• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN ANALISIS DATA

2. Jenis kelamin

6.1.2 Penyakit Penyerta

1. DM

Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor terjadinya hipertensi. Penderita diabetes mellitus mengalami komplikasi neuropati otonom, atau kerusakan saraf otonom. Sistem saraf otonom ini berperan mengontrol hati, kandung kemih, paru-paru, lambung, usus, jantung dan mata. Diabetes dapat mempengaruhi saraf otonom yang menyebabkan peningkatan denyut jantung meskipun ketika beristirahat. Pada studi faktor risiko hipertensi terhadap pasien rawat inap RS Jantung Harapan Kita Jakarta diketahui bahwa mereka yang menderita diabetes melitus mempunyai risiko 2,11 kali untuk berisiko hipertensi daripada mereka yang tidak menderita diabetes melitus (Khania, 2002).

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diabetes mellitus terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,002). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Iin (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kadar gula darah dengan hipertensi pada penderita diabetes melitus tipe 2.

2. Kardiovaskuler

Tekanan darah yang tinggi (hipertensi) dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner). Hal ini menyebabkan angina pektoris, insufisiensi koroner dan miokard infark lebih

sering didapatkan pada penderita hipertensi dibanding orang normal. Tekanan darah sistolik diduga mempunyai pengaruh yang lebih besar.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh penyakit kardiovaskuler terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,056). Kejadian penyakit jantung koroner (PJK) pada hipertensi sering dan secara langsung berhubungan dengan tingginya tekanan darah sistolik. Penelitian Framingham selama 18 tahun terhadap penderita berusia 45-75 tahun mendapatkan hipertensi sistolik merupakan faktor pencetus terjadinya angina pektoris dan miokard infark. Pada penelitian tersebut juga didapatkan penderita hipertensi yang mengalami miokard infark mortalitasnya 3 kali lebih besar dari pada penderita yang normotensi dengan miokard infark.

3. Ginjal

Penyakit ginjal dapat menyebabkan tekanan darah menjadi naik & juga sebaliknya hipertensi dalam jangka waktu yang lama mampu mengganggu ginjal. Semakin tinggi tekanan darah dalam jangka waktu yang lama maka makin berat komplikasi yang dapat ditimbulkannya. Karena beratnya pengaruh hipertensi pada ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah & lamanya menderita (perbidkes 2016). Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal menurun hingga mengalami gagal ginjal. Penyakit ginjal terjadi pada hipertensi yang sudah berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan pada pembuluh darah akibat proses penuaan. Hal ini menyebabkan permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang (penyakithipertensi.org,2016)

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh penyakit ginjal terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,999).

4. Hiperkolesterol

Kelainan metabolisme lipid (=lemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total dan/atau trigliserida dan//atau kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya ateroklerosis yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat (Depkes, 2008). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh hiperkolesterol terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,497). Hal ini disebabkan karena jemaah calon haji yang akan berangkat ke tanah suci telah mendapatkan penyuluhan dari petugas kesehatan tentang perilaku hidup sehat dan bersih. Salah satu perilaku hidup sehat yang dianjurkan adalah berolahraga secara rutin. Olahraga akan memperkecil faktor risiko untuk terjadinya kelainan kardiovaskuler karena dengan olahraga akan memicu metabolisme lipid sehingga kadar lipid dalam darah akan tetap terjaga sehingga tekanan darahpun akan tetap terjaga dalam kisaran nilai normal. Hasil penelitian ini belum sesuai dengan teori bahwa hiperkolesterol merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi, yang diawali dengan terjadinya aterosklerosis di pembuluh darah.

5. Obesitas

Kegemukan atau obesitas adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) (Depkes, 2006). IMT

merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obes pada orang dewasa (Sidartawan, 2006).

Obesitas dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kolesterol dalam tubuh, yang memicu terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan tahanan perifer pembuluh darah. Selain itu pasien hipertensi dengan obesitas akan memiliki curah jantung dan sirkulasi volume darah lebih tinggi dari pada hipertensi yang tidak obesitas. Dengan demikian beban jantung dan sirkulasi volume darah orang hipertensi dengan obesitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal (Sutanto, 2010).

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara obesitas terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,795). Berdasarkan hasil penelitian Diana dkk 2011 terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi (p = 0,000) dengan nilai rasio prevalensi (RP) sebesar 2,16(CI 1,32 - 2,24). Pada penelitian lain mengidentifikasi bahwa semakin tinggi tingkat obesitas seseorang maka akan semakin besar risiko untuk menderita hipertensi (Rudy Anggara, 2014).

6.1.3 Perilaku 1. Merokok

Merokok dapat merusak dinding pembuluh darah dan mempercepat proses pergeseran pembuluh darah arteri (Cahyono, 2008). Apabila jemaah haji mempunyai kebiasaan merokok selama di tanah air maka ini dapat memperburuk kondisi jemaah selama di Arab Saudi karena kondisi cuaca di Arab Saudi

mempunyai tingkat kelembaban yang sangat rendah dengan suhu udara yang sangat tinggi. Hal ini menyebabkan kerentanan terhadap munculnya penyakit sistem pernapasan (Rudiyanto, 2013).

Merokok atau mengunyah tembakau mempengaruhi terjadinya kenaikkan tekanan darah dan bahan kimia yang terkandung dalam tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri yaitu menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah arteri serta memudahkan terjadinya aterosklerosis. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi (p value = 0,386). Hasil penelitian ini tidak berbeda dengan penelitian Hasirungan (2002) didapatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara merokok dengan kejadian hipertensi. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Sanusi (2002) yaitu diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dengan kejadian hipertensi. Tidak terdapatnya hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi kemungkinan disebabkan oleh responden yang tidak pernah merokok dulunya memiliki riwayat terpapar rokok ataupun asapnya.

Dokumen terkait