• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.6 Kondisi Kepariwisataan

5.1.3 Indeks Daya Penyebaran dan Indek Daya Kepekaan

Untuk mengetahui sektor-sektor mana saja yang mempunyai kemampuan untuk memacu pertumbuhan sektor-sektor hulu dan/atau hilirnya, baik melalui keterkaitan input (mekanisme pasar input) maupun melalui keterkaitan output

(mekanisme pasar output) dapat dianalisis menggunakan daya penyebaran dan derajat kepekaan. Daya penyebaran merupakan jumlah dampak yang ditimbulkan akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi, sedangkan derajat kepekaan merupakan jumlah dampak yang menimbulkan perubahan permintaan akhir suatu sektor akibat perubahan seluruh sektor ekonomi.

Daya penyebaran dan derajat kepekaan belum dapat dipakai untuk membandingkan dampak yang terjadi pada setiap sektor, karena adanya perbedaan sifat dari permintaan akhir masing-masing sektor. Untuk itu perlu dilakukan normalisasi, yaitu dengan cara membagi rata-rata dampak pada suatu sektor dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Sehingga diperoleh Indeks Daya Penyebaran (IDP) dan Indeks Derajat Kepekaan (IDK).

Nilai IDP lebih besar dari satu menunjukkan bahwa daya penyebaran suatu sektor berada di atas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi, dengan kata lain sektor tersebut mempunyai kemampuan untuk merangsang pertumbuhan sektor-sektor hulunya. Sebaliknya, nilai IDP kurang dari satu menunjukkan sektor tersebut kurang mampu menarik sektor-sektor penyedia input untuk sektor tersebut.

Demikian juga untuk IDK, nilai lebih besar dari satu menunjukkan bahwa derajat kepekaan suatu sektor lebih tinggi dari rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi, dimana sektor tersebut mempunyai kemampuan mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya sebagai pemakai output sektor tersebut. Sedangkan untuk nilai IDK kurang dari satu berlaku sebaliknya.

Dari Gambar 11, bisa dilihat nilai IDP dan IDK dari masing-masing sektor perekonomian di Kabupaten Gianyar tahun 2009. Untuk sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, seperti industri tanpa migas, nilai IDP dan IDK-nya masing-masing 1,2287 dan 3,3444. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri tanpa migas memiliki daya penyebaran dan daya kepekaan di atas rata-rata seluruh sektor ekonomi. Dengan kata lain sektor industri tanpa migas mempunyai kemampuan relatif permintaan akhir dalam merangsang pertumbuhan produksi total seluruh sektor perekonomian, maupun dalam memenuhi permintaan akhir keseluruhan sektor perekonomian.

Demikian halnya dengan sektor perdagangan besar dan eceran dengan nilai IDP sebesar 1,5405 dan nilai IDK sebesar 1,1622, serta sektor hotel dengan nilai IDP dan IDK masing-masing sebesar 1,0338 dan 1,5166. Dimana sektor perdagangan besar dan eceran maupun sektor hotel, memiliki kemampuan yang hampir sama dengan sektor industri tanpa migas, memiliki daya penyebaran dan daya kepekaan di atas rata-rata seluruh sektor ekonomi.

Untuk sektor restoran, dengan nilai IDP lebih dari satu (1,2511) atau di atas rata-rata, mengindikasikan sektor ini mampu dalam meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor hulunya. Namun kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya, karena mempunyai nilai IDK di bawah rata- rata yaitu sebesar 0,8844.

Berbeda halnya dengan sektor jasa hiburan dan rekreasi, nilai IDP (0,8914) maupun IDK (0,6029) sektor ini masih dibawah rata-rata yaitu kurang dari satu. Berdasarkan nilai IDP dan IDK yang dimilikinya sektor jasa hiburan dan rekreasi dikelompokkan sebagai sektor yang kurang mampu memacu pertumbuhan sektor-sektor hulu maupun hilirnya.

Gambar 11 Nilai Indeks Daya Penyebaran dan Nilai Indeks Daya Kepekaan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009

Untuk sektor-sektor pertanian, hanya sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang mempunyai nilai IDP (1,4221) dan IDK (1,2451) di atas rata-rata seluruh sektor ekonomi. Sektor tanaman bahan makanan, dengan nilai IDP kurang dari

0.9936 0.6029 0.6239 0.6027 0.7452 0.7170 0.7894 0.6832 1.1435 1.0310 0.8361 1.1527 1.5166 0.8844 1.1622 1.0137 0.8690 3.3444 0.7178 0.7872 0.6411 1.2451 0.8298 1.0676 0.9027 0.8914 0.8777 0.8896 0.8213 1.0373 0.8279 1.0307 0.8821 1.0103 1.0343 1.0338 1.0338 1.2511 1.5405 1.3466 1.0515 1.2287 0.7251 0.9315 0.7591 1.4221 0.7755 0.6952 0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 4.0000

Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Sosial Kemasyarakatan Pemerintahan Umum Jasa Perusahaan Lembaga Keuangan tanpa Bank Sewa Bangunan Jasa Penunjang Keuangan Bank Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan Angkutan Jalan Raya Hotel Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Bangunan Listrik, gas dan air bersih Industri Tanpa Migas Penggalian Perikanan Kehutanan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan

IDP IDK

satu (0,6952) atau di bawah rata-rata, mengindikasikan sektor ini kurang mampu dalam meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor hulunya. Namun mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya, karena mempunyai nilai IDK di atas rata-rata yaitu sebesar 1,0676. Sedangkan sektor tanaman perkebunan (IDP 0,7755; IDK 0,8298), kehutanan(IDP 0,7591; IDK 0,6411), dan perikanan(IDP 0,9315; IDK 0,7872) adalah sektor-sektor sektor yang kurang mampu memacu pertumbuhan sektor-sektor hulu maupun hilirnya.

Secara garis besar, sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Gianyar tahun 2009 dapat dikelompokkan berdasarkan Indeks Daya Penyebaran (IDP) dan Indeks Derajat Kepekaan, seperti ditunjukkan dalam Tabel 30.

Tabel 30 Pengelompokan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Berdasarkan Nilai IDP dan IDK

IDP > 1 IDP < 1

3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1. Tanaman Bahan Makanan

7. Industri Tanpa Migas 16. Bank

9. Bangunan

IDK > 1 10. Perdagangan Besar dan Eceran

12. Hotel

13. Angkutan Jalan Raya

15. Komunikasi

8. Listrik, gas dan air bersih 2. Tanaman Perkebunan

11. Restoran 4. Kehutanan

IDK < 1 14. Jasa Penunjang Angkutan 5. Perikanan

17. Jasa Penunjang Keuangan 6. Penggalian

19. Lembaga Keuangan tanpa Bank 18. Sewa Bangunan

20. Jasa Perusahaan

21. Pemerintahan Umum

22. Jasa Sosial Kemasyarakatan

23. Jasa Hiburan dan Rekreasi

24. Jasa Perorangan dan Rumah

Tangga

Sumber : Hasil Analisis (2011)

Empat Kuadran Pengelompokan sektor-sektor ekonomi berdasarkan nilai IDP dan IDK (Daryanto dan Hafizrianda 2010; Woroutami 2010) :

‐ Kuadran II adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP di bawah rata-rata, tetapi IDK di atas rata-rata

‐ Kuadran III adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP di atas rata-rata, tetapi IDK di bawah rata-rata

‐ Kuadran IV adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP dan IDK di bawah rata-rata.

5.1.4 Multiplier Effect

Berdasarkan perlakuan terhadap sektor rumah tangga, multiplier atau angka pengganda dibagi menjadi dua jenis yaitu multiplier Tipe I dan multiplier

Tipe II. Multiplier Tipe I dihitung berdasarkan inverse matriks Leontief atau matriks (I-A)-1, dimana sektor rumah tangga diperlakukan secara exogenous. Pada

multiplier Tipe II sektor rumah tangga dimasukkan dalam matriks saling ketergantungan (endogeneous) atau disebut model tertutup (close model), sehingga multiplier Tipe II, tidak hanya menghitung dampak langsung dan tidak langsung, tetapi termasuk juga dampak dari induksi, yaitu dampak dari perubahan pola konsumsi rumah tangga akibat peningkatan pendapatan terhadap kinerja sistem perekonomian wilayah.

Multiplier effect menyatakan kelipatan dampak secara langsung dan tidak langsung peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap total kegiatan ekonomi wilayah. Berdasarkan Tabel I-O Kabupaten Gianyar tahun 2009, dilakukan analisis multiplier effect Type I, yang meliputi: output multiplier, total value added multiplier, dan income multiplier.

5.1.4.1 Output multiplier

Nilai output multiplier seperti ditunjukkan pada Gambar 12, sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, seperti: perdagangan besar dan eceran, restoran, industri tanpa migas, hotel, serta jasa hiburan dan rekreasi, masing-masing secara berurutan menduduki peringkat ke: 1, 4, 5, 9, dan 15. Sektor perdagangan besar dan eceran memiliki nilai output multiplier tertinggi (2,5560). Artinya, bila permintaan akhir sektor perdagangan besar dan eceran meningkat 1 milyar rupiah, maka dampak pada total output seluruh sektor

perekonomian wilayah Kabupaten Gianyar akan meningkat sebesar 2,5560 milyar rupiah.

Pada sektor-sektor pertanian, hanya sektor peternakan dan hasil-hasilnya bisa mencapai sepuluh besar nilai output multiplier yaitu berada pada peringkat ke-2. Selanjutnya, sektor perikanan (peringkat ke-13), tanaman perkebunan (peringkat ke-21), kehutanan (peringkat ke-22), dan sektor tanaman bahan makanan berada pada posisi terakhir (peringkat ke-24) dengan nilai output multiplier sebesar 1,1535 setelah sektor penggalian. Untuk mampu meningkatkan posisi tawar, sektor-sektor pertanian harus mampu mengimbanginya dengan dilakukannya peningkatan kuantitas, mutu produksi dan tata kelola yang baik melalui peningkatan keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya.

Gambar 12 Nilai Output multiplier Tipe I Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009

1.4978 1.4791 1.4563 1.4760 1.3628 1.7212 1.3737 1.7102 1.4635 1.6763 1.7161 1.7154 1.7154 2.0759 2.5560 2.2343 1.7446 2.0388 1.2032 1.5456 1.2595 2.3597 1.2868 1.1535 0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga

Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Sosial Kemasyarakatan Pemerintahan Umum Jasa Perusahaan Lembaga Keuangan tanpa Bank Sewa Bangunan Jasa Penunjang Keuangan Bank Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan Angkutan Jalan Raya Hotel Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Bangunan Listrik, gas dan air bersih Industri Tanpa Migas Penggalian Perikanan Kehutanan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan

Tercapainya keterpaduan antar sektor perekonomian diharapkan mampu memberikan pengaruh terhadap pembentukan total output. Melalui skenario peningkatan final demand pada tabel Input-Output Kabupaten Gianyar tahun 2009 terhadap konsumsi rumah tangga sebesar 10%, meningkatkan total output sebesar 1,79% atau sebesar Rp 341.281,91 juta. Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: peternakan dan hasil-hasilnya (4,11%); perikanan (3,81%); listrik, gas, dan air bersih (3,07%); tanaman bahan makanan (3,05%); dan sewa bangunan (2,94%).

Skenario peningkatan final demand melalui belanja pemerintah sebesar 10%, mampu meningkatkan total output sebesar Rp 64.020,95 juta (0,34%). Sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah pemerintahan umum (9,44%), selanjutnya sektor jasa perorangan dan rumah tangga (0,56%), jasa sosial kemasyarakatan (0,54%), hotel (0,41%), dan bangunan (0,19%).

Skenario peningkatan final demand melalui pembentukan modal tetap bruto (investasi) sebesar 10%, meningkatkan total output sebesar Rp 141.440,10 juta (0,74%). Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: bangunan (4,80%), penggalian (3,61%), kehutanan (1,84%), industri tanpa migas (1,38%), dan jasa penunjang keuangan (1,27%).

Skenario peningkatan final demand melalui ekspor barang dan jasa sebesar 10%, mampu meningkatkan total output sebesar Rp 1.338.074,26 juta (7,01%). Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: jasa hiburan dan rekreasi (9,99%), hotel (8,70%), angkutan jalan raya (8,13%), perdagangan besar dan eceran (8,09%), dan jasa perusahaan (7,86%).

Skenario yang dilakukan menunjukkan, bahwa kenaikan ekspor memberikan peningkatan tertinggi terhadap pembentukan total output. Bila dicermati, tingginya kenaikan ekspor masih didominasi oleh sektor-sektor sekunder dan tersier, sedangkan sektor-sektor primer sebagai tumpuan perekonomian masyarakat, seperti pertanian dan industri kerajinan (industri tanpa migas) peningkatannya masih cukup rendah. Kondisi ini juga memberikan gambaran, bahwa kegiatan ekspor secara langsung oleh pihak produsen masih tergolong rendah. Kenaikan terhadap konsumsi rumah tangga (posisi kedua), memberikan pembentukan total output cukup besar pada sektor-sektor primer.

Kenaikan investasi pada posisi ketiga sebelum kenaikan konsumsi pemerintah. Kenaikan investasi yang dilakukan ternyata memberikan pengaruh cukup kecil terhadap pembentukan total output perekonomian di Kabupaten Gianyar.

5.1.4.2 Total value added multiplier

Berdasarkan nilai total value added multiplier yang ditampilkan pada Gambar 13. Sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata memiliki nilai dampak terhadap nilai tambah bruto (NTB) cukup bervariasi. Untuk sektor-sektor pertanian, secara umum masih relatif rendah memberikan dampak terhadap nilai tambah bruto (NTB). Sektor perdagangan besar dan eceran mencapai nilai tertinggi yaitu sebesar 8,2933, yang menunjukkan bahwa apabila permintaan akhir sektor ini meningkat 1 milyar rupiah, akan memberikan dampak pada peningkatan NTB sebesar 8,2933 milyar rupiah.

Gambar 13 Nilai Total value added multiplier Tipe I Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009

1.3591 1.3591 1.3591 1.3591 1.2673 1.8000 1.2424 1.8000 1.3682 1.5748 1.6200 1.6261 1.5976 2.1543 8.2933 2.8234 1.6277 2.4595 1.1108 1.4388 1.1587 2.5185 1.1844 1.0935 0.0000 2.0000 4.0000 6.0000 8.0000 10.0000 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga

Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Sosial Kemasyarakatan Pemerintahan Umum Jasa Perusahaan Lembaga Keuangan tanpa Bank Sewa Bangunan Jasa Penunjang Keuangan Bank Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan Angkutan Jalan Raya Hotel Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Bangunan Listrik, gas dan air bersih Industri Tanpa Migas Penggalian Perikanan Kehutanan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan

Sektor-sektor berikutnya yang termasuk sepuluh besar pemberi dampak terhadap NTB, yaitu sektor bangunan (2,8234) peringkat ke-2; peternakan dan hasil-hasilnya (2,5185) peringkat ke-3; industri tanpa migas (2,4595) peringkat ke-4; restoran (2,1543) peringkat ke-5; jasa penunjang keuangan (1,8000) peringkat ke-6; lembaga keuangan tanpa bank (1,8000) peringkat ke-7; listrik, gas dan air bersih (1,6277) peringkat ke-8; angkutan jalan raya (1,6261) peringkat ke- 9; jasa penunjang angkutan (1,6200) peringkat ke-10. Sebagai sektor pemberi dampak terkecil terhadap NTB adalah sektor tanaman bahan makanan (1,0935) berada pada peringkat ke-24.

5.1.4.3 Income multiplier

Analisis terhadap income multiplier, seperti ditunjukkan pada Gambar 14, sektor perdagangan besar dan eceran yang paling tinggi memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga yaitu sebesar 4,7240. Sebagai salah satu sektor yang bersentuhan langsung dengan pariwisata, sektor ini mampu memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar 4,7240 milyar tiap kenaikan 1 milyar permintaan akhirnya. Sektor peternakan dan hasil-hasilnya menduduki posisi ke-2 dengan nilai dampak terhadap pendapatan mencapai 3,2512. Sektor angkutan jalan raya (2,8213) berada pada posisi ke-3, ini menunjukkan sektor angkutan memegang peranan penting dalam pergerakan perekonomian, yaitu melalui mobilisasi barang maupun orang dalam memperlancar proses produksi.

Sektor listrik, gas dan air bersih; jasa penunjang keuangan; industri tanpa migas; bangunan; restoran; sewa bangunan; dan penggalian, masing-masing menduduki posisi ke-4 sampai ke-10 dalam sepuluh besar sektor pemberi dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga. Untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan, di Kabupaten Gianyar telah mengupayakan menekan sektor penggalian. Namun fenomena yang terjadi, justru sektor ini memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga cukup besar (posisi ke- 10) dalam perekonomian di wilayah Kabupaten Gianyar. Ini menunjukkan sektor penggalian masih menjadi mata mencaharian yang menguntungkan bagi sebagian

masyarakat, karena untuk mendapatkannya tidak membutuhkan skill yang tinggi, cukup bermodalkan tenaga dan peralatan seadanya.

Gambar 14 Nilai Total Income multiplier Tipe I Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009

Sektor-sektor lain yang bersentuhan dengan industri pariwisata dan sektor- sektor pertanian, seperti: tanaman perkebunan (1,5732) di posisi ke-12, hotel (1,5639) pada posisi ke-13, perikanan (1,3838) di posisi ke-17, jasa hiburan dan rekreasi (1,3638) pada posisi ke-18, tanaman bahan makanan (1,2107) di posisi ke-21, serta kehutanan (1,0888) di posisi terakhir. Kenaikan permintaan akhir dari sektor-sektor tersebut masih menduduki posisi dibawah sepuluh besar pemberi dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga.

Berdasarkan analisis I-O Kabupaten Gianyar tahun 2009, baik menyangkut keterkaitan antar sektor maupun multiplier, menunjukkan pariwisata adalah sektor yang cukup strategis, terutama sektor pedagang besar dan eceran.

1.3412 1.3638 1.1517 1.0920 1.2232 1.6086 1.6544 2.2545 1.5175 1.4933 1.5023 2.8213 1.5639 1.7216 4.7240 1.8424 2.5499 1.8766 1.6152 1.3838 1.0888 3.2512 1.5732 1.2107 0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 4.0000 5.0000 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga

Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Sosial Kemasyarakatan Pemerintahan Umum Jasa Perusahaan Lembaga Keuangan tanpa Bank Sewa Bangunan Jasa Penunjang Keuangan Bank Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan Angkutan Jalan Raya Hotel Restoran Perdagangan Besar dan Eceran Bangunan Listrik, gas dan air bersih Industri Tanpa Migas Penggalian Perikanan Kehutanan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Tanaman Perkebunan Tanaman Bahan Makanan

Sektor ini adalah salah satu sektor penyangga perekonomian Kabupaten Gianyar karena dijadikan sebagai sumber-sumber pertumbuhan. Kondisi ini sangat memungkinkan, terutama dengan keberadaan art shop maupun perdagangan lainnya sebagai penunjang industri kepariwisataan.

Sektor penyangga lainnya adalah: sektor pertanian, sektor industri pengolahan, hotel dan restoran, serta jasa-jasa (BPS & Bappeda Kab. Gianyar 2010b). Dari sektor-sektor ini, jasa hiburan dan rekreasi sebagai bagian dari jasa- jasa dan terutama sektor pertanian pada komponen tanaman bahan makanan, memiliki dampak multiplier yang cukup rendah. Disamping itu nilai keterkaitannya juga rendah dan sektor yang berkaitan juga sedikit. Kebelakang sektor tanaman bahan makanan berkaitan dengan 14 sektor, yaitu: (7) industri tanpa migas, (1) tanaman bahan makanan, (13) angkutan jalan raya, (10) perdagangan besar dan eceran, (24) jasa perorangan dan rumah tangga, (3) peternakan dan hasil-hasilnya, (19) lembaga keuangan tanpa bank, (9) bangunan, (11) restoran, (22) jasa sosial kemasyarakatan, (14) jasa penunjang angkutan, (18) sewa bangunan, (16) bank, dan (4) kehutanan. Kedepan sektor tanaman bahan makanan berkaitan dengan 8 sektor, yaitu: (7) industri tanpa migas, (23) jasa hiburan dan rekreasi, (12) hotel, (11) restoran, (1) tanaman bahan makanan, (3) peternakan dan hasil-hasilnya, (22) jasa sosial kemasyarakatan, dan (5) perikanan.

Sebagai sektor riil, pertanian telah terdesak oleh perkembangan sektor- sektor lainnya, dimana salah satunya adalah akibat perkembangan sektor pariwisata. Faktor lain yang terjadi adalah menurunnya produktivitas pertanian akibat tingginya biaya produksi pertanian dibandingkan harga jualnya. Banyak para petani beralih pada usaha lain yang lebih menguntungkan dan karena adanya desakan ekonomi, memicu terjadi alih funsi lahan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan keterkaitan antar sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Gianyar. Semakin kuat keterkaitan antar sektor dan semakin banyak sektor-sektor yang terkait, maka akan berdampak pada meningkatnya perekonomian wilayah, baik menyangkut total output, nilai tambah, maupun pendapatan masyarakat.

5.2 Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan