• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Faktor Risiko Kesehatan Jemaah Haji

Pengertian awal dari risiko atau risk adalah probability of particular adverse effect atau prediksi kemungkinan buruk kondisi seseorang. Faktor risiko adalah faktor yang berperan dalam setiap kejadian penyakit dan akhirnya dapat menimbulkan gangguan kesehatan hingga akhirnya akan mengurangi kesempurnaan jalannya ibadah haji. Faktor risiko tersebut antara lain meliputi pencetus kejadian penyakit maupun faktor yang dapat memperberat kondisi awal kesehatan jemaah haji (Achmadi, 2012). Berdasarkan An Epidemiological Model for Health Policy Analysis, bahwa untuk menganalisa faktor penyakit adalah lingkungan, gaya hidup, biologi manusia, dan sistem pelayanan kesehatan diasumsikan memiliki pengaruh yang sama (Dever, 1984). Faktor risiko yang ada pada jemaah haji terdiri dari :

2.4.1 Faktor Karakteristik Individu a. Usia

Semakin lanjut usia seseorang maka semakin memiliki potensi penyulit. Jemaah haji Indonesia dengan usia ≥ 60 tahun berjumlah seperlima dari total jemaah haji. Kelompok usia ≥ 60 tahun tergolong kelompok risiko tinggi non penyakit. Besarnya kelompok usia ≥ 60 tahun ini disebabkan karena jemaah haji Indonesia harus menunggu waktu cukup lama untuk mengumpulkan uang dalam rangka menjalankan ibadah haji.

b. Gender

Jemaah haji Indonesia sebagian besar terdiri dari jenis kelamin perempuan. Secara fisik perempuan lebih lemah dan cenderung anemis sehingga memiliki kondisi awal yang lebih buruk dibanding lai-laki. c. Pengetahuan

Sebagian besar jemaah haji Indonesia berpendidikan sekolah dasar. Latar pendidikan rendah dengan tingkat pengetahuan dan wawasan yang terbatas merupakan salah satu penyulit yang akan meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan pada diri jemaah haji tersebut.

d. Status gizi

Berdasarkan profil kesehatan haji Indonesia tahun 2013, sebagian besar pekerjaan jemaah haji Indonesia adalah petani. Umumnya petani berasal dari pedesaan dan diasumsikan dengan keadaan sosial ekonomi yang terbatas sehingga dapat berdampak kurang baik pada kondisi gizi dan kesehatannya

e. Status risiko tinggi (ada tidaknya penyakit yang diderita)

Penyakit-penyakit yang ditemukan pada jemaah haji saat pemeriksaan kesehatan di tanah air merupakan salah satu faktor risiko yang harus diwaspadai. Penyakit tersebut antara lain kardiovaskuler termasuk hipertensi, penyakit saluran pencernaan, penyakit rematik, penyakit saluran pernafasan, penyakit saluran kemih, endokrin. Jemaah haji yang memiliki penyakit-penyakit tersebut berpotensi untuk menimbulkan

masalah kesehatan yang dapat mengganggu jalannya ibadah haji, sehingga perlu menjadi perhatian bagi petugas kesehatan.

2.4.2 Faktor Perilaku a. Merokok

Merokok dapat merusak dinding pembuluh darah dan mempercepat proses pergeseran pembuluh darah arteri (Cahyono, 2008). Apabila jemaah haji mempunyai kebiasaan merokok selama di tanah air, maka ini akan memperburuk kondisinya selama di Arab Saudi karena kondisi cuaca di Arab Saudi mempunyai tingkat kelembaban yang sangat rendah dengan suhu udara yang sangat tinggi sehingga rentan terhadap munculnya penyakit system pernafasan (Rudiyanto, 2013)

b. Kurang aktivitas fisik

Kurang melakukan aktivitas fisik secara rutin dapat berisiko terhadap kesehatan jantung, serebrovaskuler, endokrin dan metabolik (Bustan, 2015). Berkaitan dengan persiapan fisik dalam menghadapi ibadah haji dengan medan lingkungan yang berat, maka penting untuk melakukan aktivitas fisik secara rutin sejak dini sewaktu masih berada di tanah air. Untuk melaksanakan perjalanan ibadah haji diperlukan kondisi fisik yang ideal sehingga dapat menjalankan ibadah haji dengan lancer (Achmadi, 2012)

c. Kedisiplinan minum obat

Jemaah haji yang mempunyai penyakit kronis yang telah terdiagnosis sejak di tanah air seperti hipertensi, diabetes mellitus tentunya akan

membawa obat-obatan yang biasa dikonsumsi untuk mengontrol penyakit yang diderita. Kesibukan dalam kegiatan ibadah haji dapat mengakibatkan mereka kurang memperhatikan dalam mengkonsumsi obat sehingga kondisinya menjadi tidak terkontrol bahkan menjadi lebih buruk dan dapat menyebabkan kesakitan yang berat bahkan kematian.

2.4.3 Faktor Lingkungan a. Suhu

Kota Madinah merupakan kota dengan suhu terendah jika dibandingkan dengan kota Jeddah atau Makkah. Penyakit yang dapat timbul akibat pengaruh musim dingin adalah seperti kulit bersisik di sertai gatal, infeksi pernafasan, gangguan otot dan tulang, bibir pecah-pecah, dehidrasi, jantung, astma dan rematik yang dapat memperberat penyakit yang sudah di derita sebelumya.

b. Kelembaban

Arab Saudi mempunyai kelembaban udara yang rendah pada musim dingin atau musim panas. Kelembaban rata-rata harian lebih rendah atau dibawah normal (<65%). Keadaan ini akan meningkatkan evaporasi cairan tubuh sepanjang hari yang dapat mengakibatkan tubuh mnejadi kekurangan cairan (dehidrasi).

2.4.4 Faktor Pelayanan Kesehatan a. Sarana

Sarana berfungsi untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan kesehatan haji di Indonesia dan di Arab Saudi. Sarana pelayanan kesehatan

berhubungan dengan aksesibilitas dan kelengkapan peralatan dan obat. Setiap jemaah haji memiliki hak yang sama dalam memperoleh kemudahan akses pelayanan dan pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa memandang perbedaan antar individu. Kementerian Kesehatan setiap tahunnya selalu berupaya memperbaiki dan menyempurnakan sarana pelayanan kesehatan di Arab Saudi agar tercapai target pelayanan kesehatan jemaah haji yang optimal (Profil Kesehatan Haji, 2012)

b. Jumlah petugas

Kementerian Kesehatan melakukan pemilihan dan pengerahan tenaga kesehatan haji ke Arab Saudi yang menjadi bagian dari PPIH Arab Saudi bidang kesehatan. Kebutuhan jumlah petugas atau tenaga kesehatan harus terpenuhi dengan memperhatikan jumlah jemaah haji yang berangkat agar pelayanan kesehatan dapat diberikan dengan baik.jumlah petugas sangat pentinguntuk menunjang pelayanan kesehatan saat pelaksanaan ibadah haji (Profil Kesehatan Haji, 2012).

c. Kemampuan petugas

Sebagai tenaga kesehatan haji professional harus dapat memperkirakan atau melakukan analisis faktor risiko terhadap apa saja yang mungkin akan dialami oleh jemaah haji apabila yang bersangkutan berada dalam perjalanan fisik dan mental yang berat (Achmadi, 2012). Seluruh petugas tersebut diharapkan mengikuti pelatihan kompetensi teknis kesehatan dan kompetensi koordinasi tim di kelompok terbang dan PPIH, termasuk kesehatan di embarkasi haji (Profil Kesehatan Haji, 2012)

2.5 Hipertensi

2.5.1 Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan angka kematian. Keadaan tersebut apabila tekanan darah sistole (systolic blood pressure) sama dengan 140 mmHg atau lebih secara terus menerus dan tekanan darah diastole (diastolic blood pressure) sama dengan 90 mmHg atau lebih sesuai dengan criteria WHO atau memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya (Suiraoka, 2012)

2.5.2 Manifestasi Klinis

Hipertensi disebut juga “ the silent killer” karena individu biasanya tidak menyadari keberadaannya, dan oleh karena itu setiap orang perlu melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur (Bustan, 2015). Hal ini sesuai dengan kedatangannya yang tidak terduga dan tanpa menunjukkan adanya gejala tertentu. Seringkali penderita hipertensi baru mengetahui setelah penyakit hipertensi yang dideritanya menyebabkan berbagai komplikasi (Suiraoka, 2012). Gejala klinis yang paling sering dialami pada penderita hipertensi adalah pusing, sakit kepala, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, pengelihatan kabur, mimisan, rasa berat di tengkuk, mudah lelah dan mata berkunang-kunang (Triyanto, 2014)

2.5.3 Penyebab

Menurut penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu : a. Hipertensi essensial / primer

Hipertensi essensial atau primer adalah hipertensi yang belum diketahui dengan pasti penyebabnya secara jelas. Mekanisme yang bertanggung jawab menyebabkan hipertensi ini adalah berbagai sistem yang terlibat dalam pengaturan tekanan arteri perifer dan atau adrenergik sentral, renal, hormonal, vaskuler dan kompleksnya hubungan sistem-sistem ini antara satu dan lainnya (Harrison, 2000). Prevalensinya mencapai 90% dari seluruh penyakit hipertensi. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun dan tidak ditemukan penyakit renovaskuler, aldosteronism, pheochromocytoma, gagal ginjal dan penyakit lainnya. Faktor genetik dan ras diduga merupakan penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain seperti stress, konsumsi alkohol, merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup (Triyanto, 2012)

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya sudah diketahui dengan pasti, yaitu antara lain akibat gangguan ginjal, gangguan kelenjar tiroid dan gangguan kelenjar adrenalin. Prevalensinya ≤ 10% dari seluruh penderita penyakit hipertensi.

2.5.4 Klasifikasi

Hipertensi dikelompokkan berdasarkan peningkatan tekanan darah sistole dan diastole. Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report of The Joint National (JNC 7) dapat dihat pada tabel 2.1

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Dastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80 Pra hipertensi 120 – 139 80 - 89 Hipertensi stadium I 140 – 159 90 – 99 Hipertensi stadium II ≥ 160 ≥ 100 2.5.5 Faktor Risiko

Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibedakan menjadi faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol (Suiraoka, 2012).

a. Faktor yang dapat dikontrol 1. Obesitas

Obesitas dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kolesterol dalam tubuh yang memicu terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan tahanan perifer pembuluh darah. Selain itu pasien hipertensi dengan obesitas akan memiliki curah jantung dan sirkulasi volume darah lebih tinggi daripada hipertensi yang tidak obesitas. Dengan demikian beban jantung dan sirkulasi volume darah orang hipertensi dengan obesitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal (Sutanto, 20110). Berdasarkan hasil penelitian Diana dkk 2011

(p=0.000) dengan nilai rasio prevalensi (RP) sebesar 2,16 (CI 1,32-2,24). Pada penelitian lain mengidentifikasi bahwa semakin tinggi tingkat obesitas seseorang, maka akan semakin besar risiko untuk menderita hipertensi (Anggara, 2014).

2. Aktivitas Fisik

Pada orang yang kurang aktivitas fisik cenderung memiliki curah jantung yang lebih tinggi. Semakin tinggi curah jantung, maka semakin keras kerja setiap kontraksi sehingga semakin besar oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Kurang aktivitas fisik juga berisiko meningkatkan kelebihan berat badan (Suiraoka, 2012; Triyanto, 2014). Berdasarkan hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa kurang aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dengan OR = 2,67 ; CI 95% ; 1,20 – 5.90 (Wahiduddin, dkk., 2013)

3. Merokok

Merokok atau mengunyah tembakau mempengaruhi terjadinya kenaikan tekanan darah. Bahan kimia yang terkandung dalam tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah arteri serta memudahkan terjadinya aterosklerosis. Perilaku merokok merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi dengan OR = 2,32; 95% CI : 1,24 – 4,35 (Wahiduddin, dkk., 2013).

4. Konsumsi Lemak Jenuh

Asupan lemak jenuh dapat mengakibatkan dislipidemia yang merupakan salah satu faktor utama aterosklerosis, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada kejadian penyakit kardiovaskuler (Suiraoka, 2012). Hasil penelitian Sugiharto 2007 menunjukkan bahwa konsumsi lemak jenuh merupakan faktor terjadinya hipertensi (p=0,001) dengan OR = 7,72 (CI ; 2,45 – 24,38).

5. Konsumsi Garam Berlebihan

Konsumsi garam dapur berlebihan dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler. Keadaan ini akan meningkatkan volume cairan pada ekstraseluler yang menyebabkan peningkatan volume darah sehingga berdampak pada kenaikan tekanan darah (Sutanto, 2010)

6. Konsumsi Alkohol

Pada individu yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan sintesis katekolamin yang dapat memicu kenaikan tekanan darah (Suiraoka, 2012). Penelitian Diyan menunjukkan bahwa konsumsi alkohol berhubungan positif dengan kejadian hipertensi (p=0,001) dengan OR = 4,3; 95% ; CI ; 1,86 – 10,28.

7. Stres

Faktor risiko stres berpengaruh dengan terjadinya hipertensi dikaitkan dengan peran saraf simpatis yang mempengaruhi hormon epinefrin (adrenalin). Hormon epinefrin dapat mempengaruhi peningkatan tekanan

darah (Susanto, 2008). Hasil penelitian lain didapatkan bahwa faktor psikologis stres mempengaruhi terjadinya hipertensi dengan OR = 3,28;CI:1,05-10,26 (Elvirah, F.,dkk., 2011)

b. Faktor yang tidak dapat dikontrol 1. Riwayat keluarga (genetik)

Faktor genetik mempunyai peranan yang besar terhadap kejadian hipertensi. Pada penyakit hipertensi primer didapatkan pada orang dengan riwayat keluarga dengan hipertensi sebesar 70-80%. Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Apabila didalam keluarga terdapat riwayat hipertensipada orang tuanya, maka orang tersebut memiliki kemungkinan terkena hipertensi sebesar 25%. Faktor keturunan memang memiliki peran yang besar terhadap munculnya hipertensi. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar homozigot jika dibandingkan dengan heterozigot (Sutanto, 2010 ; Triyanto, 2014). Penelitian Sugiharto 2007 menunjukkan hasil bahwa riwayat keluarga dengan hipertensi mempengaruhi terjadinya hipertensi (p=0,001) dengan OR=4.04 (95% CI;1,92-8,47).

2. Jenis kelamin

Pria pada umumnya lebih memiliki risiko terserang hipertensi dibandingkan dengan wanita. Hal ini dikarenakan pria lebih banyak mempunyai faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi seperti merokok, stress karena kurang nyaman terhadap pekerjaan dan makan tidak terkontrol. Pada wanita biasanya prevalensinya akan

mengalami peningkatan hipertensi setelah memasuki masa menopause (Suiraoka, 2012).

3. Umur

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi, semakin bertambah usia seseorang maka semakin besar risiko aterosklerosis. Hilangnya elastisitas pembuluh darah dan aterosklerosis merupakan penyebab hipertensi pada usia tua (Sutanto, 2010). Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto 2007 menunjukkan bahwa umur menjadi faktor risiko hipertensi (p=0.001) dengan OR=4,76 (CI 95% 2,0 – 11,50).

2.5.6 Komplikasi

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang akan memberi gejala lanjut ke suatu target organ. Semakin lama tekanan yang berlebihan pada dinding arteri akan merusak banyak organ vital dalam tubuh. Bila tidak segera dikendalikan maka akan menyebabkan komplikasi sesuai dengan target organ yang paling dipengaruhi.

a. Otak 1. Stroke

Stroke merupakan cidera otak yang timbul sebagai akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah dalam otak akibat terpajan tekanan darah tinggi, sehingga pasokan darah ke otak terganggu (Suiraoka, 2012 ; Triyanto, 2014).

2. Dimensia

Dimensia atau penurunan daya ingat dapat terjadi karena hipertensi. Umumnya risiko untuk dimensia meningkat pada usia 70 tahun keatas (Suiraoka, 2012).

b. Sistem kardiovaskuler 1. Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai oksigen yang cukup ke otot jantung. Akibatnya kebutuhan oksigen otot jantung tidak dapat terpenuhi dan terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark (Triyanto, 2014).

2. Aneurisma

Adalah penggelembungan pada arteri akibat dari pembuluh darah tidak elastis lagi yang ditandai dengan gejala sakit kepala yang hebat. Sering terjadi pada arteri otak atau pada aorta bagian bawah. Jika terjadi kebocoran atau pecah sangat fatal akibatnya.

3. Arterosklerosis

Hipertensi dapat mempercepat penumpukan lemak didalam dan dibawah lapisan arteri yang akan merusak dinding arteri. Timbunan lemak akan melekat dan lama kelamaan menumpuk sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah arteri (Suiraoka, 2012).

c. Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal (glomelorus). Rusaknya glomelorus tersebut akan mengakibatkan aliran darah ke nefron terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian (Triyanto, 2014)

d. Mata

Hipertensi mempercepat penuaan pada pembuluh darah halus mata, bahkan dapat menyebabkan kebutaan. (Suiraoka, 2012)

2.5.7 Prognosis Hipertensi (Bustan, 2015).

Hipertensi akan berakibat lanjut sesuai dengan target organ yang diserangnya apabila dibiarkan tanpa pengobatan. Prognosis penyakit pada penderita hipertensi dipengaruhi oelh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Penyebab Hipertensi

Penemuan penyebab utama dari hipertensi sangat mempengaruhi perjalanan penyakit ini. Penyebab hipertensi yang ditemukan pada tahap awal, terutama pada hipertensi sekunder akan lebih baik prognosisnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah. Apabila penyakit tersebut segera diatasi maka tidak akan meningkatkan risiko penyakit hipertensi menjadi lebih berat. 2. Umur

Hipertensi yang ditemukan pada pasien dengan usia muda mempunyai prognosis yang kurang baik jika dibandingkan dengan individu yang berusia lebih tua. Semakin muda seseorang terdiagnosis menderita

penyakit hipertensi pertama kali, maka akan semakin buruk perjalanan penyakitnya. Bila tidak segera ditangani akan mengurangi usia harapan hidupnya.

3. Sifat Hipertensi

Tekanan darah yang bersifat labil dan progresif kurang baik prognosisnya, terutama pada individu dengan tekanan darah diastolik persisten > 115 mmHg.

4. Suku / Ras

Prevalensi kesakitan hipertensi pada ras kulit hitam adalah 4 kali lebih besar dibandingkan dengan ras kulit putih.

5. Jenis Kelamin

Pada pria umumnya lebih berisiko untuk terjadi peningkatan tekanan darah jika dibandingkan denga wanita yang cenderung lebih bisa mentolerir lebih baik terhada kenaikan tekanan darah.

6. Komplikasi

Adanya penyakit yang menyertai dapat memperberat prognosis hipertensi. Komplikasi hipertensi tersebut dapat berupa stroke haemorhagik, infark miokard, hipertensi renal dan penyakit lain yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah.

7. Faktor risiko lainnya

Merokok, diabetes mellitus, hiperkolesterol, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan semuanya dapat mengubah prognosis penyakit hipertensi.

2.6 Indikator

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2003), indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatau keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Ketepatan dalam menggambarkan keterwakilan suatu informasi adalah syarat utama dalam sebuah indikator. Dalam sebuah indikator harus memenuhi syarat-syarat yang dikenal dengan sebutan SMART ; Simple, Measurable, Attributable, Reliable dan Timely sebagai berikut :

1. Simple (sederhana)

Indikator yang dibutuhkan sebisa mungkin dalam proses pengumpulan data dan rumus perhitungannya sederhana sehingga mudah diterapkan. 2. Measurable (dapat diukur)

Indikator yang telah ditetapkan harus dapat mewakili informasinya dan jelas hasil pengukurannya.

3. Attributable (bermanfaat)

Indikator yang ditetapkan harus memiliki manfaat yang dapat dipergunakan untuk pengambilan keputusan.

4. Reliable (dipercaya)

Indikator yang ditetapkan harus didukung oleh pengumpulan data atau pencatatan yang baik, benar dan teliti.

5. Timely (tepat waktu)

Indikator yang ditetapkan dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasinya tepat waktu.

2.7 Indeks

Indeks merupakan gabungan dari beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur suatu kondisi yang bersifat multidimensional. Indeks adalah kumpulan dari beberapa indikator komposit (Ilmi, 2014). Tujuan dari penyusunan suatu indeks adalah untuk mendapatkan validitas sedangkan indikator adalah untuk menunjukkan suatu realibilitas (Yudhastuti, 2005). Berdasarkan dari konsep dan indikator tersebut, maka akan dibuat indeks berdasarkan faktor karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan obesitas), penyakit penyerta (diabetes mellitus, kardiovaskuler, ginjal dan hiperkolesterol) dan perilaku (merokok dan kurang aktivitas). Berdasarkan indikator-indikator tersebut akan dirumuskan model indeks risiko rawat inap jemaah haji dengan hipertensi untuk memprediksi jemaah haji dengan hipertensi yang berisiko dirawat inap.

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Dokumen terkait