• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDEKS RAWAT INAP DI ARAB SAUDI JEMAAH HAJI EMBARKASI SURABAYA DENGAN HIPERTENSI Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "INDEKS RAWAT INAP DI ARAB SAUDI JEMAAH HAJI EMBARKASI SURABAYA DENGAN HIPERTENSI Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

INDEKS RAWAT INAP DI ARAB SAUDI

JEMAAH HAJI EMBARKASI SURABAYA DENGAN HIPERTENSI

SONI PURWANTO

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI SURABAYA

(2)

TESIS

INDEKS RAWAT INAP DI ARAB SAUDI

JEMAAH HAJI EMBARKASI SURABAYA DENGAN HIPERTENSI

SONI PURWANTO NIM. 101414553012

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI SURABAYA

(3)

INDEKS RAWAT INAP DI ARAB SAUDI

JEMAAH HAJI EMBARKASI SURABAYA DENGAN HIPERTENSI

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Epidemiologi Minat Studi Epidemiologi

Program Studi Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga

Oleh:

SONI PURWANTO NIM.101414553012

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI EPIDEMIOLOGI SURABAYA

(4)

PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji Tesis Minat Studi Epidemiologi

Program Studi Epidemiologi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

Magister Epidemiologi (M.Epid.) pada tanggal 22 Agustus 2016

Mengesahkan

Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dekan,

Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S NIP. 195603031987012001

Tim Penguji:

Ketua Anggota

: :

Dr. Windhu Purnomo, dr., M.S 1. Dr. Santi Martini, dr., M.Kes 2. Dr. Sri Widati, S. Sos, M.Si

(5)

PERSETUJUAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Epidemiologi (M.Epid.)

Minat Studi Epidemiologi Program Studi Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga

Oleh:

SONI PURWANTO NIM. 101414553012

Menyetujui,

Surabaya, 22 Agustus 2016

Pembimbing Ketua,

Dr. Santi Martini, dr., M.Kes NIP. 19660927 199702 2 001

Pembimbing,

Dr. Sri Widati, S. Sos, M.Si NIP. 19770116 200501 2 002

Mengetahui,

Koordinator Program Studi Epidemiologi

(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya serta sholawat dan salam yang selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan tesis dengan judul “ Indeks Rawat Inap di Arab Saudi Jemaah Haji Embarkasi Surabaya dengan Hipertensi ” ini dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Pendidikan S-2 Epidemiologi dan mencapai gelar Magister Epidemiologi (M.Epid) Universitas Airlangga Surabaya.

Tesis ini berisikan tentang faktor risiko dan prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi. Dalam penyusunan tesis ini penulis tidak lepas dari bantuan, masukan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan dengan tulus kepada Dr. Santi Martini, dr., M.Kes, selaku pembimbing ketua yang dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam memberikan bimbingan, semangat dan saran sehingga tesis ini bisa terselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Sri Widati, S.Sos., M.Si, selaku pembimbing kedua yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi dan saran dalam penyempurnaan tesis ini.

Pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., M.T., AK., CMA., CA selaku Rektor Universitas Airlangga Surabaya;

2. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya;

3. Prof. Dr. Chatarina U. W, dr., M.S., M.PH selaku Koordinator Program Studi Magister Epidemiologi sekaligus ketua minat Epidemiologi;

4. Dr. Atik Choirul Hidajah, dr., M. Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi beserta seluruh dosen dan staff;

5. Ketua penguji Dr. Windhu Purnomo, dr., M.S, anggota penguji, Dr. Santi Martini, dr., M.Kes, Dr. Sri Widati, S.Sos., M.Si, Dr. Dr. Atik Choirul Hidajah, dr., M. Kes dan Achmad Faridy Faqih, ST., M.Kes atas kesediaanya menguji dan mengarahkan demi kesempurnaan tesis ini;

6. Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah yang telah memberikan izin untuk melanjutkan pendidikan;

7. Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI beserta seluruh staff yang telah memberikan izin penelitian, dukungan data dan tenaga;

(8)

9. Seluruh rekan mahasiswa S2 Program Magister Epidemiologi angkatan 2014 dan 2015 yang selalu memberikan dorongan serta semangat.

10.Semua pihak yang telah membantu sejak awal penyusunan hingga selesainya tesis ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, semoga bantuan yang diberikan bernilai ibadah.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak terdapat kekurangan, kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Akhirnya, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pihak lain yang menggunakan.

Surabaya, Agustus 2016

(9)

SUMMARY

Health is the main capital for each pilgrim that should be maintained since the beginning of the trip till finish the pilgrimage. Therefore every pilgrim needs to prepare in order to have optimal health status and keep it in order procession ceremony rituals can be performed maximum. Hajj is not a regular trip for a full health risk that could undermine implementation of the pilgrimage. These risk factors should be identified and managed properly to support pilgrimage. The risk factors include spark factor in diseases or factors that can aggravate health conditions of the early pilgrim. Hajj health risk factors can come from the body of the pilgrim, it could also come from the congregation or environmental conditions may be outside pilgrim.

High risk pilgrims are pilgrims with health conditions that the epidemiological risk of illness or death during the pilgrimage. Such conditions include: elderly pilgrims, pilgrims with certain infectious diseases that should not be carried out from Indonesia under the applicable healthrule, pregnant women pilgrims, pilgrims with disabilities related to chronic disease and or certain other diseases. These diseases must be considered by health officials, because it can cause fatal complications when implementing physical activity in the very hot and very cold, human density and high pollution.

Diseases on pilgrims hospitalized in Saudi Arabia during year 2014 were diabetes mellitus as many as 236 cases (16.95%) and hypertension as many as 235 cases (16.88%). These diseases were generally already detected the pilgrims before they left for the pilgrimage in Saudi Arabia. Surabaya was one of embarkation with a high number of pilgrims with most health risks among the 14 Hajj embarkations in Indonesia. Based on the Hajj Committee (PPIH) embarkation Surabaya report In 2015, the number of high risk health pilgrims in 2015 as many as 17.535 people (62.18%), in 2014 as many as 15.694 people (55.82%) increased compared to the year 2013 as many as 13.525 (47.46%). At the end of the examination conducted in Surabaya embarkation found various types of high-risk health. Non-communicable diseases were common disease in the medical examination of the pilgrims. Of some non-communicable diseases were the most common is hypertension.

Hypertension is a disease that most commonly found in health-check on pilgrims in Surabaya embarkation. Pilgrims with hypertension had a higher risk for health problems ranging from mild to severe level in the form of target organ damage such as brain, heart and kidneys that can cause death.

This research was an analytic observational study using case control design. The sample size in this study consisted of a sample of cases as many as 32 people and a control sample as many as 32 people so overall sample as many as 64 people. The sampling technique used in this study was simplerandom sampling. Data were analyzed using descriptive and inferential analysis, in which the inferential analysis used simple logistic regression and multiple logistic regression.

(10)
(11)

ABSTRACT

Hypertension is a disease that most commonly found in health-check on pilgrims in Surabaya embarkation. Pilgrims with hypertension had a higher risk for health problems ranging from mild to severe level in the form of target organ damage such as brain, heart and kidneys that can cause death. This research was an analytic observational study using case control design. The sample size in this study consisted of a sample of cases as many as 32 people and a control sample as many as 32 people so overall sample as many as 64 people. The sampling technique used in this study was simple random sampling. Data were analyzed using descriptive and inferential analysis, in which the inferential analysis used simple logistic regression and multiple logistic regression. The results of this study indicated that there were six variables as candidates for continued multiple logistic regression analysis; age (p value = 0.081), occupation (p value = 0.232), diabetes mellitus (p value = 0.004), cardiovascular (p value = 0.175), hypercholesterolemia (p value = 0.129) and smoking behavior (p value = 0.148). This index is expected to be considered and utilized as a measuring tool in helping health workers, especially the entire team of pilgrims-medical practitioner in undertaking screening on candidate pilgrims with hypertension who are at high risk for hospitalization during a pilgrimage in Saudi Arabia.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN ... i

SAMPUL DALAM ... ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

1.3 Rumusan Masalah ... 17

1.4 Tujuan Penelitian ... 17

1.4.1 Tujuan Umum ... 17

1.4.2 Tujuan Khusus ... 17

1.5 Manfaat Penelitian ... 18

1.5.1 Bagi Peneliti ... 18

1.5.2 Manfaat Ilmiah ... 18

1.5.3 Manfaat Praktis ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ibadah Haji ... 19

2.2 Penyelenggaraan Ibadah Haji ... 19

2.3 Penyelenggaraan Kesehatan Haji ... 20

2.4 Faktor Risiko Kesehatan Jemaah Haji ... 26

2.5 Hipertensi ... 31

2.6 Indikator ... 41

2.7 Indeks ... 42

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 43

(13)

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian ... 46

4.2 Rancang Bangun Penelitian ... 46

4.3 Waktu Penelitian ... 46

4.4 Populasi dan Sampel ... 47

4.4.1 Populasi ... 47

4.4.2 Sampel ... 47

4.4.3 Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 48

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 49

4.5.1 Variabel Penelitian ... 49

4.5.2 Definisi Operasional ... 49

4.6 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ... 51

4.6.1 Jenis Data ... 51

4.6.2 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ... 51

4.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 52

4.7.1 Pengolahan Data ... 52

4.7.2 Analisis Data... 53

BAB V HASIL DAN ANALISIS DATA 5.1 Distribusi Hubungan Antar Variabel ... 55

5.1.1 Distribusi Umur ... 55

5.1.2 Distribusi Jenis Kelamin ... 56

5.1.3 Distribusi Pendidikan ... 56

5.1.4 Distribusi Pekerjaan ... 58

5.1.5 Distribusi Penyakit Diabetes Mellitus ... 59

5.1.6 Distribusi Penyakit Kardiovaskuler ... 60

5.1.7 Distribusi Penyakit Ginjal ... 60

5.1.8 Distribusi Penyakit Hiperkolesterol... 61

5.1.9 Distribusi Obesitas ... 62

5.1.10 Distribusi Perilaku Merokok ... 63

5.1.11 Distribusi Perilaku Kurang Aktifitas ... 63

5.1.12 Distribusi Rawat Inap Pada Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi ... 64

5.2 Variabel Indeks Rawat Inap Kasus Hipertensi Jemaah Haji ... 65

5.3 Probabilitas Rawat Inap Kasus Hipertensi Jemaah Haji... 66

5.4 Cut off Indeks ... 67

5.5 Sensitivitas dan Spesifisitas Indeks Rawat Inap Hipertensi Pada Jemaah Haji ... 68

5.6 Penerapan Formula Indeks Rawat Inap Hipertensi Pada Jemaah Haji.. 69 BAB VI PEMBAHASAN

(14)

6.1.1 Karakteristik Jemaah Haji ... 70

1. Umur ... 70

2. Jenis Kelamin ... 71

3. Pendidikan ... 72

4. Pekerjaan ... 73

6.1.2 Penyakit Penyerta ... 74

1. Penyakit Diabetes Mellitus ... 74

2. Penyakit Kardiovaskuler... 74

3. Penyakit Ginjal ... 75

4. Penyakit Hiperkolesterol ... 76

5. Obesitas ... 76

6.1.3 Perilaku ... 77

1. Merokok... 77

2. Kurang Aktifitas ... 78

6.1.4 Probabilitas Rawat Inap Pada Jemaah Haji Hipertensi ... 79

6.1.5 Penilaian Indeks Rawat Inap Hipertensi Pada Jemaah Haji ... 80

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan ... 81

7.1 Saran ... 82

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Rawat Jalan dan Rawat Inap di Embarkasi 2012 ... 5 Tabel 1.2 Jumlah Rawat Jalan dan Rawat Inap di Arab Saudi 2014 ... 8 Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC ... 33

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 49 Tabel 5.1 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Usia

di Arab Saudi Tahun 2015 ... 55 Tabel 5.2 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan Jenis

Kelamin di Arab Saudi Tahun 2015 ... 56

Tabel 5.3 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan

Pendidikan di Arab Saudi Tahun 2015 ... 57

Tabel 5.4 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan

Pekerjaan di Arab Saudi Tahun 2015 ... 58

Tabel 5.5 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan

Penyakit Diabetes Melitus di Arab Saudi Tahun 2015 ... 59

Tabel 5.6 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan

Penyakit Kardiovaskuler di Arab Saudi Tahun 2015 ... 60

Tabel 5.7 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan

Penyakit Ginjal di Arab Saudi Tahun 2015 ... 61

Tabel 5.8 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan

Penyakit Hiperkolesterol di Arab Saudi Tahun 2015... 62 Tabel 5.9 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan

Obesitas di Arab Saudi Tahun 2015 ... 62 Tabel 5.10 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan

Perilaku Merokok di Arab Saudi Tahun 2015 ... 63 Tabel 5.11 Distribusi Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi Berdasarkan

Perilaku Kurang Aktivitas di Arab Saudi Tahun 2015 ... 64 Tabel 5.12 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana Rawat Inap

Jemaah Haji Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 ... 64 Tabel 5.13 Hasil Akhir Analisis Regresi Ganda Rawat Inap Jemaah Haji

Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 ... 65 Tabel 5.14 Skoring Variabel Indeks Rawat Inap Jemaah Haji Hipertensi

di Arab Saudi Tahun 2015 ... 67 Tabel 5.15 Sensitifitas dan spesifisitas Indeks Rawat Inap Pada Jemaah Haji

Hipertensi di Arab Saudi Tahun 2015 ... 68 Tabel 5.16 Penerapan Formula Indeks Rawat Inap Pada Jemaah Haji

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Persentase Jemaah Haji Indonesia Risiko Tinggi Kesehatan Tahun

2012-2015 ... 4

Gambar 1.2 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan di Embarkasi ... 6

Gambar 1.3 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap di Embarkasi ... 7

Gambar 1.4 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak Rawat Jalan di Arab Saudi ... 9

Gambar 1.5 Jumlah 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap di Arab Saudi ... 10

Gambar 1.6 Jumlah Risiko Tinggi Kesehatan Embarkasi Surabaya... 11

Gambar 1.7 Jumlah 5 Faktor Risiko Tinggi Kesehatan Terbanyak di Embarkasi Surabaya ... 12

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 43

Gambar 5.1 Distrbusi Tingkat Pendidikan Jemaah Haji dengan Hipertensi ... 57

Gambar 5.2 Distribusi Jenis Pekerjaan Jemaah Haji dengan Hipertensi ... 58

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4

Lembar Pengumpulan Data Surat Izin Penelitian

(18)

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH BPHI = Balai Pengobatan Haji Indonesia DM = Diabetes Mellitus

HT = Hipertensi

IRT = Ibu Rumah Tangga JCH = Jemaah Calon Haji

Kemenkes RI = Kementerian Kesehatan Republik Indonesia KKP = Kantor Kesehatan Pelabuhan

KLB = Kejadian Luar Biasa Kloter = KelompokTerbang OR = Odds Ratio

PNS = Pegawai Negeri Sipil

PPIH = PanitiaPenyelenggaraIbadah Haji PT = Perguruan Tinggi

Risti = RisikoTinggi

ROC = Receiver Operating Characteristic

SD = Sekolah Dasar

SMP = Sekolah Menengah Pertama SMA = Sekolah Menengah Atas

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ibadah Haji adalah rukun Islam ke lima yang wajib ditunaikan oleh setiap umat Islam yang mampu memenuhi syarat istitho’ah sekali dalam seumur hidupnya. Rukun Islam yang ke lima ini merupakan ibadah fisik dan mempunyai karakteristik khusus yaitu harus dilakukan pada waktu dan tempat tertentu, yaitu di bulan Dzulhijah dan di kota Makkah Saudi Arabia. Pelaksanaan ibadah haji bersifat kompleks karena perlu persiapan mental, fisik, biaya, serta perlu pengetahuan tentang syarat, rukun, dan wajib haji (Mawardi, 2015).

Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 menyatakan bahwa penyelenggaraan ibadah haji adalah tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah. Pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji diselenggarakan secara inter departemental, dengan sistem dan manajemen penyelenggaraan yang terus ditingkatkan agar pelaksanaannya dapat berjalan aman, tertib, lancar, dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama Islam. Kementerian Kesehatan adalah salah satu kementerian yang terkait dan bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan haji. Penyelenggaraan kesehatan haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya kepada jemaah haji dalam

(20)

kondisi kesehatan jemaah haji. Upaya pembinaan dan pelayanan kesehatan ini dilakukan sejak sebelum keberangkatan ke Arab Saudi, di perjalanan pergi dan pulang, selama di Arab Saudi dan hingga 14 hari setelah kembali ke tanah air. Dalam melaksanakan upaya-upaya tersebut diperlukan kerjasama dari semua pihak terkait ditingkat pusat dan daerah (Pusat Kesehatan Haji, 2012).

Kesehatan adalah modal utama bagi setiap jemaah haji yang harus tetap terpelihara sejak awal perjalanan hingga selesai menunaikan ibadah haji. Oleh karena itu setiap jemaah haji perlu menyiapkan diri agar memiliki status kesehatan optimal dan mempertahankannya agar prosesi ritual peribadatan dapat dilakukan dengan maksimal. Perjalanan haji bukanlah perjalanan biasa karena penuh risiko kesehatan yang dapat menganggu pelaksanaan ibadah haji. Faktor risiko kesehatan tersebut harus diketahui dan dikelola dengan baik untuk mendukung istito’ah ibadah haji (Achmadi, 2012).

(21)
(22)

Sumber: Siskohatkes Kementerian Kesehatan RI

Gambar1.1 Persentase jemaah haji Indonesia risiko tinggi kesehatan 2012-2015

(23)

angka kematian yang mungkin terjadi pada jemaah haji. Angka kesakitan jemaah haji Indonesia dapat dilihat dari jumlah rawat jalan dan rawat inap di tanah air (Embarkasi-Debarkasi) dan di Arab Saudi. Angka kesakitan Jemaah haji di Embarkasi di tanah air dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jumlah rawat jalan dan rawat inap di Embarkasi Tahun 2012 No Embarkasi Jemaah Jumlah Rawat Jalan Rawat Inap

Jumlah Persen Jumlah Persen

1 Aceh (BTJ) 3989 855 5,1 0 0,0

Sumber : Profil Kesehatan Haji 2013

(24)

Berdasarkan pemeriksaan kesehatan jemaah haji di Embarkasi, dapat diketahui beberapa jenis penyakit yang diderita oleh jemaah haji. Urutan terbanyak penyakit penyebab rawat jalan disajikan pada Gambar 1.2

Sumber : Pusat Kesehatan Haji 2013

Gambar 1.2 Sepuluh (10) penyakit terbanyak rawat jalan di Embarkasi 2012

(25)

Jemaah haji yang mengalami penyakit yang bertambah berat dan memerlukan rawat inap segera dirujuk ke Rumah Sakit rujukan untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih intensif. Distribusi jenis penyakit jemaah haji yang rawat inap di Embarkasi dapat dilihat pada Gambar 1.3

Sumber : Pusat Kesehatan Haji 2013

Gambar 1.3 Sepuluh (10) penyakit terbanyak rawat inap di Embarkasi 2012

(26)

Penyakit diabetes mellitus dan hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang banyak ditemukan pada jemaah haji ketika melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan ketanah suci. Jemaah haji yang berangkat ke Arab Saudi dengan penyakit tersebut secara otomatis mempunyai risiko tinggi untuk sakit bahkan kematian pada saat menjalankan kegiatan ibadah haji karena kurang istirahat atau kurang tidur dan tidak disiplin dalam minum obat.

Jemaah haji yang sakit selama melaksanakan ibadah haji di tanah suci mendapatkan pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu berupa pengobatan dan perawatan di sarana rawat jalan maupun rawat inap sesuai dengan tingkat keparahan penyakit yang diderita oleh jemaah haji. Jumlah jemaah haji yang datang ke sarana pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap di Arab Saudi dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap jemaah haji di Arab Saudi Tahun 2014

Daerah Kerja Rawat Jalan Persentase Rawat inap Persentase

Makkah 289.234 72,56 1.701 72,76

Madinah 70.706 17,74 419 17,92

Jeddah 1.880 0,47 142 6,07

Arafah 8.876 2,23 19 0,81

Muzdhalifah 401 0,10 0 0,0

Mina 27.533 6,90 57 2,44

Jumlah 398.630 100 2.338 100

(27)

Tabel 1.2 menunjukkan jumlah jemaah haji yang sakit berdasarkan tempat pelayanan kesehatan di Arab Saudi dengan jumlah kumulatif rawat jalan sebanyak 389.630 orang (99,42%) dan rawat inap sebanyak 2.338 orang (0,58%). Artinya selama melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi masih banyak jemaah haji yang menderita sakit sehingga harus mendapatkan pelayanan kesehatan baik rawat inap maupun rawat jalan.

Berdasarkan data yang terekam dalam sistem informasi kesehatan haji Indonesia Kementerian Kesehatan RI (siskohatkes), jenis penyakit terbanyak pada jemaah haji yang dirawat jalan selama di Arab Saudi di Arab Saudi adalah

commond cold sebanyak 89.715 kasus dan hipertensi menduduki peringkat tertinggi kedua dengan jumlah 42.997 kasus. Distribusi jenis penyakit terbanyak rawat jalan di Arab Saudi dapat dlihat pada Gambar 1.4

(28)

Penyakit terbanyak pada jemaah haji yang dirawat inap selama di Arab Saudi menunjukan bahwa kelompok penyakit tidak menular lebih banyak dibandingkan dengan kelompok penyakit menular. Penyakit tidak menular tersebut adalah diabetes mellitus sebanyak 236 kasus dan hipertensi di urutan kedua sebanyak 235 kasus. Penyakit-penyakit tersebut pada umumnya sudah terdeteksi pada jemaah haji sebelum mereka berangkat melaksanakan ibadah haji ke Arab Saudi. Distribusi jenis penyakit terbanyak pada jamaah haji yang dirawat inap selama di Arab Saudi dapat dilihat pada Gambar 1.5.

Sumber : Siskohatkes Kemenkes RI

(29)

Embarkasi Surabaya adalah salah satu embarkasi dengan jumlah jemaah haji dengan risiko tinggi kesehatan urutan kedua terbanyak di antara 14 embarkasi haji di Indonesia. Berdasarkan laporan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya Tahun 2015, jumlah jemaah haji risiko tinggi kesehatan pada tahun 2015 sebanyak 17.535 orang (62,18%); tahun 2014 sebanyak 15.694 orang (55,82%); dan tahun 2013 sebanyak 13.525 (47,46%). Jumlah jemaah haji risiko tinggi kesehatan di Embarkasi Surabaya disajikan pada Gambar 1.6

Sumber : KKP Kelas I Surabaya 2015

Gambar 1.6 Jumlah jemaah risiko tinggi kesehatan Embarkasi Surabaya Tahun 2009-2015

(30)

karena adanya kebijakan pemerintah mendahulukan CJH usia lanjut untuk melaksanakan ibadah haji.

Pada pemeriksaan akhir yang dilakukan di Embarkasi Surabaya ditemukan berbagai jenis risiko tinggi kesehatan. Penyakit tidak menular merupakan penyakit yang banyak ditemukan pada pemeriksaan kesehatan jemaah haji. Dari beberapa penyakit tidak menular tersebut yang paling banyak ditemukan adalah penyakit hipertensi. Jenis risiko tinggi kesehatan terbanyak di sajikan pada Gambar 1.7.

Sumber : KKP Kelas I Surabaya 2015

Gambar 1.7 Lima (5) faktor risiko tinggi kesehatan terbanyak di Embarkasi Surabaya Tahun 2015

(31)

3.347 kasus, NIDDM 2.415 kasus dan obesitas 713 kasus. Hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan pada pemeriksaan kesehatan jemaah haji di Embarkasi Surabaya. Jemaah haji dengan hipertensi memiliki risiko tinggi untuk mengalami gangguan kesehatan mulai dari tingkat ringan hingga berat yaitu berupa kerusakan target organ seperti otak, jantung dan ginjal yang dapat menyebabkan kematian.

1.2 Kajian Masalah

Berdasarkan Gambar 1.6 diketahui bahwa jumlah jemaah haji dengan risiko tinggi kesehatan di Embarkasi Surabaya pada tahun 2015 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berbagai macam risiko kesehatan yang teridentifikasi pada jemaah calon haji pada saat pelaksanaan pemeriksaan akhir di Embarkasi Surabaya, didapatkan bahwa risiko tinggi yang paling banyak adalah hipertensi, oleh karena itu perlu adanya perhatian khusus terhadap riwayat kesehatan pada jemaah haji sebelum berangkat ke tanah suci untuk menjalankan ibadah haji, terutama pada jemaah dengan hipertensi.

(32)

memberatkan kondisi seseorang yang mengalami hipertensi pada seseorang meliputi faktor yang tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, ras, dan faktor yang dapat diubah seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol dan makanan yang banyak mengandung lemak atau garam, dan stress. Seseorang yang berisiko terkena hipertensi adalah orang yang berusia diatas 55 tahun (Cahyono, 2008).

Bila ditinjau perbandingan prevalensi hipertensi antara perempuan dan laki-laki ternyata menunjukan angka yang bervariasi. Pada umumnya laki-laki lebih banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi seperti merokok, konsumsi alkohol dan pola makan yanag tidak terkontrol (Suiraoka, 2012). Pendidikan rendah berisiko tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan tingkat pendidikan tinggi. Orang dengan pendidikan rendah cenderung kurang pengetahuan terhadap kesehatan dan sulit/lambat dalam menerima informasi yang diberikan petugas, sehingga berdampak pada perilaku pola hidup sehat. Individu yang bekerja berisiko rendah untuk terkena hipertensi. Pekerjaan berpengaruh terhadap aktifitas fisik seseorang. Orang yang tidak bekerja aktivitasnya tidak banyak sehingga dapat meningkatkan kejadian hipertensi.

(33)

menghilang (kaku) dan berkurang dalam mengatur tekanan darah akibatnya akan terjadi peningkatan tekanan darah (Harefa, 2009). Hipertensi juga dapat dipengaruhi oleh kadar gula darah. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mutmainah (2013) diketahui bahwa terdapat hubungan antara kadar gula darah puasa dengan hipertensi pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Kadar insulin berlebih pada penderita DM tersebut menimbulkan peningkatan retensi natrium oleh tubulus ginjal yang dapat menyebabkan hipertensi.

Obesitas juga dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kolesterol dalam tubuh yang memicu terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan tahanan perifer pembuluh darah. Selain itu pasien hipertensi dengan obesitas akan memiliki curah jantung dan sirkulasi volume darah lebih tinggi dari pada hipertensi yang tidak obesitas. Dengan demikian beban jantung dan sirkulasi volume darah orang hipertensi dengan obesitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal (Susanto, 2010).

(34)

meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah.

Faktor kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena pada umumnya cenderung mengalami kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, tekanan yang dibebankan pada arteri bertambah dan menyebabkan kenaikan tekananan darah (Triyanto, 2014).

Hipertensi merupakan faktor risiko tinggi yang terbanyak ditemukan setiap tahun pada jemaah haji di Indonesia. Berbagai manifestasi klinis dari ringan sampai berat dapat menyertai perjalanan penyakit hipertensi. Seseorang yang mempunyai penyakit hipertensi harus memperhitungkan berbagai kemungkinan gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan ketidakmampuannya dalam melaksanakan ibadah selama di tanah suci. Petugas kesehatan yang mendampingi jemaah haji selama di Arab Saudi selalu berupaya untuk mengamankan kondisi kesehatan jemaah haji agar selalu sehat. Berbagai upaya preventif, promotif dan kuratif dilakukan agar berbagai macam kemungkinan gangguan kesehatan akibat hipertensi dapat dikendalikan dan dikurangi.

(35)

dijadikan sebagai prediktor, selanjutnya dibuat formula indeks prediksi yang bertujuan untuk meramalkan atau memprediksi besar peluang atau risiko rawat inap jemaah haji dengan hipertensi, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan untuk mengatasi persoalan hipertensi pada jemaah haji agar angka kejadian rawat inap hipertensi pada jemaah haji menurun di Arab Saudi.

1.3 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “ Bagaimanakah indeks rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi ? ”.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Menyusun indeks rawat inap jemaah haji dengan hipertensi di Arab Saudi.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis karakteristik jemaah haji (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan obesitas) yang dapat dijadikan sebagai prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi.

2. Menganalisis penyakit penyerta (Diabetes mellitus, kardiovaskuler, ginjal dan hiperkolesterol) yang dapat dijadikan sebagai prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi.

(36)

4. Menentukan status risiko rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi di Arab Saudi.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor risiko yang berhubungan dengan rawat inap jemaah haji dengan hipertensi.

1.5.2 Manfaat Ilmiah

a. Memberikan informasi tentang faktor determinan rawat inap pada jemaah haji sebagai dasar pertimbangan penyusunan strategi yang tepat untuk perencanaan, pencegahan, promosi dan intervensi dalam upaya menurunkan angka kesakitan jemaah haji dengan hipertensi.

(37)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ibadah Haji

Ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi setiap orang Islam yang mampu menunaikannya. Ibadah haji disebut ibadah fisik karena dalam pelaksanaannya memerlukan kesiapan fisik. Calon jemaah haji adalah warga negara Indonesia yang beragama Islam dan telah mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Jemaah haji adalah warga negara Indonesia yang beragama Islam dan telah berangkat untuk menunaikan ibadah haji di Arab Saudi sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Pada pelaksanaan ibadah haji terdapat dua kegiatan yang harus dipenuhi yaitu rukun haji dan wajib haji. Rukun haji adalah serangkaian kegiatan yang harus dilakukan dan tidak dapat diganti dengan denda, jika tidak dikerjakan maka ibadah hajinya tidak sah. Sedangkan wajib haji adalah serangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji, jika tidak dikerjakan maka hajinya tetap sah tetapi dikenakan denda. Setiap jemaah haji harus melaksanakan semua rukun haji agar hajinya sah walau dalam keadaan apapun (Kementerian Agama RI, 2011)

2.2 Penyelenggaraan Ibadah Haji

(38)

administrasi, bimbingan ibadah haji, akomodasi, transportasi, pelayanan kesehatan, dan hal-hal lain yang diperlukan oleh jemaah haji (UU No.13, 2008)

2.3 Penyelenggaraan Kesehatan Haji

2.3.1 Definisi

Penyelenggaraan kesehatan haji adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan haji yang meliputi pemeriksaan kesehatan, bimbingan dan penyuluhan kesehatan haji, pelayanan kesehatan, imunisasi, surveilans, Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan respon Kejadian Luar Biasa (KLB), penanggulangan KLB dan musibah massal, kesehatan lingkungan dan manajemen penyelenggaraan kesehatan haji (Permenkes RI No.442, 2009).

Tujuan

1. Meningkatkan kondisi kesehatan jemaah haji sebelum keberangkatan.

2. Menjaga agar jemaah haji dalam kondisi sehat selama menunaikan ibadah haji sampai tiba kembali di tanah air.

3. Mencegah terjadinya transmisi penyakit menular yang mungkin terbawa keluar atau terbawa masuk oleh jemaah haji.

2.3.2 Asas

(39)

1. Perikemanusiaan

2. Pemberdayaan dan kemandirian 3. Adil dan merata

4. Pengutamaan dan manfaat 2.3.3 Kebijakan

1. Melaksanakan perekrutan tenaga kesehatan yang professional secara transparan

2. Meningkatkan kemampuan teknis medis petugas pemeriksa kesehatan jemaah haji di tingkat Puskesmas dan Rumas Sakit

3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit dengan menerapkan standar pelayanan bagi jemaah haji

4. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi jemaah haji di Puskesmas, Rumah Sakit dan Embarkasi

5. Melaksanakan pembinaan kesehatan sejak dini bagi jemaah haji risiko tinggi 6. Memberikan vaksinasi meningitis meningokokus bagi jemaah haji dan petugas 7. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu, cepat dan terjangkau bagi

jemaah haji selama menunaikan ibadah haji

8. Mengembangkan sistem informasi manajemen kesehatan haji pada setiap jenjang administrasi kesehatan

9. Mengembangkan sistem kewaspadaan dini dan respon cepat KLB, bencana, serta musibah missal

(40)

2.3.4 Strategi

1. Meningkatkan kemampuan penyelenggaraan kesehatan haji yang didukung tenaga professional

2. Meningkatkan upaya pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan dengan pendekatan manajemen risiko dan kemandirian jemaah haji

3. Meningkatkan surveilans epidemiologi, SKD-respon KLB dan sistem informasi manajemen kesehatan haji

4. Memperkuat kemampuan pecegahan dan penanggulangan KLB dan musibah massal dengan menekankan pengendalian faktor risiko, imunisasi dan kesiapsiagaan

5. Meningkatkan mutu dan kecukupan sediaan farmasi, alat kesehatan dan logistik kesehatan haji

6. Mengembangkan kajian dan penelitian serta penerapan teknologi bagi penyelenggaraan kesehatan haji

7. Meningkatkan kerjasama dan kemitraan lintas program, sektor, pusat dan daerah, bilateral dan multilateral dalam penyelenggaraan kesehatan haji 2.3.5 Ruang Lingkup Kegiatan

1. Bimbingan, penyuluhan dan pelayanan kesehatan

2. Pengendalian faktor risiko kesehatan dan penyehatan lingkungan 3. Promosi dan komunikasi publik

4. Kajian dan penelitian

(41)

2.3.6 Pengorganisasian

Program kesehatan haji dilaksanakan oleh berbagai unit utama di Kementerian Kesehatan. Oleh karena itu diperlukan koordinasi dalam penyelenggaraan program dan operasional penyelenggaraan kesehatan haji dengan membentuk panitia penyelenggara kesehatan haji pusat dengan tugas pokok dan fungsi yang disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan dan ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan. Apabila diperlukan panitia ini dapat membentuk Tim Operasional Penyelenggara Kesehatan Haji.

2.3.7 Pelayanan Kesehatan

(42)

1. Pelayanan Kesehatan di Daerah

Perjalanan ibadah haji merupakan perjalanan dengan kondisi matra haji, sehingga memerlukan persiapan kesehatan yang memadai agar ibadah haji dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, sebelum keberangkatan ke tanah suci, jemaah haji memeriksakan kesehatannya ke unit pelayanan pemeriksa kesehatan haji di daerah. Pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan haji meliputi pemeriksaan pertama yang merupakan pemeriksaan dasar di Puskesmas bagi semua jemaah haji dan pemeriksaan kedua yang merupakan pemeriksaan rujukan bagi jemaah haji yang dirujuk oleh unit pelaksana pemeriksa kesehatan pertama sesuai dengan status kesehatan setiap jemaah haji serta pelaksanaan imunisasi meningitis bagi jemaah haji Indonesia.

(43)

menerbitkan surat keterangan kesehatan jemaah haji dan dicatat dalam Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH). Buku kesehatan jemaah haji ini akan menjadi salah satu dokumen kesehatan yang akan diperiksa sebelum keberangkatan oleh petugas di Embarkasi haji.

2. Pelayanan Kesehatan di Embarkasi/Debarkasi

Rangkaian pemeriksaan jemaah haji pada saat kedatangan di embarkasi haji adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan kesehatan semua jemaah haji saat tiba di embarkasi terdiri dari pemeriksaan dokumen kesehatan (BKJH dan surat keterangan imunisasi meningitis), pemeriksaan kesehatan jemaah haji, rujukan jemaah haji yang sakit ke Rumah Sakit rujukan embarkasi.

b. Pelayanan di poliklinik embarkasi dan debarkasi bagi jemaah haji yang sakit atau konsultasi kesehatan pada saat tiba di embarkasi/debarkasi. c. Rujukan dan perawatan medis di Rumah Sakit bagi jemaah haji sakit yang

dirujuk oleh PPIH bidang kesehatan embarkasi/debarkasi.

d. Rujukan ke daerah tempat tinggal bagi jemaah haji sakit yang dirujuk oleh PPIH bidang kesehatan.

e. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji pada saat kepulangan (debarkasi). f. Pemberian alert card K3JH kepada setiap jemaah haji.

3. Pelayanan Kesehatan di Arab Saudi

(44)

Rumah Sakit Arab Saudi. Pelayanan kesehatan ini hanya bersifat pasif, karena hanya menerima rujukan jemaah haji yang sakit.

2.4 Faktor Risiko Kesehatan Jemaah Haji

Pengertian awal dari risiko atau risk adalah probability of particular adverse effect atau prediksi kemungkinan buruk kondisi seseorang. Faktor risiko adalah faktor yang berperan dalam setiap kejadian penyakit dan akhirnya dapat menimbulkan gangguan kesehatan hingga akhirnya akan mengurangi kesempurnaan jalannya ibadah haji. Faktor risiko tersebut antara lain meliputi pencetus kejadian penyakit maupun faktor yang dapat memperberat kondisi awal kesehatan jemaah haji (Achmadi, 2012). Berdasarkan An Epidemiological Model for Health Policy Analysis, bahwa untuk menganalisa faktor penyakit adalah lingkungan, gaya hidup, biologi manusia, dan sistem pelayanan kesehatan diasumsikan memiliki pengaruh yang sama (Dever, 1984). Faktor risiko yang ada pada jemaah haji terdiri dari :

2.4.1 Faktor Karakteristik Individu a. Usia

(45)

b. Gender

Jemaah haji Indonesia sebagian besar terdiri dari jenis kelamin perempuan. Secara fisik perempuan lebih lemah dan cenderung anemis sehingga memiliki kondisi awal yang lebih buruk dibanding lai-laki. c. Pengetahuan

Sebagian besar jemaah haji Indonesia berpendidikan sekolah dasar. Latar pendidikan rendah dengan tingkat pengetahuan dan wawasan yang terbatas merupakan salah satu penyulit yang akan meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan pada diri jemaah haji tersebut.

d. Status gizi

Berdasarkan profil kesehatan haji Indonesia tahun 2013, sebagian besar pekerjaan jemaah haji Indonesia adalah petani. Umumnya petani berasal dari pedesaan dan diasumsikan dengan keadaan sosial ekonomi yang terbatas sehingga dapat berdampak kurang baik pada kondisi gizi dan kesehatannya

e. Status risiko tinggi (ada tidaknya penyakit yang diderita)

(46)

masalah kesehatan yang dapat mengganggu jalannya ibadah haji, sehingga perlu menjadi perhatian bagi petugas kesehatan.

2.4.2 Faktor Perilaku a. Merokok

Merokok dapat merusak dinding pembuluh darah dan mempercepat proses pergeseran pembuluh darah arteri (Cahyono, 2008). Apabila jemaah haji mempunyai kebiasaan merokok selama di tanah air, maka ini akan memperburuk kondisinya selama di Arab Saudi karena kondisi cuaca di Arab Saudi mempunyai tingkat kelembaban yang sangat rendah dengan suhu udara yang sangat tinggi sehingga rentan terhadap munculnya penyakit system pernafasan (Rudiyanto, 2013)

b. Kurang aktivitas fisik

Kurang melakukan aktivitas fisik secara rutin dapat berisiko terhadap kesehatan jantung, serebrovaskuler, endokrin dan metabolik (Bustan, 2015). Berkaitan dengan persiapan fisik dalam menghadapi ibadah haji dengan medan lingkungan yang berat, maka penting untuk melakukan aktivitas fisik secara rutin sejak dini sewaktu masih berada di tanah air. Untuk melaksanakan perjalanan ibadah haji diperlukan kondisi fisik yang ideal sehingga dapat menjalankan ibadah haji dengan lancer (Achmadi, 2012)

c. Kedisiplinan minum obat

(47)

membawa obat-obatan yang biasa dikonsumsi untuk mengontrol penyakit yang diderita. Kesibukan dalam kegiatan ibadah haji dapat mengakibatkan mereka kurang memperhatikan dalam mengkonsumsi obat sehingga kondisinya menjadi tidak terkontrol bahkan menjadi lebih buruk dan dapat menyebabkan kesakitan yang berat bahkan kematian.

2.4.3 Faktor Lingkungan a. Suhu

Kota Madinah merupakan kota dengan suhu terendah jika dibandingkan dengan kota Jeddah atau Makkah. Penyakit yang dapat timbul akibat pengaruh musim dingin adalah seperti kulit bersisik di sertai gatal, infeksi pernafasan, gangguan otot dan tulang, bibir pecah-pecah, dehidrasi, jantung, astma dan rematik yang dapat memperberat penyakit yang sudah di derita sebelumya.

b. Kelembaban

Arab Saudi mempunyai kelembaban udara yang rendah pada musim dingin atau musim panas. Kelembaban rata-rata harian lebih rendah atau dibawah normal (<65%). Keadaan ini akan meningkatkan evaporasi cairan tubuh sepanjang hari yang dapat mengakibatkan tubuh mnejadi kekurangan cairan (dehidrasi).

2.4.4 Faktor Pelayanan Kesehatan a. Sarana

(48)

berhubungan dengan aksesibilitas dan kelengkapan peralatan dan obat. Setiap jemaah haji memiliki hak yang sama dalam memperoleh kemudahan akses pelayanan dan pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa memandang perbedaan antar individu. Kementerian Kesehatan setiap tahunnya selalu berupaya memperbaiki dan menyempurnakan sarana pelayanan kesehatan di Arab Saudi agar tercapai target pelayanan kesehatan jemaah haji yang optimal (Profil Kesehatan Haji, 2012)

b. Jumlah petugas

Kementerian Kesehatan melakukan pemilihan dan pengerahan tenaga kesehatan haji ke Arab Saudi yang menjadi bagian dari PPIH Arab Saudi bidang kesehatan. Kebutuhan jumlah petugas atau tenaga kesehatan harus terpenuhi dengan memperhatikan jumlah jemaah haji yang berangkat agar pelayanan kesehatan dapat diberikan dengan baik.jumlah petugas sangat pentinguntuk menunjang pelayanan kesehatan saat pelaksanaan ibadah haji (Profil Kesehatan Haji, 2012).

c. Kemampuan petugas

(49)

2.5 Hipertensi

2.5.1 Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan angka kematian. Keadaan tersebut apabila tekanan darah sistole (systolic blood pressure) sama dengan 140 mmHg atau lebih secara terus menerus dan tekanan darah diastole (diastolic blood pressure) sama dengan 90 mmHg atau lebih sesuai dengan criteria WHO atau memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya (Suiraoka, 2012)

2.5.2 Manifestasi Klinis

Hipertensi disebut juga “ the silent killer” karena individu biasanya tidak menyadari keberadaannya, dan oleh karena itu setiap orang perlu melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur (Bustan, 2015). Hal ini sesuai dengan kedatangannya yang tidak terduga dan tanpa menunjukkan adanya gejala tertentu. Seringkali penderita hipertensi baru mengetahui setelah penyakit hipertensi yang dideritanya menyebabkan berbagai komplikasi (Suiraoka, 2012). Gejala klinis yang paling sering dialami pada penderita hipertensi adalah pusing, sakit kepala, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, pengelihatan kabur, mimisan, rasa berat di tengkuk, mudah lelah dan mata berkunang-kunang (Triyanto, 2014)

(50)

2.5.3 Penyebab

Menurut penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu : a. Hipertensi essensial / primer

Hipertensi essensial atau primer adalah hipertensi yang belum diketahui dengan pasti penyebabnya secara jelas. Mekanisme yang bertanggung jawab menyebabkan hipertensi ini adalah berbagai sistem yang terlibat dalam pengaturan tekanan arteri perifer dan atau adrenergik sentral, renal, hormonal, vaskuler dan kompleksnya hubungan sistem-sistem ini antara satu dan lainnya (Harrison, 2000). Prevalensinya mencapai 90% dari seluruh penyakit hipertensi. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50 tahun dan tidak ditemukan penyakit renovaskuler, aldosteronism, pheochromocytoma, gagal ginjal dan penyakit lainnya. Faktor genetik dan ras diduga merupakan penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk faktor lain seperti stress, konsumsi alkohol, merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup (Triyanto, 2012)

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya sudah diketahui dengan pasti, yaitu antara lain akibat gangguan ginjal, gangguan kelenjar tiroid dan gangguan kelenjar adrenalin. Prevalensinya ≤ 10% dari seluruh penderita penyakit hipertensi.

(51)

2.5.4 Klasifikasi

Hipertensi dikelompokkan berdasarkan peningkatan tekanan darah sistole dan diastole. Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report of The Joint National (JNC 7) dapat dihat pada tabel 2.1

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Dastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

Pra hipertensi 120 – 139 80 - 89

Hipertensi stadium I 140 – 159 90 – 99

Hipertensi stadium II ≥ 160 ≥ 100

2.5.5 Faktor Risiko

Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibedakan menjadi faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol (Suiraoka, 2012).

a. Faktor yang dapat dikontrol 1. Obesitas

(52)

(p=0.000) dengan nilai rasio prevalensi (RP) sebesar 2,16 (CI 1,32-2,24). Pada penelitian lain mengidentifikasi bahwa semakin tinggi tingkat obesitas seseorang, maka akan semakin besar risiko untuk menderita hipertensi (Anggara, 2014).

2. Aktivitas Fisik

Pada orang yang kurang aktivitas fisik cenderung memiliki curah jantung yang lebih tinggi. Semakin tinggi curah jantung, maka semakin keras kerja setiap kontraksi sehingga semakin besar oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Kurang aktivitas fisik juga berisiko meningkatkan kelebihan berat badan (Suiraoka, 2012; Triyanto, 2014). Berdasarkan hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa kurang aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dengan OR = 2,67 ; CI 95% ; 1,20 – 5.90 (Wahiduddin, dkk., 2013)

3. Merokok

(53)

4. Konsumsi Lemak Jenuh

Asupan lemak jenuh dapat mengakibatkan dislipidemia yang merupakan salah satu faktor utama aterosklerosis, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada kejadian penyakit kardiovaskuler (Suiraoka, 2012). Hasil penelitian Sugiharto 2007 menunjukkan bahwa konsumsi lemak jenuh merupakan faktor terjadinya hipertensi (p=0,001) dengan OR = 7,72 (CI ; 2,45 – 24,38).

5. Konsumsi Garam Berlebihan

Konsumsi garam dapur berlebihan dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler. Keadaan ini akan meningkatkan volume cairan pada ekstraseluler yang menyebabkan peningkatan volume darah sehingga berdampak pada kenaikan tekanan darah (Sutanto, 2010)

6. Konsumsi Alkohol

Pada individu yang mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan sintesis katekolamin yang dapat memicu kenaikan tekanan darah (Suiraoka, 2012). Penelitian Diyan menunjukkan bahwa konsumsi alkohol berhubungan positif dengan kejadian hipertensi (p=0,001) dengan OR = 4,3; 95% ; CI ; 1,86 – 10,28.

7. Stres

(54)

darah (Susanto, 2008). Hasil penelitian lain didapatkan bahwa faktor psikologis stres mempengaruhi terjadinya hipertensi dengan OR = 3,28;CI:1,05-10,26 (Elvirah, F.,dkk., 2011)

b. Faktor yang tidak dapat dikontrol 1. Riwayat keluarga (genetik)

Faktor genetik mempunyai peranan yang besar terhadap kejadian hipertensi. Pada penyakit hipertensi primer didapatkan pada orang dengan riwayat keluarga dengan hipertensi sebesar 70-80%. Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Apabila didalam keluarga terdapat riwayat hipertensipada orang tuanya, maka orang tersebut memiliki kemungkinan terkena hipertensi sebesar 25%. Faktor keturunan memang memiliki peran yang besar terhadap munculnya hipertensi. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar homozigot jika dibandingkan dengan heterozigot (Sutanto, 2010 ; Triyanto, 2014). Penelitian Sugiharto 2007 menunjukkan hasil bahwa riwayat keluarga dengan hipertensi mempengaruhi terjadinya hipertensi (p=0,001) dengan OR=4.04 (95% CI;1,92-8,47).

2. Jenis kelamin

(55)

mengalami peningkatan hipertensi setelah memasuki masa menopause (Suiraoka, 2012).

3. Umur

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi, semakin bertambah usia seseorang maka semakin besar risiko aterosklerosis. Hilangnya elastisitas pembuluh darah dan aterosklerosis merupakan penyebab hipertensi pada usia tua (Sutanto, 2010). Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto 2007 menunjukkan bahwa umur menjadi faktor risiko hipertensi (p=0.001) dengan OR=4,76 (CI 95% 2,0 – 11,50).

2.5.6 Komplikasi

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang akan memberi gejala lanjut ke suatu target organ. Semakin lama tekanan yang berlebihan pada dinding arteri akan merusak banyak organ vital dalam tubuh. Bila tidak segera dikendalikan maka akan menyebabkan komplikasi sesuai dengan target organ yang paling dipengaruhi.

a. Otak 1. Stroke

(56)

2. Dimensia

Dimensia atau penurunan daya ingat dapat terjadi karena hipertensi. Umumnya risiko untuk dimensia meningkat pada usia 70 tahun keatas (Suiraoka, 2012).

b. Sistem kardiovaskuler 1. Infark miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat menyuplai oksigen yang cukup ke otot jantung. Akibatnya kebutuhan oksigen otot jantung tidak dapat terpenuhi dan terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark (Triyanto, 2014).

2. Aneurisma

Adalah penggelembungan pada arteri akibat dari pembuluh darah tidak elastis lagi yang ditandai dengan gejala sakit kepala yang hebat. Sering terjadi pada arteri otak atau pada aorta bagian bawah. Jika terjadi kebocoran atau pecah sangat fatal akibatnya.

3. Arterosklerosis

(57)

c. Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal (glomelorus). Rusaknya glomelorus tersebut akan mengakibatkan aliran darah ke nefron terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian (Triyanto, 2014)

d. Mata

Hipertensi mempercepat penuaan pada pembuluh darah halus mata, bahkan dapat menyebabkan kebutaan. (Suiraoka, 2012)

2.5.7 Prognosis Hipertensi (Bustan, 2015).

Hipertensi akan berakibat lanjut sesuai dengan target organ yang diserangnya apabila dibiarkan tanpa pengobatan. Prognosis penyakit pada penderita hipertensi dipengaruhi oelh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Penyebab Hipertensi

Penemuan penyebab utama dari hipertensi sangat mempengaruhi perjalanan penyakit ini. Penyebab hipertensi yang ditemukan pada tahap awal, terutama pada hipertensi sekunder akan lebih baik prognosisnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah. Apabila penyakit tersebut segera diatasi maka tidak akan meningkatkan risiko penyakit hipertensi menjadi lebih berat. 2. Umur

(58)

penyakit hipertensi pertama kali, maka akan semakin buruk perjalanan penyakitnya. Bila tidak segera ditangani akan mengurangi usia harapan hidupnya.

3. Sifat Hipertensi

Tekanan darah yang bersifat labil dan progresif kurang baik prognosisnya, terutama pada individu dengan tekanan darah diastolik persisten > 115 mmHg.

4. Suku / Ras

Prevalensi kesakitan hipertensi pada ras kulit hitam adalah 4 kali lebih besar dibandingkan dengan ras kulit putih.

5. Jenis Kelamin

Pada pria umumnya lebih berisiko untuk terjadi peningkatan tekanan darah jika dibandingkan denga wanita yang cenderung lebih bisa mentolerir lebih baik terhada kenaikan tekanan darah.

6. Komplikasi

Adanya penyakit yang menyertai dapat memperberat prognosis hipertensi. Komplikasi hipertensi tersebut dapat berupa stroke haemorhagik, infark miokard, hipertensi renal dan penyakit lain yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah.

7. Faktor risiko lainnya

(59)

2.6 Indikator

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2003), indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi suatau keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Ketepatan dalam menggambarkan keterwakilan suatu informasi adalah syarat utama dalam sebuah indikator. Dalam sebuah indikator harus memenuhi syarat-syarat yang dikenal dengan sebutan SMART ; Simple, Measurable, Attributable, Reliable dan Timely sebagai berikut :

1. Simple (sederhana)

Indikator yang dibutuhkan sebisa mungkin dalam proses pengumpulan data dan rumus perhitungannya sederhana sehingga mudah diterapkan. 2. Measurable (dapat diukur)

Indikator yang telah ditetapkan harus dapat mewakili informasinya dan jelas hasil pengukurannya.

3. Attributable (bermanfaat)

Indikator yang ditetapkan harus memiliki manfaat yang dapat dipergunakan untuk pengambilan keputusan.

4. Reliable (dipercaya)

Indikator yang ditetapkan harus didukung oleh pengumpulan data atau pencatatan yang baik, benar dan teliti.

5. Timely (tepat waktu)

(60)

2.7 Indeks

(61)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

(62)

Pada kerangka konsep penelitian indeks rawat inap pada jemaah haji dengan hipertensi ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan, dalam hal ini adalah rawat inap hipertensi pada jemaah haji. Faktor tersebut terdiri dari faktor karakteristik individu (jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan obesitas), faktor penyakit penyerta (Diabetes mellitus, kardiovaskuler, ginjal, hiperkolesterol), faktor perilaku (merokok dan kurang aktivitas fisik), faktor lingkungan (musim, suhu, kelembaban di Arab Saudi), faktor pelayanan kesehatan (sarana, jumlah petugas dan kemampuan petugas) dan faktor genetik (riwayat penyakit keluarga).

(63)

yang berisiko meningkatkan aterosklerosis yang akan meningkatkan tahanan perifer dan meningkatkan curah jantung yang akan mempengaruhi terjadinya hipertensi.

Semua faktor tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain sehingga menyebabkan gangguan kesehatan pada diri seseorang. Apabila faktor-faktor tersebut tidak dilakukan upaya pengendalian maka akan mengakibatkan kondisi penyakit hipertensi yang berat sehingga harus dirawat inap untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang intensif. Pada penelitian ini tidak semua variabel diteliti, variabel tersebut yaitu faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan.

1.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan gambaran kerangka konseptual dapat disusun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:

1. Karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan obesitas) merupakan prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi

2. Penyakit penyerta (diabetes mellitus, kardiovaskuler, ginjal dan hiperkolesterol) merupakan prediktor rawat inap di Arab Saudi jemaah haji Embarkasi Surabaya dengan hipertensi

(64)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional, karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan secara mendalam tentang faktor risiko yang berhubungan dengan rawat inap kasus hipertensi pada jemaah haji dan terhadap subyek yang diteliti tidak diberikan perlakuan.

4.2 Rancang bangun Penelitian

Rancang bangun penelitian ini adalah case control study. Rancangan ini merupakan penelitian epidemiologi yang bertujuan untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan rawat inap kasus hipertensi pada jemaah haji yaitu dengan membandingkan kelompok kasus jemaah haji dengan hipertensi yang dirawat inap selama melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi dengan kelompok kontrol yaitu jemaah haji dengan hipertensi yang dirawat jalan selama melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi. Penelitian ini dilakukan dengan menelusuri riwayat paparan terhadap determinan atau faktor risiko yang mengakibatkan terjadinya rawat inap pada jemaah haji dengan hipertensi.

4.3 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini sejak dari tahap persiapan proposal penelitian pada bulan Mei 2016 sampai dengan tahap pelaporan hasil pada bulan Agsutus 2016.

(65)

4.4 Populasi dan sampel

4.4.1 Populasi

a. Populasi Kasus

Populasi kasus pada penelitian ini adalah seluruh jemaah haji reguler yang terdaftar pada siskohat Kementerian Kesehatan dan berangkat melalui Embarkasi Surabaya tahun 2015 dengan diagnosis hipertensi dan pernah dirawat inap selama di Arab Saudi.

b. Populasi kontrol

Populasi kontrol adalah seluruh jemaah haji reguler yang terdaftar pada siskohat Kementerian Kesehatan dan berangkat melalui Embarkasi Surabaya tahun 2015 dengan diagnosis hipertensi dan pernah dirawat jalan selama di Arab Saudi.

4.4.2 Sampel

a. Sampel Kasus

Sampel kasus pada penelitian ini adalah sebagian jemaah haji reguler yang terdaftar pada siskohat Kementerian Kesehatan dan berangkat melalui embarkasi Surabaya tahun 2015 dengan diagnosis hipertensi dan pernah dirawat inap selama di Arab Saudi.

b. Sampel Kontrol

(66)

4.4.3 Besar Sampel dan Teknik Pengambilan sampel

a. Besar Sampel

Besar sampel kasus dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan total kasus. Semua kasus yang memenuhi kriteria diambil seluruhnya dengan pertimbangan jumlah kasus yang ada dalam data siskohatkes tidak terlalu besar. Berdasarkan data siskohatkes kemenkes RI, jemaah haji Embarkasi Surabaya yang dirawat inap dengan diagnosis hipertensi pada musim haji 1436 berjumlah 40 orang dan yang memiliki data lengkap sebanyak 32 orang. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka besar sampel kasus diambil total sampel yaitu 32 orang. Dengan menggunakan perbandingan 1: 1, maka besar sampel kasus adalah 32 dan besar sampel kontrol 32. Jadi total besar sampel kasus dan kontrol adalah 64 sampel.

b. Teknik pengambilan sampel

Pemilihan sampel kontrol dengan cara acak sederhana (simple random sampling) sebanyak jumlah besar sampel yang dibutuhkan. Langkah pertama adalah membuat kerangka sampel dengan membuat

(67)

1.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian dan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel bebas pada penelitian ini adalah karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan obesitas), penyakit penyerta (Diabetes mellitus, kardiovaskuler, ginjal dan hiperkolesterol) dan perilaku (merokok, kurang aktivitas fisik).

4.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Kategori Skala & pengumpulan data Cara

1. Rawat inap

(68)

No Variabel Definisi Kategori Skala & pengumpulan data Cara

4. Pendidikan Jenjang pendidikan

formal yang telah di

5. Pekerjaan Aktivitas yang dilakukan

sebagai sumber

Status penyakit jemaah haji yang dinyatakan

mengidap penyakit

diabetes mellitus pada pemeriksaan kesehatan

kardiovaskuler Status penyakit jemaah haji yang dinyatakan

menderita penyakit

(69)

No Variabel Definisi Kategori Skala & pengumpulan data Cara

9. Penyakit

Hiperkolesterol Status penyakit jemaah haji yang dinyatakan

menderita penyakit BMI< 25 = Tidak obesitas

Skala nominal

11. Merokok Perilaku/kebiasaan

merokok jemaah haji

fisik Aktivitas fisik jemaah haji yang tercatat dalam siskohatkes

1.6 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

4.6.1 Jenis Data

Data yang dikumpulkan berkaitan dengan kebutuhan penelitian adalah data sekunder yaitu berupa data individual jemaah haji meliputi: nama, usia, jenis kelamin, alamat domisili, nomor porsi, nomor kloter dan data rekam medis jemaah haji. Data diperoleh dari Siskohatkes (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan) Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI.

4.6.2 Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

(70)

diakses oleh peneliti yaitu data hasil pemeriksaan kesehatan jemaah haji tahun 2015, kemudian dilakukan ekstraksi ke dalam formulir pengumpulan data.

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer.

4.7.1 Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data sesuai dengan tahapan berikut ini:

a. Editing

Editing dilakukan dengan memeriksa kelengkapan dan kesesuaian data yang telah terkumpul. Apabila terdapat data yang masih kurang jelas dan kurang lengkap, akan dilakukan koreksi kembali dengan melihat data yang terdapat di dalam aplikasi siskohatkes Kementerian Kesehatan RI b. Coding

Setelah variabel terkumpul kemudian dikategorikan dan di beri kode untuk memudahkan dalam proses analisis.

c. Entry

Proses entry dilakukan setelah dilakukan pemberian kode lalu data ditransformasikan kedalam program yang ada di komputer.

d. Cleaning

(71)

4.7.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer yang meliputi tahapan analisis sebagai berikut :

a. Analisis Univariabel

Data dari variabel penelitian yang telah terkumpul disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan di analisis secara deskriptif.

b. Analisis Bivariabel

Analisis bivariabel dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik sederhana untuk menganalisis masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat untuk mengetahui apakah sebuah variabel merupakan variabel kandidat untuk dilanjutkan pada analisis multivariabel. Untuk menentukan variabel kandidat ditentukan dengan melihat nilai signifikan p value < 0,25 (Sutanto, 2007).

c. Analisis Multivariabel

Analisis multivariabel dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap variabel terikat. Pada tahap ini digunakan uji regresi logistik ganda dengan melakukan analisis pada semua variabel kandidat secara simultan. Bila nilai p value < 0,05 berarti ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Semua variabel yang nilai p value < 0,05 dimasukkan kedalam formula untuk dijadikan sebuah indeks.

d. Penyusunan Indeks

(72)
(73)

BAB 5

HASIL DAN ANALISIS DATA

5.1 Distribusi Hubungan Antar Variabel

5.1.1 Distribusi Usia Jemaah Haji

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebaran usia jemaah haji dalam penelitian adalah terendah berusia tahun dan yang tertinggi berusia 82 tahun dengan rata-rata usia 61 tahun. Kelompok terbanyak adalah usia 60-82 tahun yaitu sebesar 54,7% sedangkan pada kelompok usia 34-59 tahun sebesar 45,3%. Distribusi kelompok usia jemaah haji dengan hipertensi dapat dilihat pada Tabel 5.1

Tabel 5.1 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan usia di Arab Saudi Tahun 2015

Kelompok usia Rawat inap Hipertensi Rawat jalan

≥ 60 tahun 21 (65,6%) 14 (43,7%)

< 60 tahun 11 (34,4%) 18 (56,3%)

Jumlah 32 (100%) 32 (100%)

(74)

5.1.2 Distribusi Jenis Kelamin Jemaah Haji

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jemaah haji dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 57,8% dan jenis kelamin perempuan sebesar 42,2%, artinya bahwa jemaah haji laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi rawat inap jemaah haji dengan hipertensi berdasarkan jenis kelamin di Arab Saudi Tahun 2015

Jenis Kelamin Rawat inap Hipertensi Rawat jalan

Laki-laki 18 (56,25%) 19 (59,4%)

Perempuan 14 (43,75%) 13 (40,6%)

Jumlah 32 (100%) 32 (100%)

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan jumlah jemaah haji jenis kelamin laki-laki dari semua jemaah haji dengan hipertensi rawat inap (kasus) sebanyak 56,25% pada laki-laki, sedangkan dari semua jemaah haji hipertensi rawat jalan (kontrol) sebanyak 59,4% pada laki-laki. Hal ini menggambarkan bahwa jemaah haji dengan hipertensi pada laki-laki lebih banyak yang dirawat jalan dibandingkan yang dirawat inap. Hasil uji regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin bukan merupakan variabel kandidat dan tidak dimasukkan dalam analisis multivariabel.

5.1.3 Distribusi Pendidikan Jemaah Haji

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah rawat jalan dan rawat inap di Embarkasi Tahun 2012
Gambar 1.2  Sepuluh (10) penyakit terbanyak rawat jalan di Embarkasi 2012
Gambar 1.3 Sepuluh (10) penyakit terbanyak rawat inap di Embarkasi 2012
Tabel 1.2 Jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap jemaah haji di Arab Saudi Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun olah raga yang dilaksanakan adalah: Tenis Meja, Catur dan Karambol, (Koord. Latihan Rutin Paduan Suara, bagi Bapak anggota PKB yang ingin bergabung dan berlatih paduan

Dalam hal ini juga sering kelompok kehilangan arah untuk memecahkan masalah dan mereka juga kehilangan kesempatan menemukan cara yang lebih baik maka dari itu

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang didapatkan dari jumlah trombosit kelompok tikus wistar sebelum perlakuan, jumlah trombosit

Matematikaadalah suatu kreatifitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan. Maka disimpulkan bahwa Matematika adalah sesuatu yang berkaitan dengan

Baik dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011- 2031 maupun Peta KRB Gunungapi Merapi, kawasan tersebut mencakup sebelas wilayah administrasi

Dari hasil analisis seluruh pengujian yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini, dapat ditarik kesimpulan yaitu Model klasifikasi multi-label topik berita

Pernyataan Pernyataan berikut adalah berikut adalah bagian dari s bagian dari sistem sirkulasi p istem sirkulasi pada manusia ada manusia yang memb yang membawa awa darah kotor

Pompa sentrifugal, seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.30, mempunyai sebuah impeller untuk mengangkat fluida dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang