• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional

Variabel Definisi Alat

Ukur

≥50% (dengan kateterisasi jantung atau sesuatu cara yang dilakukan lainnya pada pencitraan langsung arteri koroner)

b. Operasi CABG sebelumnya c. PCI sebelumnya

d. Infark miokard sebelumnya (Weintraub et al, 2011).

Jenis Kelamin Ciri biologis yang dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.

aterosklerosis atau faktor risiko mayor (tekanan darah tinggi, diabetes

melitus, hiperlipidemia) dilihat pada garis keturunan pertama sebelum usia 55 tahun pada laki-laki

dan 65 tahun pada perempuan (Nixon et al, 2011).

30

Hiper-lipidemia

Merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar

kolesterol (LDL) dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah.

Riwayat mengenai perilaku merokok pada pasien PJK. memenuhi minimal salah satu kriteria berikut

a. Riwayat pernah didiagnosis oleh dokter menderita hipertensi dan telah

diberikan terapi obat anti hipertensi serta advis diet dan olahraga

b. Pada anamnesis dijumpai riwayat pemakaian obat anti hipertensi (Weintraub et al, didiagnosis diabetes melitus dan diobati dokter sebelumnya 2. Diikuti dengan dokumentasi sebagai berikut:

a. Hemoglobin A1c ≥ 6,5% ; atau

b. Kadar Glukosa Darah puasa

≥126mg/dL (7,0 mmol/L);

atau

c. Kadar Glukosa Darah 2 jam setelah makan ≥200mg/dL (11,0 mmol/L); atau

d. Pada pasien dengan gejala klasik yaitu hiperglikemik atau krisis hiperglikemik

dengan KGD random

≥200mg/dL(11,1 mmol/L) Tidak termasuk Diabetes Gestational (Weintraub et al, 2011).

31

Coronary Artery Bypass Graft

Prosedur bedah pintas koroner yang dilakukan untuk mengatasi angina pektoris dan menurunkan resiko kematian akibat penyakit jantung koroner (Hakim dan

Mortalitas Jumlah individu yang meninggal pasca tindakan bedah yang terjadi selama

Komplikasi Sebuah perubahan kondisi yang tidak diinginkan pasca tindakan CABG yaitu perdarahan, aritmia, infark miokard, stroke, gagal ginjal akut, dan infeksi luka sternum.

Rekam mengalami kesembuhan tanpa adanya komplikasi.

Suatu keadaan perdarahan dengan salah satu kriteria:

a. Perdarahan intrakranial dalam 48 jam pasca bedah b. Re-operasi untuk

mengendalikan perdarahan

c. Transfusi ≥ 5 unit whole blood atau packed red cell dalam periode 48 jam

Kejadian aritmia (fibrilasi atrium, atrium flutter, takikardi supraventrikel paroksisimal, bradiaritmia dan lain-lain) yang memerlukan pengobatan pasca tindakan CABG (Sousa et al, 2015).

EKG a. Ya b. Tidak

Nominal

32 c. Dokumentasi angiografi

pembuluh darah yang baru dicangkok, atau oklusi dari pembuluh darah koroner atau hasil MRI

yang menunjukan

kehilangan fungsi yang baru pada miokardium (Hausenloy et al, 2011).

Defisit motorik yang persisten lebih dari 72 jam atau koma

Peningkatan serum kreatinin lebih dari 2,0mg/dL atau penigkatan nilai 2 kali lipat dari nilai sebelum tindakan bedah, atau dibutuhkannya tindakan dialisis (Sousa et al, mediastinum dengan diikuti kondisi :

a. Luka terbuka dengan eksisi jaringan

b. Hasil kultur positif c. Pengobatan dengan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah data pasien PJK yang dilakukan CABG yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 70 sampel dari 92 pasien yang dilakukan CABG.

Prevalensi pasien PJK yang dilakukan CABG adalah sebesar 6,71% dari 1.371 populasi pasien PJK yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Karakteristik subjek penelitian ditunjukkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi karakteristik berdasarkan usia subjek penelitian

Berdasarkan tabel 4.1 subjek penelitian pasien PJK yang dilakukan CABG paling banyak pada kelompok usia 45-64 tahun dengan jumlah 56 orang (80%) kemudian diikuti dengan kelompok usia 65-74 tahun sebanyak 10 orang (14,3%).

Rerata usia subjek penelitian ini adalah 57,36 tahun (± 7,796) dengan usia termuda adalah 41 tahun dan usia tertua adalah 76 tahun. Berdasarkan teori, pada usia 40-60 tahun insiden infark miokard meningkat 5 kali lipat (Price dan Wilson, 2014). Hal ini sesuai dengan data (Riskesdas, 2013) yang menunjukkan bahwa rerata pasien PJK di Indonesia paling banyak pada kelompok usia 65-74 tahun.

Tabel 4.2 Distribusi karakteristik berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian

Berdasarkan tabel 4.2 jenis kelamin laki-laki merupakan pasien PJK dengan jumlah terbanyak yang dilakukan CABG yaitu sebanyak 59 orang (84,3%),

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia < 45 tahun 3 4,3

45-64 tahun 56 80

65-74 tahun 10 14,3

≥ 75 tahun 1 1,4

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Jenis kelamin Laki-laki 59 84,3

Perempuan 11 15,7

34

sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 11 orang (15,7%). Hasil serupa ditemukan pada penelitian yang dilakukan di Cina, dari 8.739 pasien PJK yang dilakukan CABG terdapat 6.851 orang (78,4%) berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 1.888 orang (21,6%) berjenis kelamin perempuan (Hu et al., 2012). Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan faktor risiko PJK pada laki-laki lebih besar daripada perempuan berkaitan dengan efek proteksi yang dimiliki oleh perempuan yaitu hormon estrogen (Price dan Wilson, 2014).

Tabel 4.3 Distribusi karakteristik berdasarkan riwayat keluarga subjek penelitian

Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan pasien yang memiliki riwayat penyakit keluarga terkena serangan jantung atau familial history sebanyak 33 orang (47,1%) dan yang tidak memiliki riwayat penyakit keluarga serangan jantung sebanyak 37 orang (52,9%). Penelitian lain di Amerika (Stone et al., 2011) juga menunjukkan hal yang serupa, dari 661 orang dijumpai 276 orang (44,8%) yang memiliki riwayat keluarga serangan jantung dan 385 orang (55,2%) yang tidak memiliki riwayat keluarga serangan jantung. Berdasarkan studi MESA (Multi Etnic Study of Atherosclerosis) pada individu asimptomatik didapatkan bahwa riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular prematur pada orang tua dan saudara kandung mempunyai arti prediktif yang sangat kuat untuk terjadinya aterosklerosis (Adi, 2014).

Tabel 4.4 Distribusi karakteristik berdasarkan status hiperlipidemia subjek penelitian

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan sebanyak 43 orang (61,4%) menderita hiperlipidemia dan sebanyak 27 orang (38,6%) yang tidak menderita

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Riwayat keluarga Ya 33 47,1

Tidak 37 52,9

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Hiperlipidemia Ya 43 61,4

Tidak 27 38,6

35

hiperlipidemia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Indonesia, dari 58.045 pasien terdapat 885 orang (1,8%) pasien PJK memiliki lipid yang abnormal (Ghani et al., 2016). Menurut World Heart Federation (2012), secara global sepertiga penyakit jantung iskemik disebabkan oleh tingginya kolesterol.

Peningkatan kolesterol darah tidak hanya meningkatkan risiko penyakit jantung namun juga meningkatkan kejadian stroke.

Tabel 4.5 Distribusi karakteristik berdasarkan status merokok subjek penelitian

Berdasarkan tabel 4.5 terdapat 39 orang (55,7%) yang mempunyai status merokok dan sebanyak 31 orang (44,3%) yang tidak merokok. Hal ini sesuai dengan penelitian (Kamceva et al,. 2016) yang mendapatkan hasil dari 300 pasien sebanyak 102 orang (34%) perokok aktif, 129 orang (43%) bukan perokok dan 69 orang (23%) bekas perokok. Berdasarkan teori, disfungsi endotel akibat dari merokok merupakan awal terjadinya aterosklerosis, hal ini berkaitan dengan kadar kerusakan oksidatif yang tinggi pada orang yang merokok dan penurunan status antioksidan dibandingkan dengan orang yang tidak merokok (Kamceva et al., 2016).

Tabel 4.6 Distribusi karakteristik berdasarkan status riwayat hipertensi subjek penelitian

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Riwayat hipertensi Ya 51 72,9

Tidak 19 27,1

Berdasarkan tabel 4.6 terdapat 51 orang (72,9%) dengan riwayat hipertensi sedangkan pasien yang tidak menderita hipertensi sebanyak 19 orang (27,1%).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan (Rosmaliana, 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan, dari 62 pasien terdapat 38 orang (61,3%) menderita hipertensi dan sebanyak 24 orang (38,7%) tidak menderita hipertensi.

Berdasarkan teori, aterosklerosis salah satunya disebabkan oleh tekanan darah

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Status merokok Merokok 39 55,7

Tidak merokok 31 44,3

36

yang tinggi dan menetap yang akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner dan menyebabkan angina pektorik, insufisiensi koroner dan infark miokard yang lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi dibanding orang normal (Mohani, 2014).

Tabel 4.7 Distribusi karakteristik berdasarkan status diabetes melitus subjek penelitian

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Diabetes melitus Ya 36 51,4

Tidak 34 48,6

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan sebanyak 36 orang (51,4%) pasien menderita DM dan 34 orang (48,6%) didapati tidak menderita DM. Menurut World Heart Federation risiko (2012), kejadian kardiovaskular 2-3 kali lebih tinggi pada pasien diabetes tipe 1 ataupun diabetes tipe 2. Dari hasil yang didapatkan bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang mendapatkan hasil 26 orang (42%) menderita DM dan 58% yang bukan penderita DM (Rosmaliana, 2014).

Tindakan CABG mempunyai beberapa komplikasi yaitu perdarahan pasca bedah, aritmia, infark miokard, stroke, gagal ginjal, dan luka infeksi sternum.

Distribusi karakteristik berdasarkan komplikasi subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Distribusi karakteristik berdasarkan komplikasi subjek penelitian

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Sembuh Tanpa komplikasi 14 20

Dengan komplikasi 56 80

Berdasarkan tabel 4.8 terdapat 14 orang (20%) dari pasien PJK yang dilakukan CABG sembuh tanpa komplikasi dan sebanyak 56 orang (80%) pasien mengalami komplikasi pasca CABG. Berbagai komplikasi yang terjadi pasca bedah jantung dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas, serta memperberat pembiayaan rumah sakit pasien pasca CABG (Hakim dan Dharmawan, 2014).

37

Tabel 4.9 Distribusi karakteristik berdasarkan kejadian perdarahan pasca bedah subjek penelitian

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Perdarahan pasca bedah

Ya 16 22,9

Tidak 54 77,1

Berdasarkan tabel 4.9 terdapat 16 orang (22,9%) yang mengalami perdarahan pasca bedah dan tidak terjadi pada 54 orang (77,1%). Hal ini sejalan dengan penelitian (Rosmaliana, 2014) dari 62 pasien didapati 12 orang (19,4%) yang mengalami perdarahan pasca bedah. Berdasarkan teori, penggunaaan mesin kardio-pulmoner pada pembedahan jantung dapat menginduksi gangguan koagulasi darah dan disfungsi platelet sehingga memerlukan transfusi dari platelet ataupun pemberian obat-obatan lainnya (Mirmansoori et al., 2016).

Tabel 4.10 Distribusi karakteristik berdasarkan kejadian aritmia subjek penelitian

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Aritmia Ya 15 21,4

Tidak 55 78,6

Berdasarkan tabel 4.10 terdapat 15 orang (21,4%) yang mengalami kejadian aritmia dan sebanyak 55 orang (78,6%) tidak mengalami aritmia pasca CABG.

Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta, dari 108 pasien didapati 27 orang (25%) yang mengalami fibrilasi atrium pasca CABG (Yansen et al., 2013). Fibrilasi atrium merupakan jenis aritmia yang paling sering ditemui pada komplikasi pasca CABG. Namun, sampai saat ini mekanismenya belum dapat dijelaskan dengan baik dan kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu hipertensi, gagal jantung, gagal ginjal kronis, mesin kardio-pulmoner, ketidakseimbangan elektrolit, pompa balon intra-aorta dan dehidrasi (Tatsuishi et al., 2015).

Tabel 4.11 Distribusi karakteristik berdasarkan kejadian infark miokard subjek penelitian

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Infark miokard Ya 14 20

Tidak 56 80

Berdasarkan tabel 4.11 terdapat 14 orang (20%) mengalami infark miokard dan sebanyak 56 orang (80%) yang tidak mengalami infark miokard. Hasil ini

38

sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Brazil, yang menunjukkan dari 116 pasien terdapat 28 orang (24,1%) yang mengalami infark miokard pasca CABG, hasil ini memperlihatkan bahwa frekuensi dari kejadian infark miokard pasca bedah yang terjadi tergolong tinggi dari insidensinya yang rata-rata terjadi 2-30%.

Selain itu, dalam penelitian ini menyatakan kejadian infark miokard berkaitan dengan trauma langsung pada miokardium, manipulasi jantung, dan waktu operasi, serta faktor yang berkaitan dengan cedera dan nekrosis miokard pasca CABG (Pretto et al., 2015).

Tabel 4.12 Distribusi karakteristik berdasarkan kejadian stroke subjek penelitian

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Stroke Ya - 0

Tidak 70 100

Berdasarkan tabel 4.12 dari 70 pasien, tidak ada pasien PJK yang dilakukan CABG mengalami stroke. Namun, hal ini bertentangan dengan hasil penelitian (Sousa et al., 2015) dari 3010 pasien, sebanyak 53 orang (1,8%) yang mengalami stroke pasca CABG. Menurut penelitian, seringkali stroke pasca bedah tidak terdiagnosis dikarenakan defisit neurologis yang tidak mudah terlihat akibat tertutupi dengan obat-obatan ataupun obat sedatif yang dikonsumsi pasien pasca tindakan bedah (Selnes et al., 2012).

Tabel 4.13 Distribusi karakteristik berdasarkan kejadian gagal ginjal akut subjek penelitian

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Gagal ginjal akut Ya 31 44,3

Tidak 39 55,7

Berdasarkan tabel 4.13 gagal ginjal akut pasca bedah terjadi pada 31 orang (44,3%) dan tidak terjadi pada 39 orang (55,7%). Hal ini berlawanan dengan hasil penelitian yang dilakukan di Korea, dari 2.185 pasien yang dilakukan CABG terdapat 787 orang (36,0%) yang mengalami gagal ginjal akut pasca bedah (Lee et al., 2015). Menurut penelitian lain, bedah jantung dan penggunaaan mesin jantung-paru dapat menyebabkan inflamasi dan mencetuskan terjadinya gagal

39

ginjal akut dengan insidensi 7,7-40% tergantung dari populasi pasien dan jenis pembedahannya (Jung et al., 2016).

Tabel 4.14 Distribusi karakteristik berdasarkan kejadian infeksi luka sternum subjek penelitian

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Infeksi luka sternum

Ya 1 1,4

Tidak 69 98,6

Berdasarkan tabel 4.14 terdapat 1 orang (1,4%) yang mengalami infeksi luka sternum pasca CABG dan 69 orang (98,6%) yang tidak mengalami infeksi luka sternum. Hasil penelitian lain di Paris, menunjukkan dari 7.170 pasien ditemukan 292 orang (4,1%) pasien yang mengalami infeksi luka operasi, diantaranya 145 orang (2,0%) pada mediastinum dan 147 orang (2,1%) pada sternum superficial.

Fowler dkk mengatakan terjadinya infeksi mayor pasca tindakan bedah jantung pada pasien dapat meningkatkan mortalitas sebesar 5 kali lipat (Likosky et al., 2015).

Penelitian menunjukkan bahwa CABG merupakan pilihan yang tepat untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas hidup yang signifikan pada pasien dengan penyempitan pembuluh darah yang lebih dari satu (Alexander dan Smith, 2016). Namun, disamping itu tindakan CABG mempunyai angka kematian yang cukup tinggi. Angka mortalitas subjek penelitian ditunjukkan pada tabel 4.15.

Tabel 4.15 Distribusi karakteristik berdasarkan angka mortalitas subjek penelitian

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Angka mortalitas Meninggal 13 18,6

Tidak Meninggal 57 81,4

Berdasarkan tabel 4.15 sebanyak 13 orang (18,6%) pasien meninggal dan 57 orang (81,4%) sembuh pasca CABG. Hasil penelitian lain di Brazil, menunjukkan dari 3.010 pasien, sebanyak 162 orang (5,4%) meninggal pasca CABG (Sousa et al., 2015). Menurut penelitian, angka mortalitas pada tindakan CABG berkisar 5-6% (Moorjani et al., 2013).

40

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini sama halnya dengan penelitian lain yang menggunakan data rekam medis yaitu banyaknya data rekam medis yang tidak diisi dengan lengkap serta masih kurangnya data berat badan, tinggi badan, faktor risiko dan follow up pasien pasca tindakan pada rekam medis yang dikomputerisasi. Sehingga peneliti membutuhkan waktu yang lama untuk mambaca data rekam medis yang berbentuk buku untuk melengkapi data penelitian.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang karakteristik pasien PJK yang dilakukan CABG di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015-2016, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Prevalensi pasien PJK yang dilakukan CABG sebesar 6,71%.

2. Pasien PJK yang dilakukan CABG terbanyak pada kelompok usia 45-64 tahun dengan rerata usia 57,36 tahun dan mayoritas pasien PJK yang dilakukan CABG berjenis kelamin laki-laki.

3. Riwayat hipertensi merupakan faktor risiko terbanyak pada pasien PJK yang dilakukan CABG.

4. Komplikasi pasca bedah terjadi pada 56 orang (80%) yang dilakukan CABG dan gagal ginjal akut merupakan komplikasi pasca operasi yang paling banyak terjadi yaitu sebesar 44,3%.

5. Mortalitas pasien PJK yang dilakukan CABG sebesar 18,6%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan adalah : 1. Diharapkan melalui penelitian ini, tenaga kesehatan dapat mengenali dan

mencegah komplikasi pasca bedah pada pasien PJK yang akan dilakukan CABG.

2. Disarankan kepada pihak RSUP H. Adam Malik Medan yang merupakan rumah sakit pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat melengkapi dan melakukan penyimpanan data rekam medis dengan baik agar memudahkan mahasiswa untuk melakukan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, P. R., 2014, ‘Pencegahan dan Penatalaksanaan Aterosklerosis’, in Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A., K, M. S., Setiyohadi, B., and Syam, A. F. ,eds, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th edn. Jakarta: Interna Publishing, pp. 1425–

1435.

Aggarwal, A., Srivastava, S. and Velmurugan, M., 2016, ‘Newer perspectives of coronary artery disease in young’, World Journal of Cardiology, 8(12), p.

728. doi: 10.4330/wjc.v8.i12.728.

Alexander, John.H., and Smith, Peter.K., 2016, ‘Coronary-Artery Bypass Grafting’, pp. 1-11. doi: 10.1056/NEJMra1406944.

Arifin, A., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F., Ilmu, D. A. N., Syarif, U. I. N.

and Jakarta, H., 2010, Bypass Di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Periode Januari -Desember Tahun 2009.

Arifputera, A., Calistania, C., Klarisa, C., Priantono, D., Wardhani, D. P., Wibisono, E., Lilihata, G., Gaol, H. L., Pambudy, I. M., Suprapto, N., Marcelena, R., Rosani, S., Oentari, W. and Venita (2014) Kapita Selekta Kedokteran. 4th edn. Edited by C. Tanto, F. Liwang, S. Hanipati, and E. A.

Pradipta. Media Aesculapius.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013, ‘Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013’, Laporan Nasional 2013, pp. 1–384. doi: 1 Desember 2013.

Bucher, L. and Johnson, S., 2013, ‘Nursing management: Coronary Artery Disease and Acute Coronary Syndrome’, in Medical-Surgical Nursing (Lewis) 2 Vol Set. 9th edn. Mosby, pp. 730–765.

Drake, R. L., Vogl, A. W. and Mitchell, A. W. ., 2014, Gray: Dasar-dasar Anatomi. 1st edn. Edited by V. P. Kalanjati. Singapore: Elsevier.

Ghani, L., Susilawati, M. D. and Novriani, H., 2016, ‘Faktor Risiko Dominan Penyakit Jantung Koroner di Indonesia’, Buletin Penelitian Kesehatan, 44(3), pp. 153–164. doi: 10.22435/bpk.v44i3.5436.153-164.

Ginanjar, E. and Rachman, M., 2014, ‘Angina Pektoris Stabil’, in Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A., K, M. S., Setiyohadi, B., and Syam, A. F. (eds) Buku

43

Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing, pp. 1436–1448.

Gray, H. H., Dawkins, K. D., Morgan, J. M. and Simpson, I. A., 2005, Lecture Notes: Kardiologi. 4th edn. Edited by A. Safitri. Jakarta: Erlangga.

Hakim, T. and Dharmawan, T., 2014, ‘Operasi Pintas Koroner’, in Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A., K, M. S., Setiyohadi, B., and Syam, A. F. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th edn. Jakarta: Interna Publishing, pp. 1491–

1499.

Hausenloy, D. J., Boston-Griffiths, E. and Yellon, D. M., 2012, ‘Cardioprotection during cardiac surgery’, Cardiovascular Research, 94(2), pp. 253–265. doi:

10.1093/cvr/cvs131.

Hillis, L. D., Smith, P. K., Anderson, J. L., Bittl, J. A., Bridges, C. R., Byrne, J.

G., Cigarroa, J. E., DiSesa, V. J., Hiratzka, L. F., Hutter, A. M., Jessen, M.

E., Keeley, E. C., Lahey, S. J., Lange, R. A., London, M. J., Mack, M. J., Patel, M. R., Puskas, J. D., Sabik, J. F., Selnes, O., Shahian, D. M., Trost, J.

C. and Winniford, M. D., 2011, ‘2011 ACCF/AHA Guideline for Coronary Artery Bypass Graft Surgery: Executive Summary: A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines’, Circulation, 124(23), pp. 2610–2642.

doi: 10.1161/CIR.0b013e31823b5fee.

Hu, Shengshou., Zheng, Zhe., Yuan, Xin., Wang, Yun., Normand, S.T., Ross, J.S., Krumholz.H.M., 2012, ' Coronary Artery Bypass Graft: Contemporary Heart Surgery Center Performance in China' Circ Cardiovase Qual Outcome, 5(2), pp. 214-221. doi: 10.1161/CIRCOUTCOMES. 111.962365.

Jain, V., Mehta, Y., Gupta, A., Sharma, R., Raizada, A. and Trehan, N., 2016,

‘The role of neutrophil gelatinase-associated lipocalin in predicting acute kidney injury in patients undergoing off-pump coronary artery bypass graft:

A pilot study’, Ann Card Anaesth, 19(2), pp. 225–230. doi: 10.4103/0971-9784.179590.

Jung, S., Park, J. T., Kwon, Y. E. and Kim, H. W., 2016, ‘Preoperative Low Serum Bicarbonate Levels Predict Acute Kidney Injury After Cardiac Surgery’, 95,4, pp. 1–7. doi: 10.1097/MD.0000000000003216.

44

Kamceva, G., Arsova-sarafinovska, Z., Ruskovska, T., Zdravkovska, M. and Kamceva-panova, L., 2016, ‘Cigarette Smoking and Oxidative Stress in Patients with Coronary Artery Disease’, 4(4), pp. 636–640.

Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2016, ‘InfoDatin-2016-TB.pdf’. doi: 24442-7659.

Kubota, H., Miyata, H., Motomura, N., Ono, M., Takamoto, S., Harii, K., Oura, N., Hirabayashi, S. and Kyo, S. (2013) ‘Deep sternal wound infection after cardiac surgery.’, Journal of cardiothoracic surgery. Journal of Cardiothoracic Surgery, 8(1), p. 132. doi: 10.1186/1749-8090-8-132.

Lee, E.-H., Choi, H., Joung, K.-W., Kim, Y., Baek, S.-H., Ji, S.-M., Chin, J.-H. and Choi, I.-C., 2015, ‘Relationship between Serum Uric Acid Concentration and Acute Kidney Injury after Coronary Artery Bypass Surgery.’, Journal of Korean medical science, 30(10), pp. 1509–16. doi:

10.3346/jkms.2015.30.10.1509.

Likosky, D. S., Wallace, A. S., Prager, R. L., Jeffrey, P., Zhang, M., Harrington, S. D., Saha-, P., Theurer, P. F., Fishstrom, A., Rachel, S., Shahian, D. M.

and Rankin, J. S., 2016, ‘Sources of Variation in Hospital-level Infection Rates after Coronary Artery Bypass Grafting: An analysis of The Society of Thoracic Surgeons Adult Heart Surgery Database’, 100(5), pp. 1570–1576.

doi: 10.1016/j.athoracsur.2015.05.015.Sources.

Lindblom, R. P. F., Lytsy, B., Sandström, C., Ligata, N., Larsson, B., Ransjö, U.

and Swenne, C. L., 2015, ‘Outcomes following the implementation of a quality control campaign to decrease sternal wound infections after coronary artery by-pass grafting’, BMC Cardiovascular Disorders. BMC Cardiovascular Disorders, 15(1), p. 154. doi: 10.1186/s12872-015-0148-4.

Markum, H. M. ., 2014, ‘Gangguan ginjal akut’, in Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A., K, M. S., Setiyohadi, B., and Syam, A. F. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th edn. Jakarta: Interna Publishing, pp. 2166–2175.

Mboi, N., 2014, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Menteri Kesehatan Republik Indonesia. doi:

10.1017/CBO9781107415324.004.

McPhee, S. J. and Ganong, W. f, 2011, Pathophysiology of Disease: An

45

Introduction to Clinical Medicine, MedlinePlus Online Encyclopedia. San Francisco, California: Lange Medical Book. Available at:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/coronaryarterydisease.html.

Mirmansoori, A., Farzi, F., Sedighinejad, A., Imantalab, V., Roushan, Z. A., Tehran, S. G., Nemati, M. and Dehghan, A., 2016, ‘The Effect of Desmopressin on the Amount of Bleeding in Patients Undergoing Coronary Artery Bypass Graft Surgery with a Cardiopulmonary Bypass Pump After Taking Anti-Platelet Medicine’, 6(5) pp. 0–7. doi:

10.5812/aapm.39226.Research.

Mitchell, R. N., 2015, ‘Blood Vessels’, in Kumar, V., Abbas, A. K., and Aster, J.

C. (eds) Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 9th edn. Elsevier, pp. 491–493.

Mohani, C., 2014, ‘Hipertensi Primer’, in Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A., K, M.

S., Setiyohadi, B., and Syam, A. F. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

6th edn. Interna Publishing, pp. 2284–2293.

Moorjani, N., Ohri, S. K. and Wechsler, A. S. (eds), 2013, Cardiac Surgery:

Recent Advances and Techniques. 1st edn. CRC Press.

Mozaffarian, D., Benjamin, E. J., Go, A. S., Arnett, D. K., Blaha, M. J., Cushman, M., Das, S. R., Ferranti, S. De, Després, J. P., Fullerton, H. J., Howard, V. M. B., 2016, Heart disease and stroke statistics-2016 update a report from the American Heart Association, Circulation. doi:

10.1161/CIR.0000000000000350.

Ndraha, S., 2014, Vol. 27, No.2, Agustus 2014 MEDICINUS 1.

Nixon, J. . (Ian), Aurigemma, G. P., Bolger, A. F., Crawford, M. H., Fletcher, G.

F., Francis, G. S., Gerber, T. C., Gersony, W. M., Ott, P., Pape, L. A. and Wenger, N. K., 2011, The AHA Clinical Cardiac Consult. 3rd edn.

Lippincott Williams & Wilkins

46

Omer, S., Cornwell, L. D. and Bakaeen, F. G., 2017, ‘Acquired Heart Disease:

Coronary Insufficiency’, in Townsend, C. M., Beauchamp, R. D., Evers, B.

M., and Mattox, K. L. (eds) SABISTON TEXTBOOK of SURGERY: The BIOLOGICAL BASIS of MODERN SURGICAL PRACTICE. 20th edn.

Elsevier, pp. 1658–1690.

PERKI ,2015, Pedoman tatalaksana sindrom koroner akut, Pedoman Tatalaksan Sindrome Koroner Akut. doi: 10.1093/eurheartj/ehn416.

Pretto, P., Martins, G. F., Biscaro, A., Kruczan, D. D. and Jessen, B., 2015,

‘Perioperative myocardial infarction in patients undergoing myocardial revascularization surgery’, Rev Bras Cir Cardiovasc, 30(1), pp. 49–54. doi:

10.5935/1678-9741.20140059.

Price, S. A. and Wilson, L. M., 2014, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th edn. Penerbit Buku Kedokteran: EGC.

Rachmat, J., Paruhito, Tahalele, P., Dahlan, M., Hakim, T. and Jusi, D., 2010,

‘Jantung,Pembuluh darah, dan Limf’, in Sjamsuhidajat, R., Karnadihardja, W., Prasetyono, T., and Rudiman, R. (eds) Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd edn.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC, pp. 548–549.

Rosmaliana, 2016, Perbandingan Angka Kematian Off Pump Dan On Pump Pada Pasien-Pasien Yang Menjalani Bedah Pintas Arteri Koroner di rumah sakit Haji Adam Malik.

Santoso, T., 2014, ‘Intervensi Koroner Perkutan’, in Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A., K, S. M., Setiyohadi, B., and Syam, F. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th edn. Jakarta: Interna Publishing, pp. 1480–1490.

Selnes, Ola A., Gottesman, Rebecca F.,. Grega, Maura A., Baumgartner, William A., Zeger, Scott L., and McKhann, Guy M., 2012, ‘Cognitive and Neurologic Outcomes after Coronary-Artery Bypass Surgery’.

Sousa, A. G. De, Zenaide, M., Fichino, S., Silveira, G., Cortez, F., Bastos, C. and Piotto, R. F., 2015, ‘Epidemiology of coronary artery bypass grafting at the Hospital Beneficência Portuguesa , São Paulo’, pp. 33–39. doi:

10.5935/1678-9741.20140062.

Stone, G. W., Maehara, A., Lansky, A. J., de Bruyne, B., Cristea, E., Mintz, G. S., Mehran, R., McPherson, J., Farhat, N., Marso, S. P., Parise, H., Templin, B.,

47

White, R., Zhang, Z. and Serruys, P. W., 2011, ‘A Prospective Natural-History Study of Coronary Atherosclerosis’, New England Journal of Medicine, 364(3), pp. 226–235. doi: 10.1056/NEJMoa1002358.

Tatsuishi, W., Adachi, H., Murata, M., Tomono, J., Okonogi, S., Okada, S., Hasegawa, Y., Ezure, M., Kaneko, T. and Ohshima, S., 2015, ‘Postoperative Hyperglycemia and Atrial Fibrillation After Coronary Artery Bypass Graft Surgery’, 79,January, pp. 112–118. doi: 10.1253/circj.CJ-14-0989.

Vainrub, S., Patanwala, A. E. and Cosgrove, R.,2014. ‘NIH Public Access’, 48(1), pp. 48–53. doi: 10.1177/1060028013510489.Bleeding.

Weintraub, W. S., Karlsberg, R. P., Tcheng, J. E., Boris, J. R., Buxton, A. E., Dove, J. T., Fonarow, G. C., Goldberg, L. R., Heidenreich, P., Hendel, R.

C., Jacobs, A. K., Lewis, W., Mirro, M. J., Shahian, D. M., Hendel, R. C., Bozkurt, B., Fonarow, G. C., Jacobs, J. P., Peterson, P. N., Roger, V. L., Smith, E. E., Tcheng, J. E., Wang, T. and Weintraub, W. S., 2011, ‘ACCF /

C., Jacobs, A. K., Lewis, W., Mirro, M. J., Shahian, D. M., Hendel, R. C., Bozkurt, B., Fonarow, G. C., Jacobs, J. P., Peterson, P. N., Roger, V. L., Smith, E. E., Tcheng, J. E., Wang, T. and Weintraub, W. S., 2011, ‘ACCF /

Dokumen terkait