• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN PETANI PAD

6.2. Karakteristik Responden Petani Padi

6.2.1. Karakteristik Umum Petani Padi Semiorganik dan

Karakteristik umum petani padi semiorganik dan anorganik diklasifikasikan berdasarkan umur, tingkat pendidikan formal, pendidikan non

formal, status usahatani, status dalam kelompok tani, pengalaman usahatani, jumlah tanggungan, status kepemilikan lahan, status penguasaan lahan, dan luas lahan garapan. Karakteristik petani responden akan mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan aktivitas usahatani dan pendapatan petani.

6.2.1.1. Umur Petani Padi

Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) mengklasifikasikan umur petani berdasarkan umur produktif yang terbagi menjadi empat kategori yaitu usia muda (10-29 Tahun), usia dewasa (30-44 Tahun), usia tua (45-59 Tahun), dan usia lanjut (>60 Tahun). Usia muda menandakan usia belum produktif, usia dewasa menandakan usia produktif, serta usia tua dan lanjut menandakan tidak produktif. Tabel 13. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Usia Petani

(Orang)

Umur (Tahun) Anggota KKT-LK Non Anggota KKT-LK

Semiorganik Anorganik Semiorganik Anorganik

10-29 0 0 0 0

30-44 6 2 4 4

45-59 17 3 13 8

≥60 7 2 13 10

Total 30 7 30 22

Sumber: Data Primer (2012)

Tabel 13 menunjukkan bahwa petani padi semiorganik anggota KKT-LK lebih banyak didominasi oleh petani pada kisaran usia 45-59 Tahun dengan persentase sebesar 56.67 Persen. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas petani padi semiorganik anggota KKT-LK berada pada usia yang sudah tidak produktif untuk bekerja, sehingga akan mempengaruhi produktivitas bekerja dan produksi output yang semakin menurun. Petani padi anorganik anggota KKT-LK tersebar pada kisaran usia 30-44 Tahun (dua Orang), 45-59 Tahun (tiga Orang), dan lebih dari 60 Tahun (dua Orang). Hal ini mengindikasikan bahwa responden petani padi anorganik anggota KKT-LK tersebar antara usia produktif, usia tua, dan usia

lanjut. Petani padi semiorganik non anggota KKT-LK sebagian besar berada pada kisaran usia tua dan usia lanjut dengan masing-masing berjumlah 13 Orang, yang merupakan usia sudah tidak produktif. Petani padi anorganik non anggota KKT- LK didominasi oleh petani berusia lanjut (≥60 Tahun) sebesar 45.45 Persen, artinya 45.45 Persen petani padi anorganik non KKT-LK merupakan petani yang sudah tidak produktif. Hal ini menunjukkan bahwa petani dari keempat strata didominasi oleh usia tidak produktif, sehingga hal ini dapat mengakibatkan produksi dan pendapatan yang semakin menurun.

6.2.1.2. Pendidikan Formal dan Non Formal Petani Padi

Pendidikan formal petani padi responden di lokasi penelitian mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Sebaran petani padi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal

(Orang)

Pendidikan Formal Anggota KKT-LK Non Anggota KKT-LK Semiorganik Anorganik Semiorganik Anorganik

Tidak Lulus SD 2 1 2 3

Lulus SD 21 5 23 12

Lulus SMP 5 1 3 1

Lulus SMA 2 0 2 6

Total 30 7 30 22

Sumber: Data Primer (2012)

Tabel 14 menunjukkan bahwa petani padi semiorganik dan anorganik anggota dan non anggota KKT-LK sebagian besar hanya mengenyam pendidikan formal sampai lulusan SD. Hal ini mengindikasikan bahwa rendahnya tingkat pendidikan petani responden di daerah tersebut. Rendahnya tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap keputusan usahatani dan kemampuan petani dalam menyerap informasi dan teknologi untuk mengembangkan usahatani yang dijalani, sehingga berdampak pada produktivitas output dan pendapatan yang rendah.

Tabel 15. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Non Formal (Orang) Mendapatkan Pendidikan Non Formal

Anggota KKT-LK Non Anggota KKT-LK Semiorganik Anorganik Semiorganik Anorganik

Ya 22 4 6 11

Tidak 8 3 24 11

Total 30 7 30 22

Sumber: Data Primer (2012)

Tabel 15 menunjukkan bahwa lebih dari 50 Persen petani padi semiorganik dan anorganik anggota KKT-LK mendapatkan pendidikan non formal berupa penyuluhan maupun pelatihan tentang pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa petani padi semiorganik dan anorganik anggota KKT-LK memiliki pengetahuan yang lebih dalam mengembangkan usahataninya. Petani padi semiorganik non anggota KKT-LK masih banyak yang belum mendapatkan penyuluhan dan pelatihan tentang pertanian yaitu sebesar 80 Persen. Petani padi anorganik non anggota KKT-LK baik yang mendapatkan penyuluhan maupun yang tidak persentasenya sebesar 50 Persen. Hal ini mengindikasikan bahwa petani yang merupakan anggota KKT-LK mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan pelatihan dan penyuluhan yang dapat menambah pengetahuan petani tentang budidaya padi, sehingga dapat meningkatkan produksi padi.

6.2.1.3. Status Usahatani dan Status dalam Kelompok Tani

Status usahatani dibedakan menjadi dua yaitu usahatani sebagai pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Status usahatani memperlihatkan besarnya waktu atau perhatian yang dicurahkan petani dalam menjalankan usahataninya. Usahatani sebagai pekerjaan utama dapat diartikan bahwa petani mencurahkan lebih banyak waktunya untuk usahatani yang dijalankannya. Besarnya waktu yang dicurahkan petani dalam menjalankan usahatani akan berdampak terhadap proses

produksi, sehingga berimplikasi terhadap hasil produksi. Sebaran petani padi responden berdasarkan status usahatani dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Status Usahatani (Orang)

Status Usahatani Anggota KKT-LK Non Anggota KKT-LK Semiorganik Anorganik Semiorganik Anorganik

Pekerjaan Utama 17 4 21 21

Pekerjaan Sampingan 13 3 9 1

Total 30 7 30 22

Sumber: Data Primer (2012)

Tabel 16 menunjukkan bahwa petani padi pada masing-masing strata menjadikan usahatani yang dijalani sebagai pekerjaan utama dengan persentase masing-masing diatas 50 Persen atau lebih dari sebagian petani dari masing- masing strata menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar pendapatan yang diterima oleh petani dari masing- masing strata berasal dari usahatani yang dijalani.

Tabel 17. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Status dalam Kelompok Tani

(Orang)

Status Kelompok Tani Anggota KKT-LK Non Anggota KKT-LK

Semiorganik Anorganik Semiorganik Anorganik

Anggota kelompok tani 30 6 17 8

Non anggota kelompok tani 0 1 13 14

Total 30 7 30 22

Sumber: Data Primer (2012)

Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa sebagian besar atau lebih dari 80 Persen petani padi semiorganik dan anorganik anggota KKT-LK tergabung dalam kelompok tani. Petani padi semiorganik non anggota KKT yang tergabung dalam kelompok tani hanya 17 Orang atau hanya 56.67 Persen. Petani padi anorganik non anggota KKT-LK yang tergabung dalam kelompok tani hanya delapan Orang atau hanya 36.36 Persen dari jumlah responden petani padi anorganik non anggota KKT-LK. Keterlibatan petani dalam kelompok tani

mempengaruhi pengetahuan petani tentang budidaya padi, sehingga berdampak terhadap produksi dan pendapatan petani.

6.2.1.4. Pengalaman Bertani Padi

Pengalaman bertani merupakan lamanya petani dalam menjalankan usahatani yang dijalani. Pengalaman bertani akan mempengaruhi tingkat keberhasilan petani dalam melaksanakan usahataninya. Sebaran petani padi responden berdasarkan pengalaman bertani padi dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani

Padi

(Orang)

Pengalaman (Tahun) Anggota KKT-LK Non Anggota KKT-LK Semiorganik Anorganik Semiorganik Anorganik

≤ 10 9 3 5 7

11-20 9 0 11 5

21-30 5 1 8 7

31- > 40 7 3 6 3

Total 30 7 30 22

Sumber: Data Primer (2012)

Berdasarkan Tabel 18, petani padi semiorganik anggota KKT-LK sebagian besar memiliki pengalaman berusahatani ≤10 Tahun dan 11-20 Tahun dengan jumlah masing-masing sebanyak sembilan Orang. Mayoritas petani padi semiorganik non angggota KKT-LK memiliki pengalaman berusahatani 11-20 Tahun sebanyak sebelas Orang atau sebesar 36.67 Persen. Petani padi anorganik anggota KKT-LK sebagian besar memiliki pengalaman berusahatani selama ≤ 10 Tahun dan 31-40 Tahun dengan jumlah masing-masing sebanyak tiga Orang. Petani padi anorganik non anggota KKT-LK sebagian besar memiliki pengalaman bertani ≤10 Tahun dan 21-30 Tahun dengan jumlah masing-masing sebanyak tujuh Orang. Hal ini menunjukkan bahwa petani dari masing-masing strata responden memiliki pengalaman yang cukup lama. Pengalaman yang lebih akan

membantu petani melakukan usahatani yang lebih baik, sehingga produksi meningkat.

6.2.1.5. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani, karena besar kecilnya jumlah tanggungan keluarga menunjukkan beban yang harus ditanggung oleh petani. Petani responden dari masing-masing strata memiliki jumlah tanggungan antara 1-5 Orang (Tabel 19). Jumlah tanggungan dalam keluarga juga mempengaruhi tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan dalam usahatani sebagai upaya menghemat biaya tenaga kerja.

Tabel 19. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Padi Responden

(Orang)

Jumlah Tanggungan Keluarga

Anggota KKT-LK Non Anggota KKT-LK Semiorganik Anorganik Semiorganik Anorganik

1-5 27 7 27 17

6-10 3 0 3 5

Total 30 7 30 22

Sumber: Data Primer (2012)

6.2.1.6. Status Kepemilikan Lahan dan Status Pengusaan Lahan

Status kepemilikan lahan dibedakan menjadi pemilik dan non pemilik, sedangkan status non pemilik dibedakan menjadi petani penggarap penyewa, bagi hasil, dan gadai. Bagi hasil yang diterapkan pada ketiga lokasi penelitian ada dua jenis yaitu 50:50 dan 60:40. Bagi hasil 50:50 maksudnya adalah pemilik dan penggarap mendapatkan 50 Persen dari hasil panen dan biaya input ditanggung oleh pemilik dan penggarap sebesar 50 Persen. Bagi hasil 60:40 maksudnya adalah penggarap menanggung biaya input sebesar 60 Persen (kecuali biaya sewa lahan) dan mendapatkan hasil panen sebesar 60 Persen, sedangkan pemilik menanggung biaya input dan mendapatkan hasil panen sebesar 40 Persen. Sebaran

petani padi responden berdasarkan status kepemilikan lahan dan status penguasaan lahan dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan dan Status Penguasaan Lahan

(Orang)

Keterangan Anggota KKT-LK Non Anggota KKT-LK

Semiorganik Anorganik Semiorganik Anorganik a.Kepemilikan Lahan Pemilik 3 0 11 6 Non Pemilik 27 7 19 16 b. Penguasaan Lahan Milik Sendiri 3 0 12 6 Sewa 8 0 3 4 Bagi Hasil 19 7 15 11 Gadai 0 0 0 1

Sumber: Data Primer (2012)

Status kepemilikan lahan petani responden dari masing-masing strata menunjukkan bahwa lebih dari 60 Persen petani sebagai non pemilik atas lahan garapannya (Tabel 20). Berdasarkan penguasaan lahan dari masing-masing strata didominasi dengan petani dengan status bagi hasil atau sekitar 50 Persen petani responden menerapkan bagi hasil dalam usahatani yang dijalani. Hal ini dapat diartikan bahwa lebih dari sebagian petani responden dari masing-masing strata merupakan non pemilik atas lahan garapannya dengan status bagi hasil. Petani bagi hasil mengindikasikan pendapatan yang rendah, karena adanya bagi hasil terhadap hasil produksi dan biaya usahatani antara petani penggarap dan pemilik. 6.2.1.7. Luas Lahan Garapan

Berdasarkan data yang didapat di lokasi penelitian, dapat diketahui bahwa mayoritas petani padi semiorganik dan anorganik baik anggota KKT-LK maupun non anggota KKT-LK memiliki luas lahan garapan ≤ 0.49 Ha (Tabel 21). Hal ini dapat diartikan bahwa sebagian besar petani responden dari keempat strata tersebut merupakan petani gurem atau petani dengan lahan sempit. Petani dengan

lahan sempit dapat digolongkan dalam skala usaha kecil yang akan berdampak pada produksi yang rendah, sehingga pendapatan yang diterima petani rendah. Tabel 21. Sebaran Petani Padi Responden Berdasarkan Luas Lahan

Garapan

(Orang)

Luas Lahan (Ha) Anggota KKT-LK Non Anggota KKT-LK Semiorganik Anorganik Semiorganik Anorganik

≤ 0.49 19 6 18 15

0.5 - 0.99 7 1 9 0

1 - 1.99 3 0 2 6

2 - ≥4.99 1 0 1 1

Total 30 7 30 22

Sumber: Data Primer (2012)

Dokumen terkait