BAB III: PENERBITAN BILYET GIRO DAN BILYET GIRO KOSONG
B. Kedudukan Penerbit Bilyet Giro
Digunakannya bilyet giro sebagai alat pembayaran, adalah timbul sebagai akibat dari adanya suatu perjanjian dasar atau pokok antara penerbit dengan penerima bilyet giro, misalnya jual beli, sewa-menyewa, hutang- piutang dan lain sebagainya. Dalam suatu perjanjian jual beli, antara penjual dan pembeli disepakati bahwa pembeli tidak membayar dengan uang tunai tetapi dengan menggunakan bilyet giro. Maka selanjutnya pembeli
menerbitkan sebuah giro sebagai alat pembayaran atas barang-barang yang telah dibelinya.Untuk itu kewajiban penerbit selanjutnya adalah menyediakan dana atas bilyet giro yang telah diterbitkannya. Pada saat penerbit menerbitkan bilyet giro tersebut, mungkian saja bahwa ia tidak mempunyai dana yang cukup pada rekeningnya untuk memenuhi bilyet giro tersebut. Penerbit mempunyai kewajiban untuk mencukupi dana sampai tiba saat amanat pemindahbukuan dalam bilyet giro itu berlaku efektif36
Pada saat penerima menerima pembayaran dalam bentuk bilyet giro, maka ia tidak dapat mengetahui apakah penerbit mempunyai dana yang cukup atau tidak dalam rekeningnya. Bahkan tidak ada jaminan bagi penerima bahwa pada saat berlakunya tanggal efektif pemindahbukuan, telah tersedia dana pada rekening penerbit untuk dipindahbukukan ke dalam rekening penerima. Penerbit juga tidak dapat meminta keterangan kepada bank penyimpan dana tentang keadaan dana nasabah. Karena hal ini bertentangan dengan Pasal 40 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Rahasia Bank.Oleh karena itu penerima bilyet giro menerima pembayaran dengan bilyet giro adalah atas dasar kepercayaan terhadap penerbit
.
37
Jika ternyata setelah sampai tanggal efektif bagi pemindahbukuan, dana penerbit tidak mencukupi atau tidak ada sama sekali, maka bilyet giro yang diajukan penerima kepada bank penyimpan dana akan ditolak dan disebut dengan bilyet hgiro kosong. Dalam hal ini penerima bilyet giro
.
36
Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia,Ghalia Indonesia. Bogor hal. 86
37 Ibid
43
akanmenyelesaikannya dengan penerbit berdasarkan perjanjian pokok yang telah mereka buat. Dalam suatu perjanjian jual beli, maka penerima bukan mengajukan tuntutan atas bilyet giro kosong yang dikeluarkan penerbit, tetapi mengajukan tuntutan atas harga barang yang telah dibeli dan belum dibayar oleh pembeli/penerbit bilyet giro. Penerima bilyet giro dapat menuntut penerbit bilyet giro kosong berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, karena penerbit menerbitkan bilyet giro kosong merupakan perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian bagi penerima, namun dalam penggunaan bilyet giro ini umumnya antara penerbit dan penerima telah saling percaya dan mengenal dengan baik satu sama lain. Adakalanya tidak terpenuhinya dana hingga sampai berlaku tanggal efektif bukan disebabkan oleh itikad tidak baik dari penerbit, tetapi memang karena kondisi keuangannya yang tidak memungkiankan untuk menyediakan dana. Oleh karena itu dalam praktek pada umumnya sebelum tiba atau begitu mendekati tanggal efektif, penerbit meminta kepada penerima untuk tikda mengajukan giro tersebut kepada bank.Masalah- masalah mengenai bilyet giro kosong ini umumnya diselesaikan secara damai antara kedua belah pihak38
Mengenai hilangnya Bilyet giro yang ada di tangan penerima bilyet giro maka penerima dapat meminta penerbit untuk memberitahukan kepada bank penerbit supaya bilyet giro yang hilang tersebut dibatalkan guna menghindari hal-hal yang dapat merugikan pihak penerima bilyet giro.Ini
.
38
merupakan salah satu perlindungan yang diberikan oleh pihak penerbit kepada pihak penerima bilyet giro39
Dalam penggunaan bilyet giro, dinyatakan bahwa endosemen tidak berlaku atau dengan kata lain bilyet giro tidak dapat dipindahtangankan. Namun dalam prakteknya, hal ini diabaikan oleh masyarakat. Suatu bilyet giro dapat dipindahtangankan dari satu penerima kepada penerima yang lain dengan jalan mengosongkan nama penerima, baru pada penerima terakhir yang akan melakukan pemindahbukuan, mengisi namanya. Hal yang menjadi persoalan di sini adalah jika ternyata bilyet giro tersebut adalah bilyet giro kosong, sedangkan penerima terakhir sama sekali tidak mengenal penerbit bilyet giro tersebut. Maka dalam hal ini antara penerbit dan penerima yang terakhir tersebut tidak ada hubungan hukum sama sekali. Hubungan hukum hanyalah antara penerima terakhir dengan pihak yang menyerahkan bilyet giro kosong tersebut sebagai alat pembayaran. Dengan demikian sama sekali tidak ada perlindungan yang diberikan oleh penerbit kepada penerima yang terakhir tadi.
.
Hal lain yang seringkali merugikan penerima adalah ketentuan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/Kep/Dir Tahun 1995 yang memberikan kesempatan kepada penerbit untuk membatalkan bilyet giro yang telah diterbitkannya. Pada dasarnya ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi pihak penerbit dari pihak lain yang tidak jujur. Misalnya dalam suatu perjanjian jual beli, pembeli telah menyerahkan bilyet giro sebagai alat pembayaran dan disepakati bahwa barang
39
45
akandiserahkan bilyet giro sebagai alat pembayaran dan disepakati bahwa barang akan diserahkan dalam waktu yang telah ditentukan. Ternyata setelah sampai waktu yang telah ditentukan, penjual tidak memenuhi prestasinya untuk menyerahkan barang maka penerbit mangatasi hal ini dengan membatalkan bilyet giro yang telah dikeluarkannya.Namun oleh karena Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia di atas tidak menghiur secara tegas tentan alasan-alasan pembatalan ini maka kenyataannya bahwa pihak penerimalah yang banyak dirugi dengan ketentuan ini.Adakalanya penerbit hanya mencari-cari alasan membatalkan bilyet giro untuk menghindari atau menunda pembayaran40
Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 28/32/Kep/Dir Tahun 1995 juga telah diatur tentang syarat-syarat formil suatu bilyet giro. Dalam prakteknya apabila syarat-syarat formal ini tidak dipenuhi maka bank akan menolak untuk melakukan pemindahbukuan. Dalam hal ini penerbit yang tidak jujur seringkali memanfaatkan kesempatan ini.Sebagai contoh syarat tentang tanda tangan penerbit. Sebelum melakukan pembayaran, maka bank akan meneliti apakah tanda tangan pada bilyet giro sesuai dengan specimen (contoh tanda tangan) yang ada pada bank. Jika tidak sesuai maka bank akan menolak untuk melakukan pembayaran.
.
C. Faktor Penyebab Penerbitan Bilyet Giro Kosong dan Hambatan-