• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.4 Rencana dan Strategi Pengembangan Obyek Wisata Secara

5.4.1 Faktor Strategi Internal dan Eksternal

5.4.1.1 Identifikasi Faktor Strategi Internal dan Eksternal A. Faktor Strategi Internal

a. Kekuatan 1. Potensi SDA

Kecamatan Payangan sebagai kawasan agropolitan memiliki lahan yang subur untuk pengembangan pertanian dalam arti luas, hamparan persawahan, perkebunan, kawasan berhutan, lembah dan perbukitan menciptakan keindahan alam yang alami.

2. Dukungan masyarakat

Masyarakat menyambut baik daerahnya dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, dengan menggali potensi yang dimiliki baik atas dasar usaha sendiri maupun atas bantuan pihak luar baik pemerintah, swasta, maupun lembaga independen lainnya.

3. Letak geografis yang strategis

Wilayah Payangan berada di jalur pariwisata Ubud, Batuan, Tegallalang, dan Kintamani dengan aksesibilitas yang memadai sehingga mudah untuk dijangkau.

4. Kelembagaan adat

Kuatnya ikatan sosial budaya masyarakat tercermin dengan adanya kelembagaan adat beserta perangkatnya, salah satu perangkatnya yaitu berupa aturan yang tertuang kedalam awig-awig baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Implementasi dari suatu kelembagaan adat adalah dengan keberadaan desa pekraman, sekehe, dan subak dalam mengatur tata guna air.

5. Sarana dan prasarana

Terbangunnya jalan-jalan dan jembatan, jaringan listrik, telepon yang telah tersebar luas. Sarana lain yang menunjang pengembangan pariwisata yaitu dengan berdirinya hotel, penginapan dan tempat rekreasi.

b. Kelemahan 1. Kondisi SDM

Tingkat pendidikan masyarakat secara umum relatif cukup rendah yang berpengaruh pada rendahnya sumber daya manusia yang ada.

2. Akses permodalan

Masih susahnya masyarakat memperoleh pendanaan yang mencukupi dalam mengembangkan usaha disamping karena masih tingginya suku bunga.

3. Promosi belum optimal

Masih kurangnya promosi terhadap potensi-potensi obyek wisata yang ada di Wilayah Payangan.

4. Akulturasi budaya

Masuknya budaya-budaya yang tidak sesuai dengan kultur masyarakat setempat.

5. Transportasi umum

Terbatasnya transportasi umum yang melayani mobilisasi orang maupun barang antar obyek wisata yang ada.

B. Faktor Strategi Eksternal a. Peluang

1. Dukungan kebijakan pemerintah

Ditetapkannya Payangan sebagai kawasan agropolitan, dan rencana pengembangan agrowisata pada kawasan-kawasan yang berpotensi. Mendorong pengembangan dan peningkatan kualitas kepariwisataan seperti tertuang dalam RPJMD Kabupaten Gianyar 2008-2013.

2. Keberadaan investor

Banyak investor yang berminat menanamkan modalnya dalam pengembangan pariwisata.

3. Kecenderungan minat wisatawan (wisata alam dan berdimensi tradisional) Wisatawan dewasa ini lebih menyukai menikmati keindahan dan berinteraksi langsung dengan alam serta masyarakat yang kaya akan adat dan tradisi. 4. Peluang pasar wisatawan domestik

Besarnya jumlah penduduk Indonesia merupakan peluang pasar yang potensial untuk dikembangkan.

5. Perkembangan iptek

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.

b. Ancaman

1. Persamaan jenis obyek dengan daerah lain

Banyak obyek wisata sejenis yang berkembang di daerah lain. 2. Stabilitas politik

Kegiatan pariwisata sangat rentan terhadap kondisi politik yang tidak menentu.

3. Ekonomi global

Situasi perekonomian dunia sangat berpengaruh terhadap pasang surutnya kunjungan wisatawan.

4. Alih fungsi lahan

Terjadinya perubahan fungsi lahan akibat terbangunnya sarana pariwisata, dimana banyak lahan-lahan pertanian dimanfaatkan sebagai sarana akomodasi. 5. Eksploitasi SDA

Pemanfaatan kawasan-kawasan sempadan sungai dan jurang sebagai sarana pariwisata.

5.4.1.2 Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal

Setelah dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor strategi internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman), selanjutnya dilakukan penyusunan matriks Internal Strategic Factors Analysis Summary

(IFAS) dan External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS). Penyusunan matriks ini untuk mengetahui tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh faktor- faktor tersebut dalam penentuan stretegi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan.

Tingkat kepentingan masing-masing faktor (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) diketahui berdasarkan tiga klasifikasi/pengelompokan nilai pembobotan dari selang yang diperoleh, yaitu: sangat penting, penting, dan cukup penting. Penentuan selang untuk masing-masing faktor diperoleh dengan cara mengurangi nilai bobot tertinggi dengan nilai bobot terendah, kemudian hasilnya dibagi tiga. Pengaruh masing-masing faktor diketahui dari nilai rating, dimana nilai rating 4 mewakili tingkat pengaruh sangat kuat, nilai rating 3 mewakili tingkat pengaruh agak/cukup kuat, nilai rating 2 mewakili tingkat

pengaruh agak/cukup lemah, dan nilai rating 1 mewakili tingkat pengaruh sangat lemah.

A. Analisis Faktor Strategi Internal

Melalui analisis faktor strategi internal dengan matriks IFAS, diperoleh kekuatan yang dapat dikembangkan dan kelemahan yang harus diminimalkan pada pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan (Tabel 32). Dari faktor kekuatan, dukungan masyarakat mencapai bobot tertinggi (0,116) sedangkan sarana dan prasarana mencapai bobot terendah (0,034), hasil pengurangannya (0,132) setelah dibagi tiga menghasilkan nilai selang sebesar 0,044. Dari nilai selang tersebut, diperoleh selang nilai bobot cukup penting dimulai dari 0,034 sampai dengan 0,078; selang nilai bobot penting dimulai dari 0,079 sampai dengan 0,122; dan selang nilai bobot sangat penting dimulai dari 0,023 sampai dengan 0,166.

Berdasarkan hasil analisis faktor kekuatan, dukungan masyarakat berperan sangat penting (nilai bobot 0,166) dan berpengaruh sangat kuat (nilai rating 4) terhadap pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Untuk potensi SDA, letak geografis yang strategis, dan kelembagaan adat, berperan penting (nilai bobot masing-masing 0,112; 0,095; dan 0,093) dengan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Sedangkan sarana dan prasarana, peranannya cukup penting (nilai bobot 0,034) dengan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3).

Analisis faktor kelemahan, dengan selang nilai bobot cukup penting dimulai dari 0,046 sampai dengan 0,098; selang nilai bobot penting dimulai dari 0,099 sampai dengan 0,150; dan selang nilai bobot sangat penting dimulai dari 0,151 sampai dengan 0,202. Menunjukkan bahwa kondisi SDM memiliki peranan sangat penting (nilai bobot 0,202) dan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3) pada pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Akses permodalan berperan penting (nilai bobot 0,101) dan memberikan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Sedangkan untuk promosi belum optimal (nilai bobot 0,088), akulturasi budaya (nilai bobot 0,063), dan

transportasi umum (nilai bobot 0,046) memiliki peranannya cukup penting dan berpengaruh cukup kuat (nilai rating 3).

Tabel 32 IFAS Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadudengan Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan

Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan :

1. Potensi SDA 0,112 3 0,336

2. Dukungan masyarakat 0,166 4 0,664

3. Letak geografis yang strategis 0,095 3 0,285

4. Kelembagaan adat 0,093 3 0,279

5. Sarana dan prasarana 0,034 3 0,102

Kelemahan :

1. Kondisi SDM 0,202 3 0,606

2. Akses permodalan 0,101 3 0,303

3. Promosi belum optimal 0,088 3 0,264

4. Akulturasi budaya 0,063 3 0,189

5. Transportasi umum 0,046 3 0,138

TOTAL 1,000 3,166

Sumber : Hasil Analisis (2011)

B. Analisis Faktor Strategi Eksternal

Matriks EFAS digunakan untuk melakukan analisis terhadap faktor strategi eksternal, baik menyangkut peluang maupun ancaman dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan (Tabel 33). Analisis faktor peluang, dengan selang nilai bobot cukup penting dimulai dari 0,043 sampai dengan 0,103; selang nilai bobot penting dimulai dari 0,104 sampai dengan 0,164; dan selang nilai bobot sangat penting dimulai dari 0,165 sampai dengan 0,224.

Dukungan kebijakan pemerintah, merupakan faktor peluang yang memiliki peranan sangat penting (nilai bobot 0,224)dan pengaruhnya sangat kuat (nilai rating 4) dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Kecenderungan minat wisatawan (wisata alam dan berdimensi tradisional) dengan nilai bobot 0,100 dan peluang pasar wisatawan domestik (nilai bobot 0,075), memiliki peranan cukup penting dan keduanya memberikan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Sedangkan untuk

perkembangan iptek, peranannya cukup penting (nilai bobot 0,043), namun pengaruhnya cukup lemah (nilai rating 2).

Analisis faktor ancaman, dengan selang nilai bobot cukup penting dimulai dari 0,071 sampai dengan 0,090; selang nilai bobot penting dimulai dari 0,091 sampai dengan 0,108; dan selang nilai bobot sangat penting dimulai dari 0,109 sampai dengan 0,127. Terdapat dua faktor yang sangat penting, yaitu: alih fungsi lahan (nilai bobot 0,127) dan stabilitas politik (nilai bobot 0,120), dimana keduanya memberikan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3) dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Eksploitasi SDA (nilai bobot 0,092) memiliki peranan penting dengan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Persamaan jenis obyek dengan daerah lain (nilai bobot 0,090) dan ekonomi global (nilai bobot 0,071), berperanan cukup penting dan pengaruhnya cukup kuat.

Tabel 33 EFAS Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadudengan Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan

Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang :

1. Dukungan kebijakan pemerintah 0,224 4 0,896

2. Keberadaan investor 0,058 3 0,174

3. Kecenderungan minat wisatawan

(wisata alam dan berdimensi tradisional) 0,100 3 0,300 4. Peluang pasar wisatawan domestik 0,075 3 0,225

5. Perkembangan iptek 0,043 2 0,086

Ancaman :

1. Persamaan jenis obyek dengan daerah lain 0,090 3 0,270

2. Stabilitas politik 0,120 3 0,360

3. Ekonomi global 0,071 3 0,213

4. Alih fungsi lahan 0,127 3 0,381

5. Eksploitasi SDA 0,092 3 0,276

TOTAL 1,000 3,181

Sumber : Hasil Analisis (2011)

5.4.2 Analisis Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE)

Analisis matriks internal-eksternal (IE) digunakan untuk memperoleh strategi yang lebih detail. Berdasarkan hasil analisis faktor strategi internal dan analisis faktor strategi eksternal, diperoleh nilai total skor faktor internal sebesar

3,166 dan nilai total skor faktor eksternal sebesar 3,181. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan, memiliki faktor internal dan faktor eksternal yang tergolong kuat (tinggi). Apabila masing-masing parameter ini dipetakan ke dalam matriks IE, diketahui bahwa pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan berada pada sel 1. Artinya, strategi yang diperlukan yaitu melalui strategi pertumbuhan dengan lebih berkonsentrasi pada integrasi vertikal (Gambar 25).

Nilai Total Skor Faktor Strategi Internal

Tinggi Rata-Rata Lemah

4 3,166 3 2 1 Nilai To tal Sko r Fak to r Strat eg i Ek stern al 1 2 3 Tinggi 3,181 3 GROWTH Konsentrasi melalui integrasi vertikal GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal RETRENCHMENT Turnaround 4 5 6 Sedang STABILITY Hati-hati GROWTH Konsentrasi melalui integrasi horizontal STABILITY Tidak ada perubahan

profit strategi RETRENCHMENT Captive Company atau Divestment 2 7 8 9 Rendah GROWTH Diversifikasi konsentrik GROWTH Diversifikasi konglomerat RETRENCHMENT Bangkrut atau Likuidasi 1

Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2009)

Gambar 25 Hasil Analisis Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE)

Menurut Rangkuti (2009), strategi pertumbuhan dengan integrasi vertikal dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya internal maupun sumber daya eksternal. Melalui backward integration (mengambil alih fungsi supplier)

atau melalui forward integration (mengambil alih fungsi distributor) sebagai strategi utama untuk kawasan dengan posisi kompetitif pasar yang kuat (high market share).

5.4.3 Analisis Matriks Space

Hasil analisis matriks space dapat mempertajam strategi yang akan dikembangkan (Gambar 26). Parameter yang digunakan dari hasil analisis faktor strategi internal dan analisis faktor strategi eksternal, yaitu selisih dari skor faktor internal (kekuatan – kelemahan) dan selisih dari skor faktor eksternal (peluang – ancaman) dengan perhitungan sebagai berikut:

kekuatan – kelemahan = 1,666 – 1,500 = 0,166 peluang – ancaman = 1,681 – 1,500 = 0,181 Berbagai Peluang Kuadran III Strategi Turn-Around Kuadran I Strategi Agresif Kelemahan Kekuatan Internal Internal Kuadran IV Strategi Defensif Kuadran II Strategi Diversifikasi Berbagai Ancaman

Gambar 26 Hasil Analisis Matriks Space

Hasil analisis menunjukkan, bahwa strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan berada di Kuadran I, yaitu melalu strategi agresif. Posisi ini sangat menguntungkan, dimana

kawasan memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan menerapkan strategi pertumbuhan yang agresif (Marimin 2008).

5.4.4 Analisis SWOT

Penentuan strategi alternatif yang sesuai untuk pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah, dilakukan dengan membuat matriks SWOT (Gambar 27). Memperhatikan hasil analisis matriks IE dan hasil analisis matriks space, maka posisi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah, berada pada Kuadran I. Oleh karena itu strategi alternatif yang dipilih adalah strategi SO (StrengthsOpportunities) sebagai strategi utama, yaitu strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya.

Berdasarkan analisis SWOT didapatkan tiga rumusan rencana dan strategi utama yang dapat dikembangkan, yaitu : (1) rencana meningkatkan keterkaitan sektoral, dengan strategi meningkatkan keterpaduan antar sektor yang ada melalui pengembangan iptek; (2) memperkenalkan dan menawarkan potensi obyek wisata yang ada, dengan pengembangan paket-paket wisata melalui kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat; dan (3) memperkuat kepariwisataan, dengan membangun kemitraan dan membentuk jejaring. Keberhasilan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah bisa tercapai, apabila diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan, serta diadakan pemantauan dan evaluasi pada tahap-tahap pelaksanaannya.

5.4.5 Kerangka Pengembangan Wilayah dengan Memadukan