginan untuk mengembangkan usaha hutan rakyat sebagai pekerjaan sampingan. Pada tahap pengelolaan hutan rakyat dibagi menjadi 2 kegiatan besar, yakni: penanaman dan pemeliharaan. Pada kegiatan penanaman, beberapa hal yang dilakukan antaralain:

pembersihan lahan, pembuatan lubang tanam, pemberian pupuk, penanaman bibit dan pendangiran. Selanjutnya pada kegiatan pemeliharaan, beberapa hal yang dilakukan meliputi: penyiangan dan penyemprotan.

Kegiatan pemeliharaan, biasanya dilakukan setahun sekali atau dua kali. Kegiatan pemeliharaan pada hutan rakyat biasanya dilakukan oleh petani pada musim libur, sehingga kegiatan tersebut tidak mengganggu pekerjaan utama mereka dan tak jarang pula anak-anak merekapun turut membantunya. Kebanyakan responden melakukan pemeliharaan untuk jenis sengon hingga tahun ke-3 dan jenis Jati hingga tahun ke-5 atau ke-8. Beberapa tahun berikutnya hingga pohon ditebang biasanya dibiarkan tanpa dilakukan tindakan pemeliharaan.

3. Sumber tabungan di masa depan

Sebanyak 47% dari seluruh jawaban yang ada menyatakan bahwa faktor yang mendorong responden untuk mengusahakan hutan rakyat karena hutan rakyat dapat dijadikan sebagai tabungan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan kebiasaan dilakukan masyarakat desa, mereka lebih tertarik untuk menabungkan uangnya dalam bentuk simpanan pohon daripada menabungkan uangnya di Bank, karena pohon dapat dengan mudah “dicairkan” menjadi uang ketika dibutuhkan. Selain itu mereka beranggapan kalau pohon akan selalu tumbuh sehingga semakin lama pohon itu disimpan maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar pula, sedangkan bila uangnya ditabung di Bank keuntungan yang dipeoleh oleh bunga Bank hanya sedikit. Usaha hutan rakyat dijadikan sebagai sumber tabungan di masa depan untuk membiayai kuliah anak, biaya pernikahan anak, biaya membangun rumah dan ongkos pergi haji. Rahayu dan Awang (2003) mengemukakan bahwa hutan rakyat, mempunyai manfaat, yakni (i) memberi kepastian tambahan pendapatan. harian dari tanaman berumur pendek dan tabungan dari tanaman berumur panjang, (ii) lebih mudah dan murah dipelihara daripada perkebunan atau areal tanaman semusim, karena menyediakan pakan ternak atau kayu bakar serta tidak perlu dipupuk dan disiangi, (iii) menguntungkan secara lingkungan, karena bisa menumbuhkan mata air, mengurangi tanah longsor, dan meningkatkan siklus hara

4. Warisan yang diturunkan oleh orangtua

Sebanyak 4% dari seluruh jawaban yang ada menyatakan bahwa faktor pendorong responden untuk mengusahakan hutan rakyat karena usaha hutan rakyat merupakan usaha yang diwariskan oleh orangtua. Mereka sangat tertarik melanjutkan usaha ini karena melihat keberhasilan yang dicapai orangtua mereka dari kegiatan usaha hutan rakyat ini dan ingin tetap melestarikan warisan yang diberikan oleh orangtua mereka agar tidak sia-sia. Seorang responden sempat berkata “Sejak dahulu orangtua saya berjuang keras untuk mempertahankan dan melestarikan usaha hutan rakyat ini, jika usaha hutan rakyat dibiarkan dan disia-siakan berarti saya tidak menghargai dan menghormati orangtua saya. Saya tidak ingin menjadi anak durhaka sehingga saya berkeinginan untuk terus melanjutkan usaha hutan rakyat ini bahkan untuk kedepannya lagi saya akan menurunkannya kepada anak cucu saya”. Pengusahaan hutan rakyat sebagai upaya pelestarian warisan nenek moyang merupakan faktor pendorong yang muncul dari dalam diri orang yang mengusahakannya. Keberhasilan pengusahaan hutan rakyat juga ditentukan oleh persepsi masyarakat terhadap pentingnya pelestarian nilai-nilai atau budaya yang diwariskan oleh nenek moyangnya.

5. Kecocokan lahan

Sebanyak 5% dari seluruh jawaban yang ada menyatakan bahwa faktor pendorong responden untuk mengusahakan hutan rakyat karena kecocokan lahan yang ada. Faktor kecocokan lahan ini mempengaruhi responden untuk memilih tanaman kehutanan yang sesuai dengan kondisi lahan, terlebih untuk jenis jati yang hanya tumbuh pada lingkungan tertentu. Faktor ini masih sedikit sekali mempengaruhi responden dalam mengembangkan usaha hutan karena jarang sekali seseorang menanam tanaman kehutanan mempertimbangkan terlebih dahulu unsur-unsur yang terkandung dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan bagi pertumbuhan tanaman tersebut. Hal tersebut didasarkan karena pendidikan mereka yang masih rendah. Biasanya mereka memilih jenis tanaman yang cocok karena pengalaman mereka selama ini dan melihat kondisi lahan sekitar milik tetangga mereka yang ditanami dengan jenis tertentu.

6. Mengikuti jejak orang lain

Sebanyak 6% dari seluruh jawaban yang ada menyatakan bahwa faktor pendorong responden untuk mengusahakan hutan rakyat karena mengikuti jejak orang lain. Beberapa responden beralasan demikian karena mereka melihat oranglain sukses dalam mengembangkan usaha hutan rakyat. Mereka berharap suatu saat nanti bisa merasakan kesuksesan yang selama ini dirasakan oleh orang lain tersebut.

7. Memenuhi kebutuhan bahan baku industri mebel

Sebanyak 1% dari seluruh jawaban yang ada menyatakan bahwa faktor pendorong responden untuk mengusahakan hutan rakyat karena nantinya dapat digunakan untuk menyediakan sumber bahan baku industri mebel. Dalam hal ini kebetulan yang menjawabnya merupakan para pengusaha yang memiliki industri mebel. Mereka memprioritaskan untuk menanam Jati agar kelak bisa digunakan untuk industri mebel sebab kian hari keberadaan tanaman Jati semakin menurun sehingga sulit diperoleh dan harga kayunya menjadi semakin mahal.

5.3.2 Faktor penghambat

Faktor penghambat merupakan faktor yang menghalangi responden untuk mengembangkan usaha hutan rakyat. Faktor penghambat yang mempengaruhi responden dalam mengembangkan usaha hutan rakyat disajikan pada Tabel 10. Beberapa jawaban yang diberikan responden mengenai faktor kendala yang mempengaruhi petani dalam mengembangkan usaha hutan rakyat, antara lain: adanya serangan hama, kurangnya pengetahuan dalam rangka meningkatkan hasil hutan rakyat yang maksimal, lamanya pertumbuhan, keterbatasan modal dan harga jual kayu cenderung murah.

Tabel 10 Faktor penghambat pengembangan usaha hutan rakyat

No. Faktor Kendala Frekuensi Jawaban Persentase (%)

1 Serangan hama 22 21

2 Kurangnya pengetahuan dalam rangka

meningkatkan hasil hutan rakyat yang maksimal

41 40

3 Lamanya pertumbuhan 19 18

4 Keterbatasan modal 17 17

5 Harga jual kayu cenderung murah 4 4

1. Serangan hama

Sebanyak 22% dari total jawaban yang ada menyatakan bahwa faktor yang menghambat responden untuk mengembangkan usaha hutan rakyat karena adanya serangan hama pada tanaman. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, hama yang ada kebanyakan menyerang tanaman sengon. Pada beberapa tegakan sengon yang ada, hama yang menyerang disebut uter-uter. Cara yang sering digunakan oleh petani jika sengon terserang hama uter-uter tersebut adalah dengan menebang pohon yang terserang lalu dimusnahkan, agar uter-uter tidak menjalar kemana-mana. Tanaman yang terkena hama ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi para petani. Sedangkan hama yang menyerang tanaman jati sangat jarang ditemui.

2. Kurangnya pengetahuan dalam rangka meningkatkan hasil hutan rakyat yang maksimal

Sebanyak 40% dari total jawaban yang ada menyatakan bahwa faktor yang menghambat responden untuk mengusahakan hutan rakyat karena kurangnya pengetahuan petani dalam rangka meningkatkan hasil hutan rakyat yang maksimal. Kurangnya pengetahuan atau informasi mengenai pangsa pasar sehingga petani dengan mudah dapat menyesuaikan jenis tanaman yang laku dipasaran serta mengenai sistem pembangunan hutan rakyat yang seperti apa yang dapat memberikan hasil/pendapatan yang optimal bagi petani dengan luas hutan rakyat yang sempit.

3. Lamanya pertumbuhan

Sebanyak 18% dari total jawaban yang ada menyatakan bahwa faktor yang menghalangi responden untuk mengembangkan usaha hutan rakyat karena lamanya pertumbuhan. Lamanya pertumbuhan tanaman kehutanan menyebabkan jangka waktu untuk memperoleh hasil panen pun cukup lama. Berbeda dengan tanaman pangan yang panennya bisa diperoleh secara bulanan maupun mingguan secara rutin. Pada tanaman kehutanan hasil panen baru bisa dirasakan pada kurun waktu beberapa tahun kedepan, misalnya tanaman sengon waktu masak tebangnya 5-7 tahun dan tanaman jati waktu masak tebangnya 40 tahun. Kebanyakan petani memanen kayu dari hutan rakyat miliknya sebelum waktu masak tebang sehingga

berdampak pada menurun harga jual kayu. Muslich dan Krisdianto (2006) menjelaskan bahwa batang kayu rakyat umumnya merupakan kayu muda (juvenile) yang menghasilkan kayu dengan berat jenis rendah yang menyebabkan kayu kurang awet secara alami. Berbeda dengan kayu dari hutan alam yang umumnya ditebang ketika sudah masak tebang sehingga kayu memiliki berat jenis dan kerapatan tinggi yang menyebabkan tingginya kualitas kayu.

4. Keterbatasan modal

Sebanyak 17% dari total jawaban yang ada menyatakan bahwa faktor yang menghalangi responden untuk mengembangkan usaha hutan rakyat karena adanya keterbatasan modal yang dimiliki. Menurut beberapa responden meski pengelolaan hutan rakyat ini cukup mudah dan tidak terlalu banyak biaya yang dikeluarkan akan tetapi keterbatasannya modal masih mereka rasakan karena selama ini pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan utama masih rendah sehingga untuk menutupi biaya pengembangan hutan rakyat ini masih dirasa kurang mencukupi. Diperlukan adanya pemberian pinjaman modal kepada para petani hutan rakyat agar dapat mengembangkan usahanya lebih maksimal lagi. 5. Harga jual kayu yang cenderung murah

Sebanyak 4% dari total jawaban yang ada menyatakan bahwa faktor yang menghalangi responden untuk mengembangkan usaha hutan rakyat karena harga jual kayu yang cenderung murah. Harga jual kayu kerap ditentukan oleh para pembeli (tengkulak). Dalam hal ini petani kerap berada pada posisi yang lemah dalam menetapkan harga jual kayu terutama ketika petani menjual kayu dalam keadaan terdesak.

Dokumen terkait