• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : METODE PENELITIAN

B. Temuan Penelitian Tradisi Pembacaan Al Qur‟an

2. Makna Tradisi

Untuk mendapatkan data tentang masalah tersebut penulis mengadakan wawancara dengan beberapa santri dipanti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga.

Sebagaimana telah ditulis sebelumnya bahwa tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui polarisasi dari santri panti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga. Maksud dari kata polarisasi tersebut adalah hal-hal yang berkaitan dengan volume tradisi pembacaan al-Qur‟an surat al-Hadid ayat 1-6 dipanti asuhn Darul Hadlanah dan intensitas pemahaman mereka tentang arti ayat per ayat (kemampuan menerjemahkan). Disamping itu juga persepsi mereka tentang adanya tradisi pembacaan al-

Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 dipanti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga. Polarisasi tersebut menurut penulis sangat penting jika diartikan dengan tujuan kedua dari penelitian ini yaitu mendiskrpsikan bagaimana tradisi dan makna tradisi dari pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1- 6, dengan demikian penulis ingin melihat melihat adanya impikasi pemahaman tentang makna dari tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al- Hadid.

92

Santri panti asuhan Darul Hadlanah semakin lama tentu semakin banyak, santri panti asuhan Darul Hadlanah hampir 50 orang. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis tidak bisa mengambil semua sebagai subjek dalam penelitian ini, dan hanya beberapa saja (tujuh orang). pertimbangan tersebut lebih berkaitan dengan masalah teknis dan disamping itu juga dalam praktiknya tidak semua santri panti asuhan Darul Hadlanah tersedia diwawancarai. sebagian dari alasan mereka adalah belum memahami sepenuhnya tentang pemahaman tradisi pembacaan al-

Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 dipanti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga. Hal ini juga menjadisalah satu kendala dalam proses penelitian.

Secara intens wawancara penulis lakukan dengan respon satu per satu, kemudian jika masih ada tambahan data penulis berusaha menemani mereka lagi secara langsung. Begitu seterusnya hingga dirasa data yang dibutuhkan telah cukup dalam mewakili judul penelitian skripsi. Berikut ini akan dideskripsikan gambaran sekilas tentang responden dalam penelitian tentang makna tradisi pembacaan surah al-Hadid dapat didiskripsikan sebagai berikut :

NP ( responden 1) Responden ini lahir didesa Magersari, Sumogawe, Getasan kabupaten Semarang pada tahun 1999, dari keluarga dengan kultur keagamaan yang biasa saja. Bapak seorang petani dan ibunya adalah seorang buruh pabrik, pada saat inilah dia belajar sambil tinggal dipanti asuhan darul hadlanah, sejak SMK kelas 11 kira-kira pada tahun 2015. Melihat bigron keluarganya yang biasa saja dalam hal keagamaan ada yang perlu digaris bawahi semenjak berada dipanti asuhan

93

Darul Hadlanah ini, dia merasakan betah karena dibekali dengan ilmu agama yang lebih dari segalanya. Panti asuhan ini diakui telah banyak membantu dalam hal-hal keagamaan secara mendalam, mulai dari hafalan al-Qur‟an sampai tradisi pembacaan al Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 tersebut. Saat penulis bertanya tentang pandangan dia berkaitan tentang pembacaan al-Qur‟an surat al-Hadid ayat 1-6 dipanti asuhan Darul Hadlanah dia menjawab : dalam pembacaan al Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 tersebut membuat berkah untuk diri sendiri maupun orang lain, antara lain datangnya rizki sehingga saya sendiri dan yang berada dipanti asuhan Darul Hadlanah ini ikut merasakan keberkahan rizki yang diberikan oleh Allah SWT, serta adanya tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid tersebut menambah wawasan tentang ilmu dan selanjutnya bisa diamalkan nantinya. Sementara untuk menerjemahkan ayat-ayat al-Qur‟an dia

menjawab “ belum bisa” artinya kemungkinan dia akan belajar memahami arti surat al-Hadid ayat 1-6 tersebut.

ATP ( responden 2) Responden ini lahir didaerah Kalitaman Salatiga pada tahun 2000, sebagai mana responden lainnya dia juga berasal dari keluarga yang tidak agamis. Ayahnya tidak diketahui sampai sekarang dan ibunya adalah seorang wiraswasta. Sejak kecil dia sudah berada dipanti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga ( sejak SD), pada saat inilah dia belajar agama dan belajar mengaji. Melihat bigron keluarganya yang tidak agamis, responden merasa bersyukur bisa tinggal dipanti Asuhan Darul Hadlanah dengan diajarkan banyak berbagai hal tentang membaca al-Qur‟an dll. Salah satu yang responden ikuti tradisi

94

yang belum pernah diajarkan dimasyarakatnya dan dilingkungan keluarganya, ternyata dipanti asuhan Darul Hadlanah responden bisa mengikuti tradisi pembacaan surah al-Hadid ayat 1-6 dipanti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga. Saat penulis bertanya tentang seputar tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6, responden menjawab, pada saat tradisi tersebut sangat baik dilakukan. Karena bisa mengabulkan semua keinginan, salah satunya waktu kelas 9 responden akan melaksanakan ujian nasional agar dilancarkan dan diberikan nilai yang memuaskan, dengan adanya kepercayaan yang mendalam pada setiap bacaan al-Qur‟an surah tersebut responden merasa lebih mudah saat mengadapi soal ujian yang dikerjakan, bukan hanya itu saja , keberkahan yang ada dipanti asuhan Darul Hadlanah dirasakan oleh responden mengalir terus menerus sehingga keberkahan untuk semua warga panti asuhan Darul Hadlanah tiada henti nya. Selanjutnya tentang pandangan responden berkaitan dengan arti dari surah al-Hadid ayat 1-6 belum bisa sepenuhnya.

MAS (responden 3) Terlahir dari keluarga petani dan ibunya adalah wiraswasta. Responden berada dipanti asuhan Darul Hadlanah sejak SMP kelas . responden merasa senang dengan adanya kegiatan yang berhubungan dengan al-Qur‟an. salah satunya simak‟an dan tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6. Dengan adanya tradisi pembacaan surah al-Hadid ayat 1-6 jaditambah ilmu kalau ayat tersebut ternyata ayat yang mendatangkan rizky yang berkah dan melimpah serta hajat responden secara tidak langsung dengan adanya dzikiran tersebut

95

percaya dikabulkan. Saat penulis menginginkan konfirmasi seputar pandangan responden tentang kegiatan tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 responden menjelaskan “ pernah saya meminta untuk peringkat yang lebih baik, jangan sampai seperti semester satu lagi, dengan adanya amalan yang dia ikuti tersebut responden percaya dan disemester dua responden mendapat peringkat yang lebih baik dari semester satu.

Lalu ketika penulis bertanya tentang bagaimana pandangan responden tentang makna surah al-Hadid ayat 1-6, responden menjawab tidak begitu mudeng denngan arti dari surah al-Hadid ayat 1-6, tetapi ketika pengasuh melafalkan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 tersebut responden bisa mengikuti dengan baik. Dan responden menjawab lagi mungkin ketidak tahuan saya tentang terjemahan surah al-Hadid ayat 1-6 karena tidak ada penasaran tentang terjemahan ayat tersebut70.

NS (responden 4) Terlahir dari keluarga agamis, setiap pagi diajarkan oleh bapak dan ibunya membaca al-Qur‟an serta diajarkan berzikir secara bersama setelah selesai sholat fardhu. Bapak dan ibunya adalah seorang buruh. Responden berada dipanti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga sejak sekolah diSMK Diponegoro. Responden sangat senang dengan adanya kegiatan yang berhubungan dengan al-Qur‟an. Salah satunya dengan adanya tradisi pembacaan al-Qur‟an surat al-Hadid dipanti Asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga. Tradisi tersebut menurut responden belum pernah diajarkan oleh keluarganya meskipun

70

Wawancara di panti asuhan Darul Hadlanah pada pukul 19.00 pada tanggal 5 maret 2018

96

keluarga responden berlebel agamis, lalu ketika penulis bertanya bagaimana tentang pandangan responden tentang makna tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 , responden menjawab sangat nyaman karena gampang diikuti namun belum bisa memahami artinya secara penuh dan percaya dengan adanya pembacaan ayat-ayat al-

Qur‟an bisa mendatangkan fadhilah yang luar biasa. Responden menguraikan intinya dari pembacaan surat al-Hadid ayat 1-6 adalah dzikir agar panti tidak seperti kuburan dan tidak dimasuki oleh syetan.

AH (responden 5) Terlahir dari keluarga agamis, responden dipanti Asuhan Darul Hadlanah tersebut sebagai pengurus. Saat penulis bertanya tentang bagaimana makan tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 responden mengatakan: “ didalam surah al-Hadid ayat 1-6 terdapat obat segala penyakit termasuk hati maupun penyakit kantong, karena setiap apa yang dibaca mempunyai khodim tersendiri termasuk pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid tersebut dan jika ingin mendapat keberkahan dari Allah SWT maka bacalah surah al-Hadid ayat 1-6.

ZA (responden 6) Responden dipanti Asuhan Darul Hadlanah tersebut sebagai pengurus. Saat penulis bertanya tentang bagaimana makan tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 Zakiyatul Fitri

S.Pd mengatakan: “ Tradisi pembacaan surah al-Hadid merupakan riyadhah bathiniyah yang berfungsi untuk mendekatkan diri kepada Allah, menunjukkan rasa syukur dan bukti keimanan seseorang terhadap al-

97

NS ( responden 7) Responden dipanti Asuhan Darul Hadlanah tersebut sebagai pengurus. Saat penulis bertanya tentang bagaimana makan tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid Nunung Suciati S.pd sebagai salah satu pengurus dipanti asuhan Darul Hadlanah mengatakan: Tradisi pembacaan surah al-Hadid adalah bentuk tradisi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu adanya tradisi pembacaan surah al-Hadid seorang santri akan lebih disiplin dan serius berdoa ketika mempunyai hajat71.

Adapun setelah diketahui tentang makna tradisi pembacaan al-

Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 dari beberapa responden warga panti asuhan Darul Hadlanah penulis menyimpulkan beberapa hal tentang makna tradisi sebagai berikut

1) Pendekatan Diri Kepada Allah, Bentuk Syukur dan Keimanan Terhadap al-Qur‟an

Pengertian Mendekatkan Diri (Taqarrub) Kepada Allah Swt. Dalam istilah akhlak, Pada dasarnya manusia dekat dengan Allah Swt. Kedekatan manusia dengan Allah disini bukan dalam arti fisik, karena Allah dengan semua sifat dan perbuatan-Nya tidak mungkin dibayangkan dalam bentuk materi yang dapat dibayangkan. Sesuatu yang mungkin dibayangkan adalah materi dan Allah bukan bersifat materi. Antara Allah dan manusia tidak ada jarak ruang dan waktu dalam arti materi. Antara Allah dengan manusia yang jaraknya disebut oleh Al-Qur‟an dengan

71

Wawancara di panti asuhan darul hadlanah pada pukul 19.00 pada tanggal 5 maret 2018

98

qarib (dekat) bermakna abstrak, yaitu jarak yang terjadiantara rohani (hati) manusia dengan Allah. Bentuk pendekatan orang mukmin selain melalui ibadah-ibadah wajib, juga diamalkan melalui ibadah-ibadah sunnat. Bahkan melalui ibadah-ibadah sunnat lebih disukai Allah Swt. Melalui ibadah-ibadah wajib adalah pendekatan (taqarrub) yang tidak boleh ditinggalkan, sebagai tanda taat dan cintanya si hamba kepada Rabbnya, sedangkan melalui ibadah-ibadah sunnat, menunjukkan kesenangan dan kecintaan yang sangat, sehingga si hamba datang kepada Rabbnya melalui jalan yang tidak diwajibkan, namun sangat disukai oleh Allah Swt. Pendekatan diri kepada allah72, merupakan bentuk syukur dan keimanan terhadap al-

Qur‟an salah satu contonya dipanti asuhan Darul Hadlanah yaitu dengan adanya pembacaan al-Qur‟an surah pilihan yaitu surah al-Hadid ayat 1-6

Pengurus panti asuhan Darul Hadlanah ZF mengatakan: Tradisi pembacaan surah al-Hadid merupakan riyadhah bathiniyah yang berfungsi untuk mendekatkan diri kepada Allah, menunjukkan rasa syukur dan bukti keimanan seseorang terhadap al-Qur‟an.

NS sebagai salah satu pengurus dipanti asuhan Darul Hadlanah mengatakan: Tradisi pembacaan surah al-Hadid adalah bentuk tradisi untuk mendekatkan diri kepada Allah

72

Ritonga, Rahman, 2005. Akidah (Merakit Hubungan Manusia Dengan Khaliknya

99

SWT. Selain itu adanya tradisi pembacaan surah al-Hadid seorang santri akan lebih disiplin dan serius berdoa ketika mempunyai hajat73.

Pendekatan diri kepada Allah merupakan hal positif yang menjadiamalan bathiniyah warga panti asuhan Darul Hadlanah NU kota Salatiga, hal ini terlihat dampaknya para santri semakin

khusyu‟ dalam beribadah dan lebih cinta untuk membaca al-

Qur‟an. Tradisi pembacaan surah al-Hadid secara aplikatif menunjukkan rasa syukur dan bukti keimanan seseorang dalam mencintai al-Qur‟an.

2) Pembentuk Kepribadian

Setiap manusia yang terlahir didunia ini pasti membawa kepribadiannya masing-masing, tapi dengan berjalannya waktu kepribadian itu bisa berubah karena berbagai faktor yang mempengaruhinya. Kepribadian (personality) merupakan salah satu kajian psikologi yang lahir berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus) para ahli. Objek kajian kepribadian adalah “human behavior”, perilaku manusia,

yang pembahasannya terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimana perilaku tersebut (Yusuf dan Nurihsan, 2007:1). Pengertian kepribadian menurut psikologi adalah suatu organisasi yang

73

Wawancara di panti asuhan darul hadlanah pada pukul 19.00 pada tanggal 5 maret 2018

100

dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas74

Untuk mengetahui amplikasi adanya tradisi pembacaan al-

Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 tentang pembentukan kepribadian anak dipanti asuhan, maka penulis melakukan wawancara ke beberapa anak asuh dipanti asuhan, antara lain :

a) Kepribadian sebelum masuk panti asuhan

Beberapa anak panti asuhan yang putri: “Adik Alfa,

mengatakan: “Kurang baik, sering bermain, kalau dirumah jarang melakukan pekerjaan rumah, suka nonton televisi,

bangunnya kurang pagi”. “Adik Sunariyah mengatakan: “ masih malas-malasan, masih kurang rajin ngaji dan salat, suka bermain”. “ Adik rosi mengatakan: “ masih kurang baik, banyak bermain HP, banyak bermain, kurang bisa mengatur waktu ”. “ Adik aulia mengatakan: “masih kurang baik, suka bermain, jarang salat subuh”. “Adik Uswah mengatakan: “suka males, ngaji rajin, suka nonton televisi, jarang bantu orang

tua”. Beberapa anak panti asuhan putra: “Nabawi mengatakan:

“Ngekel, nakal, sering main, gak mau salat, gak tau waktu belajar”.“Rama mengatakan: “ Ngengkel dibangunkan sholat,

bangun siang, gak pernah belajar”.

b) Perubahan atau perkembangan setelah masuk panti asuhan:

“nabawi mengatakan: “Ada perubahan, banyak, salat rutin,

74

101

bisa ngaji, tahu ilmu agama, alhamdullilah dapat prestasi, disini dapat pengalaman banyak dari pengasuh, guru ngaji teman, bisa membagi waktu salat,ngaji dan belajar, dibilangin

ngeyel harus dijewer, sekarang gak usah disuruh langsung dilaksanakan. Selain itu, nyuci baju sendiri, bisa ngajari adik- adiknya belajar, lebih tanggung jawab, dulu bisanya minta uang jajan, sekarang makan seadanya, sekarang bisa hemat dan mandiri”. “Nazil mengatakan: “Sopan santun mending, dulu ngeyel, gak pernah nurut, pake bahasa ngoko sama orang tua, sekarang pake bahasa kromo”. “Asnawi mengatakan: “Iya, cuci baju sendiri, menata sepatu sendiri, belajar sendiri”.

Pertanyaan mendasar implikasi adanyaa pembacaan surah al-Hadid ayat 1-6 menurut anak anak-anak panti asuhan Darul Hadlanah adalah sangaat baik, karena dengan adanya pembacaan ayat al-Qur‟an ayat 1-6 yang dilaksankan pada hari jumat tersebut akan membentuk kepribadian anak-anak Darul

Hadlanah lebih dekat dengan solat, dan membaca al-Qur‟an. Pengasuh panti asuhan Darul Hadlanah Dr. Gufron Makruf

M.Ag menjelaskan tentang makna tradisi pembacaan surah al- Hadid bahwa “ Tradisi pembacaan surat al-Hadid sebagai implikasi anak-anak panti asuhan dengan mendekatkan diri kepada al-Qur‟an, masjid, ulama, serta membangun karakter anak melatih untuk memberikan kepercayaan75.

75

Wawancara di kampus IAIN SALATIGA kampus 2 pada pukul 14.00 pada tanggal 1 maret 2018

102

WNK adalah sebagai santri menjelaskan tentang makna tradisi pembacaan surah al-Hadid bahwa “ Tradisi pembacaan surat al-Hadid menambah semangat dalam beribadah dan merasa tenang karena panti terasa seperti surga76. Pribadiyang

semangat, jujur, dan memiliki jiwa yang tenang menjadipoint keberhasilan yang merupakan prestasi tak ternilai bagi santri panti asuhan Darul Hadlanah NU Salatiga. Hal ini merupakan dampak positif dari makna tradisi pembacaan surat al-Hadid ayat1-6.

3) Pengharapan Terkabulnya Hajat atau Datangnya Keberkahan Rizki.

Ada satu tradisi yang masih dianut oleh panti asuhan Darul Hadlanah yaitu ngalap berkah atau minta berkah dalam bahasa arab disebut tabaruk. Keberkahan orang sholih pun terdapat pada usaha yang mereka lakukan. Mereka begitu giat menyebarkan ilmu agama ditengah-tengah masyarakat sehingga banyak orang pun mendapat manfaat. Itulah keberkahan yang dimaksud. (HR.Abu Daud, At-Tirmdzi, & Ibnu Majah). Oleh karena itu menurut beberapa responden, penulis simpulkan dengan adanya tradisi pembacaan al-Qur‟an surah al-Hadid ayat 1-6 bisa

76

Wawancara di panti asuhan darul hadlanah pada pukul 19.00 pada tanggal 5 maret 2018

103

mendatangkan keberkahan (Rizki) dan hajat apa yang diinginkan terkabul77.

ANS sebagai santri dipanti asuhan Darul Hadlanah tersebut juga mengatakan bahwa tradisi pembacaan surat al-Hadid ayat 1- 6 untuk pengharapaan terkabulnya hajat, salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mengharap barokah dari tradisi pembacaan surah al-Hadid tersebut78.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Tradisi Pembacaan al-Qur’an

Dokumen terkait