• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Penyakit Diare

2.2.8 Faktor Resiko Terjadinya Penyakit Diare

Faktor resiko merupakan sekumpulan dari berbagai variabel atau hal yang berhubungan dengan peningkatan suato resiko pada penyakit tertentu. Faktor resiko yang berperan dalam terjadinya penyakit diare diantaranya faktor lingkungan, faktor perilaku30

A Faktor lingkungan

Lingkungan sangat berperan besar dalam terjadinya penyakit diare, terlebih lagi jika lingkungan tidak sehat karena lingkungan terdapat sumber-sumber kotoran (Pembuangan limbah, tempat sampah, dan pengolahan industri) hal ini dapat menjadi berkaitan dan menimbulkan resiko ke sumber air minum yang tidak sehat, sistem sanitasi dan higienitas yang buruk. Faktor lingkungan ini terdiri dari:30,35

a. Sarana air bersih.

Air menjadi salah satu kebutuhan dasar dalam masyarakat. Kegunaan air diantaranya kebutuhan makan, minum, mandi dan kebersihan lainnya. Menurut WHO, air minum yang bahkan dari sumber yang terpercaya tidak menjamin atau belum tentu bebas dari pathogen feses dan aman untuk kesehatan. Untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang air kualitas menurut negara dan jenis sumber air, sistematis tinjauan dan analisis dilakukan. Air dianggap tidak terkontaminasi ketika mematuhi nilai pedoman untuk mikroba kualitas yaitu salah satunya mengandung nol E. coli atau termotoleransi coliform dalam sampel 100 mL. Selain itu air juga harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, dan radioaktif. Berdasarkan kategori sumber air bersih ini dibagi jadi 5 yaitu, sumur gali (SGL), sumur pompa tangan dangkal dan dalam (SPTDK/DL), penampungan air hujan (PAH), perlindungan mata air (PMA), dan perusahaan daerah air minum (PDAM).30,36,37

b. Pembuangan kotoran (Jamban)

Seseorang bisa terkena penyakit diare melalui kontak langsung dengan tinja yang telah terinfeksi kuman penyebab diare. Hal ini membuat pembuangan kotoran sembarangan dapat menjadi faktor resiko terjadinya diare. Maka dari itu pembuangan kotoran perlu diperhatikan dan harus memenuhi syarat-syarat

kesehatan. Adapun syarat jamban sehat yaitu, tidak mencemari air, tidak mencemari tanah permukaan, bebas dari serangga, tidak menimbullkan bau dan nyaman digunakan, aman digunakan oleh pemakainya, mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainnya dan menimbulkan pandangan yang kurang sopan.30,36,38

c. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Lingkungan salah satu faktor besar terjadinya penyakit, salah satunya diare. Lingkungan yang tidak sehat dikarenakan pencemaran salah satunya buang air limbah secara sembarangan ke lingkungan. Air limbah ini dapat menyebabkan kualitas air turun dan lebih parahnya tidak dapat dipergunakan lagi oleh masyarakat. Kebanyakan air limbah ini berasal dari limbah industri dan limbah rumah tangga. Jika dibuang sembarangan dan meresap kedalam air tanah yang menjadi sumber air untuk minum, makan, cuci, serta mandi dan tetap dipaksakan digunakan dapat menimbulkan penyakit diare. Sarana Pembuangan Air Limbah yang sehat harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk, tidak menimbulkan bau, tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan30,38

d. Sarana Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah yang sembarangan dan tidak sesuai persyarakat pun menjadi salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan diare, karena sampah yang dibuang tadi menjadi tempat hinggap atau tinggal hewan (vektor penyakit), misalnya lalat yang menjadi pembawa bakteri atau kuman dari tempat sampah ke makanan. Maka dari itu ada beberapa syarat tempat sampah mulai dari penentuan lokasi pembuangan sampah, konstruksi tempat kuat sehingga tidak mudah bocor untuk mencegah berseraknya sampah, punya tutup, mudah dibuka dan dikosongkan serta dibersihkan, dianjurkan penutup tempat sampah dapat dibuka tanpa menggunakan tangan, ukuran tempat ringan agar mudah diangkat dalam pengumpulan sampah30,38

e. Curah hujan

Perubahan pola curah hujan dapat mempengaruhi terjadinya penyakit diare melalui air. Perubahan pola curah hujan dapat berpotensi terjadinya banjir ataupun kemarau yang berhubungan dengan peningkatan resiko kejadian diare.

Saat terjadi banjir akan ada kemungkinan kontaminasi dalam penyediaan air bersih, sedangkan saat terjadi kemarau panjang dapat berakibat sulitnya penyediaan air bersih yang dapat menyebabkan penyakit diare karena kurang menjaga higienitas30,39

f. Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk memiliki peran dalam penyebaran dan pertumbuhan kuman. Hal ini dikarenakan terjadi kepadatan pada wilayah sehingga pembangunan septic tank akan saling berhimpitan/ dekat dengan sumber air minum yang akan lebih mudah terjadi penularan dan kuman berkembang biak penyakit menular salah satunya diare. Kepadatan penduduk dihitung oleh Badan Pusat Statistik Nasional dalam sensus penduduk setiap 10 tahun sekali. Data ini memuat juga penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal.6

g. Sanitasi buruk

Sanitasi adalah kunci kesehatan, jika sanitasi buruk dan kurang baik dapat menyebabkan penyakit menular yang salah satunya adalah diare. Adapun sanitasi ini salah satunya sarana pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan sebagai nya. Lingkungan sanitasi buruk ini adalah sanitasi yang tidak memenuhi persyaratan. Penilaian sanitasi masuk dalam pelayanan kesehatan lingkungan oleh tenaga kesehatan lingkungan di Puskesmas. Puskesmas sendiri berkewajiban menyelenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan. Pelayanan kesehatan lingkungan terbagi atas 3 yaitu, konseling, inspeksi kesehatan lingkungan, dan intervensi kesehatan lingkungan. Laporan hasil inspeksi kesehatan lingkungan akan diserahkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dan akan diteruskan lagi kepada dinas kesehatan provinsi. Salah satu program dari pemerintah untuk pengubahan sanitasi adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat atau disingkat STBM. Terdapat lima pilar dalam STBM yaitu, stop buang air besar sembarang,

cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan yang aman dirumah tangga, pengelolaan sampah dengan benar, pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman..39,40,41

h. Lingkungan rumah yang tidak sehat

Rumah serta lingkungan yang tidak memenuhi syarakat kesehatan menjadi salah satu faktor resiko dan sumber penularan berbagai penyakit. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare. Salah satu penyehatan lingkungan adalah rumah yang memenuhi syarat kesehatan atau rumah sehat. Kriteria rumah sehat diatur dalam keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia no 829/Menkes/SK/VII/1999.

Adapun syarat/kriteria rumah sehat mulai dari komponen rumah yang dinilai ( langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi lubang asap dapur, pencahayaan) , sarana sanitasi ( sarana air bersih, jamban, SPAL, sarana pembuangan sampah), perilaku penghuni ( membuka jendela kamar tidur, membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, memnuang tinja bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada tempatnya).

Hasil penentuan kriteria rumah dibagi jadi dua yaitu rumah tidak sehat dan rumah sehat. Skor rumah sehat yaitu 1.068-1200 dan rumah tidak sehat yaitu <1.068.

Penilaian rumah sehat dilakukan 1 kali dalam setahun. Hasil penilaian rumah sehat dilakukan oleh petugas sanitasi puskesmas yang akan dilaporkan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.9,10,42

B Faktor individu a. Usia

Penyakit diare sering terjadi pada anak-anak, anak yang masih menginjak 2 tahun pertama kehidupan. Hal ini disebabkan karena belum terbentuk kekebalan alami. Dari data Riset Kesehatan Dasar 2018, pengkelompokkan usia diare <1 tahun, 1-4 tahun, 5-9 tahun, 10-14 tahun, 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun, >75 tahun. Prevalensi usia yang paling tinggi pada usia 1-4 tahun. Berdasarkan data Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021, pengkelompokkan usia penderita diare ini mengikuti

pengkelompokkan usia penderita diare dari Dinas Kesehatan Muara Jambi , dari

<6 bulan, >6 bulan-<1 tahun, 1-4 tahun , 5-9 tahun, 10-14 tahun, 15-20 tahun, >20 tahun. Usia yang paling tinggi pada usia 1-4 tahun. Pemilihan usia ini dilihat berdasarkan pemberian zinc dan kerentanan/resiko lebih tinggi terkena penyakit diare. Anak-anak akan lebih berpotensi terkena jika faktor lingkungan dan pola asuh ibu buruk.5,30,35

b. Jenis kelamin

Kebanyakan laki-laki memiliki aktivitas atau kontak langsung dengan lingkungan lebih tinggi ketimbang perempuan, sehingga resiko terjadinya diare pada laki-laki lebih besar daripada perempuan. Namun data lain seperti data Riset Kesehatan Dasar 2018 memaparkan bahwa prevalensi perempuan lebih tinggi daripada laki-laki 30,36

c. Tingkat pendidikan

Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kesehatan. Semakin rendah pendidikan maka upaya menerima ilmu pengetahuan menjadi rendah pula, mereka akan sulit diberitahu bahwa higienitas itu penting dalam hal mencegah beberapa penyakit menular, salah satunya diare. Dengan pengetahuan yang cukup, seseorang akan lebih memiliki ilmu pengetahuan lebih dan mengaplikasikan ke kehidupannya dengan perilaku bersih dan sehat.30,35,36

d. Jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan dapat menentukan faktor resiko yang mungkin bisa menyebabkan suatu penyakit. Hal ini dikarenakan pekerjaan termasuk determinan terpapar yang hanya bisa dalam bidang pekerjaan tertentu.30,35

e. Status gizi

Status gizi memiliki peranan dan sangat mempengaruhi terjadinya diare.

Seseorang yang mengalami kurang gizi dikarenakan kurang asupan makanan akan lebih lama dan lebih sering mengalami diare. Bahkan resiko meninggal akibat diare sangat tinggi jika seseorang atau anak mengamali kurang gizi.

Kekurangan gizi dapat juga menurunkan daya tahan tubuh dalam melawan kuman.30,35

C Faktor perilaku

a. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun

Mencuci tangan termasuk salah satu kebiasaan yang memiliki hubungan yang erat dengan penularan diare. Seperti sebelumnya, penularan diare sangat sering melalui makanan, minuman, tinja yang telah terinfeksi kuman diare.

Mencuci tangan dengan sabun dapat menghindari penularan kuman diare. Sangat disarankan selalu melakukan kebiasaan mencuci tangan setelah buang air dan sebelum makan, ataupun setelah membuang tinja anak. Kebiasaan mencuci tangan tadi dapat mengurangi resiko terkena diare sebesar 40%30,36

b. Kebiasaan membuang tinja

Tinja banyak mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar dan ini dapat menularkan penyakit pada anak maupun orang dewasa. Maka dari itu membuang tinja sebaiknya dilakukan dengan benar dan sebersih mungkin.30,36

c. Kebiasaan menggunakan jamban

Jika ingin buang air besar disarankan dilakukan di jamban. Hal ini terdapat di 5 pilar dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), dimana salah satu pilarnya adalah Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Maka dari itu buang air besar sembarangan dalam meningkatkan resiko terkena penyakit diare karena jika tinja tersebut mengandung kuman diare dan dekat dengan rumah, tempat bermain anak-anak ataupun sumber air.30,38

Dokumen terkait