• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAMBI KECIL TAHUN 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STUDI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAMBI KECIL TAHUN 2021"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAMBI KECIL TAHUN 2021

SKRIPSI

Dinda Annisa G1A118026

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

2022

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillaahi Rabbil 'alamiin, segala puji hanya bagi Allah SWT Yang Maha Kuasa. Sholawat dan salam bagi Nabi Muhammad SAW. Atas segala limpahan nikmat serta karunia-Nya. penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul "Studi Epidemiologi Penyakit Diare di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil Tahun 2021”. Proposal skripsi dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Jambi. Terwujudnya laporan penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan berbagai pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan penghargaan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Armaidi Darmawan, M.Epid yang merupakan dosen pembimbing substansi yang telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi selama penulisan laporan ini.

2. dr. Nindya Aryanty, Sp.A., M.Med. Ed yang merupakan dosen pembimbing metodologi yang telah memberikan bimbingan, motivasi, masukan serta arahan kepada penulis

3. Yang tercinta Papa, Mama, Adek yang selalu mendoakan, mendukung, memberikan semangat dan memberi saya motivasi untuk melakukan yang terbaik selama ini.

4. Kepada teman-teman saya terutama teman-teman sejawat PSPD 2018 Temporalis yang tidak bisa disebutkan satu-persatu namanya dan juga teman-teman sejawat CIMSA UNJA. Terimakasih telah selalu mendukung, memberi semangat, menghibur, dan membantu saya selama kehidupan perkuliahan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempuma, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi institusi kesehatan dan masyarakat.

Jambi, Mei 2022

Penulis

(5)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Epidemiologi ... 8

2.1.1 Definisi Epidemiologi ... 8

2.1.1 Sejarah Epidemiologi ... 10

2.1.2 Jenis-jenis Epidemiologi ... 11

2.1.3 Bentuk Epidemiologi ... 13

Bentuk epidemiologi terdiri atas: ... 13

2.1.4 Segitiga epidemiologi ... 14

2.1.5 Kegunaan studi epidemiologi ... 17

2.1.6 Variabel-variabel Epidemiologi Deskriptif... 18

2.2 Penyakit Diare ... 20

2.2.1 Pengertian Diare ... 20

2.2.2 Etiologi Penyakit Diare ... 20

2.2.3 Mekanisme Penularan Penyakit Diare ... 23

2.2.4 Patofisiologi Penyakit Diare ... 23

(6)

v

2.2.5 Manifestasi Klinis Penyakit Diare ... 24

2.2.6 Diagnosa Penyakit Diare ... 25

2.2.7 Jenis-jenis Penyakit Diare ... 26

2.2.8 Faktor Resiko Terjadinya Penyakit Diare ... 27

2.2.9 Program Penanggulangan Penyakit Diare ... 32

2.2.10 Pengobatan dan Penatalaksanaan penyakit Diare ... 33

2.2.11 Pencegahan penyakit Diare ... 35

2.3 Kerangka Teori ... 37

2.4 Kerangka Konsep ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 39

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

3.2.1 Tempat Penelitian ... 39

3.2.2 Waktu Penelitian ... 39

3.3 Subjek Penelitian ... 39

3.3.1 Populasi ... 39

3.3.2 Sampel... 39

3.4 Definisi Operasional ... 40

3.5 Pengumpulan Data ... 43

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 43

3.7 Etika Penelitian ... 43

3.8 Alur Penelitian ... 44

4.1.Hasil Penelitian ... 45

4.1.1.Penyebaran kasus diare berdasarkan jumlah kasus diare ... 45

4.1.2.Penyebaran kasus diare berdasarkan usia ... 46

4.1.3.Penyebaran kasus diare berdasarkan jenis kelamin ... 46

4.1.4.Penyebaran kasus diare berdasarkan wilayah/tempat tinggal ... 47

4.1.5.Penyebaran kasus diare berdasarkan bulan berobat... 47

4.1.6.Penyebaran kasus diare berdasarkan curah hujan ... 49

4.1.7.Penyebaran kasus diare berdasarkan kepadatan penduduk ... 50

4.1.8.Penyebaran kasus diare berdasarkan persentase jamban sehat ... 51

(7)

vi

4.1.9.Penyebaran kasus diare berdasarkan persentase rumah sehat ... 51

4.1.10.Penyebaran kasus diare berdasarkan sarana air minum ... 51

4.1.11.Penyebaran kasus diare berdasarkan sarana pembuangan air limbah(SPAL). ... 51

4.1.12.Penyebaran kasus diare berdasarkan desa yang melakukan STBM... 53

4.2.Pembahasan ... 54

4.2.1.Penyebaran kasus diare berdasarkan jumlah kasus diare ... 54

4.2.2.Penyebaran kasus diare berdasarkan usia ... 54

4.2.3.Penyebaran kasus diare berdasarkan jenis kelamin ... 55

4.2.4.Penyebaran kasus diare berdasarkan bulan berobat... 56

4.2.5.Penyebaran kasus diare berdasarkan wilayah/tempat tinggal ... 57

4.2.6.Penyebaran kasus diare berdasarkan curah hujan ... 59

4.2.7.Penyebaran kasus diare berdasarkan kepadatan penduduk ... 60

4.2.8.Penyebaran kasus diare berdasarkan persentase jamban sehat ... 61

4.2.9.Penyebaran kasus diare berdasarkan persentase rumah sehat ... 63

4.2.10.Penyebaran kasus diare berdasarkan sarana air minum ... 64

4.2.11.Penyebaran kasus diare berdasarkan Sarana Pembuangan Air Limbah.... .66

4.2.12.Penyebaran kasus diare berdasarkan Desa yang melakukan STBM ... 67

4.2.13.Keterbatasan penelitian ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional………...40 Tabel 4.1 Distribusi jumlah kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil

tahun 2021……….45 Tabel 4.2 Distribusi penyakit diare berdasarkan usia di wilayah kerja Puskesmas

Jambi Kecil tahun 2021………...……….46 Tabel 4.3 Distribusi penyakit diare diare berdasarkan jenis kelamin di wilayah

kerja Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021……….47 Tabel 4.4 Distribusi penyakit diare berdasarkan wilayah/tempat tinggaldi wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021………...…….48 Tabel 4.5 Distribusi penyakit diare berdasarkan bulan berobat di wilayah kerja

Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021……….48 Tabel 4.6 Distribusi penyakit diare berdasarkan curah hujan di wilayah kerja

Puskesmas Jambi Kecil tahun……….……….49 Tabel 4.7 Jumlah curah hujan berdasarkan bulan di wilayah kerja Puskesmas

Jambi Kecil tahun 2021……….…….……….50 Tabel 4.8 Distribusi penyakit diare berdasarkan kepadatan penduduk di wilayah

kerja Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021..……….50 Tabel 4.9 Distribusi penyakit diare berdasarkan jamban sehat di wilayah kerja

Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021……….………51 Tabel 4.10 Distribusi penyakit diare berdasarkan rumah sehat di wilayah kerja

Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021……….………....52 Tabel 4.11 Distribusi penyakit diare berdasarkan sarana air minum di wilayah

kerja Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021……….52 Tabel 4.12 Distribusi penyakit diare berdasarkan SPAL di wilayah kerja

Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021………..53 Tabel 4.13 Distribusi penyakit diare berdasarkan desa yang melakukan STBM di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021………..….53

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Segitiga Epidemiologi………...………..14

Gambar 2.2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen………..21

Gambar 2.3 Kerangka Teori………...37

Gambar 2.4 Kerangka Teori………. ………....38

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Survei Data Awal Lampiran 2. Surat Penyelesaian Penelitian Lampiran 3 Surat Kode Etik

Lampiran 4 Lembar Observasi Lampiran 5 Data penelitian

Lampiran 6 Kartu Bimbingan Skripsi

(11)

x

DAFTAR SINGKATAN

1. CRO = Cairan rehidrasi oral 2. EHEC = Enterohemorrhagic E.Coli 3. EIECE = E.coli enteroinvasif

4. EPEC = Enteropatogenik E.Coli 5. ETEC = Enterotoksigenik E.Coli 6. KLB = Kejadian Luar Biasa

7. PHBS = Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 8. SPAL = Sarana Pembuangan Air Limbah 9. STBM = Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

10. UNICEF = United Nations International Children’s Emergency Fund 11. VIP = Vasoactive intenstinal polypeptide

12. VTEC/STEC = toksin Vero/Ecoli penghasil toksin Shiga 13. WHO = World Health Organization

(12)

xi

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Dinda Annisa, lahir di Jambi, 12 Juni 2000, anak pertama dari pasangan suami istri bernama Ir. Ahmad Yani, MP dan Silvia Fitri Gamal, S.KM. Penulis memiliki saudara kandung bernama Anita Salsabila. Penulis merupakan lulusan dari SD negeri 66/IV Kota Jambi tahun 2010, SMP Negeri 7 Kota Jambi tahun 2015, SMA Negeri 1 Kota Jambi tahun 2018. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi pada tahun 2018 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Selama perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan intra kampus. Pada organisasi Himpunan Ikatan Mahasiswa Kedokteran yang menjabat sebagai Wakil Kepala Departemen Pendidikan dan Profesi (PENDPRO) pada masa jabatan 2020/2021 serta organisasi Center for Indonesian Medical Student sebagai Liasson Officer dari Standing committee on Human Right and Peace (SCORP) Universitas Jambi selama masa jabatan 2020/2021

(13)

xii

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan seluruh dunia dimana angka kesakitan dan kematiannya tinggi terutama di negara berkembang. Diare termasuk 10 penyakit terbanyak di puskesmas Provinsi Jambi tahun 2016-2020. Diare di Kabupaten Muaro Jambi peringkat nomor 2 tertinggi dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi pada tahun 2020. Kasus diare Puskesmas Jambi Kecil masuk dalam wilayah Dinas Kesehatan Muaro Jambi nomor 2 tertinggi dari 22 puskesmas tahun 2021 dan penyakit nomor 2 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2020. Kejadian penyakit diare di masyarakat dapat diketahui dengan melakukan studi epidemiologi untuk mengetahui besar masalah penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021

Tujuan: Menggambarkan epidemiologi penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021.

Metode: Penelitian deskriptif dengan studi epidemiologi yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari Profil Kesehatan Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021, data iklim didapatkan dari Stasiun Klimatologi Muaro Jambi tahun 2021. Data dianalisis secara univariat.

Hasil: Jumlah penderita diare di Wilayah Kerja Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021 sebanyak 643, usia penderita paling banyak 5-9 tahun, jenis kelamin laki- laki lebih banyak dari perempuan, bulan berobat tertinggi berada di bulan September, curah hujan sedang menjadi paling dominan penderita diare. Variabel usia,jenis kelamin, bulan berobat dan curah hujan adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit diare

Kesimpulan: Kejadian penyakit diare 2021 di Wilayah Kerja Puskesmas Jambi Kecil disebabkan berbagai faktor determinan dengan hasil yang sebagian berbeda dengan teori dan sebagian sama dengan teori.

Kata Kunci: Penyakit diare, Epidemiologi, Puskesmas Jambi Kecil

(14)

xiii

ABSTRACT

Background: Diarrheal disease is still a worldwide health problem where the morbidity and mortality rates are high, especially in developing countries.

Diarrhea is one of the 10 most common diseases in Jambi Province health centers in 2016-2020. Diarrhea in Muaro Jambi Regency ranks number 2 highest out of 11 regencies/cities in Jambi Province in 2020. The case of diarrhea at the Jambi Kecil Community Health Center is included in the Muaro Jambi Health Service area number 2 highest out of 22 health centers in 2021 and disease number 2 out of the 10 most common diseases in Jambi Kecil Health Center in 2020. The incidence of diarrheal disease in the community can be known by conducting an epidemiological study to find out the magnitude of the diarrheal disease problem in the working area of the Jambi Kecil Health Center in 2021

Purpose: Describe the epidemiology of diarrheal diseases in the working area of the Jambi Kecil Health Center in 2021.

Methods:Descriptive research with epidemiological studies conducted in the working area of the Jambi Kecil Health Center. This study used secondary data obtained from the Jambi Kecil Community Health Center Health Profile in 2021, climate data obtained from the Muaro Jambi Climatology Station in 2021. Data were analyzed univariately.

Results: The number of diarrhea sufferers in the Jambi Kecil Community Health Center Work Area in 2021 was 643, the most sufferers were 5-9 years old, the male sex was more than female, the highest month of treatment was in September, the Jambi Kecil Village area was the working area of the health center that the most, moderate rainfall is the most dominant case of diarrhea. Variables of age,sex,month of treatment and rainfall are factors that influence diarrheal disease Conclusion: The incidence of diarrheal disease in 2021 in the Jambi Kecil Health Center Work Area is caused by various determinant factors with results that are partly different from theory and partly the same as theory.

Keywords: Diarrheal disease, Epidemiology, Jambi Kecil Health Center

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pembangunan kesehatan pada dasarnya adalah upaya yang dilakukan oleh seluruh bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan, tekad, dan perilaku hidup sehat bagi setiap manusia agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan di Indonesia pada tahun 2015-2019 direalisasikan dalam bentuk program Indonesia Sehat dengan salah satu target nya adalah meningkatkan pengendalian penyakit menular maupun tidak menular. Salah satu penyakit menular yang berada dalam pengendalian program Indonesia sehat adalah diare.1

Diare merupakah gejala infeksi pada saluran usus, yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme bakteri, virus dan parasit. Infeksi menyebar melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi, atau dari orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk. Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan seluruh dunia dimana angka kesakitan dan kematiannya tinggi terutama di negara berkembang. Hal ini dikarenakan diare dapat menyebabkan kekurangan cairan dan elektrolit didalam tubuh yang mana bila tidak dapat penanganan yang tepat akan beresiko terjadinya dehidrasi berat Seluruh kelompok umur mulai dari balita sampai orang tua bisa terkena penyakit diare.2,3

Penyakit diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantara nya faktor umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, Sarana Pembuangan Air limbah (SPAL), sarana air bersih, sarana air minum , kepemilikan jamban, kebiasaan mencuci tangan, serta penerapan untuk melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi diare berdasarkan kategori usia yang paling tinggi pada usia 1-4 tahun.

Adapun prevalensi diare berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada perempuan.

Sedangkan untuk tempat tinggal, prevalensi diare lebih tinggi pada pedesaan daripadaperkotaan.4,5

(16)

Faktor resiko lainnya seperti kepadatan penduduk dan curah hujan turut mempengaruhi terjadinya diare. Berdasarkan penelitian dari Novia Anasta dan dkk, memaparkan bahwa daerah yang punya kepadatan penduduk yang padat meningkatkan resiko terjadinya kasus diare. Sedangkan untuk curah hujan menurut penelitian yang dilakukan oleh Taqiyah Hamidah dan Siti Riptifah Tri Handari memaparkan terdapat korelasi dan hubungan antara curah hujan dengan kejadian diare, hal ini disebabkan terjadinya kontaminasi terhadap sarana air yang diakibatkan hujan lebat adapun saat penurunan curah hujan dan terjadi musim kemarau dapat menyebabkan berkurang kuantitas air bersih.6,7

Penyakit diare juga merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan, maka dari itu salah satu upaya dan program yang dibuat pemerintah untuk menurunkan kejadian diare adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat(STBM).

STBM ini memiliki 5 pilar yaitu berhenti buang air besar, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga, pengelolaan sampah yang benar, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.8

Program yang dikeluarkan dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia untuk meningkatkan kesehatan dan pencegahan penyakit yang lain adalah rumah sehat. Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan. Salah satu persyaratan rumah sehat ini adalah tersedianya sarana air bersih, air minum yang memenuhi syarat, tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman, pengelolaan limbah. Rumah sehat menjadi salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal yang dimana derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan berperan dalam meningkatkan resiko berbagai jenis penyakit, salah satunya diare.9,10

Berdasarkan data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2019, kasus diare mencapai 7.265.013 kasus untuk kategori semua umur dan 3.979.790 kasus untuk kategori balita.Sedangkan data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2020, kasus diare di Indonesia sebanyak 7.318.417 untuk kategori semua umur dan 3.953.716 untuk kategori balita. Terjadi kenaikan pada tahun 2020 di kategori semua umur

(17)

sebanyak 53.404 kasus dan penurunan kasus pada kategori balita sebanyak 26.074 kasus. Kasus diare pada Provinsi Jambi tahun 2019 sebanyak 97.864 kasus untuk kategori semua umur dan 54.014 kasus untuk kategori balita. Pada tahun 2020 terjadi kenaikan sebesar 1.439 kasus dari tahun 2019 pada kategori semua umur dan penurunan pada kategori balita sebanyak 195 kasus dari tahun 2019.11,12

Berdasarkan data dari profil kesehatan Provinsi Jambi tahun 2019, kasus penderita diare yang dilayani berjumlah 70.882 kasus yang tersebar di 11 kabupaten/kota. Pada tahun 2020 penemuan penderita diare yang dilayani semua umur di Provinsi Jambi berjumlah 46.379 kasus yang tersebar pada 11 kabupaten/

kota. Kasus penyakit diare di Kabupaten Muaro Jambi menjadi peringkat nomor 2 tertinggi dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi pada tahun 2019 dan 2020.

Penyakit diare juga termasuk dalam 10 penyakit terbanyak di puskesmas Provinsi Jambi tahun 2016-2020.13,14

Adapun memilih Puskesmas Jambi Kecil yang masuk dalam wilayah Dinas Kesehatan Muaro Jambi dalam penelitian ini karena berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Muaro Jambi, Puskesmas Jambi Kecil nomor 2 tertinggi dari 22 puskesmas dalam kasus diare 2021. Penyakit diare juga menjadi penyakit nomor 2 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Jambi Kecil pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2020. Terdapat 643 penderita diare dengan rentang umur kurang dari 6 bulan sampai lebih dari 20 tahun. Penderita diare ini berasal dari wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil yang terdiri dari kelurahan jambi kecil, desa Tanjung Katung, Lubuk Raman, Setiris, Mudung Darat, Danau Kedap, Bakung, Niaso, Jambi Tulo, Desa Baru, Danau Lamo, Muaro Jambi dengan total seluruh penduduk sebanyak 21.972 jiwa. Berdasarkan data sekunder di Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021 yang didapatkan lengkap pada bulan Maret 2022, adapun data lengkap tersebut meliputi jumlah kasus diare tahun 2021 berdasarkan usia,jenis kelamin, bulan terkena diare/bulan berobat ke puskesmas, wilayah tempat tinggal, data kesehatan lingkungan(rumah sehat, jamban sehat, desa yang melakukan STBM, sarana air minum, SPAL, kepadatan penduduk.15

Pada penjelasan diatas terdapat banyak faktor resiko penyakit diare pada lingkungan. Studi epidemiologi salah satu studi yang merupakan suatu langkah

(18)

yang bertujuan untuk menjelaskan suatu masalah kesehatan di suatu daerah. Studi epidemiologi mengumpulkan dan menganalisis data berdasarkan variabel waktu, tempat, dan orang. Melihat data penyakit diare yang masih tinggi di Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021 akan terbantu dengan studi epidemiologi untuk pemetaan distribusi dan penyebaran penyakit diare berdasarkan variabel epidemiologi dan juga sarana sanitasi yang menjadi faktor determinan penyakit diare. Sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan masukan kepada Puskesmas Jambi Kecil untuk strategi perbaikan sarana sanitasi ataupun rancangan program agar penyakit diare menurun atau ditekan. 15,16

1.2 Perumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana frekuensi kejadian kasus diare di Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021?

2. Bagaimana penyebaran penyakit diare berdasarkan umur di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021?

3. Bagaimana penyebaran penyakit diare berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021?

4. Bagaimana penyebaran penyakit diare berdasarkan wilayah/tempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021?

5. Bagaimana penyebaran dan hubungan kejadian penyakit diare berdasarkan bulan berobat di wilayah Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021?

6. Bagaimana penyebaran dan hubungan kejadian penyakit diare dengan kepadatan penduduk di wilayah Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021?

7. Bagaimana penyebaran penyakit diare berdasarkan curah hujan di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021?

8. Bagaimana penyebaran penyakit diare berdasarkan Sarana Pembuangan Air limbah (SPAL) di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021?

(19)

9. Bagaimana penyebaran penyakit diare berdasarkan Sarana air minum di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021?

10. Bagaimana penyebaran penyakit diare berdasarkan jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021?

11. Bagaimana penyebaran penyakit diare berdasarkan desa yang melakukan STBM di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021?

12. Bagaimana penyebaran penyakit diare dengan rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran epidemiologi penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui frekuensi kejadian kasus diare di Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021

2. Untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran penyakit diare berdasarkan umur di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021

3. Untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran penyakit diare berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021

4. Untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran penyakit diare berdasarkan wilayah/tempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021

5. Untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran penyakit diare berdasarkan waktu (bulan) di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021

(20)

6. Untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran penyakit diare berdasarkan kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021

7. Untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran penyakit diare berdasarkan curah hujan di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021

8. Untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran penyakit diare berdasarkan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021

9. Untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran penyakit diare berdasarkan sarana air minum di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021

10. Untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran penyakit diare berdasarkan jamban sehat di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021

11. Untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran penyakit diare berdasarkan desa yang melakukan STBM di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021

12. Untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran penyakit diare berdasarkan rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi puskesmas

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan masukan untuk Puskesmas Jambi Kecil mengenai gambaran epidemiologi penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021

2. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat jadi informasi dan referensi penelitian selanjutnya untuk dikembangkan dari kekurangan dan keterbatasan penelitian ini.

(21)

3. Manfaat bagi institusi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan sumber literature penelitian tentang studi epidemiologi penyakit diare

(22)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Epidemiologi

2.1.1 Definisi Epidemiologi

Ilmu epidemiologi adalah salah satu ilmu yang telah lama dikenal dan berkembang bersama dengan ilmu kedokteran di bidang kesehatan. Ilmu ini dipergunakan di masyarakat sebagai pengenal dan tumpuan menyelesaikan masalah dalam masalah kesehatan. Hal ini karena ilmu epidemiologi memuat metode dan juga cara untuk mengumpulkan data, manajemen data serta melaksanakan suatu tindakan untuk mengatasi masalah tersebut.17

Epidemiologi diambil dari 3 kata yaitu epi : pada atau tentang, Demos:

penduduk, Logos: ilmu. Jika digabungkan epidemiologi adalah imu yang dipergunakan untuk membantu menyelesaikan masalah di dalam masyarakat.

Pada masa kini epidemiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada komunitas ataupun kelompok masyarakat dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan tersebut. Studi tentang penyebaran penyakit manusia dalam hal lingkungan serta cabang dari ilmu kesehatan yang menyelidik sifat dan penyebaran sebagian masalah kesehatan di masyarakat juga merupakan artian dari epidemiologi.17

Seperti kalimat diatas, pengertian dari epidemiologi diberi batas dalam 3 hal yang bersifat wajib yakni:17

1. Frekuensi masalah kesehatan

Frekuensi disini adalah seberapa besar masalah kesehatan yang muncul pada kelompok masyarat. Terdapat dua hal wajib yang harus dilakukan dalam mengetahui besarnya suatu masalah kesehatanyaitu menemukan masalah kesehatan dengan cara mengukur pada masalah kesehatan tersebut.17

(23)

2. Penyebaran masalah kesehatan

Penyebaran disini adalah pembagian/pengelompokkan masalah kesehatan dalam beberapa keadaan. Keadaan ini dibagi menjadi 3 yaitu ciri-ciri manusia, tempat, dan waktu.17

3. faktor-faktor yang mempengaruhi

Faktor-faktor yang mempengaruhi disini adalah faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan mulai dari frekuensi, penyebaran, ataupun hal lain yang menjadi penyebab dari masalah kesehatan tersebut. membuat hipotesa dan kesimpulan dalam masalah kesehatan itu adalah hal yang biasa dilakukan.17

Epidemiologi juga merupakan disiplin ilmu dengan metode suara penyelidikan ilmiah pada dasarnya. Epidemiologi didorong oleh data dan bergantung pada pendekatan sistematis dan tidak bias terhadap koleksi, Analisis dan penafsiran data. Metode epidemiologi dasar cenderung mengandalkan pengamatan yang cermat dan penggunaan perbandingan yang valid kelompok untuk menilai apakah yang diamati, seperti jumlah kasus penyakit di daerah tertentu selama waktu tertentu periode atau frekuensi paparan di antara orang- orang dengan penyakit, berbeda dari apa yang mungkin diharapkan. Namun, epidemiologi juga mengacu pada metode dari bidang ilmiah lainnya, termasuk biostatistik dan informatika, dengan biologi, ekonomi, sosial, dan ilmu perilaku.

Bahkan, epidemiologi sering digambarkan sebagai ilmu dasar dari kesehatan masyarakat, dan untuk alasan yang baik. Pertama, epidemiologi adalah disiplin kuantitatif yang bergantung pada pengetahuan kerja tentang probabilitas, statistik, dan metode penelitian yang baik. Kedua, epidemiologi adalah metode penalaran kausal yang didasarkan pada pengembangan dan menguji hipotesis yang didasarkan pada bidang ilmiah seperti: biologi, ilmu perilaku, fisika, dan ergonomi untuk menjelaskan perilaku, keadaan, dan kejadian yang berhubungan dengan kesehatan. Namun, epidemiologi bukan hanya kegiatan penelitian tetapi merupakan bagian integral komponen kesehatan masyarakat, memberikan dasar

(24)

untuk mengarahkan tindakan kesehatan masyarakat yang praktis dan tepat berdasarkan ilmu ini dan alasan kausal.18

2.1.1 Sejarah Epidemiologi

Dalam sejarah epidemiologi, terdapat beberapa orang yang berperan dalam perkembangan epidemiologi ini. Berikut ini adalah tokoh-tokoh dalam perkembangan epidemiologi:17

1. Hippocrates (460 – 377 sebelum masehi)

Hippocrates mendapati bahwa ada hubungan antara penyakit dan keadaan lingkungan sekitar, ia menjadi orang pertama yang membuat konsep hubungan itu secara rasional. Hippocrates sendiri disebut juga bapak kedokteran dan juga seorang dokter terbesar pada zamannya, ia juga berpendapat epidemic adalah suatu kejadian massal 17

2.Galen

Doktrin epidemiologi yang lebih konsisten dan masuk akal dengan menggunakan metode dimana ada 3 faktor yang sangat mempengaruhi suatu penyakit pada kelompok masyarakat dalam jangka waktu tertentu yaitu faktor atmosfir, faktor internal, faktor predisposisi, metode ini adalah doktrin yang diajarkan oleh Galen. Galen sendiri sering dipanggil sebagai the father of experimental physiology. 17

3. Thomas Sydenham

Sydenham dianggap sebagai father of epidemiology karena Sydenham menyatakan tentang teori dari proses penularan penyakit melalui kontak.

Berdasarkan teori inilah muncul kegiatan isolasi dan karantina yang mendapatkan respon positif dalam usaha. Sydenham juga dianggap English Hippocrates karena membawa konsep Hippocrates ke tanah inggris.17

(25)

4. Antonie Van Leuwenhoek

Ilmuwan yang berperan dalam menemukan mikroskop, bakteri, parasite, dan spermatozoa adalah Leuwenhoek. Karena penemuannya sangat membuka pandangan untuk analisis epidemiologi dalam suatu penyakit.17

2.1.2 Jenis-jenis Epidemiologi

Epidemiologi berkembang menjadi epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik. Kedua bentuk epidemiologi itu berkembang lebih luas dalam berbagai bidang. Bidang-bidang tersebut yaitu:17

1. Epidemiologi penyakit menular

Peluang yang didapat dalam mencegah dan menanggulangi penyakit tertentu ada dalam bidang epidemiologi penyakit menular. Hasil yang luar biasa dari epidemiologi ini adalah keberhasilan manusia dalam mengatasi masalah gangguan penyakit menular.17

2. Epidemiologi penyakit tidak menular

Terjadinya penyakit menular yang terjadi dalam masyakarat membuat epidemiologi penyakit tidak menular berkembang pesat. Dimana kejadian penyakit menular memiliki hubungan dengan kemajuan masyarakt dalam berbagai bidang, salah satu bidang tersebut adalah bidang industri.17

3. Epidemiologi klinik

Epidemiologi klinik ini ilmu epidemiologi yang digunaka sehari-hari olej para klinisi/dokter yang melakukan disiplin ilmu epidemiologi dalam pendekatan masalah terutama menggunakan prinsip-prinsip epidemologi dalam penanganan kasus secara mandiri. Dalam penggunaan ilmu epidemiologi klinis, para klinisi mendapat informasi guna mengetahui dan mengalaisis sumber penyaki, cara menular, dan sifat penularannya dalam masyakarat.17

4. Epidemiologi kependudukan

(26)

Epidemiologi kependudukan ialah ilmu epidemiologi yang pendekatan epidemiologi nya untuk menganalisa permasalahan di bidang demografi dan faktor penyebab dari berbagai perubahan di bidang demografis pada masyarakat.

Peran dari system pendekatan epidemiologi kependudukan juga pada aspek kependudukan dan keluarga berencana, tak hanya itu epidemiologi kependudukan juga mendapatkan analisis tentang hubungan sifat karakteristik penduduk dengan demografis dalam masalah kesehatan dan penyakit di masyarakat. Epidemiologi kependudukan mengambil alih penting dalam pengambilan dasar kebijakan dan penyusunan perencanaan yang baik. 17

5. Epidemiologi pengelolaan pelayanan kesehatan

Epidemiologi yang punya pendekatan manajemen secara menyeluruh dan terpadu untuk analisis masalah, mencari faktor penyebab terjadinya masalah serta menyusun rencana untuk menyelesaikan masalah tersebut. Peranan epidemiologi ini hal yang cukup penting dalam analissi biaya pengobatan dan pelayanan kesehatan. System pendekatan epidemiologi ini cukup sering dipergunakan oleh perencana pelayanan kesehatan, penentuan proritas, ataupun dalam bentuk penilaian hasil dalam bidang kesehatan.17

6. Epidemiologi Lingkungan dan kesehatan kerja

Epidemiologi yang punya pendekatan pada tenaga dan lingkungan kerja untuk melihat dan mempelajari, serta menganalisis permasalahan yang terjadi seperti keadaan kesehatan tenaga kerja maupun menilai keadaan lingkungan kerja serta penyakit kerja.17

7 Epidemiologi kesehatan jiwa

Epidemiologi yang punya pendekatan menganalisis kesehatan, gangguan, maupun kelainan jiwa di kelompok masyakarat. Epidemiologi ini juga mencari faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa di masyarakat. 17

8. Epidemiologi gizi

(27)

Epidemiologi yang punya pendekatan menganalisis permasalahan gizi di masyarakat. Pendekatan epidemiologi ini untuk mendapatkan faktor hubungan permasalahan gizi dengan kehidupan social masyarakat.17

2.1.3 Bentuk Epidemiologi

Bentuk epidemiologi terdiri atas:

1. Epidemiologi deskriptif

Epidemiologi deskriptif adalah epidemiologi yang hanya menggambarkan saja suatu masalah dan mempelajari penyebab dan penyebaran nya bagaimana.

Epidemiologi ini tidak mencari kenapa faktor penyebab masalah itu muncul dan tidak mencari hubungan diantara mereka, murni hanya menjelaskan suatu masalah kesehatan saja. Epidemiologi deskriptif berisi gambaran masalah kesehatan dari pertanyaan siapa, dimana, dan apabila dari suatu masalah kesehatan tapi sekali lagi tidak menjawab pertanyaan kenapa timbulnya masalah tersebut. Ahli epidemiologi kemudian melakukan epidemiologi deskriptif dengan mengkarakterisasi kasus secara kolektif menurut waktu, tempat, dan orang. Untuk menghitung tingkat penyakit, ahli epidemiologi membagi jumlah kasus dengan ukuran populasi. Mengumpulkan dan menganalisis data berdasarkan waktu, tempat, dan orang diinginkan karena beberapa alasan.17, 18

a. Pertama, dengan mengumpulkan data secara cermat bisa melihat apa data dapat atau tidak dapat diungkapkan berdasarkan variabel tersedia, batasannya (misalnya, jumlah catatan dengan informasi yang hilang untuk setiap variabel penting), dan eksentrisitasnya (misalnya, semua kasus berkisar antara 2 bulan hingga 6 tahun, ditambah satu anak berusia 17 tahun.).

b. Kedua, bisa mempelajari tingkat dan pola dari masalah kesehatan masyarakat yang sedang diselidiki dilihat dari bulan, lingkungan mana, dan kelompok orang mana yang memiliki kasus terbanyak dan terkecil.

c. Ketiga, membuat deskripsi rinci tentang kesehatan suatu populasi yang dapat dengan mudah dikomunikasikan dengan tabel, grafik, dan peta.

(28)

d. Keempat, dapat mengidentifikasi area atau kelompok dalam populasi yang memiliki tingkat penyakit yang tinggi. Ini informasi memberikan petunjuk penting tentang penyebab penyakitnya, dan petunjuk-petunjuk ini dapat diubah menjadi sesuatu yang dapat diuji hipotesis.18

2. Epidemiologi analitik

Epidemiologi analitik adalah kebalikan dari epidemiologi deskriptif , dimana epidemiologi analitik membahas tentang bagaimana dan kenapa masalah kesehatan itu bisa muncul lalu dicari tahu apakah terdapat hubungan antara faktor penyebab dengan masalah kesehatan itu. Epidemiologi analitik ini bertujuan juga untuk membuktikan suatu hipotesa. epidemiologi analitik berkaitan dengan pencarian sebab dan akibat, atau mengapa dan bagaimana. Ahli epidemiologi menggunakan epidemiologi analitik untuk mengukur hubungan antara eksposur dan hasil dan untuk menguji hipotesis tentang penyebab hubungan. Telah dikatakan bahwa epidemiologi dengan sendirinya tidak akan pernah bisa membuktikan bahwa paparan tertentu menyebabkan hasil tertentu. Seringkali, bagaimanapun, epidemiologi memberikan bukti yang cukup untuk mengambil tindakan pengendalian dan pencegahan yang tepat. Studi epidemiologi analitik dibagi ke dalam dua kategori: eksperimental dan observasional.17,18

2.1.4 Segitiga epidemiologi

Dalam epidemiologi terdapat istilah segitiga epidemiologi. Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) adalah konsep dasar pada epidemiologi yang menggambarkan hubungan antar tiga faktor utama yang mengambil andil dalam timbulnya penyakit ataupun masalah kesehatan seperti host(tuan rumah/penjamu), agen (penyebab), dan environtment. Akibat dari ketidakseimbangan 3 faktor diatas akan menyebabkan terjadi nya penyakit atau masalah kesehatan18

(29)

Gambar 2.1 Segitiga Epidemiologi25 A Faktor host (penjamu)

Host atau juga disebut dengan penjamu merupakan populasi atau organisme. Alternatif pengendalian atau pemberantasan penyakit dapat dikendalikan dengan mengendalikan host ataupun interaksi host dengan agen dan lingkungan. Karakteristik host perlu dilihat agar dapat memahami berbagai faktor penentu yang ikut berperan didalam interaksi terjadinya penyakit. Waktu terjadinya masalah kesehatan pun juga dilihat dari faktor host. Karakteristik tersebut antara lain:19,20

a. Usia

Beberapa penyakit hanya menyerang kelompok usia tertentu. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti penyakit cacar air, dipteri, polio, campak pada anak-anak, penyakit kanker dan penyakit hormonal pada usia pertengahan, serta penyakit osteoporosis, aterosklerosis pada usia lanjut/tua.19,20

b. Jenis Kelamin

Frekuensi penyakit dapat terjadi berbeda diantara jenis kelamin. Hal ini disebabkan lebih sering terpaparnya dari agent bagi setiap jenis kelamin berbeda.

(30)

Seperti penyakit pada kehamilan dan persalinan hanya terjadi pada wanita, dan penyakit hipertrofi prostat yang hanya menyerang pada laki-laki19,20

c. Ras

Terdapat kolerasi antara ras dan penyakit dikarenakan adat istiadat dan perkembangan kebudayaan dan tradisi. Seperti penyakit fickle cell anemia yang terjadi pada ras Negro19

d. Genetik

Beberapa penyakit disebut penyakit keturunan karena penyakit tersebut dapat diturunkan orangtua kepada anak seperti buta warna. Peran genetic ini yang berperan penyakit keturunan19

e. Pekerjaan

Beberapa status pekerjaan ini berperan terjadinya penyakit. Hal ini bisa disebabkan oleh lingkungan tempat bekerja ataupun kecelakaan yang terjadi saat bekerja. Seperti keracunan, asbestosis dan lainnya.19,20

f. Gaya Hidup

Penyakit dapat ditimbulkan dari gaya hidup seseorang. Seseorang yang sering merokok, minum alcohol, atau bahkan mengkonsumsi narkoba sangat berpotensi terjadinya gangguan pada kesehatan pada seseorang tersebut.19,20

g. Psikis

Beberapa penyakit seperti depresi dapat disebabkan karena ada ketidakseimbangan dan emosional berlebihan serta stress.19

B Faktor Agent

Agent dapat berupa makhluk hidup, energi, suasana social, benda tidak hidup yang dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit. Agent dikelompokkan

(31)

menjadi 2 yaitu agent yang hidup dan tidak hidup. Namun pada penyakit menular, agent dibedakan menjadi 3 yaitu agent fisik, kimia, dan biologis.19,20

C Faktor lingkungan (Environment)

Lingkungan adalah faktor diluar dari host dan individu baik benda tidak hidup, makhluk hidup , nyata atau abstrak. Faktor lingkungan dibedakan menjadi 2 bagian lingkungan hidup internal dan lingkungan hidup eksternal.19,20

2.1.5 Kegunaan studi epidemiologi

Kegunaan epidemiologi dalam dunia kesehatan adalah :

A Sebagai alat yang membantu dalam mencari jawaban pertanyaan dalam permasalahan kesehatan seperti untuk mendata siapa yang terkena, dimana dan bagaimana penyebaran , serta kapan penyebaran masalah kesehatan tersebut terjadi.17

B Sebagai pendekatan kepada masalah kesehatan untuk bisa menganalisa data tentang frekuensi dan penyebaran masalah tersebut yang terjadi di masyarakat. Epidemiologi sebagai pendekatan akan mendapat keterangan tentang keadaan masalah tersebut dimana keadaan yang dimaksud disini adalah kombinasi keterangan ciri-ciri manusia, tempat dan waktu. Sehingga bisa menghasilkan empat keadaan masalah seperti epidemic, pandemic, endemis, sporadic dalam kombinas ini.17

C Membantu perancangan dari pelayanan kesehatan dan berguna untuk memantau dan menilai suatu upaya kesehatan. Pemanfaatan data dari epidemiologi ini bisa menilai apakah rancangan tadi telah sesuai dengan upaya yang dilakukan dan juga bisa menilai apakah tujuan tersebut telah tercapai atau tidak.17

D Dapat membantu menjelaskan perkembangan alami suatu penyakit, hal ini bisa melihat perjalanan suatu oenyakit yang dimana ini sangat

(32)

penting untuk menghentikan perjalanan penyakit tersebut agar tidak semakin banyak dan berlanjut. Dengan metode epidemiologi yang menjelaskan perkembangan alami suatu penyakit tadi didapatkan keterangan tentang frekuensi dan penyebaran penyakit terutama menurut waktu. Perkembangan penyakit bisa diperkirakan jika diketahui waktu muncul dan berakhirnya suatu penyakit tersebut.18

2.1.6 Variabel-variabel Epidemiologi Deskriptif

Epidemiologi deskriptif adalah studi terhadap frekuensi dan distribusi suatu masalah kesehatan/penyakit pada manusia yang berfokus dengan pertanyaan siapa, kapan, dan dimana. Jadi variabel-variabel yang dipakai dalam epidemiologi deskriptif adalah variabel orang, variabel tempat, dan variabel waktu. 18

A Variabel orang

Karena karakteristik individu dapat mempengaruhi penyakit, organisasi dan analisis data oleh variabel "orang" dapat menggunakan karakteristik yang melekat orang (misalnya, usia, jenis kelamin, ras), karakteristik biologis (status kekebalan), karakteristik yang diperoleh (status perkawinan), aktivitas (pekerjaan, aktivitas waktu luang, penggunaan obat-obatan/tembakau/narkoba), atau kondisi di mana mereka tinggal (status sosial ekonomi, akses ke perawatan medis). Usia dan jenis kelamin disertakan di hampir semua data. Namun, tergantung pada penyakit dan datanya tersedia, analisis variabel orang lain biasanya diperlukan.

Terkadang, dua variabel seperti usia dan jenis kelamin dapat diperiksa secara bersamaan. Data orang adalah biasanya ditampilkan dalam tabel atau grafik.18,19

B Variabel tempat

Menggambarkan terjadinya penyakit berdasarkan tempat memberikan wawasan tentang tingkat geografis masalah dan variasi geografisnya.

Karakterisasi menurut tempat tidak hanya mengacu pada tempat tinggal tetapi juga ke setiap lokasi geografis yang relevan dengan kejadian penyakit. Seperti lokasi termasuk tempat diagnosis atau laporan, tempat lahir, tempat bekerja, distrik sekolah, unit rumah sakit, atau perjalanan baru-baru ini tujuan. Pengertian

(33)

lokasi ini mungkin sebesar benua atau negara atau sekecil alamat jalan, rumah sakit, atau ruang operasi. Kadang-kadang tempat tidak mengacu pada lokasi tertentu sama sekali tetapi pada kategori tempat seperti perkotaan atau pedesaan, domestik atau asing, dan institusional atau non institusional. Variabel tempat pada penelitian ini adalah tempat wilayah kerja Puskesmas Jambi Kecil, terdiri dari 12 desa/kelurahan.18,19

C Variabel waktu

Terjadinya penyakit berubah dari waktu ke waktu. Beberapa di antaranya perubahan terjadi secara teratur, sementara yang lain tidak dapat diprediksi. Untuk penyakit yang terjadi musiman, petugas kesehatan dapat mengantisipasi terjadinya dan menerapkan langkah-langkah pengendalian dan pencegahan. Pada penelitian ini variabel waktu dilihat dari bulan(januari-desember) penderita datang berobat penyakit diare di Puskesmas Jambi Kecil pada tahun 2021. Untuk penyakit yang terjadi secara sporadis, peneliti dapat melakukan studi untuk mengidentifikasi penyebab dan cara penyebaran, dan kemudian berkembang dengan tepat tindakan yang ditargetkan untuk mengendalikan atau mencegah terjadinya lebih lanjut penyakit. Dalam kedua situasi, menampilkan pola kejadian penyakit dengan:

waktu sangat penting untuk memantau kejadian penyakit di masyarakat dan untuk menilai apakah intervensi kesehatan masyarakat yang dilakukan memiliki perbedaan.17,18

(34)

2.2 Penyakit Diare 2.2.1 Pengertian Diare

Pengertian diare adalah buang air besar(defekasi) dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari dengan bentuk tinja cair atau setengah cair. Kandungan air dalam tinja akan lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/2 jam. Tinja tersebut dapat atau tanpa disertai lender dan darah. Berdasarkan data dari WHO, penyakit diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak dibawah lima tahun, dan memakan jiwa 370.000 anak pada tahun 2019. Ancaman paling parah yang ditimbulkan oleh diare adalah dehidrasi. Selama kena diare, air dan elektrolit termasuk natrium, klorida, kalium dan bikarbonat hilang melalui tinja cair, muntah, keringat, urin, dan pernafasan. Seseorang dengan diare menjadi dehidrasi ketika kehilangan elektrolit tidak diganti. Selain itu, diare merupakan penyebab utama kekurangan gizi, membuat orang tersebut lebih rentan terhadap serangan diare dan penyakit lainnya di masa depan. Menurut Kemenkes, Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi.21,22,23

2.2.2 Etiologi Penyakit Diare

Diare dikategorikan menjadi akut atau kronis dan menular atau tidak menular berdasarkan durasi dan jenis gejala. Diare akut didefinisikan sebagai episode yang berlangsung kurang dari dua minggu. Infeksi paling sering menyebabkan diare akut. Sebagian besar kasus adalah akibat dari infeksi virus, dan perjalanan penyakit ini dapat sembuh sendiri. Diare kronis didefinisikan sebagai durasi yang berlangsung lebih dari dua minggu dan cenderung tidak menular. Penyebab umum termasuk malabsorpsi, penyakit radang usus, dan efek samping pengobatan. Berikut adalah beberapa pertimbangan penting yang harus dibuat saat mendiagnosis dan mengelola diare karena identifikasi agen etiologi sangat penting:24

(35)

a. Karakteristik tinja bervariasi antara penyebab yang berbeda, seperti konsistensi, warna, volume, dan frekuensi

b. Ada atau tidak adanya gejala usus yang terkait, seperti mual/muntah, demam, dan sakit perut

c. Paparan tempat dimana patogen yang umum ditemui seperti rotavirus, astrovirus, calicivirus; Spesies Shigella, Campylobacter, Giardia, dan Cryptosporidium

d. Riwayat memakan makanan yang telah terinfeksi kuman, seperti makanan mentah atau terkontaminasi

e. Sejarah paparan air dari kolam renang, berkemah, atau lingkungan laut

f. Riwayat perjalanan sangat penting karena patogen umum mempengaruhi daerah tertentu; Enterotoksigenik Escherichia coli adalah patogen utama

g. Paparan hewan secara historis dikaitkan dengan diare, seperti anjing/kucing muda: Campylobacter; kura-kura: Salmonella

h. Faktor predisposisi seperti rawat inap, penggunaan antibiotik, imunosupresi

Beberapa agen etiologi diketahui bertanggung jawab, termasuk virus, bakteri dan parasit. Agen terpenting yang menyebabkan gastroenteritis berat disertai diare akut pada anak kecil di seluruh dunia adalah rotavirus.25

E. coli juga merupakan salah satu agen etiologi paling populer dari diare dari sumber air. Berdasarkan virulensinya dan sifat fenotipik, bakteri E.coli diklasifikasikan menjadi enterotoksigenik E Coli (ETEC), enteropatogenik E coli (EPEC), toksin Vero/Ecoli penghasil toksin Shiga (VTEC/STEC) atau enterohemorrhagic E coli (EHEC), E coli enteroinvasif (EIEC). Agen ini ditularkan terutama melalui fecal-oral rute, baik melalui kontak langsung orang- ke-orang atau melalui makanan atau air yang terinfeksi.26

Etiologi diare dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:

A Infeksi, proses yang diawali masuk nya mikroorganisme ke dalam saluran cerna dan berkembang biak dalam usus serta merusak sel

(36)

mukosa intestinal yang bisa menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga timbul perubahan kapasitas dari intestinal yang pada akhirnya menimbulkan gangguan fungsi intestinal dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Terdapatnya toksin bakteri juga akan terjadinya pengaktifan sistem transport dalam usus, sehingga terjadi iritasi di sel mukosa dan menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit meningkat. 21,27,28

Gambar 2.2 Tipe Diare Yang Ditimbulkan Oleh Enteropatogen27

A Faktor malabsorbsi, terjadi kegagalan saat absorbsi yang menimbulkan peningkatan tekanan osmotik yang akan meneybabkan peningkatan isi rongga usus sehingga terjadi lah diare27

(37)

B Faktor makanan bisa terjadi jika toksin yang ada tidak bisa diserap dengan baik dan bisa meningkatkan peristaltic usus yang menimbulkan penurunan dalam menyerap makanan, seperti : makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan21,27

C Faktor psikologis bisa berpengaruh dalam kerja peristaltik sehingga dapat meningkatkan peristaltic khusus terhadap proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas.

Infeksi oleh patogen invasif juga sering dikaitkan dengan demam. Itu menjadi penting karena diagnostic temuan demam bisa menunjukkan adanya invasive bakteri seperti Salmonella, Shigella, dan Campylobacter, beberapa virus enterik, atau patogen sitotoksik seperti C. difficile dan E. histolytica.28

2.2.3 Mekanisme Penularan Penyakit Diare

Penyakit diare banyak disebabkan melalui faecal-oral, sebesar 75%

penularan diare dari virus dan bakteri disumbangkan melalui faecal-oral.

Mekanisme faecal-oral ini melalui media air, makanan dan kontak langsung dengan penderita maupun barang yang telah tercemar tinja yang terinfeksi. Jika seseorang minum dengan air minum yang telah tercemar, baik yang telah tercemar dari sumbernya mapun tercemar saat perjalanan sampai kerumah, ataupun saat disimpan di penyimpanan rumah dapat menimbulkan terjadi nya diare. Seseorang juga akan bisa terkena diare jika memakan makanan yang sudah dihinggapi hewan yang membawa bakteri dari tinja yang terinfeksi. Pada balita, penularan penyakit diare sangat dipengaruhi oleh perilaku ibu dalam higenitas dan juga faktor lingkungan.2,29,30

2.2.4 Patofisiologi Penyakit Diare

Mekanisme terjadinya diare dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

A Osmolaritas intraluminal yang tinggi

Diare ini disebut dengan diare osmotik. Diare osmotik dapat disebabkan oleh beberapa penyebab seperti mengkonsumsi obat-obat yang hiperosmotik membuat terjadi malabsorpsi umum. Hal ini karena beberapa bahan tidak dapat

(38)

diserap sehingga membuat peningkatan tekanan osmotik intralumen pada usus halus yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare.21

B Diare sekretorik

Diare tipe ini terjadi jika terdapat gangguan transport elektrolit seperti terdapat peningkatan sekresi air dan elektrolit dari usus , di sisi lain terjadi penurunan absorpsi. Gangguan tersebut muncul karena beberapa bakteri melepaskan toksin(enterotoksin) seperti infeksi vibrio-cholerae atau Escherichia coli, penyakit yang menghasilkan hormone (VIPoma) karena hormon intestinal seperti Vasoactive intenstinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik30,31

C Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik)

Diare ini terjadi saat ada kelebihan produksi musus yang disebabkan oleh infeksi ataupun non infeksi. Kelebihan produksi musus ini dapat menyebabkan kerusakan mukosa usus. Infeksi bakteri yang invasif dapat membuat terjadinya perdarahan atau terdapat leukosit dalam feses.31

2.2.5 Manifestasi Klinis Penyakit Diare

Diare ditandai oleh beberapa gejala tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diare yang sering muncul yaitu muntah, nyeri abdomen, demam, tinja cair dengan atau tidak disertai darah.21,31

Diare yang terus menerus tanpa bantuan medis yang baik dapat timbul kematian karena berkurangnya cairan di badan sehingga terjadi gangguan biokimiawi. Akibat kekurangan cairan seseorang akan selalu haus, berkurang berat badan, mata cekung, lidah kering, penurunan turgor kulit.31

(39)

2.2.6 Diagnosa Penyakit Diare

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

A Anamnesis

Anamnesis merupakan suatu teknik pemeriksaan yang pengaplikasiannya dengan cara komunikasi percakapan antar dokter ke penderita secara langsung maupun tidak langsung dengan bertanya ke wali penderita atau orang terdekat penderita yang tau tentang kondisi penderita. Anamnesis ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan data penderita termasuk permasalahan medis yang sekarang maupun yang sebelumnya. Gejala penyakit diare yang muncul bisa beragam tergantung penyebab penyakit nya. Keluhan diare akut berlangsung kurang dari 15 hari sedangkan diare yang lebih dari 15 hari dikategorikan menjadi diare kronik.

Anamnesis pada kasus diare hal yang penting untuk mengetahui etiologi dan jenisnya sebelum dilanjutkan ke pemeriksaan fisik dan laboratorium.21,32

B Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik yang dinilai adalah tanda-tanda vital serta melakukan pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan abdomen ini dilakukan untuk mendengar bunyi usus, menilai ada atau tidak nyeri tekan. Saat terkena diare, air dan elektrolit termasuk natrium, klorida, kalium dan bikarbonat akan hilang.

Kehilangan beberapa elektrolit tersebut dapat memicu frekuensi nafas lebih cepat, denyut nadi menjadi lebih cepat, dapat berpotensi terjadinya aritmia jantung, penurunan tekanan darah.21

C Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita diare yaitu pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematocrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, pemeriksaan tinja. Tinja biasanya tidak mengandung leukosit, jika pada pemeriksaan feses ditemukan leukosit maka dianggap penanda inflamasi kolon. Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan

(40)

eritrosit, tropozoit amuba, giardia lamblia. Berbagai telur cacing penyebab diare seperti telur trichuris juga dapat ditemukan. 21,32,33

2.2.7 Jenis-jenis Penyakit Diare

Klasifikasi diare dibagi berdasarkan : 1. Lama waktu diare : akut dan kronik, 2. Mekanisme patofisiologis, 3. Berat ringan diare, 4. Infektif atau non infektif , 5. Penyebab organic atau fungsional

A diare akut

Infeksi akut diare umumnya didefinisikan sebagai penurunan konsistensi tinja (cair atau cair). Diare ini berlangsung kurang dari 15 hari. Secara klinis dapat didiagnosis dengan atau tanpa muntah, mual, demam, sakit perut, dan lainnya gejala. Pada anak-anak, biasanya disebabkan oleh virus dan infeksi bakteri.

Rotavirus dan norovirus adalah yang paling banyak infeksi virus umum yang menyebabkan diare akut. Itu bakteri patogen termasuk Escherichia coli, Campylobacter spp., Salmonella enterica, dan Shigella spp., dkk. Yang berpengaruh pada timbulnya penyakit diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor kausa (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah pertahanan tubuh terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare akut , terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan saluran cerna21

B diare kronik

Diare kronis didefinisikan sebagai diare yang berlangsung lebih dari 4 minggu. Prevalensi diare kronis bervariasi tergantung pada populasi yang disurvei. Namun jika berdasarkan kriteria, diare kronis mengalami frekuensi buang air besar yang berlebihan (>3 kali/hari) atau mencret (lebih dari 25% dari waktu). Berbeda dengan diare akut, diare kronik berlangsung lebih dari 15 hari.

Diare kronis merupakan masalah umum yang mempengaruhi hingga 5% dari populasi pada waktu tertentu. Penderita dengan diare kronis biasanya akan memerlukan beberapa evaluasi, namun riwayat dan pemeriksaan fisik sudah cukup untuk pemberian terapi langsung.21,34

(41)

2.2.8 Faktor Resiko Terjadinya Penyakit Diare

Faktor resiko merupakan sekumpulan dari berbagai variabel atau hal yang berhubungan dengan peningkatan suato resiko pada penyakit tertentu. Faktor resiko yang berperan dalam terjadinya penyakit diare diantaranya faktor lingkungan, faktor perilaku30

A Faktor lingkungan

Lingkungan sangat berperan besar dalam terjadinya penyakit diare, terlebih lagi jika lingkungan tidak sehat karena lingkungan terdapat sumber- sumber kotoran (Pembuangan limbah, tempat sampah, dan pengolahan industri) hal ini dapat menjadi berkaitan dan menimbulkan resiko ke sumber air minum yang tidak sehat, sistem sanitasi dan higienitas yang buruk. Faktor lingkungan ini terdiri dari:30,35

a. Sarana air bersih.

Air menjadi salah satu kebutuhan dasar dalam masyarakat. Kegunaan air diantaranya kebutuhan makan, minum, mandi dan kebersihan lainnya. Menurut WHO, air minum yang bahkan dari sumber yang terpercaya tidak menjamin atau belum tentu bebas dari pathogen feses dan aman untuk kesehatan. Untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang air kualitas menurut negara dan jenis sumber air, sistematis tinjauan dan analisis dilakukan. Air dianggap tidak terkontaminasi ketika mematuhi nilai pedoman untuk mikroba kualitas yaitu salah satunya mengandung nol E. coli atau termotoleransi coliform dalam sampel 100 mL. Selain itu air juga harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, dan radioaktif. Berdasarkan kategori sumber air bersih ini dibagi jadi 5 yaitu, sumur gali (SGL), sumur pompa tangan dangkal dan dalam (SPTDK/DL), penampungan air hujan (PAH), perlindungan mata air (PMA), dan perusahaan daerah air minum (PDAM).30,36,37

b. Pembuangan kotoran (Jamban)

Seseorang bisa terkena penyakit diare melalui kontak langsung dengan tinja yang telah terinfeksi kuman penyebab diare. Hal ini membuat pembuangan kotoran sembarangan dapat menjadi faktor resiko terjadinya diare. Maka dari itu pembuangan kotoran perlu diperhatikan dan harus memenuhi syarat-syarat

(42)

kesehatan. Adapun syarat jamban sehat yaitu, tidak mencemari air, tidak mencemari tanah permukaan, bebas dari serangga, tidak menimbullkan bau dan nyaman digunakan, aman digunakan oleh pemakainya, mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainnya dan menimbulkan pandangan yang kurang sopan.30,36,38

c. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Lingkungan salah satu faktor besar terjadinya penyakit, salah satunya diare. Lingkungan yang tidak sehat dikarenakan pencemaran salah satunya buang air limbah secara sembarangan ke lingkungan. Air limbah ini dapat menyebabkan kualitas air turun dan lebih parahnya tidak dapat dipergunakan lagi oleh masyarakat. Kebanyakan air limbah ini berasal dari limbah industri dan limbah rumah tangga. Jika dibuang sembarangan dan meresap kedalam air tanah yang menjadi sumber air untuk minum, makan, cuci, serta mandi dan tetap dipaksakan digunakan dapat menimbulkan penyakit diare. Sarana Pembuangan Air Limbah yang sehat harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak mencemari sumber air bersih, tidak menimbulkan genangan air yang menjadi sarang serangga/nyamuk, tidak menimbulkan bau, tidak menimbulkan becek, kelembaban dan pandangan yang tidak menyenangkan30,38

d. Sarana Pembuangan Sampah

Pembuangan sampah yang sembarangan dan tidak sesuai persyarakat pun menjadi salah satu faktor resiko yang dapat menyebabkan diare, karena sampah yang dibuang tadi menjadi tempat hinggap atau tinggal hewan (vektor penyakit), misalnya lalat yang menjadi pembawa bakteri atau kuman dari tempat sampah ke makanan. Maka dari itu ada beberapa syarat tempat sampah mulai dari penentuan lokasi pembuangan sampah, konstruksi tempat kuat sehingga tidak mudah bocor untuk mencegah berseraknya sampah, punya tutup, mudah dibuka dan dikosongkan serta dibersihkan, dianjurkan penutup tempat sampah dapat dibuka tanpa menggunakan tangan, ukuran tempat ringan agar mudah diangkat dalam pengumpulan sampah30,38

(43)

e. Curah hujan

Perubahan pola curah hujan dapat mempengaruhi terjadinya penyakit diare melalui air. Perubahan pola curah hujan dapat berpotensi terjadinya banjir ataupun kemarau yang berhubungan dengan peningkatan resiko kejadian diare.

Saat terjadi banjir akan ada kemungkinan kontaminasi dalam penyediaan air bersih, sedangkan saat terjadi kemarau panjang dapat berakibat sulitnya penyediaan air bersih yang dapat menyebabkan penyakit diare karena kurang menjaga higienitas30,39

f. Kepadatan penduduk

Kepadatan penduduk memiliki peran dalam penyebaran dan pertumbuhan kuman. Hal ini dikarenakan terjadi kepadatan pada wilayah sehingga pembangunan septic tank akan saling berhimpitan/ dekat dengan sumber air minum yang akan lebih mudah terjadi penularan dan kuman berkembang biak penyakit menular salah satunya diare. Kepadatan penduduk dihitung oleh Badan Pusat Statistik Nasional dalam sensus penduduk setiap 10 tahun sekali. Data ini memuat juga penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal.6

g. Sanitasi buruk

Sanitasi adalah kunci kesehatan, jika sanitasi buruk dan kurang baik dapat menyebabkan penyakit menular yang salah satunya adalah diare. Adapun sanitasi ini salah satunya sarana pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan sebagai nya. Lingkungan sanitasi buruk ini adalah sanitasi yang tidak memenuhi persyaratan. Penilaian sanitasi masuk dalam pelayanan kesehatan lingkungan oleh tenaga kesehatan lingkungan di Puskesmas. Puskesmas sendiri berkewajiban menyelenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan. Pelayanan kesehatan lingkungan terbagi atas 3 yaitu, konseling, inspeksi kesehatan lingkungan, dan intervensi kesehatan lingkungan. Laporan hasil inspeksi kesehatan lingkungan akan diserahkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dan akan diteruskan lagi kepada dinas kesehatan provinsi. Salah satu program dari pemerintah untuk pengubahan sanitasi adalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat atau disingkat STBM. Terdapat lima pilar dalam STBM yaitu, stop buang air besar sembarang,

(44)

cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan yang aman dirumah tangga, pengelolaan sampah dengan benar, pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman..39,40,41

h. Lingkungan rumah yang tidak sehat

Rumah serta lingkungan yang tidak memenuhi syarakat kesehatan menjadi salah satu faktor resiko dan sumber penularan berbagai penyakit. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare. Salah satu penyehatan lingkungan adalah rumah yang memenuhi syarat kesehatan atau rumah sehat. Kriteria rumah sehat diatur dalam keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia no 829/Menkes/SK/VII/1999.

Adapun syarat/kriteria rumah sehat mulai dari komponen rumah yang dinilai ( langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi lubang asap dapur, pencahayaan) , sarana sanitasi ( sarana air bersih, jamban, SPAL, sarana pembuangan sampah), perilaku penghuni ( membuka jendela kamar tidur, membuka jendela ruang keluarga, membersihkan rumah dan halaman, memnuang tinja bayi dan balita ke jamban, membuang sampah pada tempatnya).

Hasil penentuan kriteria rumah dibagi jadi dua yaitu rumah tidak sehat dan rumah sehat. Skor rumah sehat yaitu 1.068-1200 dan rumah tidak sehat yaitu <1.068.

Penilaian rumah sehat dilakukan 1 kali dalam setahun. Hasil penilaian rumah sehat dilakukan oleh petugas sanitasi puskesmas yang akan dilaporkan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.9,10,42

B Faktor individu a. Usia

Penyakit diare sering terjadi pada anak-anak, anak yang masih menginjak 2 tahun pertama kehidupan. Hal ini disebabkan karena belum terbentuk kekebalan alami. Dari data Riset Kesehatan Dasar 2018, pengkelompokkan usia diare <1 tahun, 1-4 tahun, 5-9 tahun, 10-14 tahun, 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35- 44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun, >75 tahun. Prevalensi usia yang paling tinggi pada usia 1-4 tahun. Berdasarkan data Puskesmas Jambi Kecil tahun 2021, pengkelompokkan usia penderita diare ini mengikuti

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kerangka konsep diatas, peneliti akan melakukan penelitian tentang karakteristik suami yang mempunyai balita di Wilayah kerja Puskesmas Sarudik Kecamatan Sarudik

Terhadap Pencegahan Dan Pengobatan Anak Balita Penderita Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Belawa Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo.. Jurnal Kesehatan

2019 “Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Daerah Perkotaan (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bergas),” Jurnal Kesehatan

Dari hasil penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa kejadian gastritis yang terjadi pada responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Tahun 2015

Analisis bivariat bertujuan mempresentasikan hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi

Hasil uji yang telah di hasilkan pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa faktor iklim suhu yang terjadi di Wilayah Kerja Puskesmas Pilolodaa dengan penyakit diare yang

H DENGAN MASALAH UTAMA ARTHRITIS GOUT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBER KABUPATEN CIREBON KARYA TULIS ILMIAH Diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

1517 Hubungan Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Penyakit Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Seunuddon Kabupaten Aceh Utara Tahun 2023 The Relationship between Basic Sanitation