• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Penghambat yang dihadapi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo dalam Pemasaran Objek Wisata Gundaling dan

TEMUAN PENELITIAN

4.2 Temuan Penelitian

4.2.5. Faktor Penghambat yang dihadapi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo dalam Pemasaran Objek Wisata Gundaling dan

Pemandian Air Panas Semangat Gunung.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya disamping adanya yang menjadi faktor pendukung, ada pula yang dianggap menjadi faktor penghambat. Diantaranya adalah masih kurangnya koordinasi perencanaan Strategi Komunikasi Pemasaran Objek Wisata Gundaling dan Pemandian Aira Panas Semangat Gunung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata terhadap para pelaku wisata yang ada di Kabupaten Karo. Di samping itu kurangnya dana yang dianggap menghambat kinerja Dinas Pariwisata dalam memasarkan dan mengembangkan objek wisata yang ada di Karo, tak terkecuali Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung.

Sebagaimana hasil wawancara dengan peneliti dengan informan 10 mengatakan:

“Perilaku sebagian masyarakat kita masih kurang sopan misalnya adanya keluhan wisatawan yang mengatai „hai cina, belanda‟ dan sebagainya. Fasilitas di objek wisata seperti kamar mandi yang kurang terawat, hendaknya setiap 5 (lima) tahun sekali dibuatkan peremajaan fasilitas umum. Namun karena keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo maka itu sulit dilakukan. Di samping itu lahan yang terbatas untuk lokasi parkir wisata”.

Untuk memperdalam data, peneliti juga mewawancarai informan 6 sebagai Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) cabang Kabupaten Karo, yang mengharapkan agar kedepannya para pelaku wisata lebih dilibatkan lagi dalam perencanaan kegiatan pariwisata yang ada di Kabupaten Karo. Sebagaimana yang beliau sampaikan berikut:

“Sampai hari ini belum pernah kita dilibatkan, kita tidak tau besok lusa ya... Kita hanya diundang pas mau ada acara saja (sambil menunjukkan himbauan dari Lurah Setempat) coba anda lihat surat ini, kita disuruh untuk memasang Lambe di depan rumah masing-masing. Namun kita tidak pernah dilibatkan dalam perencanaan pelaksanaan event ini, tiba-tiba kita dapat undangan seperti ini. Kita kan bingung, kita tidak dilibatkan tiba-tiba ada himbauan pemasangan Lambe-lambe seperti ini. Saya selalu tekankan supaya proyek/kegiatan yang dilakukan jangan proyek „IMAN‟. IMAN artinya “Ikut Menghabiskan Anggaran Negara”. Jadi kegitan promosi ini hendaknya dilakukan secara betul- betul dan matang jangan hanya menghabiskan anggaran saja”.

Beliau juga menambahkan “sangat dibutuhkan kerjasama supaya Pariwisata Karo maju. Siapa yang punya Karo adalah kita semua. Jadi mari kita bekerja sama untuk memajukan Kepariwisataan Karo, jangan sama kerja tapi kerjasama. Selama ini PHRI kurang dilibatkan dalam penyusunan blue print perencanaan Kepariwisataan di Karo”.

Ketua PHRI ketika ditanya mengenai kendala yang dihadapi menambahkan, “Menurut saya, kebijakan pimpinan masih kurang. Saya tidak menyalahkan Dinas Pariwisata. Seharusnya Bupati selaku pimpinan tertinggi di daerah punya inisitif untuk memajukan kepariwisataan daerah supaya jangan tertinggal

dengan daerah-daerah lainnya. Kami pernah beraudiensi dengan Bupati mengenai pariwisata kita, namun hingga saat ini belum ada realisasinya”. Sedangkan ketika peneliti meminta saran dan masukannya beliau menyampaikan:

“Kalo bicara soal saran dan masukan saya yang pertama seharusnya ada kemaun dulu dari Pimpinan. Kemauan untuk memajuan pariwisata Karo. Pimpinan dalam hal ini Bupati hendaknya lebih memperhatikan usaha pariwisata. Kemudian munculkan kembali produk-produk lokal karo, seperti marquisa Berastagi, makanan tradisional Karo, kerajian tangan dan sebagainya. Koordinasi dengan pelaku wisata juga harus ditingkatkan supaya kita ini jangan sama-sama kerja tapi kerja sama”.

Sedangkan informan 7 mengatakan, “menurut saya, koordinsi masih kurang dengan para pelaku wisata, dan ketika diminta saran beliau mengatakan, “saran saya tingkatkan lagi koordinasi dengan pelaku wisata dan perhatikan lagi lah, kemajuan wisata kita. Kalo wisata maju, tamu banyak pasti pendapatan kami juga meningkat dan PAD dari sektor pariwisata juga meningkat”.

Hal yang sama juga disampaikan oleh informan 8 sebagai berikut:

“Menurut saya, adanya oknum yang bermain di Dinas Pariwisata yang mengakibatkan kinerjanya kurang maksimal. Misalnya Gundaling dikelola oleh orang yang berinisial JP, dimana orang ini jelas-jelas kurang diterima oleh para pelaku wisata disini. Namun barang kali karena ada kedekatan dengan Bupati maka si JP ini bisa mengelola objek Wisata Gundaling kinerjanya kurang bagus.

Saya selalu sampaikan ke Dinas Pariwisata agar pengelola objek wisata diserahkan kepada kami selaku pelaku wisata. Karena kalo kami yang kelola pasti kami sayang sama objek wisata ini (Gundaling). Tapi kalo diserahkan ke pihak lain, kami khawatir mereka hanya akan mencari keuntungan saja. Di samping itu bisa anda lihat adanya 2-3 kali kutipan sampai menuju Bukit Gundaling di mana ini sebenarnya memberatkan bagi pengunjung. Kalo memang mau dikutip uang parkir kenapa tidak sekalian aja dengan retribusi masuk?. Sehingga pengutipannya dapat dilakukan satu atap saja, digabungkan jangan dipisah-pisah”.

Adapun saran dan masukan beliau adalah:

“Pertama seharusnya ada kemuan dari Pimpinan untuk memajukan Pariwisata Karo. Yang kedua pengelola kawasan objek wisata harus orang-orang yang cinta kepada objek wisata itu sendiri, jangan hanya untuk merauh keuntungan

saja. Yang terakhir kiranya orang-orang yang bekerja untuk memajukan pariwisata Karo adalah orang-orang yang profesional yang paham akan tugas dan fungsinya. Pengutipan retribusi dan parkir hendaknya satu atap saja”. Informan 9 juga mengatakan:

“Menurut saya, kurangnya perhatian Dinas Pariwisata terhadap fasilitas yang ada, jangan hanya mengambil keuntungan dari sektor pariwisata aja tanpa membenahi fasilitas yang ada. Saran saya tingkatkan lagi koordinasi dengan pelaku wisata perbaiki lagi sarana dan prasarana di objek wisata seperti gazebo, lampu penerangan dan jalan yang rusak agar wisatawan betah tingal lama disini”.

Dari hasil wawancara dengan informan 6,7,8,9 dan 10 terdapat faktor yang menjadi penghambat untuk pemasaran objek wisata Gundaling dan Pemandaian Air Panas Semangat Gunung. Diantaranya adalah: masih kurangnya kooridinasi antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo dengan para pelaku wisata, kurangnya anggaran juga dianggap menjadi salah satu penyebab penghambat pengembangan objek wisata yang ada. Di samping itu kinerja oknum yang mengelola objek wisata dianggap kurang memadai, serta fasilitas lampu jalan menuju objek wisata penelitian kurang memadai.

Untuk melakukan cross check data peneliti juga melakukan wawancara dengan para pengunjung diantaranya dengan pengunjung yang juga menjadi informan 1 mengatakan, “Kalau bercerita kekurangan pasti ada saja yang kurang. Menurut saya kebersihan harus ditingkatkan, dan kalau bisa penerangan ke objek wisata harus ditambahilah, supaya pada malam hari kita tidak kewalahan apalagi kalau hujan dan kabut”. Sedangkan ketika ditanya harapnnya beliau mengatakan:

“Harapan saya semua harus bekerja sama dan berkoordinasi baik pihak Dinas Pariwisata, Perhotelan, organisai Pariwisata dan masyarakat setempat. Karena usaha pariwisata dapat maju apabila semua sektor saling mendukung. Jangan lupa terus tingkatkan promosi baik dalam dan luar negeri. Promosi bukan hanya tugas pemerintah saja namun tugas kita bersama apalagi dengan adanya media sosial sekarang memudahkan kita dalam mempromosikan segala sesuatunya”.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh informan 2. Beliau mengatakan, “Bercerita mengenai kekurangan pasti tetap saja tidak lepas dari ketidaksempurnaan, menurut saya kebersihan harus ditingkatkan, dan kalau bisa lampu jalan ke objek wisata harus dibenahi, supaya pada malam hari kita tidak kewalahan apalagi kalau hujan dan kabut”. Sedangkan ketika ditanya harapannya kedepan, beliau menyampaikan, “Yang perlu dikembangkan yakni buat suatu trobosan objek wisata yang baru sehingga pengunjung tidak merasa bosan. Misalnya adanya tempat bermain anak-anak dan juga tetap dilakukan promosi agar semua orang tau bahkan sampai mancanegara, siapa tau Berastagi bisa jadi Balinya Sumut”.

Sedangkan ketika diminta tanggapan dari informan 3 mengatakan,

“Perlu ditambah fasilitas permainan baik untuk anak-anak dan dewasa. Promosi yang banyak supaya dunia luar tahu banyak objek wisata yang menarik untuk dikunjungi di Berastagi. Barang kali, jalan menuju ke mari boleh diperlebar dan tidak ada lobang-lobang di jalan. Kemudian gedung- gedung yang ada dipermodern sikit lah. Itu saja”.

Sedangkan informan 4 juga mengatakan hal yang tidak jauh berbeda yakni

mengenai kebersihan perlu ditingkatkan lagi. Berikut yang beliau sampaikan,

“I complaint just about the cleanliness. It’s not so clean and there was horse dung on the highway and it is not good to see and making bad smell”. Wisatawan ini “hanya mengeluhkan tentang kebersihan. Tidak begitu bersih dan adanya kotoran kuda di jalan raya yang membuat tidak sedap dipandang dan menimbulkan aroma yang bau”.

Ketika peneliti mewawancarai informan 5 mengenai keluhannya selama di objek wisata penelitian mengatakan, kalau hampir tidak ada kekurangan ketika

diwawancarai di Puncak Bukit Gundaling. Ia hanya menambahkan sebagai berikut:

” Yeah, what (hmhmm) I think every thing is good here. May be the tourist

center can give us google map, like this (show the map from the hotel). Beside that they can put this view on the website so many people from abroad can see that. Make more shelter here, so people can see the view from that places.

Wisatawan ini mengatakan, “Yah, apaya (hmhmm) saya rasa semuanya baik-

baik saja disini. Mungkin pusat turis dapat memberi kami peta google, seperti ini (sambil menunjutkan peta dari hotel). Disamping itu mereka dapat menaruhnya di website sehingga banyak orang dari luar negeri dapat melihatnya. Buatkan lebih banyak lagi tempat berlindung disini, sehingga orang-orang dapat melihat pemandangannya dari tempat-temapat itu”.

Hasil wawancara dengan pengunjung yang menjadi informan 1,2,3,4 dan 5 yang menjadi faktor pengahambat antara lain: Kurangnya kebersihan objek wisata, fasilitas lampu penerangan jalan di malam hari yang masih kurang serta sarana promosi masih perlu ditingkatkan supaya semakin banyak masyarakat luas tahu objek wisata yang ada di Karo khususnya Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung.

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan membahas hasil temuan dikaitkan dengan menghubungkannya kepada kerangka pemikiran, kajian teori/kajian terdahulu, dan aspek kajian penelitian ini. Adapun temuan dari penelitian ini akan dipaparkan dan dibahas berdasarkan teori-teori yang berhubungan dengan strategi komunikasi pemasaran.

Strategi komunikasi merupakan bagian dari perencanaan komunikasi dalam pencapai tujuan yang ingin dicapai (Cangara, 2013: 63). Perencanaan komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo terhadap pengembangan pariwisata daerah adalah adanya tujuan yang jelas dan langkah- langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari adanya visi misi yang jelas dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo untuk menarik minat wisatawan dan menambah lama tinggal wisatawan di Kabupaten Karo khusunya lokasi penelitian.

Sebagai realisasi visi dan misi tersebut disusun beberapa program dan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksudnya. Salah satunya adalah kegiatan event Pesta Budaya Mejuah-juah dan Pesta Bunga Buah. Event Pesta Budaya Mejuah-juah dan Pesta Bunga Buah dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo bertujuan untuk menggali, melestarikan dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan Karo. Sekaligus memperkenalkan ke dunia luar bahwa Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra penghasil bunga dan buah di Sumatera Utara. Event ini dikemas dengan baik agar dapat

ditampilkan menjadi atraksi seni budaya yang mempunyai daya tarik untuk mendatangkan wisatawan ke Kabupaten Karo. Melalui event ini wisatawan juga disuguhkan keindahan alam objek wisata Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung, sekaligus dapat mengetahui serta menikmati seni budaya Karo.

Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam pemasaran objek wisata Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung adalah sebagai berikut:

6. Menata dan meningkatkan daya tarik Objek Wisata Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung.

7. Menggali, melestarikan dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan Karo.

8. Bekerja sama dengan media massa untuk pemberitaan positif tentang Gunung Sinabung.

9. Menjalin kerjasama dengan stakeholders, investor dalam pengembangan pariwisata.

10.Melakukan promosi pariwisata yang seluas-luasnya.

a. Perencanaan Strategi Komunikasi Pemasaran Objek Wisata Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo.

Perencanaan komunikasi merupakan perpaduan antara dua konsep yaitu manajemen dan komunikasi itu sendiri. Meskipun kedua konsep ini menunjukkan perbedaan terutama dari dua kajian yang berbeda, namun kedua konsep ini dapat diintegrasikan menjadi satu kajian khusus dalam studi komunikasi yang diaplikasikan dalam bidang penyebarluasan informasi, penyadaran masyarakat

dan pemasaran (Cangara, 2013: 21). Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan

(planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan (Effendy, 2003: 301). Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Demikianlah pula strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi

(communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan

(approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi. Seperti halnya dengan strategi dalam bidang apapun, strategi komunikasi harus didukung oleh teori karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang sudah diuji kebenarannya.

Perencanaan komunikasi pemasaran objek wisata Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung telah dilaksanakan dengan merencanakan berbagai jenis kegiatan seni, budaya, pameran dan promosi. Kegiatan ini dapat mendukung visi misi Pemerintah Daerah Kabupaten Karo khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Seluruh rangkaian kegiatan dirancang menjadi suatu atraksi seni budaya yang dapat menjadi daya tarik wisata dengan menggali dan mengembangkan nilai-nilai seni budaya yang ada. Perihal tersebut dijelaskan oleh Cangara, perencanaan komunikasi merupakan perpaduan antara dua konsep yaitu manajemen dan komunikasi itu sendiri.

Quinn (1992) dalam Ruslan (2002: 117) menyatakan, agar suatu strategi dapat efektif dilaksanakan dalam sebuah program, maka ia harus mencakup beberapa hal:

8. Objektif yang jelas dan menentukan semua ikhtiar diarahkan untuk mencapai pemahaman yang jelas, menentukan dan bisa mencapai keseluruhan tujuan. Tujuan tersebut tidak perlu dibuat secara tertulis namun yang penting bisa dipahami dan menentukan.

9. Memelihara inisiatif, strategi inisiatif menjaga kebebasan bertindak dan memperkaya komitmen. Strategi mesti menentukan langkah dan menetapkan tindakan terhadap peristiwa, bukannya bereaksi terhadap satu peristiwa.

10.Konsentrasi, dengan memusatkan kekuatan yang besar untuk waktu dan tempat yang menentukan.

11.Fleksibilitas, strategi hendaknya diniatkan untuk dilengkapi penyangga dimensi untuk fleksibilitas dan maneuver.

12.Kepemimpinan yang memiliki komitmen dan terkoordinasi. Strategi hendaknya memberikan kepemimpinan yang memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan pokok.

13.Kejujuran. Strategi hendaknya dipersiapkan untuk memanfaatkan kerahasiaan dan kecerdasan untuk menyerang lawan pada saat tak terduga. 14.Keamanan. Strategi itu mesti mengamankan seluruh organisasi dan semua

operasi penting organisasi.

Dari pengertian pencapaian strategi yang efektif tersebut, apabila kita bandingkan dengan hasil temuan penelitian mengenai strategi komunikasi

pemasaran objek wisata Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung tampak dengan jelas prinsip-prinsip tersebut diatas masih sangat jauh dari kenyaataan. Kepemimpinan seharusnya memiliki komitmen dan terkoordinasi, strategi hendaknya memberikan kepemimpinan yang memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan pokok. Namun pada kenyataannya kepemimpinan dan koordinasi tersebut belum dilaksanakan sehingga para pelaku wisata yang ada dilokasi penelitian seperti „anak ayam yang kehilangan indunya‟. Artinya selama ini mereka tidak pernah diikutsertakan dalam perencanaan penyusunan program kegiatan yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata itu sendiri. Sehingga mereka tidak mengetahui agenda ataupun blue print kegiatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam memajukan sekaligus promosi pariwisata ke dunia luar padahal mereka adalah para pelaku usaha pariwisata yang sejatinya harus diberikan informasi dan perhatian guna memajukan pariwisata daerah khususnya lokasi penelitian yang menjadi objek wisata unggulan di Karo ini.

Sedangkan kalau kita merujuk pendapat Cangara, terdapat lima prinsip untuk mendasari penyusunan perencanaan yang ideal adalah prinsip partisipatif, prinsip kesinambungan, prinsip holistic, mengandung sistem yang berkembang, terbuka dan demokratis (Cangara, 2013: 31). Namun apabila kita bandingkan dengan kenyataan pada hasil temuan penelitian bahwa, prinsip perencanaan yang partisipatif dan demokratis belum dilaksanakan dalam kegiatan pemasaran objek wisata Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung. Perencanaan strategi komunikasi pemasaran objek wisata Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung selama ini hanya disusun oleh intern Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Karo sendiri tanpa melibatkan para Stakeholders pariwisata lainnya. Para pelaku wisata ini dilibatkan hanya pada waktu pelaksanaan kegiatan promosi misalnya pameran, event dan sebagainya sehingga mereka menganggap peran mereka tidak maksimal dalam memajukan pariwisata di daerah.

Efendy (2003: 35) mengatakan, empat faktor penting yang harus diperhatikan menyusun perencanaan strategi komunikasi:

5. Mengenal khalayak. Khalayak itu aktif sehingga antara komunikator dengan komunikan bukan saja terjadi saling hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi.

6. Menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu membangkitkan perhatian. Awal efektifitas dalam komunikasi ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan.

7. Menetapkan metode, dalam hal ini metode penyampaian, yang dapat dilihat dari dua aspek; menurut cara pelaksanaanya dan menurut bentuk isinya. Menurut cara pelaksanaanya dapat diwujutkan dalam dua bentuk yaitu, metode redundancy (repetition) dan canalizing. Sedangkan yang kedua menurut isinya dikenal metode-metode: informatif, persuasif, edukatif, kursif. Metode redundancy adalah cara mempengaruhi khlayak dengan jalan mengulang-ulang pesan pada khalayak. Metode canalizing

yaitu mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikirannya kearah yang kita kehendaki.

8. Pemilihan media komunikasi. Kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapat, pesan yang disampaikan dan teknik yang dipergunakan, karena masing- masing medium mempunyai kelemahan-kelemahannya tersendiri sebagai alat.

Perencanaan strategi komunikasi digunakan dalam pemasaran objek wisata Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo telah melakukan hal-hal yang membuat produk semenarik mungkin agar diminati oleh wisatawan. Kenyamanan menikmati wisata juga diciptakan agar wisatawan merasa nyaman untuk berkunjung ke Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung. Selain itu, juga diharapkan dapat menambah lama waktu berkunjung di Kabupaten Karo dengan adanya kegiatan yang dilakukan baru-baru ini seperti Pesta Budaya Mejuah-juah dan Pesta Bunga Buah. Dalam pemasaran, para pelaku pasar harus mengartikan strategi minimal sebagai: sebuah gambaran besar, pandangan jarak jauh, cara mencapai tujuan, ringkasan taktik, platform (Prisgunanto, 2006: 87).

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo dalam melakukan perencanaan melalui beberapa tahap, pertama yang dilaksanakan adalah melakukan penelitian terhadap kegiatan yang apa yang akan disusun oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata itu sendiri. Hal ini dilakukan melalui penelitian semacam survey dan dilanjutkan dengan rapat intern untuk membahas program kegiatan yang akan dilaksanakan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) teknis tentu berkewajiban untuk mengusung program atau kegiatan yang dapat meningkatkan upaya pencapaian

visi dan misi Kabupaten maupun visi dan misi SKPD. Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Bidang Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata Piala Putera, SE sebenarnya pengelolaan pemasaran kedua objek wisata itu terintegrasi baik terhadap objek-objek wisata yang lainnya. Jadi Dinas Pariwisata dalam merencanakan pemasaran objek wisata baik Gundaling maupun Air Panas Semangat Gunung tentunya melalui berbagai tahapan yakni penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) sampai pada program dan kegiatan dimasukkan rencana pemasaran dan promosi objek wisata yang ada di Karo dan terkhusus juga Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung. Semuanya dimasukkan dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Bidang Pemasaran dan Promosi Usaha Pariwisata merupakan bidang yang menangani promosi kegiatan pariwisata yang ada di Daerah. Setelah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan pos program/kegiatan promosi tersebut disetujui maka bidang pemasaran dan promosi pariwisata tinggal melaksanakan kegiatan.

Hasil wawancara peneliti dengan beberapa pelaku wisata membenarkan bahwa pihak mereka tidak pernah diikutsertakan dalam perencanaan pemasaran objek wisata yang ada di Kabupaten Karo khususnya Gundaling dan Pemandian Air Panas Semangat Gunung. Hal ini dikuatkan dengan hasil dari wawancara dengan para informan seperti Dickson Pelawi selaku Ketua PHRI sekaligus pelaku wisata perhotelan dan travel agency (informan 6), Kriswanto Ginting pengelola museum pusaka Karo (informan 7), Rasdianto Tarigan pelaku wisata Gundaling/eks ketua pelaku wisata Gundaling (informan 8) dan Sedia Surbakti (informan 9). Namun Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo

menyusun sendiri bagaimana bentuk promosi yang akan dilaksanakan, tempat/lokasi pelaksanaannya dimana dan kapan waktu pelaksanaan. Dalam penentuan pelaksanaan promosi melalui event didasarkan kepada tujuan penggalian, pemeliharaan dan pengembangan seni budaya Karo yang mulai