• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Faktor Penyebab Kesulitan

Untuk dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar matematika, seorang guru harus mengetahui faktor-faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar matematika.

Abu Ahmadi (2013:78) mengemukakan bahwa faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu :

1. Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi : a. Faktor fisiologi

1) Karena sakit

Seorang yang sakit akan mengalami kelemaham fisiknya sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih-lebih sakitnya lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam pelajarannya.

2) Karena kurang sehat

Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah lelah, mengantuk, pusing, daya konsentrasi hilang, kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal- hal ini maka penerimaan dan respons pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterpretasikan dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui inderanya.

3) Karena cacat tubuh

Cacat tubuh dibedakan atas : cacat tubuh ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotor. Sedangkan cacat tubuh yang tetap seperti buta, tuli, bisu, hilang tangannya dan kakinya.

b. Faktor psikologi

Belajar memerlukan kesiapan rohani, ketenangan dengan baik. Beberapa faktor rohani tersebut meliputi :

1) Motivasi

Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seseorang yang besar motivasinya akan giat berusaha, gigih, giat membaca buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya merka yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu di kelas, sering meninggalkan kelas. 2) Intelegensi

Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Semakin tinggi IQ seseorang akan makin cerdas. Walaupun IQ bukan penentu utama, mereka yang mempunyai IQ rendah (kurang dari 90) tergolong lemah mental. Anak inilah yang banyak mengalami kesulitan belajar.

3) Bakat

Seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seorang anak harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang. Hal-hal tersebut nampak pada anak yang suka mengganggu di kelas, berbuat gaduh, tidak mau belajar sehingga nilainya rendah. 4) Minat

Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Ada tidaknya minat terhadap suatu

pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan garis miring tidaknya pelajaran itu.

5) Kesehatan mental

Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalu sukses akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan mental. Rasa emosional metal yang kurang sehat dapat merugikan belajaranya, misalnya anak yang kacau pikirannya, kecewa akan sulit mengadakan konsentrasi. Biasanya mereka akan melakukan perbuatan agresif seperti kenakalan, merusak alat sekolah dan sebagainya. Keadaan ini akan menimbulkan kesulitan belajar sebab dirasa tidak mendatangkan kebahagiaan.

2. Faktor ekstern (faktor dari luar manusia) meliputi : a. Faktor keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Faktor penyebab kesulitan belajar dari lingkungan keluarga :

1) Faktor orang tua

Beberapa hal yang mempengaruhi adalah (a) cara mendidik anak, orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya akan menjadi penyebab kesulitan belajar, orang tua yang kejam dan otoriter akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak,

orang tua yang lemah, suka memanjakan anaknya tidak rela anaknya bersusah payah belajar, menderita, dan berusaha keras mengakibatkan anak malas berusaha, (b) hubungan orang tua dan anak, kasih sayang dari orang tua, perhatian atau penghargaan kepada anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak, (c) contoh/bimbingan dari orang tua, sikap orang tua akan dicontoh oleh anaknya, sehingga orang tua harus memberikan contoh yang baik pada anaknya, demikian juga belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak.

2) Suasana keluarga

Suasana keluarga yang ramai / gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Suasana rumah hendaknya dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis agar anak betah tinggal di rumah. Hal ini menguntungkan bagi kemajuan belajar anak 3) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga yang kurang akan menimbulkan : kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua, tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Sedangkan keadaan ekonomi keluarga yang berlebihan/kaya mengakibatkan anak menjadi segan belajar karena terlalu banyak bersenang-senang, mungkin juga anak dimanjakan oleh orang tuanya.

b. Faktor Media Masa dan Lingkungan Tempat Tinggal

Media massa meliputi : bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik. Apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa akan tugas belajar.

Lingkungan sosial meliputi, (a) teman bergaul, pergaulan anak sangat besar pengaruhnya bagi anak dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak, (b) lingkungan tetangga, corak kehidupan tetangga yang kurang baik akan mempengaruhi anak, misalnya suka main judi, menganggur, tidak suka belajar, akan mempengaruhi anak -anak yang bersekolah, (c) aktivitas dalam masyarakat, terlalu banyak berorganisasi, kursus ini dan itu akan menyebabkan belajar anak menjadi terbengkalai.

c. Faktor Lingkungan Sekolah

Beberapa hal yang mempengaruhi dari sekolah yakni, (a) guru, yaitu metode pembelajaran yang kurang menarik, hubungan dengan murid yang kurang baik, tuntutan standar pelajaran di luar kemampuan anak, (b) alat pelajaran yang kurang lengkap, (c) kondisi gedung, yaitu kedaan gedung yang dekat dengan keramaian, ruangan yang kurang nyaman, (d) kurikulum yang kurang baik, misalnya bahan-bahannya terlalu tinggi, pembagian bahan tidak seimbang (e) waktu sekolah dan disiplin kurang.

Dokumen terkait