• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.2 Sosial dan Budaya 1 Demograf

Berdasarkan hasil registrasi penduduk di Kecamatan Payangan dalam 5 tahun terakhir menunjukkan, komposisi penduduk laki-laki dan perempuan hampir berimbang tiap tahun. Kondisi ini bisa dilihat dari nilai sex ratio yang berkisar antara 99,64 sampai 100,55. Dilihat dari sebaran penduduk dalam luas wilayah 75,88 km2 mencapai 461 jiwa/km2 pada tahun 2005, terus meningkat sampai pada tahun 2008 dan tahun 2009 menjadi 473 jiwa/km2.

Laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Payangan selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 sebesar 1,9%, menjadi 0,42% pada periode berikutnya (2007-2008) dan terus menurun sampai pada periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 menjadi 0,15%. Secara lebih rinci kondisi penduduk di Kecamatan Payangan bisa dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Kondisi Penduduk Kecamatan Payangan Tahun 2005-2009

No Jenis Data Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 1. Laki-Laki (L) 17.529 17.780 17.869 17.915 17.938 2. Perempuan (P) 17.433 17.845 17.905 17.944 17.975 3. Penduduk (L+P) 34.962 35.625 35.774 35.859 35.913 4. Sex Ratio 100,55 99,64 99,80 99,84 99,79 5. Kepadatan/km2 461 469 471 473 473 6. Pertumbuhan (%) 1,9 0,42 0,24 0,15

Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010)

4.2.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan suatu penduduk secara umum berkorelasi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkannya. Peningkatan SDM melalui pendidikan bisa dilakukan karena pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran dan interaksi sosial. Melalui pendidikan proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) terjadi. Pendidikan juga merupakan instrumen utama dalam internalisasi, adaptasi, akulturasi, pewarisan

nilai-nilai antar generasi dan penciptaan budaya baru tanpa meninggalkan karakteristik budaya setempat.

Dilihat dari perspektif ekonomi, pendidikan dapat memacu pertumbuhan suatu wilayah. Peningkatan kualitas pendidikan akan meningkatkan produktivitas yang berimbas pada peningkatan pendapatan, menurunya kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat.

Penduduk Payangan dalam lima tahun terakhir, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkannya masih didominasi oleh tamatan SD yaitu pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 tetap sebesar 15.631 orang dan cenderung meningkat dalam dua tahun terakhir menjadi 15.885 orang pada tahun 2009. Menyusul lulusan SLTP dan SMU yang memiliki kecenderungan yang sama dalam lima tahun terakhir. Berbeda halnya dengan lulusan akademi/PT yang menurun dalam dua tahun terakhirnya. Data selengkapnya ditunjukkan dalam Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kecamatan Payangan Tahun 2005-2009

No Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 1. Belum Sekolah 2.948 2.948 2.948 3.477 3.481 2. Belum Tamat SD 3.259 2.948 3.259 3.581 3.585 3. SD 15.631 15.631 15.631 15.861 15.885 4. SLTP 7.002 7.002 7.002 7.183 13.338 5. SMU 5.029 5.029 5.029 5.136 5.146 6. Akademi/PT 642 642 642 621 622

Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010)

4.2.3 Ketenagakerjaan

Perkembangan ketenagakerjaan di Kecamatan Payangan selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 seperti tertuang dalam Tabel 15, sempat mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2007, kemudian naik lagi di tahun 2008 menjadi 27.476 orang dan tidak ada kenaikan sampai tahun 2009. Pada tahun 2009, sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian sebanyak 15.006 orang (54,61%), selanjutnya sektor perkebunan sebanyak 3.725

orang (13,56%) dan ketiga terbanyak menyerap tenaga kerja adalah sektor peternakan yang sebanyak 3.680 orang ( 13,39% ).

Tabel 15 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kecamatan Payangan Tahun 2005-2009

No Lapangan Usaha Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 1. Pertanian 15.002 15.002 15.002 15.006 15.006 2. Peternakan 3.370 3.370 3.370 3.680 3.680 3. Perikanan 142 142 142 142 142 4. Perkebunan 3.527 3.527 3.527 3.725 3.725 5. Perdagangan 1.285 1.285 1.285 1.289 1.289 6. Industri 2.871 2.871 2.877 2.598 2.598

7. Listrik, Air Minum 10 10 10 11 11

8. Angkutan 875 875 875 224 224

9. Perbankan, Lembaga Keuangan - - - 261 261 10. Pemerintahan, Jasa-Jasa 2.135 2.135 2.135 540 540

Jumlah 29.217 29.217 29.223 27.476 27.476

Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010)

4.2.4 Budaya

Budaya Bali secara umum dan Payangan pada khususnya tidak bisa terlepas dari yang namanya kesenian. Kesenian dalam perspektif orang Bali merupakan bagian dari kehidupan sosio religi masyarakat. Kegiatan berkesenian akan selalu melengkapi setiap kegiatan keagamaan masyarakat sebagai rasa syukur dan bakti mereka kehadapan Sang Pencipta. Pada perkembangannya kegiatan berkesenian telah menimbulkan banyak corak dan ragamnya sebagai bentuk kreatifitas masyarakat yang tinggi.

Kenyataan ini bisa dilihat dari semua desa yang ada di Payangan mempunyai sekehe/organisasi kesenian diantaranya seperti sekehe gong/gambelan, topeng, barong, wayang, sekehe santhi, dan lainnya. Sekehe yang mendominasi adalah sekehe gong dimana di tiap desa terdapat 3 sampai dengan 9 sekehe. Untuk sekehe wayang wong ada di Desa Buahan Kaja, di Desa Melinggih Kelod ada sekehe kecak, dan di Desa Melinggih ada sekehe gambuh.

4.2.5 Kelembagaan

Kehidupan sosial budaya masyarakat Payangan dan di Bali pada umumnya memiliki keunikan dibandingkan daerah lainnya di luar Bali. Dalam tata pemerintahan disamping adanya pemerintahan yang bersifat administratif, juga ada kelembagaan sebagai bagian dari kapital sosial yang bersifat adat sesuai

sociocultural masyarakatnya. Kelembagaan adat yang dikenal dengan sebutan

desa pakraman (desa adat) merupakan salah satu bentuk pemerintahan di Bali yang khas dan sudah terstruktur.

Desa pakraman mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata karma pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun-temurun dalam ikatan Khayangan Tiga atau Kahyangan Desa yang berpegang pada falsafah hidup berdasarkan konsep Tri Hita Karana, Tatwam Asi, dan Desa Kala Patra. Ketiga konsep ini memiliki hubungan yang sangat relefan dari segi konsep berkelanjutan dalam pengembangan suatu wilayah.

Aspek berkelajutan merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan suatu wilayah. Konsep keberlanjutan yaitu dengan tetap terjaganya keseimbangan atau keharmonisan hubungan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan sebagai tiga unsur penting.

Secara lebih luas dan sebelumnya telah ada, aspek keberlanjutan bisa dilihat melalui konsep Tri Hita Karana (Parhyangan, Pawongan, dan

Palemahan), yang diartikan sebagai hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya. Di dunia ini manusia merupakan salah satu penentu dari ketiga unsur ini, karena melalui manusia keseimbangan-keseimbangan baru akan terbentuk. Konsekuensi dari terbentuknya keseimbangan baru merupakan dampak dari hukum sebab-akibat, sehingga diantara komponen alam perlu adanya saling menjaga (Tatwam Asi). Untuk mampu menjaga keseimbangan dengan lebih baik, manusia harus mampu menyesuaikan diri pada tempat, waktu, dan situasi kondisi dalam alam dan lingkungan yang ditempatinya (Desa Kala Patra).

Desa Pakraman sebagai local wisdom mempunyai karakteristik yang sangat spesifik sebagai suatu sistem kekerabatan yang mewarnai kehidupan sosial budaya masyarakat. Desa pakraman memiliki wilayah atau palemahan yang

terdiri dari satu atau lebih banjar pakraman yang merupakan satu kesatuan. Batas wilayah yang dimiliki secara fisik ditentukan oleh batas-batas alam seperti sungai, bukit, sawah, jalan, dan sebagainya.

Setiap kegiatan adat dan keagamaan diatur melalui aturan adat tersendiri yang tertuang kedalam peraturan desa yang disebut dengan awig-awig. Kehadiran awig-awig di dalam masyarakat merupakan alat pembersatu sekaligus sebagai alat kontrol dalam tatalaku dan perbuatan masyarakat desa. Jaringan organisasi yang terdapat didalam struktur masyarakat adat merupakan jalur penyampaian pendapat dan pembahasan keputusan yang solid. Kuatnya ikatan kekerabatan dan ikatan emosional dapat dijadikan modal dasar dengan prinsip partisipatif untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam pemerintahan adat, masing‐masing desa adat bersifat otonom dengan segala perangkat yang dimilikinya, dimana setiap desa adat mempunyai aturan tersendiri yang berlaku bagi desa/banjar yang bersangkutan. Walaupun demikian, aturan-aturan yang tertuang dalam awig‐awig sama sekali tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku dalam pemerintahan administratif.

Di Kecamatan Payangan pada tahun 2009 secara keseluruhan tercatat seperti ditunjukkan dalam Tabel 16, ada sebanyak 48 desa adat dengan 59 banjar adat. Dalam tatakelola air untuk irigasi terdapat kelembagaan tradisional yang disebut dengan subak. Subak merupakan sistem irigasi yang memiliki kearifan lokal dan berbasiskan masyarakat (Sutawan 2003).

Tabel 16 Jumlah Desa Adat, Banjar Adat, dan Subak di Kecamatan Payangan Tahun 2009

No Desa Desa Adat Banjar Adat Subak Yeh

1. Buahan Kaja 8 8 10 2. Buahan 5 5 2 3. Kerta 8 8 6 4. Puhu 6 7 10 5. Kelusa 3 6 4 6. Bresela 1 3 1 7. Bukian 8 11 8 8. Melinggih Kelod 4 6 4 9. Melinggih 5 5 3 48 59 48

Terdapat dua macam subak berdasarkan fungsinya, yaitu subak yeh

(subak) untuk pertanian lahan basah terdata sebanyak 48 subak yang terdistribusi di masing-masing desa. Untuk pertanian lahan kering disebut subak abian

sejumlah 17 yang hanya terdapat di beberapa desa saja. Organisasi pemuda atau

sekehe truna sebagai wadah kaula muda menyalurkan aspirasi dan kreatifitasnya dalam ruang gerak pembangunan, terdapat disemua desa pada masing-masing banjar.

4.3 Perekonomian

Perekonomian masyarakat Payangan bertumpu pada sektor-sektor seperti pertanian, industri, perdagangan dan jasa. Sebagai masyarakat agraris, pertanian menjadi sektor utama yang dikembangkan dengan didukung oleh ketersediaan lahan yang memadai. Perkembangan perekonomian masyarakat juga ditunjang oleh keberadaan koperasi-koperasi dan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang ada di setiap desa.

4.3.1 Pertanian

Kegiatan pertanian secara luas yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat Payangan. Pertanian tanaman pangan yang banyak dikembangan oleh petani meliputi tanaman padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, dan kacang tanah (Tabel 17). Hasil produksi tanaman-tanaman ini selain untuk dijual sebagian dipakai untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Tabel 17 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktifitas Pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan Payangan Tahun 2009

No Jenis Tanaman Luas Tanam (ha) Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktifitas (kw/ha) 1. Padi 3.761 3.761 2.0795,73 55,29 2. Jagung 110 60 301,17 50,20 3. Ubi Jalar 170 137 2.189,14 159,79 4. Ubi Kayu 170 137 2.183,14 159,35 5. Kacang Tanah 67 67 144,32 21,54

Tanaman padi sebagai tanaman utama yang menempati luas lahan 3.761 ha mencapai hasil produksi sebesar 2.0795,73 ton dengan produktifitas mencapai 55,29 kw/ha. Kalau dilihat dari produktifitasnya tanaman ubi jalar dan ubi kayu yang tinggi yaitu mencapai 159,79 kw/ha dan 159,35 kw/ha. Komoditi lain yang dikembangkan oleh masyarakat Payangan adalah tanaman hortikultura seperti ditunjukkan dalan Tabel 18, dimana pada tahun 2009 berdasarkan kuantitasnya, tanaman cabe rawit mencapai produksi paling tinggi yaitu 15.087 kw, disusul oleh tanaman buncis dengan produksi 8.281 kw, kubis sebesar 2.050 kw, petsai atau sawi sebesar 1.605 kw, labu siam, tomat, cabe dengan masing-masing produksi mencapai 319 kw, 290 kw, dan 140 kw.

Kapasitas produksi dari budidaya tanaman sayur-sayuran maupun pertanian lainnya dilakukan berdasarkan kebutuhan dan besarnya permintaan pasar. Peningkatan permintaan bisa dilakukan melalui perbaikan kualitas dan kuantitas produksi dengan dukungan produktifitas yang memadai. Komoditi sayur-sayuran bisa dijadikan produk unggulan bila dilakukan pengelolaan dengan baik dan benar (Suambara 2007).

Tabel 18 Produksi Sayuran di Kecamatan Payangan Tahun 2009

No Jenis Tanaman Produksi (kw)

1. Kubis 2.050 2. Petsai/sawi 1.605 3. Cabai 140 4. Tomat 290 5. Buncis 8.281 6. Cabe Rawit 15.087 7. Labu Siam 319

Sumber : BPS dan Bappeda Kabupaten Gianyar (2010a)

Pada tanaman buah-buahan ada berbagai macam tanaman buah yang dikembangkan, seperti terinci pada Tabel 19. Jenis tanaman pisang menempati jumlah terbanyak yaitu mencapai 262.568 pohon dengan produksi 1.720 ton per tahun. Tanaman pisang banyak diusahakan masyarakat karena disamping dipanen buahnya, permintaan pasar terhadap daun pisang juga banyak terutama jenis

pisang batu. Berikutnya tanaman jeruk sejumlah 39.969 pohon dengan produksi mencapai 488,9 ton per tahun.

Jenis buah-buahan banyak dibutuhkan masyarakat Bali untuk memenuhi keperluan upacara-upacara keagamaan. Peluang pasar yang tercipta cukup besar, sehingga untuk memenuhinya masyarakat Payangan mengusahakan berbagai macam tanaman buah-buahan dan mencapai lebih dari tigabelas jenis yang tersebar di semua desa di Kecamatan Payangan.

Tabel 19 Jumlah Pohon dan Produksi Buah-Buahan di Kecamatan Payangan Tahun 2009 No Jenis Tanaman Pohon Produksi (ton) No Jenis Tanaman Pohon Produksi (ton) 1. Jeruk 39.969 488,9 8. Rambutan 4.536 68 2. Sawo 997 24 9. Salak 26.993 8,8 3. Nanas 2.480 3,3 10. Apokat 1.570 93,8 4. Pepaya 5.559 1,2 11. Mangga 773 3,25 5. Pisang 262.568 1.720 12. Manggis 7.408 226,9 6. Nangka 9.582 155 13. Durian 6.600 80 7. Duku 285 - 14. Lainnya 303 -

Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010)

Tanaman perkebunan yang diusahakan masyarakat payangan melalui perkebunan rakyat, umumnya merupakan perkebunan campuran. Jenis tanaman perkebunan yang banyak diusahakan masyarakat Payangan adalah tanaman kopi, cengkeh, kelapa, tembakau, kakao, dan panili, yang pada tahun 2009 mencapai luas tanam dan produksi seperti terlihat dalam Tabel 20.

Tabel 20 Luas Tanam dan Produksi Perkebunan di Kecamatan Payangan Tahun 2009

No Jenis Tanaman Luas Tanam (ha) Produksi (kw)

1. Kopi 256,93 1.198,60 2. Cengkeh 23,00 41,70 3. Kelapa 991,00 5.271,60 4. Tembakau 15,00 101,30 5. Kakao 204,40 1.163,30 6. Panili 25,35 11,90

Peternakan yang dibudidayakan masyarakat Payangan pada tahun 2009 seperti terlihat pada Tabel 21 dapat dibedakan menjadi ternak besar yaitu sapi dengan populasi 17.301 ekor. Ternak kecil yang terbanyak dipelihara adalah babi 42.192 ekor dan kambing populasinya cukup sedikit hanya 13 ekor. Ternak unggas yang dipelihara terdiri dari ayam ras petelor maupun pedaging, ayam buras, dan itik. Populasi unggas terbanyak diusahakan adalah ayam buras 118.385 ekor dan yang paling sedikit populasi itik sebanyak 13.960 ekor.

Tabel 21 Populasi Ternak di Kecamatan Payangan Tahun 2009

No Jenis Ternak Populasi

1. Sapi 17.301

2. Kambing 13

3. Babi 42.192

4. Ayam Ras Petelor 20.000

5. Ayam Ras Pedaging 91.300

6. Ayam Buras 118.385

7. Itik 13.960

8. Lainnya 218

Sumber : BPS Kab. Gianyar (2010)

4.3.2 Industri

Sektor industri yang berkembang di Kecamatan Payangan adalah industri kategori sedang, kecil, dan yang terbanyak adalah kerajinan rumah tangga sejumlah 1.829 buah yang mampu menyerap sebanyak 3.404 orang tenaga kerja. Industri kecil sebanyak 34 buah dengan serapan tenaga kerja 179 orang, industri sedang hanya ada 4 buah menyerap tenaga kerja 104 orang, untuk industri besar sementara ini belum ada (Tabel 22).

Tabel 22 Banyaknya Perusahaan Industri dan Tenaga Kerja yang Terserap di Kecamatan Payangan Tahun 2009

No Katagori Industri Jumlah (buah) Tenaga Kerja (orang)

1. Besar - -

2. Sedang 4 104

3. Kecil 34 179

4. Kerajinan Rumah Tangga 1.829 3.404

Produk yang dihasilkan dari industri-industri tersebut ada berupa jajanan tradisional, kerajinan kayu, dan ukir-ukiran. Pembuatan jajanan tradisional biasanya untuk memenuhi keperluan upacara maupun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kerajinan kayu maupun ukir-ukiran perkembangannya semakin bagus seiring banyaknya peminat dan pesanan untuk memenuhi kebutuhan sektor pariwisata.

4.3.3 Perdagangan dan Jasa

Pergerakan perekonomian di Kecamatan Payangan ditunjang oleh adanya kegiatan perdagangan dan jasa sebagai tempat perputaran finansial yang menunjang denyut nadi perekonomian kawasan Payangan. Kegiatan perdagangan yang banyak berkembang adalah pasar umum untuk memenuhi berbagai keperluan masyarakat, rumah makan, warung maupun toko yang menjual kebutuhan sehari-hari, dan art shop yang menjual barang-barang kerajinan seni sebagai penyedia barang-barang cenderamata bagi wisatawan.

Usaha jasa yang berkembang diantaranya bank, LPD, dan KUD, disamping itu ada juga usaha jasa perseorangan dan koperasi-koperasi. Keberadaan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang dikelola oleh desa pakraman untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan simpan pinjam untuk keperluan konsumtif maupun modal usaha. Banyaknya sarana perdagangan dan jasa dalam lima tahun terakhir dirinci dalam Tabel 23.

Tabel 23 Sarana Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Payangan Tahun 2005 - 2009

No Jenis Sarana Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 1. Pasar Umum 2 2 2 2 2 2. Restoran/Rumah Makan 5 5 6 4 4 3. Warung 344 344 362 358 358 4. Art Shop 19 19 19 12 12 5. Bank - - - 5 5 6. LPD - - - 48 48 7. KUD - - - 1 1

4.4 Kehutanan

Wilayah Payangan maupun Kabupaten Gianyar tidak mempunyai kawasan hutan, yang ada hanya berupa daerah berhutan seperti hutan rakyat, hutan milik, hutan adat, dan sempadan mata air. Hutan rakyat berada di atas tanah milik dan tanah adat. Hutan milik, adalah hutan rakyat yang dibangun dan dikelola di atas tanah-tanah milik; hutan adat atau hutan desa adalah hutan yang dibangun dan dikelola di atas tanah desa.

4.5 Kondisi Sarana dan Prasarana