• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Penyebab Penerbitan Bilyet Giro Kosong dan Hambatan-Hambatan

BAB III: PENERBITAN BILYET GIRO DAN BILYET GIRO KOSONG

C. Faktor Penyebab Penerbitan Bilyet Giro Kosong dan Hambatan-Hambatan

1. Faktor Penyebab Penerbitan Bilyet Giro Kosong

40

Di dalam praktek perbankan, mengenai peraturan bilyetgiro kosong secara umum telah diatur dalam Surat EdaranBank Indonesia No.9/13/DASP,pada ketentuan angka 6 tentang Penyediaan Dana dan BilyetGiro Kosong, SK Dir 28/32/KEP/DIR 4 Juli 1995 tentangBilyet Giro, Surat Edaran 2/10/DASP tanggal 8 Juni 2000tentang Tata Usaha Penarikan Cek/Bilyet Giro Kosong, yangdiubah dengan Surat Edaran Bank Indonesia no. 4/17/DASPtanggal 7 November 2002.Di dalam praktek perbankan ternyata masih banyakdijumpai penerbitan bilyet-bilyet giro kosong yang beredardalam masyarakat. Seperti yang telah penulis uraikan di atasbahwa pihak bank membantu dengan mengkonfirmasi danmenunggu dana disetor, tetapi penerbitan bilyet giro kosongtetap terjadi. Adapun faktor-faktor yang menyebabkanterjadinya penerbitan bilyet giro kosong antara lain:41

a). Kelalaian Penerbit

Kewajiban penyediaan dana yang cukup itu timbul saat amanattermaktub dalam bilyet giro menjadi efektif untukdilaksanakan.Yang menjadi masalah adalah apabila pada saat amanattersebut menjadi efektif untuk dilaksanakan ternyata dananyatidak mencukupi atau bahkan tidak ada.Padahal sebenarnyadalam melakukan penerbitan seharusnya penerbit sudahmengetahui jumlah dananya di bank.Tetapi ada kalanya pihak penerbit tidak mengetahui atau tidakmemperhitungkan jumlah dananya yang ada di bank.

Dalam hal seperti ini apabila penerbit melakukan penerbitanbilyet giro yang ternyata dananya cukup atau bahkan tidak ada,maka bilyet giro

41

Hasil wawancara dengan Bagian Kliring PT.Bank Sumut Cabang Utama Medan yaituBapak Sahrial beserta Ibu Silvi (Bagian Pelayanan Nasabah)

47

tersebut akan ditolak oleh bank dandigolongkan sebagai bilyet giro kosong.Tetapi dapat juga penerbit menerbitkan bilyet giro dengantenggang waktu antara tanggal efektif dan tanggal penerbitanyang tercantum dalam bilyet giro cukup lama. Dalam hal inipenerbit dapat menyediakan dana yang cukup dalam waktutersebut.

Kenyataannya pada waktu pemegang bilyet giromengajukan bilyet giro pada bank sesuai dengan tanggalefektif yang disebut dalam bilyet giro tersebut ditolak olehbank karena dananya tidak mencukupi atau bahkan tidak ada.

b). Kesengajaan Penerbit

Dalam hal terjadinya penerbitan bilyet giro kosong karenadisengaja oleh penerbit, biasanya penerbit sejak semula sudahmengetahui bahwa dananya yang tersedia di bank tidak cukupatau tidak ada tetapi penerbit tetap menerbitkan bilyet giro. Halini dapat juga terjadi disebabkan oleh itikad tidak baik olehpenerbit, misalnya bertujuan untuk penipuan.Atau kasus lain, misalnya ketika perjanjian pokok timbulmasalah, dan pihak penerbit telah menerbitkan bilyet girodengan tenggang waktu tanggal efektif, ada kalanya penerbitsengaja menarik dananya di bank agar bilyet giro tersebut tidakdapat digunakan untuk menarik dananya.

Pada dasarnya penerbitan bilyet girokosong tidak diperbolehkan, karena dapat mengganggukepercayaan masyarakat pada dunia perbankan, dan tidaksesuai dengan fungsi bilyet giro sebagai surat berharga, yaitusebagai alat pembayaran (dengan cara pemindahbukuan).

2. Hambatan-hambatan dalam Penggunaan Bilyet Giro sebagai Alat

Pengaturan penggunaan bilyet giro dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/Kep/Dir Tahun 1995 ternyata dirasakan masih kurang lengkap.Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia ini hanya mengatur secara umum, sehingga menimbulkan keragu-raguan dalam penggunaannya.Di atas telah dikemukakan beberapa faktor yang merupakan pendorong bagi penggunaan bilyet giro sebagai alat pembayaran yang semakin berkembang dewasa ini. Namun ternyata sebagian faktor-faktor pendorong itu disisi lain justru merupakan faktor penghambat dalam penggunaan bilyet giro. Faktor-faktor yang menghambat penggunaan bilyet giro dapat dikemukakan sebagai berikut

a) Alasan Pembatalan yang tidak jelas

Dalam penggunaan bilyet giro sebagai alat pembayaran, sering timbul kesulitan dan hambatan yaitu dengan adanya pembatalan bilyet giro.Hal ini baru dapat diketahui pada saat penerima bilyet giro menyodorkan bilyet giro tersebut kepada bank.Ternyata bank menolak bilyet giro tersebut dengan alasan telah menerima nota pembatalan dari penerbit tanpa suatu alasan yang jelas.

Menghadapi keadaan yang demikian, penerima bilyet giro tentunya merasa kecewa dan akan timbul sikap kurang percaya terhadap bilyet giro sebagai alat pembayaran giral, sekaligus mempengaruhi kepercayaan terhadap bank yang dalam hal ini menghadapi dua pihak yang saling bertentangan.

Di satu pihak bank akan melindungi kepentingan nasabahnya, di lain pihak, bank juga menghadapi pihak penerima bilyet giro yang timbul

49

rasa kurang percaya terhadap bank. Untuk mengatasi kedudukan yang sulit itu, bank memberikan ketentuan bahwa suatu bilyet giro dapat dibatalkan oleh penerbitnya sepanjang pada waktu penerimaan pemberitaan tertulis oleh bank yang bersangkutan dan amanat dalam bilyet giro itu belum dilaksanakan.

Jadi pembatalan bilyet giro hanya berkekuatan jika pada waktu bank menerima pemberitahuan secara tertulis perintah pemindahbukuan belum dilaksanakan.Sedangkan jika pemberitahuan pembatalan, baru diketahui seteralh perintah pemindahbukuan sudah dilaksanakan maka pemindahbukuan tetap sah.

b) Tidak berlakunya endosemen

Sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/Kep/Dir Tahun 1995 bahwa bilyet giro tidak dapat dipindahtangankan melalui endosemen, karena di dalamnya tidak terdapat klausa yang Menunjukkan cara pemindahannya.

Sebagaimana telah diuraikan bahwa suatu bilyet giro memuat nama penerima kepada siapa dana tersebut akan dipindahbukukan. Dengan demikian maka apabila suatu bilyet giro telah diisi lengkap oleh penerbit, maka yang dapat menimbulkan dana tersebut hanyalah yang namanya tersebut di dalam bilyet giro. Untuk terjadinya pemindahbukuan maka penerima tersebut harus juga merupakan nasabah suatu bank yang mempunyai rekening giro42

42

Munir Fuady. Hukum Tentang Pembiayaan Dalam Teori Dan Praktek. Citra Aditya Bakti. Bandung. hal. 59

Hal ini merupakan faktor penghambat penggunaan bilyet giro karena walaupun bilyet giro ini dapat digolongkan sebagai surat berharga namun tidak dapat diperdagangkan. Namun kendala ini dalam prakteknya diatasi dengan mengosongkan nama penerima hingga pada penerima yang terakhir yang akan memindahbukukan dana ke dalam rekeningnya, menuliskan namanya, meskipun sebenarnya hal ini tidak sesuai dengan ketentuan di atas.

c) Waktu jatuh tempo yang sudah lama

Sebagaimana telah ditentukan di atas bahwa tenggang waktu antara tanggal penertiban dan tanggal efektif suatu bilyet giro merupakan faktor pendorong penggunaan bilyet giro. Namun timbul pertanyaan apakah waktu yang diberikan selama 70 hari itu tidak terlalu lama?Sebab dari awal penertibannya sebenarnya telah jelas bilyet giro diterbitkan adalah untuk mepentingan perhitungan dengan melalui pemindahbukuan, sehingga tenggang waktu tersebut dirasakan cukup lama. Tenggang waktu yang cukup lama ini merupakan faktor penghambat penggunaan bilyet giro karena secara ekonomis, dengan lamanya pembayaran ini pihak penjual akan dirugikan. Apalagi dengan kemungkinan timbulnya inflasi yang sering terjadi, maka nilai uang yang dicantumkan dalam bilyet giro pada saat penerbitannya, kemungkinan akan berkurang pada saat tiba tanggal efektif. Hal ini tentu saja merugikan si penjual, terutama para pedagang dengan modal yang terbatas

Dokumen terkait