• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : METODE PENELITIAN

B. Temuan Penelitian Tradisi Pembacaan Al Qur‟an

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Tradis

Adapun faktor pendukung dan penghambat yang penulis simpulkan dari hasil wawancara dari pengasuh dengan adanya tradisi pembacaan al-Qur‟an surat al-Hadid ayat 1-6 dipanti asuhan Darul Hadlanah adalah sebagai berikut :Pendukung antara lain (a)Adanya kepercayaan penuh dari para orang tua santri yang menyadari akan pentingnya pendidikan agama. (b) Adanya keyakinan yang kuat dari para santri tentang fadhilah pembacaan al-Qur‟an. Seperti adanya rizki yang barokah dan terkabulnya doa mereka.

Penghambat anatara lain : (a) Pengkondisian anak anak yang kurang maksimal karena anak-anak susah dibangunkan. (b) Hal tersebut berimpikasi pada pelaksanaan jamaah yang kurang tepat waktu.

77 Koko liem,”

Rahasia Menggapai Keberkahan”. Depok: 5M Press hal 5

78

Wawancara di panti asuhan darul hadlanah pada pukul 19.00 pada tanggal 5 maret 2018

104 BAB V ANALISIS

Berdasarkan paparan data pada bab sebelumnya kiranya sampailah pada langkah penelitian berikutnya yaitu analisis data. Dalam langkah ini peneliti menguraikan beberapa tradisi dan prosesi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 serta makna tradisi pembacaan surat al-Hadid ayat 1-6 dipanti asuhan Darul Hadlanah.

Uraian data, dokumentasi tersebut kiranya akan dapat memberikan deskripsi dari dasar, pelaksanaan dan makna tradisi pembacaan surah al-Hadid ayat 1-6 dipanti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga. Berikut adalah deskripsi analisis tentang kasus-kasus persoalan tersebut:

Terdapat temuan bahwa diantara responden hanya satu anak (1%) yang berasal dari keluarga dengan presentasi agama yang kuat , padahal sebagian dikatakan Zakiah Daradjat, pendidikan dalam keluarga menjadiamat

penting.”apabila sejak kecil ajaran agama tidak dibiasakan pada kehidupan anak, maka pada waktu dewasannya nanti ia akan cenderung acuh tak acuh, anti agama atau sekurang-kurangnya anak tidak akan merasakan pentingnya agama.79 Dengan

demikian, dari temuan itu pula muncul betapa pentingnya peran panti asuhan (berbasis pondok pesantren) dalam pendidikan anak terutama yang berkaitan dengan pendidikan keagamaan.

Maka tidak mengherankan jika dalam prosesi living Qur‟an yang diselenggarakan dipanti Asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga. meskipun diselenggarakan satu kali dalam seminggu. melalui dzikir dan tahlil semua itu

79

105

dimaksud sebagai bagian dari menerapkan tradisi al-Qur‟an dalam kehidupan anak didik (santri)

Kalau sekiranya al-Qur‟an pada mulanya diturunkan kepada orang arab, yang mereka dengan sekali baca sudah paham akan artinya, sebab bahasanya sendiri. Betapa lagi kita yang bukan orang arab. Karena Allah SWT memerintahkan kita untuk mentadabburi al-Qur‟an, sekaligus memahami maknanya dan melarang berpaling dari al-Qur‟an, sebagaimana firman-Nya :

“maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur‟an ataukah hati mereka

terkunci. (muhammad ayat 24)”

             

Melalui ayat-ayat al-Qur‟an seorang hamba mampu mengenal mana yang baik dan buruk dengan segala sisinya, mampu mengenal setiap jalan yang menuju kepada kebaikan maupun kejelekan, mengetahui sebab-sebabnya, sasarannya, buahnya, dan harapan yang diinginkan dari keduamya80.

Oleh karena itu, membiasakan mengajarkan al-Qur‟an, mengajarkan arti dan maksud al-Qur‟an kepada orang Islam yang belum bisa membaca al-Qur‟an, yang belum mengerti bahasa arab, atau yang tidak ada waktu untuk membaca al-

Qur‟an bahkan mempelajarinya adalah kewajiban bagi orang Islam yang mengerti dan diberi kenikmatan dalam membaca dan memahami untuk mengajarkan dan memulai mentradisikan.

Lebih dari itu, tentu diajak bertadabbur tentang makna al-Qur‟an surah al- Hadid ayat 1-6, inilah sesungguhnya makna yang paling substansif dari living

80

Muhammad sauman ar-ramli, keajaiban membaca al-Qur‟an. Sukoharjo: insan kamil,2007 , hal 38

106

Qur‟an sebagaimana ditulis oleh Mansur dkk dalam bukunya Sahiron Syamsuddin

“ arti penting kajian living Qur‟an adalah memberikan paradigma baru bagi pengembangan kajian Qur‟an kontemporer, sehingga studial-Qur‟an tidak hanya berkutat pada wilayah kajian teks. Pada wilayah living Qur‟an ini kajian tafsir akan lebih banyak mengapresiasi respondan tindakan masyarakat terhadap kehadiran al-Qur‟an, sehingga tafsir tidak lagi hanya bersifat elitis, melainkan emansipatoris yang mengaajak partisipasi masyarakat.

Hal itu sebagaimana pengasuh menjelaskan bahwa“ Tradisi pembacaan surat al-Hadid adalah sebagai aplikasi anak-anak panti asuhan dalam mendekatkan diri kepada al-Qur‟an, masjid, ulama, serta membangun karakter anak melatih untuk memberikan kepercayaan serta mendekatkan akan cinta kepada al-Qur‟an.

Pada sisi yang lain atau hal yang senada juga disampaikan ZF bahwa“ Tradisi pembacaan surah al-Hadid merupakan riyadhah bathiniyah yang berfungsi untuk mendekatkan diri kepada Allah, menunjukkan rasa syukur dan bukti keimanan seseorang terhadap al-Qur‟an.

Pada dasarnya Allah menciptakan alam beserta seluruh isinya ini tidak ada yang sia-sia. Semuanya diberkahi oleh Allah, tergantung bagaimana kita memanfaatkan bentuk-bentuk keberkahan yang telah dianugrahi Allah kepada kita. Apa saja bentuk keberkahan yang diberikan Allah kepada kita dan dimana keberkahan itu bisa kita temukan. Sudah tidak mungkin lagi dipungkiri bahwa al-

Qur‟an merupakan salah satu bentuk keberkahan yang Allah berikan kepada kita. Ibn Qoyyim berkata Al-Qur‟an lebih patut diberi nama mubarraak (yang

107

dibarokahi) dibanding yang lain karena dia sangat banyak kebaikann, manfaat, dan sisi kebarokahan padanya81.

Pendekatan diri kepada Allah merupakan hal positif yang menjadiamalan bathiniyah warga panti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga, hal ini terlihat

dampaknya para santri semakin khusyu‟ dalam beribadah dan lebih cinta untuk

membaca al-Qur‟an. Tradisi pembacaan surah al-Hadid secara aplikatif menunjukkan rasa syukur dan bukti keimanan seseorang dalam mencintai al-

Qur‟an.

Kemudian makna substansif yang lain dengan adanya tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid adalah pembentukan kepribadian. Setiap manusia yang terlahir didunia ini pasti membawa kepribadiannya masing-masing, tapi dengan berjalannya waktu kepribadian itu bisa berubah karena berbagai faktor yang mempengaruhinya Kepribadian tersebut. Adapun dengan adanya tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat1-6 dapat penulis simpulkan bahwa secara tidak langsung tradisi tersebut mempengaruhi kepribadiannya menjadikan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Barangkali kita masih ingat tentang dialog antara Said bin Hasyim suatu ketika berkisah, aku datang menemui Aisyah RA, dan bertanya kepada nya mengenai akhlak Rasulullah: Aisyah berkata: apakah engkau membaca al-Qur‟an? Aku said menjawab : benar, aku membaca al-

Qur‟an. Aisyah berkata: akhlak Rasulullah adalah al-Qur‟an.82 Hal tersebut juga didipaparkan dalam hadis yang lain antara lain sebagai berikut : dan aisyah RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: siapa yang membaca al-Qur‟an dengan fasih, maka ia beserta para utusannya Allah ( malaikat) yang mulia lagi berbakti, dan

81

Illahi, Dr.fadhl.2008. kunci-kunci Rizki, cet. 13. Jakarta : Darul Haq hal 20 82

108

barang siapa yang membaca dalam keadaan yang tersendat-sendat , maka dia dapat dua pahala (H.R. Bukhari Muslim). Hadis tersebut diatas mengajarkan bahwa Allah memberi kemulian bagi para pembaca al-Qur‟an yang bagus dan benar bacaannya berupa penempatan diri mereka bersama malaikat. Sementara bagi orang Islam yang terbiasa membaca al-Qur‟an namun kurang lancar, mereka tetap dalam dua pahala.

WNH (responden) menjelaskan tentang makna tradisi pembacaan surah al- Hadid bahwa “ Tradisi pembacaan surat al-Hadid menambah semangat dalam beribadah dan merasa tenang karena panti terasa seperti surga dengan adanya bacaan al-Qur‟an yang indah tersebut.

Makna substansif yang terakhir dengan adanya pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 adalah Pengharapan Terkabulnya Hajat atau Datangnya Keberkahan Rizki. Sebagaimana yang dipaparkan oleh salah satu responden antara lain adalah ANS sebagai santri dipanti asuhan Darul Hadlanah tersebut juga mengatakan bahwa tradisi pembacaan surat al-Hadid ayat 1-6 untuk pengharapaan terkabulnya hajat, salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mengharap barokah dari tradisi pembacaan surah al-Hadid tersebut.

Dari paparan diatas menunjukkan bahwa pelaku pembacaan surah al- Hadid ayat 1-6 dipanti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga melakukan tradisi berpijak dari pijakan dalam al-Qur‟an.

Hal yang penting untuk digaris bawahi adalah dari pembahasan tentang makna living Qur‟an dipanti asuhan Darul Hadlanah dapat dikategorikan tentang beberapa makna dari tradisi tersebut. Pertama makna eksplisit adalah (1) pendekatan diri kepada allah, bentuk syukur dan keimanan terhadap al-Qur‟an, (2)

109

pembentukan kepribadian anak panti asuhan Darul Hadlanah. Disamping juga terdapat makna implisit bahwa tradisi living Qur‟an dipanti asuhan Darul Hadlanah adalah merupakan bagian modal atau kultur positif dalam rangka membumikan al-Qur‟an dalam kehidupan empirias sehari-hari, sehingga living

Qur‟an dimaksud bukan bagaimana individu atau sekelompok orang memahami al-Qur‟an (penafsiran )tetapi bagaimana al-Qur‟an itu disikapi dan direspon masyarakat muslim dalam realitas kehidupan sehari-hari menurut konteks budaya dan pergaulan sosial.

Dengan demikian, dalam praktik pembacaan al-Qur‟an surah pilihan dipanti asuhan Darul Hadlanah, jika dilihat dari tradisi tersebut maka setiap santri panti asuhan akan mengikuti kegiatan pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 karena mereka merasa menjadibagian dari santri dipanti asuhan Darul Hadlanah tersebut dengan menganggap bahwa hal ini adalah salah satu kewajiban yaang harus dipenuhi.

Kemudian, dari makna ekspresif tersebut dapat diklasifikasi menjadibeberapa poin penting yaitu bahwa dengan pembacaan alQur‟an surat tersebut mengandung makna secara eksplisit maupun implisit , makana eksplisit antara lain sebagai bentuk edukasi, seperti dapat melancarkan keinginan atau hajat, dan dapat menambah pengetahuan serta keberkahan yang tidak terduga dari Allah SWT. Menunjukkan makna ketundukan dan rasa patuh kepada guru maupun terhadap peraturan Panti asuhan. Aspek lain dari tradisi living Qur‟an surah al-Hadid ini adalah adanya harapan daapt memperoleh fadhilah aspek- aspek keberkahan yang diinginkan, sebagaimana yang sudah dialami dan

110

dirasakan selama ini. Dengan demikian tradisi living Qur‟an ini juga memiliki implikasi praktis psikologis.

Terakhir, makna implisit dari pembacaan al-Qur‟an surat pilihan ini sesungguhnya dapat diketahui jika diteliti secara mendalam, karena makna implisit tersebut adalah makna yang tersirat dan tersembunyi, yang secara tidak disadari bahwa dari satu praktik pembacaan al-Qur‟an surat pilihan ini bisa menjaditradisi bagi para santri saat mereka telah keluar dari panti asuhan Darul Hadlanah tersebut dalam arti yang lebih luas dan komprehensif.

111 BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan analisis dari bab 1 sampai dengan bab V guna menjawab fokus masalah dalam penelitian yang dilakukan dan telah disesuaikan dengan tujuan penulisan skripsi diatas, maka ada beberapa hal yang menjadititik tekan sebagai kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu:

1. Secara teknis pelaksanaan tradisi pembacaan al-Hadid yang dilaksanakan dipanti asuhan Darul Hadlanah adalah merupakan bagaian aplikasi dari amalan ibadah yang dianjurkan dalam tarekoh yang menjadi dasar pelaksanaan untuk mentradisikan. Dimana tradisi tersebut dilaksanakan

pada hari jum‟at pagi setelah tahlil bersama ( membaca surah al-Ikhlas 3 kali, al-Falaq 3 kali, an-Nas 3 kali, alif lam mim, ayat kursi,bacaan dzikir, doa sesudah solat ,kemudian membaca fatihah) kemudian membaca surah al-Hadid kemudian fatihah lagi, dilanjutkan berdoa sesuai dengan hajat dari masing-masing, kegiatan tersebut dipimpin oleh pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah. Dengan pola bacaan ayat pertama dibacakan kemudian para santri panti asuhan mengikuti, bacaan tersebut dibaca dengan nada yang cukup lantang dan secara tartil, yaitu dengan memperhatikan tajwid dan makhrajnya.

2. Makna tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 adalah bentuk ibadah amaliyah yang meliputi tiga aspek urgen, ketiga aspek tersebut adalah

112

a. Pendekatan diri kepada Allah, bentuk syukur dan keimanan terhadap al-Qur‟an

b. Pembentukan kepribadian

c. Pengharapan terkabulnya hajat atau datangnya keberkahan Rizki. 3. Faktor pendukung dan penghambat adanya tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 dipanti asuhan Darul Hadlanah antara lain yaitu: Pendukung : Adanya kepercayaan penuh dari para orang tua santri yang menyadari akan pentingnya pendidikan agama, Adanya keyakinan yang kuat dari para santri tentang fadhilah pembacaan al-Qur‟an surah al- Hadid ayat 1-6 di panti asuhan Darul Hadlanah, Seperti adanya rizki yang barokah dan terkabulnya doa mereka.

Penghambat :Pengkondisian anak anak yang kurang maksimal karena anak-anak susah dibangunkan, Hal tersebut berimpikasi pada pelaksanaan jamaah yang kurang tepat waktu.

B. SARAN

Dari kesimpulan diatas, perlu kiranya penulis memberikan saran, antara lain adalah:

1. Lembaga panti asuhan

Tetap melestarikan tradisi pembacaan surah al-Hadid dipanti asuhan Darul Hadlanah, mengembangkan tradisi tersebut serta mengevaliasi nya. 2. Para santri

Tetep bersemangat dalam menjalani tradisi living Qur‟an dipanti asuhan Darul Hadlanah dan penerapannya bisa dalam konteks sekarang maupun masing-masing.

113

3. Orang tua

Kondisi yang kondusif ketika para santri berada dirumah, menjadisangat penting dalam kaitannya memperkuat tradisi pembacaan surah al-Hadid dipanti asuhan Darul Hadlanah.

114

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1991. Metodologi Penelitian Keagamaan. Yogykarta: PT. Tiara Wacana.

Al-Ḥasany, Al-Sayid Muhammad bin Alawy Al-Maliky. 2008. Qowā‟idul

Asāsiyah Fi Ulūmil Qur‟ān, alih bahasa Idhoh Anas, Kaidah-Kaidah

Ulūmul Qur‟ān. Pekalongan: Al-Asri

Alumnus, Siti Fauziah. 2014. Pembacaan al-Qur‟an surah-surah pilihan dipondok pesantren Daar Al-Furqon Janggalan Kudus: jurnal studiilmu al-Qur‟an dan hadis vol 15, no 1. UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta

Ar-Ramli, Muhammad Sauman. 2007. keajaiban membaca al-Qur‟an. Sukoharjo: insan kamil.

Azwar, Saifudin. 1998. Metode Penelitian . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif . Jakarta: Prenada Media Group. Dahlan, Abd. Rahman. 1997. Kaidah-kaidah Penafsiran al-Qur‟an, Bandung :

Mizan.

Daradjat, Zakiyah. 1979. Dalam Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang.

Djunaedi, Didi. 2015. Living Qur‟an (sebuah pendekatan baru dalam kajian al-

Qur‟an), Dalam Journal of Qur‟an and Hadisth Studies – Vol. 4, No. 2. Dosen Fakultas Ushuluddin, Tafsir Hadisth, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jurnal of al-Qur‟an dan hadis: Vol. 4, No. 2, 2015: kajian Naskah dan Kajian Living Qur‟an dan Hadist, Associate Professor, Religious Studies Department, University of California, Riverside.

115

Eldeeb, Ibrahim. 2009. Be A Living Qur‟an: Petunjuk Praktis Penerapan Ayat- Ayat al-Qur‟an dalam Kehidupan Sehari-hari, alih bahasa Faruk Zaini . Jakarta: Lentera Hati.

Fatawi, Muhammad Faisol. 2009. Tafsir Sosiolinguistik: Memahami Huruf Muqātha‟ah dalam al-Qur‟an . Malang: UIN-Malang Press.

Graham, William. 2001. The Qur‟an as Spoken Word: An Islamic Contribution to the Understanding of Scripture,” Richard Martin, ed., Approaches to Islam in Religious Studies Oxford: Oneworld,.

Hamid, Nasīr dan Amin al-Khuli. 2004. Metode Tafsir Sastra, alih bahasa Khairon Nahdiyyin . Yogyakarta: Adab Press, 2004.

Illahi, Fadhl. 2008. Kunci-Kunci Rizki, cet. 13. Jakarta : Darul Haq

Islamiyah, Djami‟atul. 2016. Dimensi Eksperiensial dan Konsekuensial dari Psikografi Keberagamaan Mahasiswa IAIN Salatiga (StudiPara Hafiz dan Hafizah). Salatiga: lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (LP2M)

Katsir, Ibnu. Memaparkan Fadhilah Membaca Surah-Surah Pilihan. Koswara, E. 1986. Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT Eresco

Liem,Koko. ”Rahasia Menggapai Keberkahan”. Depok: 5M Press

Lihat Yusuf al- Qaradlawi, 2001. Fatwa-Fatwa Kontemporer(terj). As‟ad Yasin

Jakarta: Gema Insani Press.

Mansur, M., dkk. 2007. pengertian living Qur‟an.” Dalam Sahiron Syamsuddin (ed.)Metode Penelitian Living Qur‟an dan Hadis. Yogyakarta: Teras.

116

Middleton, John. 1973. The Religious System” dalam Raul Naroll (ed), A Hornbook of Method in Cultural Anthropology . New York: Columbia University Press.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mudzhar, Atho‟. 1998. Pendekatan StudiIslam dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mustaqim. Abdul, dkk, 2007.Metodologi penelitian living Qur‟an. Yogjakarta:TERAS.

Musthofa, Ahmad Zainal. 2015. Pengajian al-Qur‟an surat surat pilhan (living quran dipondok pesantren man‟baul hikam sidoarjo), Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta

Nasution, S. 2003. Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito hal129

Putra, Ahimsa. H.S, 2012. “The Living Qur‟an: Beberapa Persfektif Antropologi”

Universitas Gadjah Mada Yogjakarta, Jurnal Walisongo.

Rahman, Syahrul. 2016. Studikasus pembacaan al-ma‟tsur dipesantren khlid bin walid pasir pengaraian kabupaten Rokan Rahman: jurnal syahada vol. IV No.2

Ritonga, Rahman. 2005. Akidah Merakit Hubungan Manusia Dengan Khaliknya Melalui Pendidikan Akidah Anak Usia Dini. Surabaya.

Robinson, Neal. 1996. Discovering the Qur‟an . London: SCM press

Saeed, Abdullah. 2008. The Qur‟an, an Introduction, London and New York: Routledge.

117

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat

Shihab, M. Quraish. 2012. Tafsir al-misbah pesan, kesan, dan keseharian al-

Qur‟an. Jakarta : lentera hati .

Shihab, M.Quraish. 1999. Wawasan Al-Qur‟an; Tafsir Mudhu‟i atas Pelbagai Persolan Umat, cet 9. Bandung: Mizan.

Shihab, M.Quraish. 2011. tafsir al-Mishbah vol.15 hal 454 lihat juga shihab, Dia DiMana-Mana, Tangan Tuhan DiBalik Setiap Fenomena, Jakarta: Lentera Hati.

Sholihin, M. 2004. Akhlak Tasawuf. Bandung:Nuansa.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sukandarrumdi. 2004. Metodologi Penelitian (petunjuk praktis untuk peneliti pemula). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sukmadinata, Nana Syadik. 2005. Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suproyogo, Imam dan Tobroni. 2003. Metodologi Penelitian Sosial Agama.

Bandung: PT, Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin, Sahiron. 2007. Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, Yogyakarta: TH-Press TERAS

Tabroni, Imam Suprayogo. dan 2003. Metodologi Penelitian Sosial Agama . Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.

Yahya, Harun. 2003. Misinterprestasi Terhadap Al-Qur‟an, alih bahasa Samson Rahman, Jakarta: Robbani Press

118

Yusuf, Muhammad. 2007. Pendekatan Sosiolgi Dalam Pendekatan Living

Qur‟an Dalam Metode Penelitian Living Qur‟an Dan Hadits. Yogyakarta: Teras

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Neny Muthiatul Awwaliyah Fuad

NIM : 21514016

Jurusan/Progdi : FUADAH/ IAT

Tempat/Tanggal Lahir : Pati / 17 Agustus 1996

Alamat : Sambilawang RT. 04 RW. 02,

Kec. Trangkil , Kab. Pati

Nama Ayah : H. Nur Fuad Supandi F.R S.Pd.

Nama Ibu : Hj. Naela Fauziah Fuad

Agama : Islam

Pendidikan : - SDN Sambilawang Pati

- MTs Raudlatul Ulum Pati - MA Raudlatul Ulum Pati -SANLAT BPUN PATI

Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 20 Maret 2018 Penulis

DESKRIPSI WAWANCARA

A. Beberapa pertamyaan yang penulis ajukan kepada pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga antara lain adalah:

1. Sejak kapan / defenisi asal mula diadakan tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 di panti asuha Darul Hadlanaah NU kota Salatiga ?

“ kegiatan pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ini di laksanakan sejak tahun 2016, hal ini bermula dari salah satu harapan adanya hajat agar dapat

terlaksananya pembangunan panti asuhan putra” 2. Mengapa memilih surah al-Hadid ayat 1-6?

“Karena surah tersebut merupakan tuntunan dari sahabat Ali, atau pengikut

torekhoh satoriyah”

3. Bagaimana caranya/ prosesi tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-hadid ayat 1-6 di panti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga ?

“Pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid dibaca hanya satu kali, yaitu ayat pertama di bacakan pengasuh kemudian santri mengikuti, begitu selanjutnya

sampai ayat ke 6 “ adapun secara praktik pembacaan al-Qur‟an surah al-hadid tersebut di awali dengan hadrah kemudian membaca surah al-Ikhlas 3 kali, al- Falaq 1 kali, an-Nas 1 kali, membaca alif lam mim, membaca ayat kursi, membaca bacaan dzikir, doa sesudah solat, kemuadian membaca al-Fatihah, baru kemudian membaca surah al-hadid ayat 1-6, kemudian al-fatihah kembali. Dan yang terakhir berdoa sesuai dengan hajat masing-masing

4. Apa saja hambatan pada waktu di adakannya tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 di panti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga?

“Pengkondisian anak-anak panti asuhan darul hadlanah yang kurang maksimal, karena anak-anak panti asuhan susah di bangunkan, ketika di bangunkan pengurus itu tidak mau bangun.

5. Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut?

“Mengkondisikan anak- anak dari awal sehingga sebelum subuh sudah siap

semua”.

6. implikasi atau makna dari adanya tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-hadid ayat 1-6 di panti Asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga?

“impikasi adanya tradisi tersebut mendekatkan anak pada al-Qur‟an, masjid, ulama. Serta membangun karakter anak, dan melatih untuk memberikan

kepercayaan “

B. Beberapa pertanyaan yang penulis ajukan untuk anak-anak di panti asuhan Darul Hadlanah antara lain adalah :

1. Bagaimana perasaan dengan adanya pembacaan al-Qur‟an surah al-hadid di

Dokumen terkait