• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

B. Cara Menghadapi Problematika Tahfidzul

1. Faktor Managemen Waktu

Managemen waktu adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian waktu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Para informan banyak mengalami kesulitan dalam masalah managemen waktu. Mereka harus membagi waktu antara menghafalkan Al qura’an, menjaga hafalan dan juga mengerjakan kesibukan mereka masing-masing.

Dengan melihat teori dan hasil penelitian di lapangan maka managemen waktu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam menghafalkan Al Quran. jika seorang penghafal Al Quran mampu mengatur waktunya dengan baik antara menambah hafalan dan menjaga hafalannya, maka insya Allah akan mencapai hasil yang diinginkan.

2. Faktor Motivasi

Di antara faktor yang mempengaruhi hasil belajar salah satunya adalah faktor psikologis. Faktor psikologis adalah faktor psikis yang

81

ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikologis tersebut antara lain: tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain sebagainya (Sriyanti, 2011: 24).

Orang yang menghafalkan Al Quran, sangat membutuhkan motivasi dari orang-orang terdekat, kedua orang tua, keluarga dan kerabat. Dengan adanya motivasi, ia akan lebih bersemangat dalam menghafalkan Al Quran, dan tentu hasilnya akan berbeda jika motivasi yang didapat kurang (Wahid, 2014: 140).

Banyak informan yang merasa kurang mendapatkan dukungan dan motivasi dari orang tua mereka, sehingga hal itu sangat mengganggu mereka dalam proses menghafalkan Al Quran.

Dengan melihat dari teori dan hasil temuan di lapangan, dapat diketahui faktor motivasi sangat berpengaruh dalam proses menghafalkan Al Quran. karena apabila seseorang memiliki motivasi yang kuat, akan mempunyai banyak energi untuk menghafalkan Al Quran..

3. Faktor Kecerdasan

Kecerdasan merupakan salah satu faktor pendukung dalam menjalani proses menghafalkan Al Quran. setiap individu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Sehingga cukup mempengaruhi terhadap proses hafalan yang dihadapi (Wahid, 2014: 141). Tingkat kecerdasan akan mempengaruhi daya serap serta berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar (Sriyanti, 2011: 25).

82

Salah satu masalah yang dihadapi oleh informan KJ adalah bahwa dia merasa dirinya memiliki kecerdasan yang kurang. Jika menghafalkan Al Quran tidak cepat masuk. Terkadang sampai pusing karena dia tidak bisa-bisa (KJ, 05-07-2015).

Berdasarkan kajian teori dan hasil temuan penelitian di lapangan yang dikemukakan di atas, maka faktor kecerdasan memang mempengaruhi seseorang dalam menghafalkan Al Quran meski tidak semua yang menghafalkan Al Quran itu harus memiliki kecerdasan yang tinggi. Karena kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor utama dalam menghafalkan Al Quran.

4. Faktor kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi orang yang akan menghafalkan Al Quran. jika tubuh sehat maka proses menghafalkan akan menjadi lebih mudah dan cepat tanpa adanya penghambat, dan batas waktu menghafalpun menjadi relative cepat (Wahid, 2014: 139).

Informan KLF dan KJ mengaku proses menghafalkan Al Qurannya terhenti ketika mereka sakit. KLF pernah mengalami sakit selama 3 bulan, sehingga dia tidak bisa menghafalkan Al Quran.

Berdasarkan kajian teori dan hasil temuan penelitian di lapangan, maka faktor kesehatan sangat mempengaruhi seseorang dalam menghafalkan Al Quran. karena saat menghafalkan Al Quran

83

dibutuhkan badan yang fit dan fres agar menghafakan Al Qurannya bisa maksimal.

5. Faktor Suasana Rumah

Bagi santri kalong aktivitas menghafalkan Al Quran kebanyakan adalah di rumah. Suasana rumah yang tenang dapat mendukung keberhasilan belajar anak. Suasana rumah yang gaduh, misalnya jumlah anggaota keluarga terlalu besar, atau rumah sekaligus sebagai tempat usaha tidak akan memberikan kenyamanan dan ketenangan anak dalam belajar(Munjahid, 2007: 11).

Salah satu problematika yang dihadapi ADA adalah suasana rumah yang kurang mendukung untuk menghafalkan Al Quran. situasi rumah yang ramai dan gaduh membuat konsentrasinya sedikit berkurang. Terkadang juga kalau lagi banyak orang membuatnya sungkan untuk menghafalkan Al Quran (ADA, 02-07-2015).

Hubungan antara teori dan temuan penelitian adalah bahwa kondisi rumah yang kurang nyaman digunakan untuk belajar atau menghafalkan Al Quran dapat menyebabkan kesulitan seseorang dalam belajar ataupun menghafalkan Al Quran. sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi proses dan hasil santri kalong dalam menghafalkan Al Quran.

6. Faktor Gangguan Asmara

Persoalan ini muncul karena mayoritas penghafal Al Quran itu berada pada jenjang usia pubertas, sehingga mulai tertarik dengan

84

lawan jenis. Hal ini dapat mengganggu konsentrasi dalam menghafalkan Al Quran. berhubungan dengan lawan jenis yang lazimnya orang menyebut dengan pacaran. Jika hal ini dilakukan, maka hampir seluruh konsentrasinya tersita hanya untuk memikirkan lawan jenisnya saja yang setiap saat dapat menjelma di hati penghafal Al Quran dan wajahnya selalu muncul pada bayangan matanya, sehingga bayangan pada tulisan, baris dan halaman mushaf akan tertutupi oleh bayangan pada kekasihnya (Sugianto, 2004: 102).

Masalah yang paling mengganggu dalam menghafalkan Al Quran adalah lawan jenis. Karena saat hati sedang tersakiti oleh lawan jenis yang dicintainya itu menjadikan rasa malas atau sukar dalam menghafalkan Al Quran (KJ, 05-07-2015).

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian teori yang telah penulis ungkapkan di atas, maka berhubungan dengan lawan jenis dalam hal ini yang dimaksud adalah pacaran dapat mengganggu konsentrasi seseorang dalam menghafalkan Al Quran. Selain hal ini kurang etis untuk dilakukan oleh penghafal Al Quran, hal ini juga dapat mendorong seseorang untuk berbuat dosa. Kebanyakan kegagalan dalam menghafalkan Al Quran yang terjadi adalah karena tidak bisa menahan godaan yang datang dari lawan jenisnya.

7. Faktor Lupa Saat Hafalan Disetorkan

Lupa adalah suasana tidak ingat yang bukan dalam keadaan mengantuk atau tidur. Lupa merupakan suatu problem yang tidak

85

hanya dialami oleh sebagian kecil penghafal Al Quran, namun hampir seluruh penghafal Al Quran mengalaminya. Hal yang biasa terjadi adalah bahwa ayat yang dihafal dipagi hari telah hafal dengan lancar, namun disaat mengerjakan soal lain, sore harinya tidak membekas, bahkan bila dicoba langsung diperdengarkan (disetorkan) kepada guru pembimbing, satu ayatpun tidak ada yang terbayang (Sugianto, 2004: 100).

Informan KJ mengaku bahwa dirinya sering lupa saat menyetorkan hafalan pada guru mengajinya. Saat di rumah dia merasa sudah hafal namun ketika buat jalan dari rumah sampai kepondok untuk menyetorkan hafalannya sudah lupa lagi. Terkadang dia masih sering dibimbing atau diingatkan perayat oleh gurunya (KJ, 05-07-2015).

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan kajian teori di atas, maka lupa memang suatu problem yang sering dihadapi oleh para penghafal Al Quran. tidak hanya pada santri kalong, bahkan pada santri yang mukimpun juga demikian.

B. Cara menghadapi Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong

1. Faktor Managemen Waktu

Cara yang dilakukan oleh informan MC dalam masalah pembagian waktu adalah dengan menghafalkan Al Quran di manapun dan kapanpun dia berada selagi bisa menghafalkan Al Quran, informan KLF dengan sesibuk apapun menyempatkan waktu untuk

86

menghafalkan Al Quran setiap harinya, sedangkan informan ADA dengan menyediakan waktu khusus untuk Al Quran.

Dari temuan data tersebut penulis dapat menyimpulkan cara yang harus dilakukan dalam menyikapi masalah managemen waktu adalah antara lain sebagai berikut:

a. Setiap Hari Ada Waktu Khusus untuk Al Quran.

Salah satu indikator bahwa kita memandang penting dalam menghafalkan Al Quran adalah dengan memberikan perhatian khusus terhadapnya. Wujud perhatian khusus terhadap Al Quran adalah memberikan waktu khusus untuk al Quran setiap hari, baik membaca, menghafalkan, maupun menjaganya. Apabila kita sudah menetapkannya, berikutnya ialah mematuhi dan konsisten. Lebih-lebih bagi orang yang memiliki banyak aktivitas, tentu hal ini sangat penting untuk diperhatikan.

Upayakan waktu khusus yang kita tetapkan tersebut adalah waktu yang istimewa atau yang pas untuk menghafal. Waktu yang istimewa untuk setiap orang tentu berbeda-beda. Dan yang lebih tahu kapan waktu yang pas untuk menghafal adalah yang menghafal sendiri.

Bagi orang yang memiliki kesibukan yang padat, waktu tidak harus lama. Yang terpenting adalah ditetapkan, pada waktu istimewa, dan dipatuhi. Dengan jadwal yang tetap, berapapun waktu tidak akan terbagi untuk Al quran.

87

Saat menetapkan jadwal, janganlah memilih waktu yang biasanya kondisi kita tidak prima, sudah lelah, mengantuk, tidak bisa fokus dan kondisi-kondisi lemah lainnya. Tujuannya adalah agar waktu yang sedikit itu hasilnya maksimal. Inilah pentingnya memilih waktu yang istimewa. Jadi bukan waktu luang yang tersisa. Bukan setelah mengerjakan ini dan itu. Mungkin waktunya luang, tetapi kondisi kita tidak mungkin untuk menghafal. Bila dipaksakan, menghafal terasa berat dan akhirnya tidak maksimal atau bahkan timbul rasa bosan.

Bila kita konsisten terhadap jadwal untuk Al Quran dan memilihnya pada waktu yang istimewa, Allah akan memberikan keberkahan pada seluruh waktu kita. Jangan khawatir, kita tidak akan merugi bila menyediakan waktu khusus untuk Al Quran setiap hari. Hafalan beres, insya Allah urusan yang lain juga beres.

b. Memanfaatkan Setiap Waktu dan Kesempatan untuk Mengulang Hafalan

Ketika seseorang telah mulai menghafal, atau sudah memiliki sejumlah hafalan, hingga sudah hafal 30 juz, hendaknya ia memanfaatkan setiap kesempatan untuk membaca hafalannya. Ini berlaku di luar jadwal wajib yang telah ditetapkan sendiri untuk Al Quran. setiap ada kesempatan, hendaknya jangan disia-siakan. Inilah yang juga menjadi salah satu keistimewaan menjadi penghafal Al Quran. yaitu pikiran dan hatinya selalu disibukan dengan Al Quran.

88

setiap ada kesempatan yang terbersit dalam pikirannya adalah hafalannya.

Hal inilah yang juga dilakukan oleh informan MC dalam menjaga hafalan Al Qurannya. Dalam setiap kesempatan yang dia bisa untuk menghafalkan Al Quran, maka diapun menghafalkannya (MC, 07-07-2015). Misalnya, waktu adzan dan iqamah, menunggu kendaraan, naik kendaraan, menungggu acara, atau menunggu antrean. Dengan demikian bila banyak orang mengatakan, menunggu adalah hal yang membosankan, penghafal Al Quran mengatakan, menunggu adalah hal yang menyenangkan.

2. Faktor Motivasi

Dalam menghadapi problematika yang terjadi karena masalah motivasi atau tidak adanya dukungan dari keluarga informan MC banyak shering atau bercerita dengan teman, sama juga deng informan ADA yang mengadapi masalah tersebut dengan banyak berteman dengan orang-orang yang menghafalkan Al Quran, dari teman0meman tersebut mereka mendapatkan motivasi dan semangat baru.

Menurut hemat penulis, cara yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah motivasi tersebut adalah dengan cara cebagai berikut:

a. Meluruskan Niat dan Mengetahui Keutamaan Menghafal Al Quran.

89

Dalam melakukan aktivitas ibadah apapun, perkara pertama yang harus diperhatikan adalah niat. Karena niat menjadi syarat diterimanya amal. Keikhlasan akan memunculkan semangat dan ketahanan seorang muslim dalam menjalankan setiap perintah Allah dengan maksimal. Termasuk dalam menghafalkan Al Quran. keikhlasan dalam menghafalkan Al quran akan sangat kuat jika didasari dengan pemahaman yang kuat tentang keutamaan dan kemuliaan menghafalkan Al Quran.

Prinsipnya kalau mau menghafalkan Al Quran, kita harus bertanya pada diri sendiri: “untuk apa saya menghafalkan Al Quran?,” atau “ apa yang saya cari atau saya inginkan dari menghafalkan Al Quran?”.

Ketika niat seseorang bukan karena Allah, melainkan karena kepentingan duniawi, biasanya akan mudah putus ditengah jalan. Atau ketika seseorang tidak memahami keutamaan menghafalkan Al Quran, akan mudah dikalahkan oleh urusan-urusan lain yang dianggapnya lebih penting.

Untuk itu, kita perlu mengetahui tentang keistimewaan dan keutamaan menghafalkan Al Quran, agar lebih bersemangat dan menjadikan Al quran sebagai prioritas.

b. Berteman dengan Orang yang Menghafalkan Al Quran

Orang yang menghafalkan Al Quran terutama bagi santri kalong, sangat membutuhkan motivasi dari orang-orang terdekat,

90

orang tua, dan keluarga. Jika mereka tidak mendapatkan motivasi dari keluarga maka banyak-banyaklah berteman dengan orang yang menghafalkan Al Quran. atau bergabunglah dengan dalam majlis-majlis Al Quran.

Bergaul atau mendatangi orang-orang yang memiliki semangat dalam menghafalkan Al quran untuk sekedar sharing atau meminta nasihat itu sangat penting untuk menambah semangat dan motivasi. Bahkan kadang dengan bertemu orang yang hafidz atau hafidzoh bisa membuat kita semangat.

Namun perlu diingat, dalam kondisi jenuh atau kurang semangat, janganlah cerita pada orang yang tidak semangat pula, karena nanti malah bisa menjadikan kita lebih tidak semangat lagi.

3. Faktor Kecerdasan

Cara yang dilakukan oleh informan KJ dalam menghadapi masalah kecerdasan adalah dengan menanamkan prinsip yang penting dijalani meski bagaimanapun susahnya, tetap istiqomah dan rajin menghafal.

Dari temuan data dan teori yang ada penulis berpendapat bahwa untuk menghadapi masalah kecerdasan, yang perlu dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut:

a. Istiqamah

Pada dasarnya kecerdasan bukanlah penentu keberhasilan dalam menghafalkan Al Quran, namun keistiqamahan sang

91

penghafal itu sendiri. Walaupun seseorang memiliki kecerdasan yang tinggi, tapi jika tidak istiqamah maka akan kalah dengan orang yang memiliki kecerdasan yang biasa-biasa saja, tetapi dia istiqamah.

Sebaiknya orang yang menghafalkan Al Quran itu mempunyai jadwal kegiatan sehari-hari agar proses menghafal materi baru dan mengulang hafalan sebelumnya bisa berjalan dengan lancar dan istiqamah. Dengan adanya jadwal kegiatan, kita akan merasa lebih mudah untuk terus istiqamah. Tentunya, hal ini akan berbeda bila kita tidak membentuk atau memprogram jadwal kegiatan, sehingga istiqamah akan sulit untuk dijalankan (Wahid, 2014: 36).

b. Bersungguh-sungguh

Allah yang berkuasa untuk memudahkan menghafal Al Quran. Namun perlu bukti kesungguhan terlebih dahulu untuk memberikan itu. Berusaha keras dan semaksimal mungkin yang bisa dilakukan. Siap berkorban waktu, pikiran, tenaga dan sebagainya. Jika bersungguh-sungguh dan serius, maka akan mendapatkan banyak jalan dan kemudahan untuk menghafalkan Al Quran meski tidak mempunyai kecerdasan yang tinggi.

c. Sabar

Sabar merupakan kunci kesuksesan untuk meraih cita-cita, termasuk cita-cita dan keinginan untuk menghafalkan Al Quran.

92

Kesulitan akan kita hadapi jika tidak mempunyai sifat sabar dalam menghafalkan Al Quran. oleh karena itu, tidak boleh mengeluh dan patah semangat dalam proses menghafal.

Extra sabar sangat dibutuhkan karena proses menghafalkan Al Quran memerlukan waktu yang relatif lama, konsentrasi dan fokus terhadap hafalan. Kita harus sabar dalam menghafalkan ayat demi ayat, halaman demi halaman, lembar demi lembar, surat demi surat dan juz demi juz yang kita lewati.

Saat menghafalkan Al Quran, kita akan mengalami masalah yang mononton, gangguan dan cobaan dari berbagai arah. Terkadang ujian ini dapat membuat sang penghafal Al Quran berpaling dari hafalannya. Demikian juga kesulitan dalam variasi ayat-ayat Al Quran yang panjang dan pendek-pendek, kalimat yang sulit dibaca, dan lain sebagainya (Wahid, 2014: 114).

Semua kesulitan tersebut akan dapat dilalui jika kita memiliki kesabaran yang tinggi. Namun bila dalam proses menghafal kita tidak sabar, maka proses menghafalkan Al Quran yang sedang berjalan akan gagal dan macet di jalan.

4. Faktor Kesehatan

Bagi para penghafal Al Quran sangat disarankan untuk selalu menjaga kesehatan, sehingga ketika menghafalkan tidak ada

93

kendala karena rasa sakit yang diderita. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menjaga pola makan b. Menjadwal waktu tidur c. Berolahraga

5. Faktor Suasana Rumah

Tempat sangat menentukan kelancaran ketika proses menghafalkan Al Quran. terkait dengan tempat yang tenang dan tentram, hanya penghafal sendirilah yang bisa menentukannya. Cara yang biasa dilakukan oleh informan ADA dalam menghadapi masalah ini adalah dengan mencari waktu-waktu sepi, yaitu pas tengah malam setelah qiyamul lail untuk menambah hafalan.

Dari temuan data tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa cara yang dilakukan untuk menghadapi faktor suasana rumah yang kurang kondusif adalah dengan mencari tempat yang tenang dan menjauhi tempat-tempat ramai dan bising.

6. Faktor Gangguan Asmara

Faktor gangguan asmara ini sering dihadapi oleh para penghafal Al Quran, dan kebanyakan faktor inilah yang mengancap kegagalan dalam menghafalkan Al Quran. oleh karena itu, sebaiknya para penghafal Al Quran melakukan hal-hal berikut ini:

94 a. Menjauhi Segala Hal yang Sia-sia

Bagi para penghafal Al Quran, banyak melakukan hal yang sia-sia akan menyebabkan hati dan pikiran menjadi lembek dan manja, serta susah untuk berkonsentrasi. Akhirnya menghafalkan Al Quranpun terasa berat (Arham, 2014: 144).

Banyak waktu mungkin hanya digunakan untuk menonton televise, SMS an dengan lawan jenis, facebookan, update status yang tidak penting, internetan tanpa tujuan dan lain-lain. Hal-hal semacam itu sangat mengganggu dalam menghafalkan Al Quran dan banyak waktu terlewat begitu saja tanpa ada manfaatnya. b. Menjauhi Perbuatan Dosa dan Maksiat

Jika perbuatan yang sia-sia atau tidak bermanfaat saja begitu besar pengaruhnya, apalagi perbuatan yang dilarang. Di samping jelas akan mendapatkan dosa, juga akan mempengaruhi kualitas hafalan. Perbuatan maksiat bisa menjadi penghalang hati untuk menghafalkan Al Quran, termasuk di dalamnya adalah berpacaran atau berdua-duaan dengan lawan jenisnya,

Sebagai penghafal Al Quran hendaknya selalu menjaga semua perbuatan-perbuatan yang berbau maksiat. Dan juga mesti melaksanakan perintah Allah sekaligus menjauhi perbuatan yang dilarang Allah.

Orang yang menjauhkan dirinya dari perbuatan yang bersinggungan dengan kemaksiatan, niscaya Allah akan

95

membukakan pintu hatinya untuk selalu mengingat-Nya, mencurahkan hidayah kepadanya dalam memahami ayat-ayat-Nya, serta memudahkan menghafal dan mempelajari Al Quran. Oleh karena itu, penghafal Al Quran harus mampu menolak ajakan dan godaan-godaan setan agar tidak berpaling dari mengingat Allah dan melakukan perbuatan maksiat (Arham, 2014:146).

7. Faktor Lupa Saat Hafalan Disetorkan

Solisi yang bisa dilakukan untuk meminimalisasikan kelupaan adalah sebagai berikut:

a. Tidak Meninggalkan Hafalan Baru Terlalu Lama

Ibarat binatang buruan, hafalan yang baru adalah buruan yang baru saja kita tangkap. Maka buruan tersebut harus segera kita ikat atau kurung dengan baik. Demikian juga dengan hafalan yang baru. Hafalan yang baru harus benar-benar kuat, tidak boleh ada kesalahan sedikitpun, tidak terbata-bata, dan tidak tersendat-sendat.

Jangan pernah meninggalkan hafalan yang baru terlalu lama, karena hafalan yang baru sangat mudah hilang. Pastikan ayat atau surat yang telah dihafal pada pagi hari kondisinya masih baik dan kuat sampai malam hari atau sebaliknya.

96 b. Mengulang Hafalan

Lupa terkadang mencapai puncaknya sehingga sulit mengulangi apa yang telah dihafal. Materi yang dilupakan persis setelah dihafal akan memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada waktu untuk menghafal suatu teks yang tidak pernah dipelajari sebelumnya.

Jadi mengulang-ulang hafalan yang lupa itu lebih mudah daripada menghafal materi yang baru.

c. Mendengarkan dari Orang Lain atau Kaset

Metode tersebut dapat membantu dalam menjalani proses mengulang hafalan. Jika terdapat ayat yang lupa, dengan mengikuti bacaan dari orang lain maupun kaset, kita akan ingat kembali dengan hafalan yang lupa.

Lebih baik bacaan murattal dari kaset digunakan untuk membantu saja. Membantu dalam arti mengecek bacaan sendiri, mengingat atau mengakrapkan. Tetapi jangan dijadikan sebagai sandaran utama atau satu-satunya.

d. Mengerti Arti dari Ayat yang Dihafalkan

Mengetahui dan merenungkan makna-makna ayat Al Quran saat membaca itu akan membantu dan menetapkannya dalam hati, walaupun bisa saja seseorang menghafalakan Al Quran tanpa memahami yang ia baca. Tapi lebih ideal dan lebih

97

berkahnya kita juga berusaha memahami ayat atau surat yang hendak kita hafalkan.

Kalau tidak bisa bahasa Arab, caranya ayat atau surat yang hendak dibaca, kita lihat dulu terjemahannya. Kalau tidak bisa memahami perkata, minimal tahu secara global kandungan ayat yang hendak dihafal. Dengan demikian, dalam proses menghafal kita bisa sambil mengingat maknanya. Mengingat makna atau kandungannya sangat membantu untuk mengingat ayatnya (Sugianto, 20014: 101).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa cara yang harus dilakukan agar hafalan tidak lupa saat disetorkan adalah dengan senantiasa mengulang-ulang hafalannya sampai melekat di luar kepala.

98 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian di lapangan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil penelitian tentang problematika tahfidzul Quran bagi santri kalong di pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah adalah sebagai berikut:

1. Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong

Problematika yang dihadapi santri kalong dalam menghafalkan Al Quran adalah sebagai berikut:

a. Faktor managemenwaktu b. Faktor motivasi

c. Faktor kecerdasan d. Faktor kesehatan e. Faktor suasana rumah f. Faktor gangguan asmara

g. Faktor lupa saat hafalan disetorkan

2. Cara menghadapi Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong Cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi problematika tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

99

a. Faktor managemen waktu: Setiap hari ada waktu khusus untuk Al Quran dan memanfaatkan setiap waktu dan kesempatan untuk mengulang hafalan.

b. Faktor maotivasi: meluruskan niat, mengetahui keutamaan menghafalkan Al Quran dan banyak berteman dengan penghafal Al quran.

c. Faktor kecerdasan: istiqamah, bersungguh-sungguh dan sabar. d. Faktor kesehatan: menjaga pola makan, menjadwal waktu tidur, dan

berolahraga.

e. Faktor suasana rumah: mencari tempat yang tenang serta menjauhi

Dokumen terkait