• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI SEMIORGANIK

7.1. Faktor Produksi Usahatani Padi Semiorganik

Fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas yang diaplikasikan pada usahatani padi semiorganik. Fungsi produksi usahatani padi semiorganik didapatkan dengan memasukkan variabel-variabel independen yang diestimasi mempengaruhi produksi padi semiorganik ke dalam persamaan regresi linear berganda. Pengolahan data menggunakan metode OLS dengan bantuan program EViews 7 (Lampiran 7). Hasil estimasi fungsi produksi usahatani padi semiorganik dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Usahatani Padi Semiorganik Variabel Koefisien Simpangan Baku t-hit P VIF

Konstanta 4.7615 0.423 11.244 0.000 LL 0.0275 0.021 1.286 0.204 1.510 BN 0.8298 0.077 10.750 0.000* 1.399 KPS 0.1277 0.045 2.820 0.007* 1.564 KDG 0.0024 0.002 1.549 0.128* 1.553 UREA 0.0345 0.038 0.902 0.371 1.564 NPK 0.0042 0.002 1.696 0.096* 1.226 TKSL 0.0165 0.060 0.276 0.783 1.714 D1 0.0004 0.030 0.012 0.991 1.420

R-sq = 0.82 R-sq(adj) = 0.79 Durbin Watson =1.790 Fhit =29.167 Prob (Fhit) = 0.000 Sumber: Data Diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 28, maka fungsi produksi usahatani padi semiorganik adalah sebagai berikut: Ln YS = 4.7615 + 0.0275 Ln LL + 0.8298 Ln BN + 0.1277 Ln KPS + 0.0024 Ln KDG + 0.0345 Ln UREA + 0.0042 Ln NPK + 0.0165 Ln TKSL + 0.0004 D1 ... (7.1) Keterangan:

YS = Produksi padi semiorganik (Kg/Ha) LL = Luas lahan (Ha)

BN = Jumlah benih (Kg/Ha)

KPS = Jumlah pupuk kompos (Kg/Ha) KDG = Jumlah pupuk kandang (Kg/Ha) UREA= Jumlah pupuk urea (Kg/Ha) NPK = Jumlah pupuk NPK (Kg/Ha)

TKSL = Jumlah tenaga kerja setara laki-laki (HOK/Ha)

D1 = Keanggotaan dalam KKT-LK (1 = anggota, 0 = non anggota) Persamaan (7.1) menunjukkan bahwa semua tanda pada koefisien variabel independen dalam fungsi produksi usahatani padi semiorganik sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi produksi usahatani padi semiorganik memenuhi kriteria ekonomi. Berdasarkan Tabel 28, fungsi produksi usahatani padi semiorganik memiliki R-sq sebesar 0.82. Artinya keragaman produksi usahatani padi semiorganik dapat dijelaskan oleh variabel- variabel independen sebesar 82.0 Persen, sedangkan sisanya 18.0 Persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan.

Hasil estimasi fungsi produksi usahatani padi semiorganik diketahui bahwa Pvalue untuk uji statistik-F yaitu 0.000 yang lebih kecil dari taraf α = 0.20 (Tabel 28). Hal ini berarti seluruh variabel independen secara bersama-sama mampu menjelaskan produksi usahatani padi semiorganik pada selang kepercayaan 80 Persen.

Uji-t dilakukan dengan melihat nilai probabilitas pada variabel independen. Jika nilai probabilitas variabel independen lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Berdasarkan Tabel 28, fungsi produksi usahatani padi semiorganik menunjukkan bahwa probabilitas variabel benih, pupuk kompos, pupuk kandang, dan pupuk NPK lebih kecil dari taraf α = 0.20 yang berarti bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap produksi usahatani padi semiorganik. Variabel luas lahan, pupuk urea, tenaga kerja setara laki-laki, dan dummy menunjukkan probabilitas yang lebih besar dari taraf α = 0.20, artinya variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap produksi usahatani padi semiorganik.

Suatu fungsi harus memenuhi kriteria ekonometrika yang meliputi pengujian asumsi-asumsi dasar dengan melihat masalah multikolinearitas, kenormalan, dan heteroskedastisitas. Uji ekonometrika yang digunakan untuk melihat pelanggaran asumsi dalam model adalah sebagai berikut:

1. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas untuk memastikan tidak adanya hubungan linear antara variabel independen. Uji multikolinearitas dalam fungsi produksi usahatani padi semiorganik dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing- masing variabel independen. Jika nilai VIF kurang dari sepuluh, maka variabel

independen tersebut tidak mengalami masalah multikolinearitas yang serius, sedangkan jika nilai VIF lebih dari sepuluh maka variabel independen tersebut mengalami masalah multikolinearitas yang serius. Tabel 28 menunjukkan bahwa nilai VIF semua variabel independen pada fungsi produksi usahatani padi semiorganik lebih kecil dari 10 yaitu antara 1.226 sampai dengan 1.714. Hal ini menunjukkan bahwa antara variabel independen satu dengan yang lainnya dalam fungsi produksi usahatani padi semiorganik tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan metode Jarque-Bera. Jika nilai probabilitas lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka residual terdistribusi normal. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, maka residual tidak terdistribusi normal. Fungsi produksi usahatani padi semiorganik memiliki nilai probabilitas sebesar 0.276 atau lebih besar dari taraf α = 0.20 (Lampiran 8), artinya residual terdistribusi normal atau tidak terjadi masalah normalitas pada fungsi produksi usahatani padi semiorganik.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser. Jika nilai probabilitas lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, maka terdapat masalah heteroskedastisitas. Berdasarkan Lampiran 9, nilai probabilitas Chi-Square fungsi produksi usahatani padi semiorganik sebesar 0.871 atau nilai probabilitas lebih besar dari taraf α = 0.20, artinya tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada fungsi produksi usahatani padi semiorganik.

7.1.1. Luas Lahan (LL)

Hasil analisis fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan elastisitas faktor produksi luas lahan usahatani padi semiorganik sebesar 0.0275, artinya penambahan satu Persen luas lahan akan meningkatkan produksi usahatani padi semiorganik sebesar 0.0275 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Nilai koefisien luas lahan sebesar 0.0275 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), terlihat bahwa penggunaan luas lahan berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan luas lahan tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 luas lahan tidak berpengaruh terhadap produksi usahatani padi semiorganik.

7.1.2. Benih (BN)

Hasil analisis fungsi produksi usahatani padi semiorganik menunjukkan nilai koefisien atau elastisitas benih sebesar 0.8298. Hal ini dapat diartikan bahwa penambahan satu Persen benih akan meningkatkan produksi padi semiorganik sebesar 0.8298 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Nilai koefisien benih sebesar 0.8298 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), terlihat bahwa penggunaan benih berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan benih pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 benih berpengaruh terhadap produksi usahatani padi semiorganik.

7.1.3. Pupuk Kompos (KPS)

Nilai koefisien pupuk kompos sebesar 0.1277, artinya penambahan satu Persen pupuk kompos akan meningkatkan produksi padi semiorganik sebesar

0.1277 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Nilai koefisien pupuk kompos sebesar 0.1277 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), terlihat bahwa penggunaan pupuk kompos berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan pupuk kompos pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 pupuk kompos berpengaruh terhadap produksi usahatani padi semiorganik. 7.1.4. Pupuk Kandang (KDG)

Nilai koefisien pupuk kandang sebesar 0.0024. Artinya penambahan satu Persen pupuk kandang akan meningkatkan produksi usahatani padi semiorganik sebesar 0.0024 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Nilai koefisien pupuk kandang sebesar 0.0024 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), terlihat bahwa penggunaan pupuk kandang berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan pupuk kandang pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 pupuk kandang berpengaruh terhadap produksi usahatani padi semiorganik.

7.1.5. Pupuk Urea (UREA)

Nilai koefisien pupuk urea sebesar 0.0345, artinya penambahan satu Persen pupuk urea akan meningkatkan produksi usahatani padi semiorganik sebesar 0.0345 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Koefisien pupuk urea sebesar 0.0345 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), terlihat bahwa penggunaan pupuk urea berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan pupuk urea pada tingkat tertentu

dapat tercapai output optimum atau maksimal Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 pupuk urea tidak berpengaruh terhadap produksi usahatani padi semiorganik. 7.1.6. Pupuk NPK (NPK)

Nilai koefisien pupuk NPK sebesar 0.0042, artinya penambahan satu Persen pupuk NPK akan meningkatkan produksi usahatani padi semiorganik sebesar 0.0042 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Koefisien pupuk NPK sebesar 0.0042 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), penggunaan pupuk NPK berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan pupuk NPK pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 pupuk NPK berpengaruh terhadap produksi usahatani padi semiorganik.

7.1.7. Tenaga Kerja Setara Laki-laki (TKSL)

Total tenaga kerja setara laki-laki (TKSL) merupakan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usahatani dengan membandingkan upah tenaga kerja laki-laki dan upah tenaga kerja perempuan yang dinyatakan dalam satuan hari orang kerja (HOK). Hasil analisis fungsi produksi usahatani padi semiorganik menunjukkan nilai koefisien TKSL sebesar 0.0165, artinya penambahan satu Persen TKSL akan meningkatkan produksi padi semiorganik sebesar 0.0165 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Koefisien TKSL sebesar 0.0165 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), terlihat bahwa penggunaan TKSL berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan TKSL pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20, TKSL tidak berpengaruh terhadap produksi usahatani padi semiorganik.

7.1.8. Dummy (D1)

Variabel dummy menyatakan status keanggotaan petani padi responden dalam KKT-LK (1 = anggota KKT-LK, 0 = non anggota KKT-LK). Hasil analisis fungsi produksi usahatani padi semiorganik menunjukkan nilai koefisien dummy

(D1) sebesar 0.0004, artinya bahwa produksi usahatani padi semiorganik anggota KKT-LK lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi semiorganik non anggota KKT-LK. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 dummy tidak berpengaruh terhadap produksi usahatani padi semiorganik pada selang kepercayaan 80 Persen.

7.2. Faktor Produksi Usahatani Padi Anorganik

Fungsi produksi usahatani padi anorganik didapatkan dengan memasukkan variabel-variabel independen yang diestimasi mempengaruhi produksi usahatani padi anorganik ke dalam persamaan regresi linear berganda. Pengolahan data menggunakan metode OLS dengan bantuan program EViews 7 (Lampiran 10). Hasil estimasi fungsi produksi usahatani padi anorganik pada Tabel 29.

Tabel 29. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Usahatani Padi Anorganik

Variabel Koefisien Simpangan Baku t-hit P VIF

Konstanta 5.081 0.524 9.700 0.000 LL 0.076 0.034 2.212 0.039* 2.073 BN 0.928 0.104 8.895 0.000* 1.369 KPS 0.003 0.002 1.585 0.130* 1.433 UREA 0.062 0.071 0.872 0.394 1.446 KCL 0.005 0.003 1.903 0.072* 1.287 NPK 0.006 0.003 2.294 0.033* 1.449 P 0.019 0.049 0.388 0.702 1.242 TKSL 0.084 0.103 0.815 0.425 2.423 D1 0.009 0.059 0.154 0.880 1.846

R-sq = 0.86 R-sq(adj) = 0.79 Durbin-Watson = 2.131 Fhit =13.031 Prob (Fhit) = 0.000 Sumber: Data Diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 29, maka fungsi produksi padi anorganik sebagai berikut: Ln YA = 5.081+0.076 Ln LL+0.928 Ln BN+0.003 Ln KPS+0.062 Ln

UREA+0.005 Ln KCL+0.006 Ln NPK+0.019 Ln P+0.084 Ln TKSL+0.009 D1 ... (7.2) Keterangan:

YA = Produksi padi anorganik (Kg/Ha) LL = Luas lahan (Ha)

BN = Jumlah benih (Kg/Ha)

KPS = Jumlah pupuk kompos (Kg/Ha) UREA = Jumlah pupuk urea (Kg/Ha)

KCL = Jumlah pupuk KCL (Kg/Ha) NPK = Jumlah pupuk NPK (Kg/Ha) P = Jumlah pestisida (Lt/ha)

TKSL = Jumlah tenaga kerja setara laki-laki (HOK/Ha)

D1 = Keanggotaan dalam KKT-LK(1 = anggota,0 = non anggota) Persamaan (7.2) menunjukkan bahwa semua tanda pada koefisien variabel independen dalam fungsi produksi usahatani padi anorganik sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi produksi usahatani padi anorganik memenuhi kriteria ekonomi. Berdasarkan Tabel 29, fungsi produksi usahatani padi anorganik memiliki nilai R-sq sebesar 0.86. Artinya keragaman produksi usahatani padi anorganik dapat dijelaskan oleh variabel- variabel independen sebesar 86 Persen, sedangkan sisanya 14 Persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.

Hasil estimasi fungsi produksi usahatani padi anorganik diketahui Pvalue untuk uji-F yaitu 0.000 yang lebih kecil dari taraf α = 0.20 (Tabel 29). Hal ini berarti bahwa variabel independen secara bersama-sama mampu menjelaskan produksi usahatani padi anorganik pada selang kepercayaan 80 Persen.

Uji-t dilakukan dengan melihat nilai probabilitas variabel independen. Berdasarkan Tabel 29, uji-t pada fungsi produksi usahatani padi anorganik menunjukkan bahwa nilai probabilitas variabel luas lahan, benih, pupuk kompos, pupuk KCL, dan pupuk NPK lebih kecil dari taraf α = 0.20 yang berarti bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap produksi padi anorganik. Variabel pupuk urea, pestisida, tenaga kerja setara laki-laki, dan dummy menunjukkan nilai probabilitas yang lebih besar dari taraf α = 0.20. Artinya variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap produksi padi anorganik.

Suatu fungsi harus memenuhi kriteria ekonometrika yang meliputi pengujian asumsi-asumsi dasar dengan melihat masalah multikolinearitas, kenormalan, dan heteroskedastisitas. Uji ekonometrika yang digunakan untuk melihat pelanggaran asumsi dalam model adalah sebagai berikut:

1. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas untuk memastikan tidak adanya hubungan linear antara variabel independen. Pembuktian adanya multikolinearitas dilihat dari nilai VIF pada masing-masing variabel independen. Tabel 29 menunjukkan bahwa nilai VIF semua variabel independen lebih kecil dari sepuluh yaitu antara 1.242 sampai dengan 2.423. Hal ini menunjukkan bahwa antara variabel independen satu dengan yang lain dalam fungsi produksi usahatani padi anorganik tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan metode Jarque Bera. Fungsi produksi usahatani padi anorganik memiliki nilai probabilitas sebesar 0.727 atau lebih besar dari taraf α = 0.20 (Lampiran 11), artinya residual terdistribusi normal atau tidak terdapat masalah normalitas pada fungsi produksi padi anorganik. 3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas menggunakan metode uji Glejser. Berdasarkan Lampiran 12, nilai probabilitas Chi-Square fungsi produksi usahatani padi anorganik sebesar 0.744 atau lebih besar dari taraf α = 0.20, artinya tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada fungsi produksi usahatani padi anorganik.

7.2.1. Luas Lahan (LL)

Nilai koefisien luas lahan sebesar 0.076, artinya penambahan satu Persen luas lahan akan meningkatkan produksi usahatani padi anorganik sebesar 0.076 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Nilai koefisien luas lahan sebesar 0.076 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), terlihat bahwa penggunaan luas lahan berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan luas lahan pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 luas lahan berpengaruh terhadap produksi usahatani padi anorganik.

7.2.2. Benih (BN)

Nilai koefisien atau elastisitas benih sebesar 0.928, artinya penambahan satu Persen benih akan meningkatkan produksi usahatani padi anorganik sebesar 0.928 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Nilai koefisien

benih sebesar 0.928 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), terlihat bahwa penggunaan benih berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan benih pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20, benih memiliki pengaruh terhadap produksi usahatani padi anorganik.

7.2.3. Pupuk Kompos (KPS)

Nilai koefisien pupuk kompos sebesar 0.003, artinya penambahan satu Persen pupuk kompos akan meningkatkan produksi usahatani padi anorganik sebesar 0.003 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Koefisien pupuk kompos sebesar 0.003 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), terlihat bahwa penggunaan pupuk kompos berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan pupuk kompos pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 pupuk kompos memiliki pengaruh terhadap produksi usahatani padi anorganik.

7.2.4. Pupuk Urea (UREA)

Nilai koefisien pupuk urea sebesar 0.062, artinya penambahan satu Persen pupuk urea akan meningkatkan produksi usahatani padi anorganik sebesar 0.062 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Koefisien pupuk urea sebesar 0.062 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), terlihat bahwa penggunaan pupuk urea berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan pupuk urea pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 pupuk urea tidak memiliki pengaruh terhadap produksi usahatani padi anorganik.

7.2.5. Pupuk KCL (KCL)

Nilai koefisien pupuk KCL sebesar 0.005, artinya penambahan satu Persen pupuk KCL akan meningkatkan produksi usahatani padi anorganik sebesar 0.005 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Koefisien pupuk KCL sebesar 0.005 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), terlihat bahwa penggunaan pupuk KCL berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan pupuk KCL pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 pupuk KCL memiliki pengaruh terhadap produksi usahatani padi anorganik.

7.2.6. Pupuk NPK (NPK)

Nilai koefisien pupuk NPK sebesar 0.006, artinya penambahan satu Persen pupuk NPK akan meningkatkan produksi usahatani padi anorganik sebesar 0.006 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Koefisien pupuk NPK sebesar 0.006 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), terlihat bahwa penggunaan pupuk NPK berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan pupuk NPK pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 pupuk NPK memiliki pengaruh terhadap produksi usahatani padi anorganik.

7.2.7. Pestisida (P)

Nilai koefisien pestisida sebesar 0.019, artinya penambahan satu Persen pestisida akan meningkatkan produksi usahatani padi anorganik sebesar 0.019 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Koefisien pestisida sebesar 0.019 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), terlihat bahwa penggunaan pestisida berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa

dengan penggunaan pestisida pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 pestisida tidak memiliki pengaruh terhadap produksi usahatani padi anorganik.

7.2.8. Tenaga Kerja Setara Laki-laki (TKSL)

Total tenaga kerja setara laki-laki (TKSL) merupakan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usahatani dengan membandingkan upah tenaga kerja laki-laki dan upah tenaga kerja perempuan yang dinyatakan dalam satuan hari orang kerja (HOK). Hasil analisis fungsi produksi usahatani padi anorganik menunjukkan nilai koefisien TKSL sebesar 0.084, artinya penambahan satu Persen TKSL akan meningkatkan produksi usahatani padi anorganik sebesar 0.084 Persen dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). Koefisien TKSL sebesar 0.084 menunjukkan elastisitas (0 < Ep < 1), terlihat bahwa penggunaan TKSL berada pada daerah rasional (daerah II). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penggunaan TKSL pada tingkat tertentu dapat tercapai output optimum atau maksimal. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20, TKSL tidak berpengaruh terhadap produksi usahatani padi anorganik.

7.2.9. Dummy (D1)

Variabel dummy menyatakan status keanggotaan petani padi responden dalam KKT-LK (1 = anggota KKT-LK, 0 = non anggota KKT-LK). Hasil analisis fungsi produksi usahatani padi anorganik menunjukkan nilai koefisien atau elastisitas dummy (D1) sebesar 0.009, artinya produksi usahatani padi anorganik anggota KKT-LK lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi anorganik non anggota KKT-LK. Berdasarkan uji-t pada taraf α = 0.20 dummy tidak berpengaruh terhadap produksi usahatani padi anorganik.

Nilai elastisitas fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan nilai koefisien dari variabel independen, sedangkan penjumlahan nilai elastisitas untuk menduga skala usaha. Fungsi produksi usahatani padi semiorganik dan anorganik memiliki penjumlahan koefisien regresi sebesar 1.043 dan 1.191. Jumlah elastisitas fungsi produksi usahatani padi semiorganik maupun anorganik lebih dari satu, maka dapat disimpulkan bahwa usahatani padi semiorganik dan anorganik berada pada daerah increasing return to scale. Artinya penambahan satu persen faktor produksi pada usahatani padi semiorganik maupun anorganik akan meningkatkan produksi masing-masing sebesar 1.043 dan 1.191 Persen.

VIII. PENDAPATAN USAHATANI PADI

Dokumen terkait