• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURAN BAGI SANTRI KALONGDI PONDOK PESANTREN SIROJUDDINASSALAFIYAH KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2015 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURAN BAGI SANTRI KALONGDI PONDOK PESANTREN SIROJUDDINASSALAFIYAH KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2015 - Test Repository"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURAN

BAGI SANTRI KALONGDI PONDOK PESANTREN

SIROJUDDINASSALAFIYAH

KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

HETI INDAYANI

11111107

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

iii

PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURAN

BAGI SANTRI KALONGDI PONDOK PESANTREN

SIROJUDDINASSALAFIYAH

KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG

TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

HETI INDAYANI

11111107

JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(4)

iv

KEMENTRIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02. Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50712 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswi:

Nama : Heti Indayani

NIM : 111111107

Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI

Judul : PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURAN BAGI

SANTRI KALONG DI PONDOK PESATREN SIROJUDDIN ASSALAFIYAH KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG

Untuk diajukan dalam sidang munaqasah.

Demikian untuk menjadi periksa.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Salatiga, 7 September 2015

Pembimbing

Drs. H. Imam Baihaqi, M. Ag.

(5)

v

KEMENTRIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02. Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50712 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURANBAGI SANTRIKALONG DI PONDOK PESANTREN SIROJUDDIN ASSALAFIYAH

KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2015 DISUSUN OLEH

HETI INDAYANI

11111107

Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

(6)

vi

KEMENTRIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02. Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50712 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Heti Indayani

NIM : 11111107

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang

lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiyah.

Salatiga, 29 Agustus 2015

Penulis

(7)

vii

MOTTO

ُﮫَ ﻤﱠﻠَﻋ َ و َ نَا ْ ﺮُﻘﻟْا َ ﻢﱠﻠَﻌَﺗ ْ ﻦَ ﻣ ْ ﻢُﻛ ُﺮْﯿَ ﺧ

Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang

belajar Al Quran dan mengajarkannya.

(HR. Bukhari)

Berapapun umurmu, tiada kata terlambat untuk memulai

menghafalkan Al Quran kecuali tiada usaha untuk

(8)

viii

PERSEMBAHAN

1. Muara cinta yang tak berkesudahan yaitu kedua orang tuaku, Bapak

Sobikan dan Ibu Waliyati yang senantiasa tidak pernah lelah selalu

mendo’akan, mencurahkan kasih sayang dan banyak pengorbanan

untuk ku hingga aku seperti ini.

2. Bapak KH. Mahfudz Ridwan L.c dan ibu Hj. Nafisah pengasuh

pondok pesantren Edi Mancoro yang saya hormati dan selalu saya

harapkan ridlo dan berkah ilmunya.

3. Sahabat, kakak dan sekaligus guru spiritualku Maratun Chasanah

yang selalu memotivasi, memberikan semangat dan tak pernah

hentinya menyebut namaku dalam setiap doanya.

4. Kakak kandungku Mas Rohani dan Mas Hariyanto yang selalu

mendukungku.

5. Kakak-kakakku di pondok pesantren Edi Mancoro yang selalu

memberikan masukan dan menasehatiku Mbak Sari, Mbak Aulia Ulfa

D, dan Mbak Korifah.

6. Teman-temanku PAI C angkatan 2011 senasip seperjuangan.

7. Sahabatku Meylia Suryani, Faizatun, Khairul Jaza, Mangiyah dan

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan nikmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Problematika Tahfidzul Quran bagi

Santri Kalong di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah Kec. Parakan Kab.

Temanggung”.Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada manusia

teladan sepanjang masa beliau Nabi Agung Muhammad SAW.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyusun skripsi

ini dengan sebaik-baiknya, namun mengingat keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan penulis, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan agar skripsi ini benar-benar dapat menjadi sumbangan pemikiran yang

bermanfaat, terutama bagi para santri yang sedang maupun ingin berproses

menghafalkan Al Quran.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya pihak yang membantu

dan membimbing. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga.

(10)

x

4. Bapak Drs. H. Iman Baihaqi, M. Ag selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah mendidik dan membekali

berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

6. Ibu Hj. Ma’munah selaku pengasuh pondok pesantren Sirojuddin

Assalafiyah yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk penelitian.

7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mendidik, membimbing serta

memotivasi kepada penulis baik moral, finansial, maupun spiritual.

8. Keluarga besar pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah terutama para

santri kalong yang sedang berproses menghafalkan Al quran yang telah

membantu dalam memberikan informasi untuk keperluan penelitian.

Akhirnya penulis berdo’a semoga amal dan jasa baik semua pihak

mendapat balasan dari allah SWT yang setimbal. Amin.

Salatiga, 12 September 2015

Penulis

(11)

xi ABSTRAK

Indayani, Heti. 2015. Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah Kec. Parakan Kab. Temanggung. Skripsi, Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Drs. H. Imam Baihaqi, M. Ag.

Kata kunci: Probelematika Tahfidzul Quran, Santri Kalong

Kegiatan Tahfidzul Quran umumnya dilakukan oleh para santri yang menetap di pondok pesantren dengan mendapatkan perhatian dan peraturan yang ketat dari ustadz/ ustadzah di pondok serta mereka fokus menghafalkan Al Quran saja. Karena menghafalkan Al quran itu membutuhkan pengorbanan waktu dan tenaga yang cukup serta tempat yang khusus untuk menghafalkan Al quran. Namun lain halnya dengan santri kalong di pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah yang tetap menghafalkan Al Quran dengan tetap tinggal di rumah masing-masing di tengah banyaknya kesibukan dan aktivitas yang mereka lakukan. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui lebih dalam bagaimana problematika yang dihadapi santri kalong dalam menghafalkan Al quran dan bagaimana cara mereka dalam menghadapi problematika tersebut. Setelah dilakukannya penelitian secara mendalam diharapkan peneliti dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang bagaimana solusi yang harus dilakukan untuk mengatasi problematika tahfidzul Quran.

Metode yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitiaan dilakukan mulai bulan juli 2015 di pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah Kec. Parakan Kab. Temanggung. Informan adalah 5 santri kalong yang sedang berproses dalam menghafalkan Al Quran dan 1 pengasuh pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara. Kemudian data ditranskip menjadi data yang lengkap.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

PERSETUJUAN PEMBIMBING………. iv

PENGESAHAN KELULUSAN………... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……….. vi

MOTTO………... vii

F. Metodologi Penelitian... 9

G. Sistematika Penulisa... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tahfidzul Quran... 21

1. Pengertian Tahfidzul Quran...,... 21

2. Beberapa Kitab Mushaf...,... 22

3. Macam-macam Qira’at... 24

(13)

xiii

5. Syarat-syarat Tahfidzul Quran... 28

B. Tinjauan Konsep Belajar………....…... 32

1. Pengertian Belajar... 32

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Balajar... 33

3. Hubungan Belajar dengan Menghafal... 37

C. Problematika Tahfidzul Quran………... 39

1. Pengertian Problematika...,... 39

2. Problematika Tahfidzul Quran dan Solusinya... 40

3. Faktor-faktor Pendukung dalam Menghafalkan Al Quran... 45

4. Metode Menghafalkan Al Quran... 48

5. Kiat-kiat Memelihara Hafalan Al quran... 51

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah... 53

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah... 53

2. Letak Geografis Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah... 55

3. Sarana dan Prasarana... 55

4. Struktur Organisasi... 56

5. Keadaan Guru/Ustadz/Ustadzah... 58

6. Keadaan Santri... 59

7. Kegiatan di Lokal Pesantren... 59

(14)

xiv

Sirojuddin Assalafiyah...,... 61

B. Temuan Penelitian………... 64

1. Niat dan Motivasi Santri Kalong dalam Menghafalkan Al Quran... 64

2. Latar Belakang Santri Kalong... 66

3. Aktivitas Santri Kalong... 70

4. Problematika Tahfidzul Quran dan Cara Menghadapinya... 76

BAB IV PEMBAHASAN A. Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong... 83

1. Faktor Manageman Waktu... 83

2. Faktor Motivasi... 84.

3. Faktor Kecerdasan... 84

4. Faktor Kesehatan... 85

5. Faktor Suasana Rumah... 86.

6. Faktor Gangguan Asmara... 87

7. Faktor Lupa Saat Hafalan Disetorkan... 88

B. Cara Menghadapi Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong... 89

1. Faktor Managemen Waktu... 89

a. Setiap Hari Ada Waktu Khusus untuk Al Quran... 89

b. Memanfaatkan Setiap Waktu dan Kesempatan untuk MengulangHafalan.... 90

2. Faktor Motivasi... 91

(15)

xv

Keutamaan Menghafalkan Al Quran... 92

b. Berteman dengan Orang yang Menghafalkan Al Quran... 93

3. Faktor Kecerdasan... 93

a. Istiqamah... 94

b. Bersungguh-sungguh... 94

c. Sabar ... 95.

4. Faktor Kesehatan... 96

a. Menjaga Pola Makan... 96

b. Menjadwal Waktu Tidur... 96

c. Berolahraga... 96

5. Faktor Suasana Rumah... 96

6. Faktor Gangguan Asmara... 97

a. Menjauhi Segala Hal yang Sia-sia... 97

b. Menjauhi Perbuatan Dosa dan Maksiat.... 97

7. Faktor Lupa Saat Hafalan Disetorkan... 98

a. Tidak Meninggalkan Hafalan Baru Terlalu Lama... 98

b. Mengulangi Hafalan... 99

(16)

xvi

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Tabel 3. 1 Struktur Organisasi Pondok

Pesantren Sirojuddin Assalafiya 57

Tabel 3. 2 Data Asatidz di Pondok

Pesantren Sirojuddin Assalafiya 58

Tabel 3. 3 Jadwal Kegiatan MC Sehari-hari 70

Tabel 3. 4 Jadwal Kegiatan KLF Sehari-hari 71

Tabel 3. 5 Jadwal Kegiatan KJ Sehari-hari 72

Tabel 3. 6 Jadwal Kegiatan ADA Sehari-hari 74

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Laporan SKK

2. Nota Dosen Pembimbing Skripsi

3. Lembar Konsultasi

4. Surat Izin Penelitian

5. Surat Pernyataan Telah Meneliti

6. Pedoman Wawancara

7. Hasil Wawancara

8. Data Santri PP Sirojuddin Assalafiyah

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al Quran merupakan kalam Allah yang tiada tandingannya (mukjizat),

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril

alaihis salam, dimulai dari surat Al Fatihah dan diakhiri dengan surat An Nash,

dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan secara mutawatir

(Aminuddin, 1991: 15). Al Quran adalah kitab yang sangat mengagumkan bagi

orang-orang yang mau menggunakan akal dan bashirah (mata hati) untuk

memikirkan dan merenungkannya.

Tiada bacaan semacam Al Quran yang dibaca oleh ratusan juta orang yang

tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan

dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak.

Tiada bacaan sebanyak kosa kata Al Quran yang berjumlah 77.439 kata,

dengan jumlah huruf 323.015 yang seimbang jumlah kata-katanya, baik antara

kata dengan padanannya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya.

Sebagai contoh kata hayat terulang sebannyak antonimnya maut, masing-masing

145 kali, akhirat terulang 115 kali sebanyak kata dunia, malaikat terulang 88 kali

sebanyak kata setan, thuma’ninah (ketenangan) terulang sebanyak 13 kali

sebanyak kata dhiyq (kecemasan), panas terulang 4 kali sebanyak kata dingan

(19)

2

Menurut Ahsin (1994:26) menghafal Al Quran merupakan suatu perbuatan

yang sangat terpuji dan mulia. Orang-orang yang membaca dan menghafal Al

Quran merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah untuk

menerima warisan kitab suci Al Quran. Sedangkan menurut hemat penulis,

menghafal Al Quran merupakan sebuah aktifitas ibadah yang sangat berat, tetapi

sangat mulia. Berat, karena ia merupakan perjuangan yang luar biasa dan

membutuhkan konsentrasi penuh. Berbagai tantangan silih berganti akan

menghadang dihadapan para calon hafidz Al Quran. Serta mulia karena banyak

sekali keutamaan-keutamaan bagi orang yang mau menghafal Al Quran. Banyak

sekali hadits-hadits Rasulullah yang mengungkapkan keagungan orang yang

belajar membaca, atau menghafal Al Quran dan orang-orang yang

mempelajarinya.

Ada beberapa keutamaan menghafal Al Quran menurut hadits Rasulullah

saw, di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad no 11870 dan Ibnu

Majah no 215.

ا

ﻞھا لﺎﻗ ﷲ لﻮﺳر ﺎﯾ ﻢھ ﻦﻣ ﻞﯿﻗ لﺎﻗ سﺎّ ﻨﻟا ﻦﻣ ﻦﯿﻠھا ّﻞﺟو ّ ﺰﻋ ﱠ ن

ﮫﺘّﺻﺎﺧ و ﷲ ﻞھا ﻢھ ناﺮﻘﻟا

“Allah memiliki dua keluarga dari manusia.” Sahabat bartanya, “wahai

Rasulullah, siapakah mereka?” Rasulullah menjawab”Ahlul Qur’an,

mereka adalah keluarga Allah dan Orang-orang Khusus-Nya.” (Arham,

(20)

3

Dari hadits di atas nampak jelas keutamaan menghafal Al Quran, hingga

Rasulullah menyatakan bahwa penghafal Al Qur’an adalah keluarga Allah.

Sebagian orang adakalanya merasa bangga ketika memiliki hubungan kekerabatan

atau pertemanan dengan pejabat tinggi, figure popular atau orang terpandang. Bila

hubungan seperti itu membuat seseorang bangga, bagaimana kita tidak bangga

dan sangat senang ketika Allah sang Pencipta mengakui kita sebagai

keluarga-Nya. Apalagi ditambahi orang-orang spesial-keluarga-Nya. Maka ini adalah sebuah

kemulian yang luar biasa di sisi Allah yang diberikan kepada Ahlul Qur’an. Maka

sudah seharusnya kaum muslim memperhatikan pentingnya menghafal Al Quran.

Menghafal Al Quran secara keseluruhan hukumnya fardlu kifayah. Namun

menghafal sebagian dari Al Quran hukumnya fardlu ain (Arham, 2014: 11).

Artinya setiap muslim wajib memiliki hafalan Al Quran walaupun hanya

sebagian, bisa sebagian kecil atau sebagian besar.

Badwilan, (2009: 203) menyatakan bahwa ada sebagian sebab yang

menghambat seseorang dalam menghafal Al quran dan dapat membantu

melupakan Al quran yaitu di antaranya: banyak dosa dan maksiat, tidak senantiasa

mengikuti, mengulang-ulang dan memperdengarkan hafalan Al Qurannya,

perhatian yang lebih pada urusan-urusan dunia, serta menghafal banyak ayat pada

waktu yang singkat dan pindah ke ayat yang lain sebelum menguasainya.

Menghafal Al Quran secara keseluruhan sekali lagi, bukan merupakan

pekerjaan yang ringan, diperlukan metode-metode khusus ketika menghafalnya.

(21)

4

dalam menghafalkan ayat-ayat-Nya yang begitu banyak dan rumit. Sebab banyak

kalimat yang mirip dengan kalimat yang lain, demikian juga kalimatnya yang

panjang-panjang, bahkan mencapai tiga sampai empat baris tanpa adanya waqaf,

namun ada juga yang pendek-pendek (Wahid, 2012: 13). Selain itu tidak sedikit

halangan dan rintangan yang dapat melemahkan niat maupun prosesnya. Sehingga

yang diperlukan dari orang yang ingin menghafal Al Quran adalah sebuah niat

yang ikhlas karena Allah, semangat dan tekad yang kuat, kesungguhan serta

keuletan. Ia juga perlu menyediakan waktu dan tempat khusus yang digunakan

untuk menghafal Al Quran.

Pada saat sekarang ini banyak lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia

yang mempunyai program Tahfidzul Quran, salah satunya adalah podok pesantren

Sirojuddin Assalafiyah Kec. Parakan Kab. Temanggung. Menariknya pondok

pesantren ini tidak khusus untuk santri yang mukim saja, namun ada juga santri

yang non mukim atau biasa dikenal dengan istilah “santri kalong”. Santri kalong

yaitu murid-murid di sekitar pondok pesantren yang tidak menetap atau tinggal di

pondok namun tetap mengikuti kajian seperti santri pada umumnya.

Kegiatan tahfidzul Quran pada umumnya dilakukan oleh para santri yang

menetap di pondok dengan mendapatkan perhatian dan beberapa peraturan secara

ketat atas segala kegiatannya oleh para ustad ustadzah dan pengasuh di pesantren

tersebut karena berada dalam asrama bersama para santri, sehingga kondisinya

sangat mendukung untuk menghafalkan Al Quran. Di samping itu biasanya

mereka juga fokus hanya menghafalkan Al Quran saja. Namun di Pondok

(22)

5

berproses dalam menghafalkan Al Quran. Mereka tetap tinggal di rumah

masing-masing dengan kesibukan mereka yang juga sangat padat, sebagian ada yang

sudah bekerja, masih sekolah dan mengajar. Dengan demikian berarti

masalah-masalah yang mereka hadapi dalam menghafalkan Al Quran tentunya lebih

banyak dari santri yang mukim, karena aktivitas dan kondisi yang mereka

hadapipun berbeda. Namun mereka tetap bisa menghafalkan Al Quran seperti

santri yang lainnya. Dengan begitu menghafal Al Quran bukanlah monopoli

siapapun. Tidak pandang latar belakang pendidikan, suku, profesi, dan lainnya.

Selama kita muslim, kita semua berhak menghafal Al Quran baik sebagian

maupun keseluruhan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka penulis

tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam tentang “ Problematika Tahfidzul

Quran bagi Santri Kalong di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah Kec.

Parakan Kab. Temanggung Tahun 2015”.

B. Fokus Penelitian

Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Apa saja problem yang dihadapi oleh santri kalong dalam menghafalkan Al

Quran di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah?

(23)

6

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui problem apa saja yang dihadapi oleh santri kalong dalam

menghafalkan Al Quran di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiah.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi problematika tahfidzul Quran

bagi santri kalong.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang dipeoleh dalam penelitian ini adalah :

Penelitian ini memiliki kegunaan secara praktik dan teoritik.

1. Teoritik

Dapat menambah wawasan dan keilmuan dalam bidang pembelajaran Al

Quran khususnya bagi santri kalong, serta dapat memberikan motivasi atau

semangat dalam menghafalkan Al Quran.

2. Praktik

a. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pokok permasalahan tahfidzul

Quran khususnya yang dihadapi santri kalong, sehingga dapat memberikan

solusi-solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi tersebut.

b. Menambah khasanah informasi yang akan bermanfaat bagi peneliti dan

(24)

7 E. Penegasan Istilah

Berangkat dari urgensi penegasan judul sebuah penelitian maka penulis

mempunyai kepentingan untuk mempertegas judul dengan harapan tidak ada

kesalahpahaman dalam proses penelitian tersebut.

Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah para santri kalong di

Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiah yang berjumlah 5 orang, di mana mereka

sedang berproses dalam kegiatan tahfidul Quran. Sedangkan istilah-istilah yang

digunakan dalam judul tersebut antara lain:

1. Problematika

Probematika berasal dari bahasa Inggris : problem yang berarti

masalah atau persoalan. Dan problematika yang berarti permasalahan (KBBI,

2007: 896) Yang dimaksudkan problematika dalam penelitian ini adalah

masalah-masalah yang dihadapi santri kalong.

2. Tahfidzul Quran

Tahfid merupakan bentuk isim masdar ( ﺎﻈﯿﻔﺤﺗ-ﻆﻔﺤ-ﻆﻔﺣ ) dan fiil

madhi ( ﺎﻈﻔﺣ-ﻆﻔﺤ-ﻆﻔﺣ)yang artinya menghafal, menjaga dan memelihara

(Muhdlor, 1999: 779). Sedangkan Al Quran adalah berasal dari kata

(25)

8

Dengan demikian yang dimaksud dengan tahfidzul Quran adalah

menghafal Al Quran sesuai urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani

mulai dari surat al-Fatihah sampai surat an-Nas dengan maksud beribadah,

menjaga dan memelihara kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang

diturunkan kepada Nabi terakhir dengan perantaraan Malaikat Jibril yang

ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil (dipindahkan) kepada kepada kita

dengan jalan mutawatir (Munjahid 2007: 74)

3. Santri kalong

Santri berasal dari bahasa Jawa dari kata “cantrik” yang artinya

orang yang mengikuti seorang guru kemana guru ini menetap, tentunya

dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian (Madjid, 1997:

20). Sedangkan menurut Munir Mulkhan (2003, 300) kata santri mempunyai

arti ” murid atau orang yang belajar di pondok pesantren”.

Dhofir dalam bukunya Tradisi Pesantren menyatakan ada dua jenis

kelompok santri, yaitu: santri mukim dan santri kalong. Santri mukim adalah

murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam

kelompok pesantren. Sedangkan santri kalong adalah murid-murid yang

berasal dari desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam

pesantren. Untuk mengikuti pelajaran di pesantren mereka biasanya

(26)

9 4. Pondok pesantren

Pondok adalah sebuah asrama pendidikan Islam di mana para

santrinya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang guru atau

lebih dikenal dengan sebutan “kyai”. Sedangkan pesantren berasal dari kata

santri dengan awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti tempat tinggal

(Dhofier, 1983: 18).

Dari beberapa istilah di atas, dapat diambil pengertian bahwa yang

dimaksud oleh judul skripsi ini adalah suatu penelitian lapangan tentang

masalah-masalah yang dihadapi oleh santri kalong dalam kegiatan

menghafalkan Al Quran secara menyeluruh di Pondok Pesantren Sirojuddin

Assalafiyah Kec. Parakan, Kab. Temanggung.

F. Metodologi Penelitian

Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena merupakan cara

yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang sempurna dan memperoleh hasil

secara optimal.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

reseach) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini

dilakukan oleh peneliti yang berada langsung dengan obyek, terutama dalam

(27)

10

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam

Moleong adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati(Moleoang, 1998:3).

Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah para santri kalong di

pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah yang sedang berproses dalam

menghafalkan Al Quran. Dari keadaannya yang berstatus menjadi santri

kalong tersebut tentunya akan banyak sekali problematika yang muncul.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan

sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan.

Sedangkan instrumen yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat

bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk

menunjang keabsahan hasil penelitian. Namun hanya berfungsi sebagai

instrumen pendukung, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di

lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang

diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan

informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lembaga pendidikan pondok pesantren

(28)

11

Kab. Temanggung. Alasan penulis memilih lokasi ini adalah karena di

pondok pesantren ini ada sejumlah santri kalong yang sedang berproses

dalam menghafalkan Al Quran yang jumlahnya cukup banyak dan layak

untuk diadakan sebuah penelitian. Karena kebanyakan pondok pesantren

Tahfidzul Quran yang ada di Indonesia itu yang menghafalkan Al Quran

adalah para santri-santri mukim.

4. Sumber Data

Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari

sumber, di antaranya:

a. Pengasuh pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah Kec. Parakan Kab,

Temanggung yang memberikan keterangan secara menyeluruh mengenai

keadaan di pondok pesantren tersebut.

b. Santri kalong yang berjumlah 5 orang, yang sangat berperan serta dalam

memberikan keterangan mengenai berbagai problematika yang dihadapi

mereka dalam proses menghafalkan Al Quran.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

(29)

12 a. Observasi

Menurut Kartono (1986: 287), observasi adalah studi yang

disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam

dengan pengamatan dan pencatatan. Sedangkan menurut Imam

Suprayogo (2003: 167) observasi adalah mengamati dan mendengar

dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap

fenomena sosial-keagamaan (perilaku’ kejadian-kejadian, keadaan,

benda, dan symbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa

mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam,

memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis.

Pedoman observasi pengumpulan data dapat dikelompokan sebagai

berikut:

1) Kondisi obyektif pondok pesntren Sirojuddin Assalafiah

Dalam hal ini, peneliti mengamati langsung kondisi obyektif di

pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah tersebut dengan cara

melakukan observasi secara langsung ke tempat tersebut.

2) Problematika tahfidzul Quran bagi santri kalong di podok pesantren

Sirojuddin Assalafiah

Peneliti melakukan wawancara kepada masing-masing santri

kalong yang sedang berproses dalam menghafalkan Al Quran

(30)

13 b. Interview

Metode interview adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,

1989: 186)

Interwiew ditujukan kepada pengasuh pondok pesantren untuk

memperoleh data yang berkaitan dengan sejarah berdirinya pondok

pesantren serta perkembangannya dan para santri kalong untuk

memperoleh data yang berkaitan dengan problematika tahfidzul Quran

serta begaimana cara mengatasinya.

c. Dokumentasi

Metode ini adalah suatu metode untuk mencari data yang terkait

dengan hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah (Arikunto, 2006: 231).

Sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji dan

menafsirkan, metode ini digunakan untuk mengetahui perkembangan

data jumlah santri, aktivitas santri, susunan pengurus pesantren dan

(31)

14 6. Tehnik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,

1989: 248).

Maka dalam hal ini penulis menggunakan analisis data kualitatif, di

mana data dianalisa nonstatistik yang meliputi cara berfikir induktif yaitu

penulis berangkat dari pengetahuan yang bersifat khusus untuk menilai

suatu kejadian umum.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Peneliti menggunakan trianggulasi sebagai teknik untuk mengecek

keabsahan data. Di mana dalam pengertiannya trianggulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam

membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moleong,

2004: 330).

Trianggulasi terbagi menjadi tiga yaitu sumber, metode dan teori.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi sumber. Yaitu

peneliti akan mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh

dengan data-data atau informasi dari sumber yang lain sehingga data yang

(32)

15

subyektifitas. Misalnya dengan bertanya kepada orang terdekat dari

informan untuk memperkaya pengetahuan peneliti.

8. Tahap-tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum

kelapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan

laporan.

Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:

a. Tahap sebelum ke lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian

paradigm dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi

lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi

fokus penelitian dan penyusunan usulan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan

dengan problematika tahfidzul Quran bagi santri kalong beserta

bagaimana cara mereka dalam menyikapi dan mengatasinya.

c. Tahap analisis data

Tahap analisis data meliputi analisis data baik yang diperoleh

melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan

pengasuh dan santri yang ada di lingkungan pondok tersebut.

Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks

permasalahan yang diteliti. Selanjutnya pengecekan keabsahan data

(33)

16

data sehingga data benar-benar valid. Data yang valid adalah dasar dan

bahan untuk memberikan makna data yang merupakan poses

penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.

d. Tahap penulisan laporan

Tahap ini meliputi: kegiatan penyusunan hasil penelitian dari

semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna

data. Setelah itu dilakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen

pembimbing untuk mendapatkan perbaikan dan saran-saran demi

kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan

tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir

melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini peneliti bermaksud untuk membahas tentang

Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong di Pondok Pesantren

Sirojuddin Assalafiah. Oleh karena itu, untuk mempermudah pembaca

mengikuti pembahasan skripsi ini, peneliti menyusun sistematika

pembahasannya sebagai berikut:

Bab I : PENDAHULUAN

Meliputi: Latar Belakng Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian,

Kegunaan,Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Sistematika

(34)

17 Bab II : KAJIAN PUSTAKA

A. Tahfidzul Quran

1. Pengertian Tahfidzul Quran

2. Beberapa Kitab Mushaf

3. Macam-macam Qira’at dalam Al Quran

4. Dasar dan Keutamaan Tahfidzul Quran

5. Syarat-syarat Tahfidzul Quran

B. Tinjauan Konsep Belajar

1. Pengertian Belajar

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

3. Hubungan Belajar dengan Menghafal dan Mengingat

C.Problematika Tahfidzul Quran

1. Pengertian Problematika

2. Problematika Tahfidzul Quran Beserta Solusinya

3. Faktor-faktor Pendukung dalam Menghafalkan Al Quran

4. Metode Menghafalkan Al Quran

5. Kiat-kiat Memelihara Hafalan Al Quran

Bab III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data:

1. Sejarah berdirinya pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah.

2. Letak geografis pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah.

3. Sarana dan Prasarana

(35)

18

5. Keadaan Guru/Ustadz/Ustadzah

6. Keadaan Santri

7. Kegiatan di Lokal Pesantren

8. Tata Tertib Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah

B. Temuan Penelitian

1. Mengetahui niat dan motivasi santri kalong dalam

menghafalkan Al Quran.

2. Mengetahui latar belakang pada masing-masing santri kalong.

3. Mengetahui aktivitas yang dilakukan santri kalong dalam

kehidupan sehari-hari.

4. Mengetahui problematika yang dihadapi santri kalong dalam

menghafalkan Al quran.

5. Mengetahui bagaimana cara mereka dalam menghadapi dan

menyikapi problematika tersebut.

Bab IV : PEMBAHASAN

Meliputi:

1. Problematika yang dihadapi santri kalong dalam menghafalkan

Al Quran.

2. Bagaimana upaya yang harus dilakukan dalam menghadapi

(36)

19 Bab V : PENUTUP

Meliputi:

A. Kesimpulan

B. Saran

(37)

20

ﺎﻈﻔﺣ )yang mengandung makna menghafalkan atau menjadikan

hafal (Yunus, 2005: 324). Sedangkan Al Quran secara bahasa berarti

“bacaan”. Secara istilah, Al Quran adalah kalam Allah yang tiada

tandingannya (mukjizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,

penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan Malaikat Jibril alaihis

salam, dimulai dengan surat Al Fatihah dan diakhiri dengan surat An

Nash, ditulis dalam mushaf yang disampaikan secara mutawatir, serta

mempelajarinya merupakan ibadah (Aminuddin, 1991: 15).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahfidzul

Quran adalah proses membaca serta mencamkan Al Quran dengan

tanpa melihat tulisan Al Quran (di luar kepala) secara berulang-ulang

agar senantiasa ingat dan mampu membacanya setiap saat tanpa melihat

mushaf.

2. Beberapa Kitab Mushaf

Beberapa ulama salaf telah menulis beberapa kitab, yang

(38)

21

dibatalkan dengan datangnya mushaf Utsman. Di antaranya adalah

sebagai berikut:

a. Iktilafu Mashahif Syam wak Hijaz wal Irak oleh Ibnu Amir, yang

wafat tahun 118 H.

b. Iktilafu Mashahif Ahlu Madinah, wa Ahlu Kufah wa Ahlu Basrah

oleh Kisay, wafat tahun 189 H.

c. Iktilafu Ahlul Kufah wal Bashrah dan Wasy Syam fil Mashahif

oleh Al Fara, wafat tahun 207 H.

d. Iktilafu Mashahif oleh Khalaf bin Hisyam, wafat tahun 229 H.

e. Iktilafu Mashahif Wajami’ul Qiraat oleh Al Madaini, wafat tahun

231 H.

f. Iktilafu Mashahif oleh Abu Hatim Sahal bin Muhammad As

Sijistani, wafat tahun 248 H.

g. Al Mashahif wal Hijai oleh Muhammad bin Isa Al Ashbahani,

wafat tahun 253 H.

h. Al Mashahif oleh Abdullah bin Abu Dawud As Sijistani, wafat

tahun 316 H.

i. Al Mashahif oleh Ibnu Al Anbari, wafat tahun 327 H.

j. Al Mashahif oleh Ibnu azytah Al Asdbahany, wafat tahun 360 H.

k. Gharibul Mashahif oleh Al Waraqi (Al Abyari, 1993, 81).

Tampilnya baeberapa ulama salaf seperti yang terdapat dalam

karangan ini menimbulkan perselisihan, karena sering terdapat

(39)

22

pertengkaran yang tidak diinginkan. Jika dibiarkan, kejadian ini akan

mendatangkan perselisihan dan perpecahan yang makin luas dikalangan

kaum muslimin (Dimjati, 2008: 8).

Utsman membuat tindakan ketika beliau dikejutkan oleh

perselisihan itu. Beliau dengan pendirian yang mantap setelah dikuatkan

oleh banyak sahabatnya, mewajibkan keseluruh kota-kota besar untuk

memakai mushaf Al Imam kemudian membakar selainnya. Dengan

demikian, maka tidak ada perselisihan lagi(Al Abyari, 1993: 82).

Utsman bin Affan meminta Hafshah binti Umar agar naskah Al

Quran yang telah dituliskan dan dihimpun pada masa pemerintahan

khalifah Abu Bakar yang tersimpan di rumah Hafshah disalin dan

diperbanyak lagi bagi kepentingan kaum muslimin.

Jumlah Mushaf yang disalin oleh panitia Zaid bin Tsabit atas

perintah khalifah Utsman menurut pendapat Al Zarqani, ada 6 (enam),

satu mushaf untuk khalifah, yang kemudian terkenal dengan nama “Al

Mushaf Al Imam”. Lima mushaf Utsman lainnya dikirim ke

daerah-daerah Islam disertai dengan seorang sahabat ahli Ilmu Qiraah untuk

mengajarkan qiraat yang sesuai dengan qiraat sebagian besar penduduk

dari daerah Islam yang bersangkutan (Zuhdi, 1997: 181). .

Semua wahyu Ilahi yang diterima oleh Nabi segera disampaikan

kepada para pencatat wahyu dari sahabat, disertai dengan penjelasan

tentang letaknya di surah apa dan ayat berapa. Tidak kurang dari 40

(40)

23

sedikit pula jumlah sahabat yang hafal Al Quran baik sebagian atau

seluruhnya. Para sahabat Nabi penulis dan penghafal Al Quran yang

terpercaya dan tidak sedikit jumlahnya serta mereka mendengar

langsung dari Nabi, meneruskan atau mengajarkan Al Quran pada

generasi berikutnya (Tabi’in) melalui tulisan, bacaan, dan hafalan.

Kemudian dari Tabi’in diteruskan kepada generasi berikutnya (Tabi’ut

Tabi’in) dan begitu seterusnya hingga sampai pada kita (Zuhdi, 1997:

186).

Dengan demikian Al quran yang berada di tengah-tengah umat

Islam pada saat ini dan seterusnya sesuai dengan yang ada pada masa

Rasulullah SAW, tanpa ada sedikitpun firman Allah yang ditambah,

dikurangi, diganti atau dirubah.

3. Macam-macam Qira’at dalam Al Quran

Menurut istilah pakar ilmu Al Quran, qira’at adalah suatu mazhab

(jalan/metode) bacaan Al Quran yang dijadikan pijakan para ahli Al

Quran pada generasi setelah sahabat dan tabiin (Amrullah, 2008: 61).

Metode bacaan ini jika dirunut ke atas akan sampai kepada

Rasulullah SAW. Dikalangan sahabat, para qari yang cukup terkenal

antara lain Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ibnu

Mas’ud, dan Abu Musa Al Asy’ari. Mereka adalah orang-orang yang

dikenal dekat dan setia kepada Rasulullah Saw, sehingga tidak mungkin

(41)

24

Di antara para Qurra yang paling banyak dikenal adalah tujuh

orang imam qira’ah. Mereka ini menjadi rujukan dalam ilmu qira’ah

dan mengalahkan imam-imam yang lain. Dari masing-masing tujuh

imam itu dikenal dua orang perawi di antara sekian banyak perawi yang

tidak bisa dihitung jumlahnya. Nama-nama tujuh imam dan dua orang

perawinya itu adalah sebagai berikut:

a. Ibnu Katsir dari Makkah, dua orang perawinya adalah Qanbul dan

Bizzi yang meriwayatkan qira’ah darinya melalui seorang

perantara.

b. Nafi’ dari Madinah. Dua orang perawinya adalah Qalun dan

Warasy.

c. Ashim dari Kufah. Dua orang perawinya adalah Abu Bakar

Syu’ban bin Al Iyasy dan Hafs. Al Quran yang ada dikalangan

kaum muslimin dewasa ini adalah memakai qira’ah Ashim yang

diriwayatkan oleh Hafs.

d. Hamzah dari Kufah. Dua orang perawinya adalah Khalf dan

Khallad yang meriwayatkan qira’ah darinya melalui satu perantara.

e. Al Kisa’i dari Kufah. Dua orang perawinya adalah Dauri dan Abul

Harits.

f. Abu Amr bin Al Ala dari Basrah. Dua orang perawinya adalah

Dauri dan Sausi yang meriwayatkan qira’ah darinya melalui

(42)

25

g. Ibnu Amir. Dua orang perawinya adalah Hisyam dan Ibnu Zakwan

yang meriwayatkan melalui satu perantara.

Kemasyhuran qira’ah sab’ah (tujuh qira’ah yang diriwayatkan

dari tujuh imam qira’ah di atas) diiringi oleh tiga qiraah lain yang

diriwayatkan dari Abu Ja’far, Ya’kub, dan Khalaf (Thabathaba’i, 1998:

137-138).

4. Dasar dan Keutamaan Tahfidzul Quran

Penghafal Al Quran adalah pengemban tugas Allah dan

orang-orang pilihan-Nya. Seperti dalam firman Allah berikut ini:

Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan Kami benar-benar memeliharanya. (QS: Al Hijr : 9)

Dalam ayat tersebut, menyatakan bahwa Allah yang menurunkan

dan menjaga Al Quran, sekaligus menjadi jaminan penjagaan. Cara

Allah menjaga Al Quran di dunia adalah dengan dua cara, yaitu: Al

Quran tertulis dalam mushaf dan Al Quran dihafal dalam ingatan. Al

Quran terjaga hingga kini dan seterusnya, adalah karena Allah

menjadikan Al Quran dihafal oleh umat Islam (Arham, 2014: 22).

Sesungguhnya penghafal Al Quran adalah pengemban amanah

Allah dalam penjagaan Al Quran. Allah memilih di antara

hamba-hamba-Nya untuk menjaga Al Quran. Sebagaimana firman Allah

(43)

26

Artinya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hanba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang mendzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar. (QS: Al Fatir: 32)

Ahli Al Quran adalah kelompok dari pilihan umat ini. Mereka

adalah orang-orang yang mulia, utama dan terhormat. Mereka adalah

orang yang akan menempati tempat yang tinggi dan kedudukan mulia

ketika mereka menyibukan diri dengan Al Quran (Badwilan, 2009: 230)

Menurut Badwilan dalam bukunya Panduan Cepat menghafal Al

Quran Menghafal Al Quran telah dipermudah bagi seluruh manusia.

Tidak ada kaitannya dengan kecerdasan ataupun usia”. Berdasarkan

hal ini, banyak orang yang telah berusia lanjut menghafalnya, bahkan

juga dihafal oleh orang yang bahasa induknya bukan bahasa Arab, lebih

lagi untuk anak-anak saat ini. Dengan teknologi dan fasilitas yang

beragam, bisa dimanfaatkan sebagai media menghafal Al Quran. dan

ditemukannya berbagai metode yang inovatif seharusnya bisa lebih

banyak lagi kader-kader tahfidzul Quran.

5. Syarat-syarat Tahfidzul Quran

Sebelum memulai untuk menghafal Al Quran, seorang penghafal

(44)

27

naluri nafsiyah. Menurut Sugianto (2004: 52-55) seseorang yang ingin

berhasil dalam menghafalkan Al Quran harus memahami syarat sebagai

berikut:

a. Persiapan Pribadi

Di antara persiapan pribadi yakni niat yang ikhlas dari calon

penghafal, keinginan, pandangan dan usaha keras serta tanpa

adanya paksaan dari siapapun. Sebab jika hal ini sudah benar-benar

tertanam di lubuk hati, tentu saja segala macam kesulitan yang

menghalanginya akan dapat ditanggulangi dengan mudah.

Niat adalah kunci terpenting yang harus dipegang erat-erat oleh

semua yang mempunyai keinginan akan meraih keberhasilannya.

Tanpa niat yang kuat dan ikhlas maka keinginan tidak akan kita

raih. Oleh karena itu orang yang masih dalam tahap belajar

menghafal Al Quran, syarat yang terpenting adalah mempunyai niat

yang kuat dan ikhlas.

b. Bacaan Al Quran yang Baik dan Benar

Di dalam menghafal Al Quran, diutamakan memiliki

kemampuan membaca yang baik dan benar. Suatu bacaan dianggap

benar, bilamana telah menerapkan ilmu tajwid. Dan dianggap baik,

bilamana bacaan itu rata dan diutamakan berlagu (berirama). Di

(45)

28

membaca. Dengan demikian, insya Allah akan menghasilkan suatu

hafalan yang benar dan baik pula.

c. Mendapatkan izin dari orangtua, wali, dan suami bagi wanita yang

telah menikah

Izin orang tua atau wali memberikan pengertian bahwa:

1) Orang tua, wali atau suami telah merelakan waktu kepada

anak, istri atau orang di bawah perwaliannya untuk menghafal

Al Quran.

2) Merupakan dorongan moral yang besar bagi terciptanya tujuan

menghafal Al Quran, karena tidak ada kerelaan orang tua, wali

atau suami membawa pengaruh batin yang kuat sehingga

penghafal menjadi bimbang dan kacau pikirannya.

3) Penghafal mempunyai kebebasan dan kelonggaran waktu

sehingga ia merasa bebas dari tekanan yang menyesakkan

dadanya, dan dengan pengertian yang besar dari orang tua, wali

atau suami maka proses menghafal menjadi lancar.

d. Memiliki sifat mahmudah (terpuji)

Memilki sifat mahmudah yakni melaksanakan perintah Allah

Swt dan menjauhi segala yang menjadi larangan-Nya, termasuk

berbagai sifat mazmumah (tercela).

Syeikh Al Waqi’ (guru imam syafi’i) berkata:

(46)

29

e. Kontinuitas (istiqamah) dalam menghafal Al Quran

Menghafal Al Quran harus istiqamah. Dalam arti memiliki

kedisiplinan, baik disiplin waktu, tempat maupun disiplin terhadap

materi-materi hafalan. Penghafal hendaknya tidak merasa

bosan-bosan dalan mengulang-ulang hafalan, kapanpun dan di manapun.

Dan sebagai dzikir, selain dari waktu-waktu yang ditentukan.

Penghafal dianjurkan memiliki waktu-waktu khusus, baik

untuk menghafal materi baru maupun untuk mengulang

(muraja’ah), yang waktu tersebut tidak boleh diganggu oleh

kepentingan lain.

f. Sanggup memelihara hafalan

Al Quran boleh jadi mudah dihafal, namun juga sangat mudah

hilang jika tanpa adanya pemeliharaan. Oleh karena itu, perlu

adanya pemeliharaan hafalan. Bilamana tidak, maka akan sia-sia

dalam usaha untuk menghafal Al Quran.

g. Memiliki mushaf sendiri

Di dalam proses menghafal Al Quran, usahakan memiliki

mushaf sendiri, tidak ganti-ganti mulai awal menghafal hingga

khatam. Agar jika ada kesalahan dalam menghafal atau ada

kesamaan ayat, dapat digaribawahi sebagai tanda. Hal ini sering

dianggap remeh padahal memiliki peranan yang sangat penting

(47)

30

Al Quran yang biasa digunakan oleh para penghafal adalah “Al

Quran Bahriyah” atau yang sering disebut dengan “Al Quran

Sudut” (Al Quran Pojok). Yakni Al Quran yang memiliki ciri-ciri

khas tersendiri. Adapun ciri-ciri tersebut di antaranya: awal

halaman pasti awal ayat, akhir halaman pasti akhir ayat, setiap juz

terdiri dari 20 halaman dan setiap halaman terdiri dari 15 baris. Al

Quran tersebut biasanya diterbitkan di negara-negara Timur Tengah

atau yang sudah diterbitkan di Indonesia di antaranya terbitan

Menara Kudus. Al Quran semacam ini sangat diperlukan dalam

rangka proses menghafal. Karena biasanya yang sering terjadi,

seorang penghafal mengingat-ingat letak maupun posisi ayat yang

dihafalkannya, apakah terletak pada bagian kanan mushaf atau

bagian kiri pada pojok atas atau pojok bawah.

B. Tinjauan Konsep Belajar

1. Pengertian Belajar

Terjadi perbedaan pendapat tentang pengertian belajar di antara

para ahli pendidikan karena adanya perbedaan pandangan. Berikut akan

penulis kemukaan beberapa pendapat tentang belajar, yaitu:

a. Crow dan Crow dalam bukunya educational psychology (1958)

mengemukakan belajar adalah perbuatan untuk memperoleh

(48)

31

penemuan baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan

rintangan, dan menyesuaikan dengan situasi baru.

b. Menurut Dictionary of Psychology disebutkan bahwa belajar

memiliki dua definisi, pertama: belajar diartikan the process of

acquiring knowledge. Kedua; belajar diartikan a relatifely

permanent change potentiality which occurs as a result of

reinforced practice. Pengertian pertama, belajar memiliki arti suatu

proses untuk memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua, belajar

berarti suatu perubahan kemampuan untuk bereaksi yang relative

langgeng sebagai hasil dari latihan yang diperkuat.

c. A. caurine mendefinisikan belajar adalah modifikasi atau

memperteguh perilaku melalui pengalaman (Sriyanti, 2011: 16-17).

Dengan kata lain belajar adalah proses perubahan tingkah laku

yang terjadi akibat dari pengalaman, pengetahuan dan latihan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks.

Oleh sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses

belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Munjahid (2007: 11-18) menyatakan bahwa keberhasilan belajar

sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum, keberhasilan

belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal.

(49)

32 a. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri

individu. Faktor eksternal dapat dikelompokan menjadi tiga

kelompok, yaiti:

1) Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga secara garis besar juga dapat

dikelompokan menjadi tiga bagian, yang meliputi:

a) Faktor orang tua

Orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

anak belajar. Sikap orang tua yang acuh terhadap pendidikan

anaknyaakan mengakibatkan anak kurang mendapatkan

bimbingan, padahal anak memiliki potensi yang harus

dibimbing untuk dikembangkan.

b) Faktor suasana rumah

Suasana rumah yang tenang dapat mendukung

keberhasilan belajar anak. Suasana rumah yang gaduh

misalnya misalnya jumlah anggota keluarga itu terlalu besar,

atau rumah sekaligus sebagai tempat usaha tidak akan

memberikan kenyamanan dan ketenangan anak dalam belajar.

c) Faktor ekonomi keluarga

Ekonomi keluarga juga mempengaruhi keberhasilan

anak. Misalnya keluarga yang mampu ekonominya akan

(50)

33

sehingga anak menjadi semangat dan terbantu belajarnya

karena alat-alatnya cukup.

2) Lingkungan sekolah

Yang termasuk dalam faktor ini adalah:

a) Cara penyajian pelajaran yang kurang baik. Hal ini

kadang-kadang disebabkan penguasaan guru pada materi pelajaran

yang kurang atau ketidakmampuan guru menerapkan metode

mengajar yang baik, sehingga akan mempengaruhi

keberhasilan siswa belajar.

b) Hubungan guru dan murid yang kurang baik.

c) Hubungan antara anak dengan anak yang kurang

menyenangkan.

d) Bahan pelajaran yang terlalu tinggi di atas kemampuan normal

anak.

e) Alat belajar di sekolah yang tidak lengkap.

f) Jam pelajaran yang kurang tepat.

3) Lingkungan masyarakat

Yang dapat digolongkan sebagai lingkungan masyarakat

adalah:

a) Mass media

Mass media di antaranya adalah: radio, televisi, surat

kabar dan majalah. Semua ini dapat memberikan pengaruh

(51)

34

berpengaruh negatif. Tergantung dari pemanfaatan dan

pengendalian terhadap media tersebut.

b) Teman bergaul

Teman yang baik, rajin belajar akan mendorong anak

rajin belajar. Begitu juga teman yang nakal dan tidak pernah

belajar akan menurunkan semangat anak dalam belajar,

sehingga menghambat anakdalam belajar.

c) Banyaknya kegiatan lain

Misalnya anak selalu diperintah oleh orang tuanya untuk

membantu pekerjaan dan tugas orang tua, begitu juga anak

yang sangat aktif dalam kegiatan di masyarakat, waktu belajar

dan tenaga serta konsentrasinya akan tersita, sehingga akan

menghambat anak dalam belajar.

d) Corak kehidupan tetangga

Corak kehidupan tetangga akan mempengaruhi

keberhasilan anak belajar. Misalnya corak kehidupan tetangga

yang suka belajar akan berpengaruh positif, sedangkan corak

kehidupan tetangga yang tidak suka belajar akan berpengaruh

negatif terhadap keberhasilan anak dalam belajar.

b.Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri

(52)

35

menyatakan faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor

psikologis.

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri

individu. Faktor fisiologis terdiri dari:

a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya

Keadaan Tonus jasmani secara umum yang ada dalam

diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan

Tonus jasmani secara umum ini, misalnya tingkat kesehatan

dan kebugaran fisik individu. Apabila badan individu dalam

keadaan bugar dan sehat maka akan mendukung hasil belajar.

Sebaliknya, jika badan individu dalam keadaan kurang bugar

dan kurang sehat akan menghambat hasil belajar.

b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu

Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah keadaan

fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait dengan fungsi

panca indra yang ada dalam diri individu. Panca indra

merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalam diri

individu.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri

individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain: tingkat

(53)

36

kematangan dan lain sebagainya. Tingkat kecerdasan akan

mempengaruhi daya serap serta berpengaruh terhadap proses dan

hasil bejalar. Demikian juga motivasi, bakat dan minat banyak

memberikan warna terhadap aktifitas belajar.

3. Hubungan Belajar dengan Menghafal

Dalam pandangan psikologi kuno, belajar dimaknai dengan

menghafal. Oleh karenanya belajar dilakukan dengan hanya menghafal.

Sedangkan hasil belajar ditandai dengan hafalnya seseorang terhadap

materi.

Pandangan psikologi kuno ini tidak salah, hanya kurang

sempurna, karena sebenarnya menghafal itu hanya merupakan sebagian

dari belajar. Namun antara belajar dan menghafal ada persamaannya

yaitu kedua-duanya menyebabkan perubahan dalam diri seseorang.

Menurut Alex Sobur, menghafal itu sangat erat kaitannya dengan

mengingat, yaitu proses untuk menerima, menyimpan, dan

memproduksikan tanggapan-tanggapan yang telah diperolehnya melalui

pengamatan (antara lain melalui belajar). Menghafal adalah kemampuan

untuk memproduksi tanggapan-tanggapan yang telah tersimpan secara

tepat dan sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang diterimanya.

Dalam menghafal, aspek perubahannya terbatas dalam

kemampuan menyimpan dan memproduksikan tanggapan. Sedangkam

dalam belajar, perubahan itu tidak hanya dalam hal kemampuan

(54)

37

pengertian, sikap, skill dan sebagainya. Dengan demikian belajar akan

berhasil baik jika disertai dengan kemampuan menghafal.

Walaupun dalam belajar yang kita tuju adalah pengertian, tetapi

kita tidak boleh mengabaikan ingatan. Karena apa yang kita mengerti

dan apa yang kita alami sendiri itu akan mudah kita ingat dan akan sulit

kita lupakan (Munjahid, 2007: 18)

Dari penjelasan di atas nampaknya dapat kita tarik suatu

kesimpulan bahwa antara belajar dengan ingatan terdapat hubungan

yang sangat erat. Bahkan tidak mungkin kita dapat mempelajari sesuatu

tanpa peran ingatan. Belajar tanpa ingatan dan hafalan tidak ada

hasilnya. Ingatan yang kuat akan menyebabkan hafalan yang kuat.

Sedangkan hafalan yang kuat akan membantu dalam proses belajar.

C. Problematika Tahfidzul Quran

1. Pengertian Problematika

Problematika adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Inggris

yaitu “problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan

dalam bahasa Indonesia problema berarti hal yang belum dapat

dipecahkan yang menimbulkan permasalahan (KBBI, 2002: 276).

Problematika adalah adanya kesenjangan antara das sollen (teori)

dengan das sein (fakta empiris), antara yang ditetapkan sebagai

kebijakan dengan implementasi kebijakan. Berikut merupakan

(55)

38

a. Menurut Abdul Cholil masalah adalah bagian dari hidup, setiap

orang pasti pernah menghadapi masalah baik itu bersumber dari diri

sendiri maupun bersumber dari orang lain.

b. Menurut Prajudi Atmosudirjo, suatu yang menyimpang dari apa yang

diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga

merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan.

c. Menurut Agung Wijaya masalah adalah suatu keadaan yang tidak

seimbang antara harapan /keinginan dengan kenyataan yang ada

(http://carapedia.com/pengertian_definisi_masalah_info2192.html) .

2. Problematika Tahfidzul Quran dan Solusinya

Problematika yang dihadapi orang yang sedang dalam proses

menghafal Al Quran memang banyak dan bermacam-macam. Mulai

dari pengembangan minat, penciptaan lingkungan, pembagian waktu

sampai kepada metode menghafal itu sendiri.

Menurut Sugianto (2004: 100-104) problematika yang dihadapi

oleh para penghafal Al Quran itu secara garis besar dapat dirangkum

sebagai berikut:

a. Ayat- ayat yang Sudah Dihafal Lupa Lagi

Lupa adalah suasana tidak ingat yang bukan dalam keadaan

mengantuk atau tidur. Lupa merupakan suatu problem yang tidak

hanya dialami oleh sebagian kecil penghafal Al Quran, namun

hampir seluruh penghafal Al Quran mengalaminya. Hal yang

(56)

39

hafal dengan lancar, namun disaat mengerjakan soal lain, sore

harinya tidak membekas, bahkan bila dicoba langsung

diperdengarkan (disetorkan) kepada guru pembimbing, satu

ayatpun tidak ada yang terbayang.

Ahli psikologi Ebbinghaus, merupakan salah seorang pionir

yang menyelidiki persoalan ingatan. Hasil percobaan yang

menunjukan, sesudah satu jam 50% dari bahan yang dipelajarinya

akan dilupakan. Sesudah sembilan jam 8% lagi yang dilupakan,

sesudah dua hari tambah lagi 6% dan sesudah 1 bulan bertambah

7% lagi. Dengan kata lain 70% dari jumlah yang dilupakan dalam

sebulan terjadi pada satu jam pertama (50/71 x 100%). Jadi

alangkah lebih ekonomis bila secepat mungkin kita menyegarkan

ingatan tanpa menunggu lebih lama lagi.

Dengan demikian, solusi yang harus dilakukan adalah

sebagaimana penjelasan berikut:

1) Tidak meninggalkan hafalan baru terlalu lama, karena

hafalan baru sangat mudah hilang.

2) Mengulangi hafalan. Lupa terkadang mencapai puncaknya

sehingga sulit untuk mengulangi apa yang telah dihafal.

Maka di sini harus diulangi sejumlah hafalan yang telah

hilang. Pengetahuan modern mengatakan bahwa materi

yang dilupakan persis setelah dihafal akan memerlukan

(57)

40

suatu teks yang tidak pernah dipelajari sebelumnya. Jadi

mengulang-ulang hafalan yang lupa itu lebih mudah

daripada menghafal materi yang baru.

3) Mendengarkan dari orang lain, termasuk kaset. Seseorang

sekalipun cerdas namun ia tidak bisa menghindarkan dirinya

dari segi-segi kelemahannya dan lupa terhadap sebagian apa

yang diketahuinya. Mendengarkan dari orang lain adalah

cara yang baik di samping mengingat-ingat sendiri.

4) Mengerti akan makna dari materi yang telah dihafal serta

berupaya untuk merenungkannya. Mengetahui dan

merenungkan makna-makna Al Quran adalah merupakan

tujuan diturunkannya kitab yang mulia ini. Merenungkan

dan memikirkannya saat menbaca itu akan membantu dan

menetapkannya dalam hati.

b. Banyak Ayat Serupa Tetapi Tidak Sama

Di dalam menghafal Al Quran akan kita jumpai ayat yang

serupa namun tak sama. Maksudnya pada awalnya sama dan

mengenai yang sama pula, tetapi pada pertengahan atau akhir

ayatnya berbeda atau sebaliknya, pada awalnya tidak sama tetapi

pada pertengahannya atau akhir ayatnya sama. Sebagaimana

contoh berikut:

(58)

41

“Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim.”

Serupa dengan surat Al A’raf ayat 19

“Dan Allah berfirman: “Hai adam bertempat tinggalah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang dzalim”.

Adapun penyelesaiannya dengan memberi catatan pinggir

pada Al Quran yang dipakai untuk menghafal bahwa ayat tersebut

sama dengan halaman berapa, atau surat apa, juz berapa,

kemudian ayat-ayat yang serupa tersebut diberi garis bawah. Bila

perlu diketahui sejarah turunnya ayat bila ada. Bila tidak ada

dibaca terjemahnya untuk mengetahui peristiwa atau isi

(59)

42 c. Gangguan Asmara

Persoalan ini muncul karena mayoritas penghafal Al Quran

itu berada pada jenjang usia pubertas, sehingga mulai tertarik

dengan lawan jenis. Hal ini dapat mengganggu konsentrasi para

penghafal Al Quran. Berhubungan dekat dengan lawan jenisnya

yang pada lazimnya orang menyebut dengan pacaran. Jika hal ini

dilakukan, maka hampir seluruh konsentrasinya tersita untuk

memikirkan lawan jenisnya saja yang setiap saat dapat menjelma

di hati penghafal Al Quran dan wajahnya selalu muncul pada

bayangan matanya, sehingga bayangan pada tulisan, baris dan

halaman pada mushaf akan tertutupi oleh bayangan pada

kekasihnya.

Bagi penghafal Al Quran, hal-hal itu dapat dihindarinya

karena selain kurang etis juga akan mengganggu konsentrasinya,

dapat mendorong pada akhlak yang tidak baik bahkan dapat

mendorong untuk berbuat dosa. Ini semua termasuk masalah yang

dapat mengancam kegagalan cita-cita penghafal Al Quran.

Persoalan ini dapat diantisipasi dengan tidak membiarkan

bergaul secara bebas dengan lawan jenisnya, atau dipalingkan

pada kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti olahraga,

(60)

43 d. Sukar Menghafal

Keadaan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, antara lain

tingkat intelegensi quesioner (IQ) yang rendah, pikiran sedang

kacau, badan kurang sehat dan kurang fresh, kondisi di sekitar

sedang gaduh sehingga sulit untuk berkonsentrasi, dan lain-lain.

Persoalan ini sebenarnya bisa diantisaipasi sendiri oleh penghafal

karena dialah yang paling tahu tentang drinya sendiri.

e. Melemahnya Semangat Menghafal Al Quran

Hal ini bisa terjadi pada waktu menghafal berada pada

juz-juz pertengahan. Ini disebabkan karena dia melihat pekerjaan yang

harus digarap masih panjang. Untuk mengantisipasinya dengan

kesabaran yang terus menerus dan punya keyakinan (optimis)

kalau pekerjaan menghafal ini akan berangsur-angsur bisa

terlewati dan sampai khatam. Selain itu seorang penghafal juga

dapat membuat variasi-variasi dalam menghafal, misalnya dengan

menghafal selang-seling antara juz-juz awal dan juz-juz akhir

sehingga bertemu di pertengahan Al Quran (juz 1, 30, 2, 29, 3,

28….) sebagai antisipasi untuk menghindari kejenuhan.

f. Tidak Istiqamah

Problem inipun sering dihadapi oleh penghafal Al Quran.

penyebabnya antara lain terpengaruh teman-teman yang bukan

penghafal Al Quran untuk mengadakan aktivitas yang tidak ada

Gambar

Tabel. 3.1
Tabel. 3.2
Tabel. 3. 3
Tabel. 3. 4
+4

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 86 Tahun 2017 tentang tata cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah

2) Modal Keuangan (Financial Capital), dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi kesuksesan karena dapat dipastikan bahwa suatu usaha jika akan mejalankan usahanya akan

Produk yang telah dikembangkan, dilakukan uji validasi oleh validator (satu dosen fisika dan dua guru fisika) yang diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,49. Selain itu,

Pada penelitian ini membuat program aplikasi yang telah dibuat yaitu sebuah sistem informasi penilaian siswa yang berbasis komputerisasi dan berjalan dengan teknik stand alone (PC)

Penjelasan di atas mendukung hasil dari penelitian ini, bahwa terdapat keterkaitan antara pengalaman dengan kebutuhan pembelajaran kitab Risalatul Mahid pada siswi kelas

Meskipun humor relatif jarang digunakan daam perikanan majalah ( dibanding dengan TV dan radio), Pemakaian humor dalam periklanan menunjukkan bahwa daya tarik yang berisifat

Abstrak—Kuantisasi warna citra merupakan operasi penting pada banyak aplikasi grafik dan pengolahan citra. Metode kuantisasi warna banyak dilakukan dengan

majalah biasanya tidak linear. Ragam teks laporan tersebut tersusun umumnya adalah; 1) Foto utama berukuran 2 halaman penuh dan ikon laporan Archipelago diletakkan di awal