• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : METODE PENELITIAN

B. Temuan Penelitian Tradisi Pembacaan Al Qur‟an

1. Tradisi dan Prosesi

a. Definisi Dan Asal Mula Tradisi Pembacaan al-Qur‟an Surat Pilihan (al-Hadid Ayat1-6) DiPanti Asuhan Darul Hadlanah

Nabi muhammad SAW, lebih senang menyibukkan diri untuk memberikan perhatian tehadap al-Qur‟an, baik dalam shalat, tahajud, keseharian dan keterbukaannya, keberadaannya dirumah atau dalam perjalanannya, kesendirian dan kebersamaanya dengan para sahabat, kesusahan dan kemudahannya maupun dalam kegembiraan dan kesedihan beliau. Salah satu kesibukan terhadap al-Qur‟an adalah membacanya.

Dikalangan masyarakat pembacaan al-Qur‟an sudah banyak yang mengamalkannya, bahkan menjadisuatu tradisi. Dipanti Asuhan Darul Hadlanah juga menerapkan tradisi pembacaan al-Qur‟an yaitu surah al-Hadid ayat 1-6 kepada para santri putra maupun putri dan ustad serta ustazahnya.

86

Membicarakan ritual keagamaan dipanti asuhan Darul Hadlanah NU kota salatiga sama dengan membicarakan living

Qur‟an. Dalam ritual tersebut, ayat-ayat al-Qur‟an bagaikan sesuatu yang hidup dan bersemi ketika dibacakan dan diamalkan sehingga potongan-potongan ayat menggema disepanjang dilakukan ritual keagamaan tersebut. Selain itu, tidak terlepas dipanti asuhan Darul Hadlanah, surah pilihan yang biasa dibaca adalah merupakan bacaan al-Qur‟an surat tertentu yaitu surah al- Hadid ayat 1-6. Adapun yang dimaksud dengan surat pilihan ini adalah surat dari al-Qur‟an yang sengaja dipilih dan ditetapkan oleh pengasuh (Dr.Gufron Makruf M.Ag dan ibu Muizzatul Azizah S.Th.I) untuk dibaca dan dijadikan sebagai amalan santri putra dan putri dipanti asuhan Darul Hadlanah yang dilaksanakan secara rutin setiap hari jum‟at pagi setelah sholat

jama‟ah subuh.

Seperti amalan yang lain, yang sebagian bacaanya diambil dari potongan ayat al-Qur‟an, amalan pembacaan terdiri atas ayat al-

Qur‟an surat al-Hadid ayat 1-6. Keyakinan-keyakinan dikemukakan oleh para pengamal, menandakan adanya indikasi hidupnya al-

Qur‟an pada tataran realitas, tetapi belum tentu secara substansial makna yang tersurat dipahami oleh para santri putra maupun santri putri. Akan tetapi, hal ini sudah mengindikasikan bahwa al-Qur‟an telah menjadipedoman kehidupan bagi masyarakat umum. Dalam tradisi ritual pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid yang ada dipanti asuhan Darul Hadlanah tidak hanya diisi dengan tahlil dan

87

pembacaan surah yang diambil dari potongan ayat al-Qur‟an yang diyakini memilki kekuatan tersembunyi (the power of hidden). Akan tetapi, pengasuh panti juga memberikan pengarahan kepada santri panti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga.

Secara singkat kegiatan tradisi pembacaan surah al-Hadid dipanti asuhan Darul Hadlanah dilaksanakan sejak (tahun 2016), hal ini bermula dari harapan kyai dan semua keluarga besar panti asuhan Darul Hadlanah agar segera dapat terlakasananya pembangunan panti putra.

Sebagaimana dijelaskan oleh pengasuh bahwa dalam rangka membetulkan dan membaguskan bacaan maka beliau berinisiatif menjalankan suatu metode pembelajaran al-Qur‟an, khususnya untuk seluruh santri putra putri panti asuhan Darul Hadlanah, yaitu dengan mengikuti apa yang telah dilafalkan oleh pengasuhnya, kemudian santri panti asuhan Darul Hadlanah mengikuti lafad bacaan al Qur‟an tersebut. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk bacaan al Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 yang sengaja dipilih berdasarkan keutamaan dan fadilah yang terkandung dalam setiap surat tersebut, baik yang didasarkan dari hadis nabi SAW, Maupun berdasarkan kepada rasa

patuh dan bentuk ta‟at beliau (Dr.Gufron) kepada kyai maupun guru- guru tarekoh yang telah memberikan banyak ilmu kepada beliau.

Adapun dalil yang digunakan dalam melaksanakan tradisi pembacaan al-Qur‟an surat al-Hadid dipanti asuhan Darul Hadlanah NU Kota Salatiga adalah Secara logika segala bentuk amaliah apapun

88

tentu memiliki landasan teori dan tujuan yang menadasar terlaksananya kegiatan tersebut. Begitu halnya pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid yang dilakukan dipanti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga.

Al-Mukarrom al-ustad Dr.Gufron Makruf M.Ag selaku pengasuh mengatakan: pembacaan surah al-Hadid merupakan kegiatan positif dimana kegiatan tersebut sebagai niatan dzikir tuntunan dari sahabat Ali, maka seorang hamba akan beruntung ketika mengamalkan dzikir tersebut karena mendapat keberkahan dari Allah SWT dan hajat apa yang diharapkan akan terkabul.

Kemudian dari pada itu pengurus (ustad) Ahmad Hafidzin

mengatakan: “ didalam surah al-Hadid ayat 1-6 terdapat obat segala penyakit termasuk hati maupun penyakit kantong, karena setiap apa yang dibaca mempunyai khodim tersendiri termasuk pembacaan al-

Qur‟an surah al-Hadid tersebut dan jika ingin mendapat keberkahan dari Allah SWT maka bacalah surah al-Hadid ayat 1-6.

Nurul Azizah santri panti asuhan Darul Hadlanah kelas sebelas SMK Diponegoro, menguraikan: intinya dari pembacaan surat al- Hadid ayat 1-6 adalah dzikir agar panti tidak seperti kuburan dan tidak dimasuki oleh syetan.

b. Pola Bacaan pembacaan surah pilihan(al-Hadid ayat1-6) dipanti asuhan Darul Hadlanah Salatiga

Bacaan al-Qur‟an surat pilihan tersebut dibaca dengan nada yang cukup lantang (jahr) dan secara tartil, yaitu dengan

89

memperhatikan tajwid dan makhrajnya. Pengertian tartil secara bahasa berasal dari kata rattalla, melagukan atau menyanyikan yang pada awal Islam hanya bermakna pembacaan al-Qur‟an secara melodik. Al-Suyuthi menjelaskan bahwa tartil mencakup pemahaman tentang pausa dalam pembacaan dan atrikulasi yang tepat huruf-huruf hijaiyah. Dewasa ini, istilah tersebut tidak hanya merupakan suatu terma genetik untuk pembacaan al-Qur‟an, tetapi juga merujuk kepada pembacaannya secara cermat dan perlahan-lahan. Demikian pula dengan bacaan al-Qur‟an, bacaan tersebut juga harus dibaca secara tartil, benar tajwid dan makhrajnya dan tidak terburu-buru.

Bacaan al-Qur‟an surat al-Hadid ini, hanya dibaca satu kali yaitu ayat satu sampai dengan ayat enam dengan mengikuti pengasuh saat dibacakan, dengan pola bacaan ayat pertama dibacakan kemudian para santri panti asuhan Darul Hadlanah mengikuti, begitu selanjutnya

c. Waktu dan Prosesi Praktik Pembacaan Surah Pilihan ( al-Hadid ayat1-6)

Waktu pelaksanaan praktik pembacaan al-Qur‟an surat pilihan ini dilaksanakan setiap hari jumat pagi setelah sholat berjamaah subuh. Secara umum, sebelum seluruh santri yang telah melaksanakan shalat berjamaah ini memulai bacaan al-Qur‟an surat pilihan tersebut maka pengasuh masing masing baik putra maupun putri akan terlebih dahulu memimpin bacaan al-Qur‟an surat al- Fatihah sebagai hadrah atau bacaan tawassul.

90

d. Penerapan Tradisi Pembacaan Surat Al-Hadid Ayat 1-6 diPanti Asuhan Darul Hadlanah

Orang mukmin memandang bahwa kehidupan adalah kesempatan untuk beribadah kepada allah SWT. Salah satu bentuk ibadah kepada Allah adalah dengan cara membaca al-Qur‟an. Tradisi pembacaan al-Qur‟an yaitu surah al-Hadid yang dilakukan dipanti asuhan Darul Hadlanah NU Salatiga sudah berjalan kurang lebih dua tahun dan berjalan dengan baik.

Pelaksanaan pembacaan surah al-Hadid dipanti asuhan Darul Hadlanah dilakukan seminggu sekali yang dilaksanakan pada hari jumat pagi setelah tahlil bersama, dan dipimpin oleh pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah baik putra maupun putri.

Adapun secara rinci praktek pelaksanaan pembacaan surat al- Hadid dipanti asuhan Darul Hadlanah adalah sebagai berikut :

a. Tawashul (pengkhususan arwah yang didoakan) b. Membaca surah al-Ikhlas 3 kali

c. Membaca surah al-Falaq 1 kali d. Membaca surat an-Nas 1 kali e. Membaca alif lam mim f. Membaca ayat kursi

g. Membaca bacaan dzikir seperti dzikir sesudah solat h. Doa sesudah solat

i. Kemudian membaca al-fatihah j. Pembacaan surah al-Hadid ayat1-6

91

k. Kemudian al-fatihah kembali

l. Berdoa sesuai dengan hajat dan keinginan masing-masing. Penerapan dari tradisi pembacaan surat al-Hadid ayat 1-6 dipanti asuhan Darul Hadlanah dilakukan secara terstruktur dan sistematis. Dilakukan hingga saat ini dan sudah menjaditradisi warga panti asuhan Darul Hadlanah NU kota salatiga.

Dokumen terkait