i
PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURAN
BAGI SANTRI KALONGDI PONDOK PESANTREN
SIROJUDDINASSALAFIYAH
KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
HETI INDAYANI
11111107
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
iii
PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURAN
BAGI SANTRI KALONGDI PONDOK PESANTREN
SIROJUDDINASSALAFIYAH
KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
HETI INDAYANI
11111107
JURUSANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
iv
KEMENTRIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02. Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50712 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswi:
Nama : Heti Indayani
NIM : 111111107
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI
Judul : PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURAN BAGI
SANTRI KALONG DI PONDOK PESATREN SIROJUDDIN ASSALAFIYAH KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG
Untuk diajukan dalam sidang munaqasah.
Demikian untuk menjadi periksa.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 7 September 2015
Pembimbing
Drs. H. Imam Baihaqi, M. Ag.
v
KEMENTRIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02. Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50712 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
SKRIPSI
PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURANBAGI SANTRIKALONG DI PONDOK PESANTREN SIROJUDDIN ASSALAFIYAH
KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2015 DISUSUN OLEH
HETI INDAYANI
11111107
Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
vi
KEMENTRIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02. Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50712 Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Heti Indayani
NIM : 11111107
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang
lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiyah.
Salatiga, 29 Agustus 2015
Penulis
vii
MOTTO
ُﮫَ ﻤﱠﻠَﻋ َ و َ نَا ْ ﺮُﻘﻟْا َ ﻢﱠﻠَﻌَﺗ ْ ﻦَ ﻣ ْ ﻢُﻛ ُﺮْﯿَ ﺧ
Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang
belajar Al Quran dan mengajarkannya.
(HR. Bukhari)
Berapapun umurmu, tiada kata terlambat untuk memulai
menghafalkan Al Quran kecuali tiada usaha untuk
viii
PERSEMBAHAN
1. Muara cinta yang tak berkesudahan yaitu kedua orang tuaku, Bapak
Sobikan dan Ibu Waliyati yang senantiasa tidak pernah lelah selalu
mendo’akan, mencurahkan kasih sayang dan banyak pengorbanan
untuk ku hingga aku seperti ini.
2. Bapak KH. Mahfudz Ridwan L.c dan ibu Hj. Nafisah pengasuh
pondok pesantren Edi Mancoro yang saya hormati dan selalu saya
harapkan ridlo dan berkah ilmunya.
3. Sahabat, kakak dan sekaligus guru spiritualku Maratun Chasanah
yang selalu memotivasi, memberikan semangat dan tak pernah
hentinya menyebut namaku dalam setiap doanya.
4. Kakak kandungku Mas Rohani dan Mas Hariyanto yang selalu
mendukungku.
5. Kakak-kakakku di pondok pesantren Edi Mancoro yang selalu
memberikan masukan dan menasehatiku Mbak Sari, Mbak Aulia Ulfa
D, dan Mbak Korifah.
6. Teman-temanku PAI C angkatan 2011 senasip seperjuangan.
7. Sahabatku Meylia Suryani, Faizatun, Khairul Jaza, Mangiyah dan
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan nikmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Problematika Tahfidzul Quran bagi
Santri Kalong di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah Kec. Parakan Kab.
Temanggung”.Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada manusia
teladan sepanjang masa beliau Nabi Agung Muhammad SAW.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyusun skripsi
ini dengan sebaik-baiknya, namun mengingat keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan penulis, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan agar skripsi ini benar-benar dapat menjadi sumbangan pemikiran yang
bermanfaat, terutama bagi para santri yang sedang maupun ingin berproses
menghafalkan Al Quran.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya pihak yang membantu
dan membimbing. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
x
4. Bapak Drs. H. Iman Baihaqi, M. Ag selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah mendidik dan membekali
berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
6. Ibu Hj. Ma’munah selaku pengasuh pondok pesantren Sirojuddin
Assalafiyah yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk penelitian.
7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mendidik, membimbing serta
memotivasi kepada penulis baik moral, finansial, maupun spiritual.
8. Keluarga besar pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah terutama para
santri kalong yang sedang berproses menghafalkan Al quran yang telah
membantu dalam memberikan informasi untuk keperluan penelitian.
Akhirnya penulis berdo’a semoga amal dan jasa baik semua pihak
mendapat balasan dari allah SWT yang setimbal. Amin.
Salatiga, 12 September 2015
Penulis
xi ABSTRAK
Indayani, Heti. 2015. Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah Kec. Parakan Kab. Temanggung. Skripsi, Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Drs. H. Imam Baihaqi, M. Ag.
Kata kunci: Probelematika Tahfidzul Quran, Santri Kalong
Kegiatan Tahfidzul Quran umumnya dilakukan oleh para santri yang menetap di pondok pesantren dengan mendapatkan perhatian dan peraturan yang ketat dari ustadz/ ustadzah di pondok serta mereka fokus menghafalkan Al Quran saja. Karena menghafalkan Al quran itu membutuhkan pengorbanan waktu dan tenaga yang cukup serta tempat yang khusus untuk menghafalkan Al quran. Namun lain halnya dengan santri kalong di pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah yang tetap menghafalkan Al Quran dengan tetap tinggal di rumah masing-masing di tengah banyaknya kesibukan dan aktivitas yang mereka lakukan. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui lebih dalam bagaimana problematika yang dihadapi santri kalong dalam menghafalkan Al quran dan bagaimana cara mereka dalam menghadapi problematika tersebut. Setelah dilakukannya penelitian secara mendalam diharapkan peneliti dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang bagaimana solusi yang harus dilakukan untuk mengatasi problematika tahfidzul Quran.
Metode yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitiaan dilakukan mulai bulan juli 2015 di pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah Kec. Parakan Kab. Temanggung. Informan adalah 5 santri kalong yang sedang berproses dalam menghafalkan Al Quran dan 1 pengasuh pondok pesantren Sirojuddin Assalafiyah. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara. Kemudian data ditranskip menjadi data yang lengkap.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……… i
PERSETUJUAN PEMBIMBING………. iv
PENGESAHAN KELULUSAN………... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……….. vi
MOTTO………... vii
F. Metodologi Penelitian... 9
G. Sistematika Penulisa... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tahfidzul Quran... 21
1. Pengertian Tahfidzul Quran...,... 21
2. Beberapa Kitab Mushaf...,... 22
3. Macam-macam Qira’at... 24
xiii
5. Syarat-syarat Tahfidzul Quran... 28
B. Tinjauan Konsep Belajar………....…... 32
1. Pengertian Belajar... 32
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Balajar... 33
3. Hubungan Belajar dengan Menghafal... 37
C. Problematika Tahfidzul Quran………... 39
1. Pengertian Problematika...,... 39
2. Problematika Tahfidzul Quran dan Solusinya... 40
3. Faktor-faktor Pendukung dalam Menghafalkan Al Quran... 45
4. Metode Menghafalkan Al Quran... 48
5. Kiat-kiat Memelihara Hafalan Al quran... 51
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah... 53
1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah... 53
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah... 55
3. Sarana dan Prasarana... 55
4. Struktur Organisasi... 56
5. Keadaan Guru/Ustadz/Ustadzah... 58
6. Keadaan Santri... 59
7. Kegiatan di Lokal Pesantren... 59
xiv
Sirojuddin Assalafiyah...,... 61
B. Temuan Penelitian………... 64
1. Niat dan Motivasi Santri Kalong dalam Menghafalkan Al Quran... 64
2. Latar Belakang Santri Kalong... 66
3. Aktivitas Santri Kalong... 70
4. Problematika Tahfidzul Quran dan Cara Menghadapinya... 76
BAB IV PEMBAHASAN A. Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong... 83
1. Faktor Manageman Waktu... 83
2. Faktor Motivasi... 84.
3. Faktor Kecerdasan... 84
4. Faktor Kesehatan... 85
5. Faktor Suasana Rumah... 86.
6. Faktor Gangguan Asmara... 87
7. Faktor Lupa Saat Hafalan Disetorkan... 88
B. Cara Menghadapi Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong... 89
1. Faktor Managemen Waktu... 89
a. Setiap Hari Ada Waktu Khusus untuk Al Quran... 89
b. Memanfaatkan Setiap Waktu dan Kesempatan untuk MengulangHafalan.... 90
2. Faktor Motivasi... 91
xv
Keutamaan Menghafalkan Al Quran... 92
b. Berteman dengan Orang yang Menghafalkan Al Quran... 93
3. Faktor Kecerdasan... 93
a. Istiqamah... 94
b. Bersungguh-sungguh... 94
c. Sabar ... 95.
4. Faktor Kesehatan... 96
a. Menjaga Pola Makan... 96
b. Menjadwal Waktu Tidur... 96
c. Berolahraga... 96
5. Faktor Suasana Rumah... 96
6. Faktor Gangguan Asmara... 97
a. Menjauhi Segala Hal yang Sia-sia... 97
b. Menjauhi Perbuatan Dosa dan Maksiat.... 97
7. Faktor Lupa Saat Hafalan Disetorkan... 98
a. Tidak Meninggalkan Hafalan Baru Terlalu Lama... 98
b. Mengulangi Hafalan... 99
xvi
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel 3. 1 Struktur Organisasi Pondok
Pesantren Sirojuddin Assalafiya 57
Tabel 3. 2 Data Asatidz di Pondok
Pesantren Sirojuddin Assalafiya 58
Tabel 3. 3 Jadwal Kegiatan MC Sehari-hari 70
Tabel 3. 4 Jadwal Kegiatan KLF Sehari-hari 71
Tabel 3. 5 Jadwal Kegiatan KJ Sehari-hari 72
Tabel 3. 6 Jadwal Kegiatan ADA Sehari-hari 74
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Laporan SKK
2. Nota Dosen Pembimbing Skripsi
3. Lembar Konsultasi
4. Surat Izin Penelitian
5. Surat Pernyataan Telah Meneliti
6. Pedoman Wawancara
7. Hasil Wawancara
8. Data Santri PP Sirojuddin Assalafiyah
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al Quran merupakan kalam Allah yang tiada tandingannya (mukjizat),
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril
alaihis salam, dimulai dari surat Al Fatihah dan diakhiri dengan surat An Nash,
dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan secara mutawatir
(Aminuddin, 1991: 15). Al Quran adalah kitab yang sangat mengagumkan bagi
orang-orang yang mau menggunakan akal dan bashirah (mata hati) untuk
memikirkan dan merenungkannya.
Tiada bacaan semacam Al Quran yang dibaca oleh ratusan juta orang yang
tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan
dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak.
Tiada bacaan sebanyak kosa kata Al Quran yang berjumlah 77.439 kata,
dengan jumlah huruf 323.015 yang seimbang jumlah kata-katanya, baik antara
kata dengan padanannya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya.
Sebagai contoh kata hayat terulang sebannyak antonimnya maut, masing-masing
145 kali, akhirat terulang 115 kali sebanyak kata dunia, malaikat terulang 88 kali
sebanyak kata setan, thuma’ninah (ketenangan) terulang sebanyak 13 kali
sebanyak kata dhiyq (kecemasan), panas terulang 4 kali sebanyak kata dingan
2
Menurut Ahsin (1994:26) menghafal Al Quran merupakan suatu perbuatan
yang sangat terpuji dan mulia. Orang-orang yang membaca dan menghafal Al
Quran merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih oleh Allah untuk
menerima warisan kitab suci Al Quran. Sedangkan menurut hemat penulis,
menghafal Al Quran merupakan sebuah aktifitas ibadah yang sangat berat, tetapi
sangat mulia. Berat, karena ia merupakan perjuangan yang luar biasa dan
membutuhkan konsentrasi penuh. Berbagai tantangan silih berganti akan
menghadang dihadapan para calon hafidz Al Quran. Serta mulia karena banyak
sekali keutamaan-keutamaan bagi orang yang mau menghafal Al Quran. Banyak
sekali hadits-hadits Rasulullah yang mengungkapkan keagungan orang yang
belajar membaca, atau menghafal Al Quran dan orang-orang yang
mempelajarinya.
Ada beberapa keutamaan menghafal Al Quran menurut hadits Rasulullah
saw, di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad no 11870 dan Ibnu
Majah no 215.
ا
ﻞھا لﺎﻗ ﷲ لﻮﺳر ﺎﯾ ﻢھ ﻦﻣ ﻞﯿﻗ لﺎﻗ سﺎّ ﻨﻟا ﻦﻣ ﻦﯿﻠھا ّﻞﺟو ّ ﺰﻋ ﱠ ن
ﮫﺘّﺻﺎﺧ و ﷲ ﻞھا ﻢھ ناﺮﻘﻟا
“Allah memiliki dua keluarga dari manusia.” Sahabat bartanya, “wahai
Rasulullah, siapakah mereka?” Rasulullah menjawab”Ahlul Qur’an,
mereka adalah keluarga Allah dan Orang-orang Khusus-Nya.” (Arham,
3
Dari hadits di atas nampak jelas keutamaan menghafal Al Quran, hingga
Rasulullah menyatakan bahwa penghafal Al Qur’an adalah keluarga Allah.
Sebagian orang adakalanya merasa bangga ketika memiliki hubungan kekerabatan
atau pertemanan dengan pejabat tinggi, figure popular atau orang terpandang. Bila
hubungan seperti itu membuat seseorang bangga, bagaimana kita tidak bangga
dan sangat senang ketika Allah sang Pencipta mengakui kita sebagai
keluarga-Nya. Apalagi ditambahi orang-orang spesial-keluarga-Nya. Maka ini adalah sebuah
kemulian yang luar biasa di sisi Allah yang diberikan kepada Ahlul Qur’an. Maka
sudah seharusnya kaum muslim memperhatikan pentingnya menghafal Al Quran.
Menghafal Al Quran secara keseluruhan hukumnya fardlu kifayah. Namun
menghafal sebagian dari Al Quran hukumnya fardlu ain (Arham, 2014: 11).
Artinya setiap muslim wajib memiliki hafalan Al Quran walaupun hanya
sebagian, bisa sebagian kecil atau sebagian besar.
Badwilan, (2009: 203) menyatakan bahwa ada sebagian sebab yang
menghambat seseorang dalam menghafal Al quran dan dapat membantu
melupakan Al quran yaitu di antaranya: banyak dosa dan maksiat, tidak senantiasa
mengikuti, mengulang-ulang dan memperdengarkan hafalan Al Qurannya,
perhatian yang lebih pada urusan-urusan dunia, serta menghafal banyak ayat pada
waktu yang singkat dan pindah ke ayat yang lain sebelum menguasainya.
Menghafal Al Quran secara keseluruhan sekali lagi, bukan merupakan
pekerjaan yang ringan, diperlukan metode-metode khusus ketika menghafalnya.
4
dalam menghafalkan ayat-ayat-Nya yang begitu banyak dan rumit. Sebab banyak
kalimat yang mirip dengan kalimat yang lain, demikian juga kalimatnya yang
panjang-panjang, bahkan mencapai tiga sampai empat baris tanpa adanya waqaf,
namun ada juga yang pendek-pendek (Wahid, 2012: 13). Selain itu tidak sedikit
halangan dan rintangan yang dapat melemahkan niat maupun prosesnya. Sehingga
yang diperlukan dari orang yang ingin menghafal Al Quran adalah sebuah niat
yang ikhlas karena Allah, semangat dan tekad yang kuat, kesungguhan serta
keuletan. Ia juga perlu menyediakan waktu dan tempat khusus yang digunakan
untuk menghafal Al Quran.
Pada saat sekarang ini banyak lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia
yang mempunyai program Tahfidzul Quran, salah satunya adalah podok pesantren
Sirojuddin Assalafiyah Kec. Parakan Kab. Temanggung. Menariknya pondok
pesantren ini tidak khusus untuk santri yang mukim saja, namun ada juga santri
yang non mukim atau biasa dikenal dengan istilah “santri kalong”. Santri kalong
yaitu murid-murid di sekitar pondok pesantren yang tidak menetap atau tinggal di
pondok namun tetap mengikuti kajian seperti santri pada umumnya.
Kegiatan tahfidzul Quran pada umumnya dilakukan oleh para santri yang
menetap di pondok dengan mendapatkan perhatian dan beberapa peraturan secara
ketat atas segala kegiatannya oleh para ustad ustadzah dan pengasuh di pesantren
tersebut karena berada dalam asrama bersama para santri, sehingga kondisinya
sangat mendukung untuk menghafalkan Al Quran. Di samping itu biasanya
mereka juga fokus hanya menghafalkan Al Quran saja. Namun di Pondok
5
berproses dalam menghafalkan Al Quran. Mereka tetap tinggal di rumah
masing-masing dengan kesibukan mereka yang juga sangat padat, sebagian ada yang
sudah bekerja, masih sekolah dan mengajar. Dengan demikian berarti
masalah-masalah yang mereka hadapi dalam menghafalkan Al Quran tentunya lebih
banyak dari santri yang mukim, karena aktivitas dan kondisi yang mereka
hadapipun berbeda. Namun mereka tetap bisa menghafalkan Al Quran seperti
santri yang lainnya. Dengan begitu menghafal Al Quran bukanlah monopoli
siapapun. Tidak pandang latar belakang pendidikan, suku, profesi, dan lainnya.
Selama kita muslim, kita semua berhak menghafal Al Quran baik sebagian
maupun keseluruhan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka penulis
tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam tentang “ Problematika Tahfidzul
Quran bagi Santri Kalong di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah Kec.
Parakan Kab. Temanggung Tahun 2015”.
B. Fokus Penelitian
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa saja problem yang dihadapi oleh santri kalong dalam menghafalkan Al
Quran di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah?
6
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui problem apa saja yang dihadapi oleh santri kalong dalam
menghafalkan Al Quran di Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiah.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara menghadapi problematika tahfidzul Quran
bagi santri kalong.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dipeoleh dalam penelitian ini adalah :
Penelitian ini memiliki kegunaan secara praktik dan teoritik.
1. Teoritik
Dapat menambah wawasan dan keilmuan dalam bidang pembelajaran Al
Quran khususnya bagi santri kalong, serta dapat memberikan motivasi atau
semangat dalam menghafalkan Al Quran.
2. Praktik
a. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pokok permasalahan tahfidzul
Quran khususnya yang dihadapi santri kalong, sehingga dapat memberikan
solusi-solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi tersebut.
b. Menambah khasanah informasi yang akan bermanfaat bagi peneliti dan
7 E. Penegasan Istilah
Berangkat dari urgensi penegasan judul sebuah penelitian maka penulis
mempunyai kepentingan untuk mempertegas judul dengan harapan tidak ada
kesalahpahaman dalam proses penelitian tersebut.
Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah para santri kalong di
Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiah yang berjumlah 5 orang, di mana mereka
sedang berproses dalam kegiatan tahfidul Quran. Sedangkan istilah-istilah yang
digunakan dalam judul tersebut antara lain:
1. Problematika
Probematika berasal dari bahasa Inggris : problem yang berarti
masalah atau persoalan. Dan problematika yang berarti permasalahan (KBBI,
2007: 896) Yang dimaksudkan problematika dalam penelitian ini adalah
masalah-masalah yang dihadapi santri kalong.
2. Tahfidzul Quran
Tahfid merupakan bentuk isim masdar ( ﺎﻈﯿﻔﺤﺗ-ﻆﻔﺤ-ﻆﻔﺣ ) dan fiil
madhi ( ﺎﻈﻔﺣ-ﻆﻔﺤ-ﻆﻔﺣ)yang artinya menghafal, menjaga dan memelihara
(Muhdlor, 1999: 779). Sedangkan Al Quran adalah berasal dari kata
8
Dengan demikian yang dimaksud dengan tahfidzul Quran adalah
menghafal Al Quran sesuai urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani
mulai dari surat al-Fatihah sampai surat an-Nas dengan maksud beribadah,
menjaga dan memelihara kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang
diturunkan kepada Nabi terakhir dengan perantaraan Malaikat Jibril yang
ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil (dipindahkan) kepada kepada kita
dengan jalan mutawatir (Munjahid 2007: 74)
3. Santri kalong
Santri berasal dari bahasa Jawa dari kata “cantrik” yang artinya
orang yang mengikuti seorang guru kemana guru ini menetap, tentunya
dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian (Madjid, 1997:
20). Sedangkan menurut Munir Mulkhan (2003, 300) kata santri mempunyai
arti ” murid atau orang yang belajar di pondok pesantren”.
Dhofir dalam bukunya Tradisi Pesantren menyatakan ada dua jenis
kelompok santri, yaitu: santri mukim dan santri kalong. Santri mukim adalah
murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam
kelompok pesantren. Sedangkan santri kalong adalah murid-murid yang
berasal dari desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam
pesantren. Untuk mengikuti pelajaran di pesantren mereka biasanya
9 4. Pondok pesantren
Pondok adalah sebuah asrama pendidikan Islam di mana para
santrinya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang guru atau
lebih dikenal dengan sebutan “kyai”. Sedangkan pesantren berasal dari kata
santri dengan awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti tempat tinggal
(Dhofier, 1983: 18).
Dari beberapa istilah di atas, dapat diambil pengertian bahwa yang
dimaksud oleh judul skripsi ini adalah suatu penelitian lapangan tentang
masalah-masalah yang dihadapi oleh santri kalong dalam kegiatan
menghafalkan Al Quran secara menyeluruh di Pondok Pesantren Sirojuddin
Assalafiyah Kec. Parakan, Kab. Temanggung.
F. Metodologi Penelitian
Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena merupakan cara
yang teratur untuk mencapai suatu tujuan yang sempurna dan memperoleh hasil
secara optimal.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
reseach) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
dilakukan oleh peneliti yang berada langsung dengan obyek, terutama dalam
10
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dalam
Moleong adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati(Moleoang, 1998:3).
Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah para santri kalong di
pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah yang sedang berproses dalam
menghafalkan Al Quran. Dari keadaannya yang berstatus menjadi santri
kalong tersebut tentunya akan banyak sekali problematika yang muncul.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan
sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan.
Sedangkan instrumen yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat
bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk
menunjang keabsahan hasil penelitian. Namun hanya berfungsi sebagai
instrumen pendukung, oleh karena itu kehadiran peneliti secara langsung di
lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang
diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan
informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lembaga pendidikan pondok pesantren
11
Kab. Temanggung. Alasan penulis memilih lokasi ini adalah karena di
pondok pesantren ini ada sejumlah santri kalong yang sedang berproses
dalam menghafalkan Al Quran yang jumlahnya cukup banyak dan layak
untuk diadakan sebuah penelitian. Karena kebanyakan pondok pesantren
Tahfidzul Quran yang ada di Indonesia itu yang menghafalkan Al Quran
adalah para santri-santri mukim.
4. Sumber Data
Data-data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari
sumber, di antaranya:
a. Pengasuh pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah Kec. Parakan Kab,
Temanggung yang memberikan keterangan secara menyeluruh mengenai
keadaan di pondok pesantren tersebut.
b. Santri kalong yang berjumlah 5 orang, yang sangat berperan serta dalam
memberikan keterangan mengenai berbagai problematika yang dihadapi
mereka dalam proses menghafalkan Al Quran.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
12 a. Observasi
Menurut Kartono (1986: 287), observasi adalah studi yang
disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam
dengan pengamatan dan pencatatan. Sedangkan menurut Imam
Suprayogo (2003: 167) observasi adalah mengamati dan mendengar
dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap
fenomena sosial-keagamaan (perilaku’ kejadian-kejadian, keadaan,
benda, dan symbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa
mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam,
memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis.
Pedoman observasi pengumpulan data dapat dikelompokan sebagai
berikut:
1) Kondisi obyektif pondok pesntren Sirojuddin Assalafiah
Dalam hal ini, peneliti mengamati langsung kondisi obyektif di
pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah tersebut dengan cara
melakukan observasi secara langsung ke tempat tersebut.
2) Problematika tahfidzul Quran bagi santri kalong di podok pesantren
Sirojuddin Assalafiah
Peneliti melakukan wawancara kepada masing-masing santri
kalong yang sedang berproses dalam menghafalkan Al Quran
13 b. Interview
Metode interview adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,
1989: 186)
Interwiew ditujukan kepada pengasuh pondok pesantren untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan sejarah berdirinya pondok
pesantren serta perkembangannya dan para santri kalong untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan problematika tahfidzul Quran
serta begaimana cara mengatasinya.
c. Dokumentasi
Metode ini adalah suatu metode untuk mencari data yang terkait
dengan hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah (Arikunto, 2006: 231).
Sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji dan
menafsirkan, metode ini digunakan untuk mengetahui perkembangan
data jumlah santri, aktivitas santri, susunan pengurus pesantren dan
14 6. Tehnik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,
1989: 248).
Maka dalam hal ini penulis menggunakan analisis data kualitatif, di
mana data dianalisa nonstatistik yang meliputi cara berfikir induktif yaitu
penulis berangkat dari pengetahuan yang bersifat khusus untuk menilai
suatu kejadian umum.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Peneliti menggunakan trianggulasi sebagai teknik untuk mengecek
keabsahan data. Di mana dalam pengertiannya trianggulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam
membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moleong,
2004: 330).
Trianggulasi terbagi menjadi tiga yaitu sumber, metode dan teori.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi sumber. Yaitu
peneliti akan mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh
dengan data-data atau informasi dari sumber yang lain sehingga data yang
15
subyektifitas. Misalnya dengan bertanya kepada orang terdekat dari
informan untuk memperkaya pengetahuan peneliti.
8. Tahap-tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum
kelapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan
laporan.
Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Tahap sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigm dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi
lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi
fokus penelitian dan penyusunan usulan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan
dengan problematika tahfidzul Quran bagi santri kalong beserta
bagaimana cara mereka dalam menyikapi dan mengatasinya.
c. Tahap analisis data
Tahap analisis data meliputi analisis data baik yang diperoleh
melalui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan
pengasuh dan santri yang ada di lingkungan pondok tersebut.
Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks
permasalahan yang diteliti. Selanjutnya pengecekan keabsahan data
16
data sehingga data benar-benar valid. Data yang valid adalah dasar dan
bahan untuk memberikan makna data yang merupakan poses
penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
d. Tahap penulisan laporan
Tahap ini meliputi: kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna
data. Setelah itu dilakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen
pembimbing untuk mendapatkan perbaikan dan saran-saran demi
kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan
tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir
melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini peneliti bermaksud untuk membahas tentang
Problematika Tahfidzul Quran bagi Santri Kalong di Pondok Pesantren
Sirojuddin Assalafiah. Oleh karena itu, untuk mempermudah pembaca
mengikuti pembahasan skripsi ini, peneliti menyusun sistematika
pembahasannya sebagai berikut:
Bab I : PENDAHULUAN
Meliputi: Latar Belakng Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian,
Kegunaan,Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, Sistematika
17 Bab II : KAJIAN PUSTAKA
A. Tahfidzul Quran
1. Pengertian Tahfidzul Quran
2. Beberapa Kitab Mushaf
3. Macam-macam Qira’at dalam Al Quran
4. Dasar dan Keutamaan Tahfidzul Quran
5. Syarat-syarat Tahfidzul Quran
B. Tinjauan Konsep Belajar
1. Pengertian Belajar
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
3. Hubungan Belajar dengan Menghafal dan Mengingat
C.Problematika Tahfidzul Quran
1. Pengertian Problematika
2. Problematika Tahfidzul Quran Beserta Solusinya
3. Faktor-faktor Pendukung dalam Menghafalkan Al Quran
4. Metode Menghafalkan Al Quran
5. Kiat-kiat Memelihara Hafalan Al Quran
Bab III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data:
1. Sejarah berdirinya pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah.
2. Letak geografis pondok pesantren Sirojuddin Assalafiah.
3. Sarana dan Prasarana
18
5. Keadaan Guru/Ustadz/Ustadzah
6. Keadaan Santri
7. Kegiatan di Lokal Pesantren
8. Tata Tertib Pondok Pesantren Sirojuddin Assalafiyah
B. Temuan Penelitian
1. Mengetahui niat dan motivasi santri kalong dalam
menghafalkan Al Quran.
2. Mengetahui latar belakang pada masing-masing santri kalong.
3. Mengetahui aktivitas yang dilakukan santri kalong dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Mengetahui problematika yang dihadapi santri kalong dalam
menghafalkan Al quran.
5. Mengetahui bagaimana cara mereka dalam menghadapi dan
menyikapi problematika tersebut.
Bab IV : PEMBAHASAN
Meliputi:
1. Problematika yang dihadapi santri kalong dalam menghafalkan
Al Quran.
2. Bagaimana upaya yang harus dilakukan dalam menghadapi
19 Bab V : PENUTUP
Meliputi:
A. Kesimpulan
B. Saran
20
ﺎﻈﻔﺣ )yang mengandung makna menghafalkan atau menjadikan
hafal (Yunus, 2005: 324). Sedangkan Al Quran secara bahasa berarti
“bacaan”. Secara istilah, Al Quran adalah kalam Allah yang tiada
tandingannya (mukjizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan Malaikat Jibril alaihis
salam, dimulai dengan surat Al Fatihah dan diakhiri dengan surat An
Nash, ditulis dalam mushaf yang disampaikan secara mutawatir, serta
mempelajarinya merupakan ibadah (Aminuddin, 1991: 15).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahfidzul
Quran adalah proses membaca serta mencamkan Al Quran dengan
tanpa melihat tulisan Al Quran (di luar kepala) secara berulang-ulang
agar senantiasa ingat dan mampu membacanya setiap saat tanpa melihat
mushaf.
2. Beberapa Kitab Mushaf
Beberapa ulama salaf telah menulis beberapa kitab, yang
21
dibatalkan dengan datangnya mushaf Utsman. Di antaranya adalah
sebagai berikut:
a. Iktilafu Mashahif Syam wak Hijaz wal Irak oleh Ibnu Amir, yang
wafat tahun 118 H.
b. Iktilafu Mashahif Ahlu Madinah, wa Ahlu Kufah wa Ahlu Basrah
oleh Kisay, wafat tahun 189 H.
c. Iktilafu Ahlul Kufah wal Bashrah dan Wasy Syam fil Mashahif
oleh Al Fara, wafat tahun 207 H.
d. Iktilafu Mashahif oleh Khalaf bin Hisyam, wafat tahun 229 H.
e. Iktilafu Mashahif Wajami’ul Qiraat oleh Al Madaini, wafat tahun
231 H.
f. Iktilafu Mashahif oleh Abu Hatim Sahal bin Muhammad As
Sijistani, wafat tahun 248 H.
g. Al Mashahif wal Hijai oleh Muhammad bin Isa Al Ashbahani,
wafat tahun 253 H.
h. Al Mashahif oleh Abdullah bin Abu Dawud As Sijistani, wafat
tahun 316 H.
i. Al Mashahif oleh Ibnu Al Anbari, wafat tahun 327 H.
j. Al Mashahif oleh Ibnu azytah Al Asdbahany, wafat tahun 360 H.
k. Gharibul Mashahif oleh Al Waraqi (Al Abyari, 1993, 81).
Tampilnya baeberapa ulama salaf seperti yang terdapat dalam
karangan ini menimbulkan perselisihan, karena sering terdapat
22
pertengkaran yang tidak diinginkan. Jika dibiarkan, kejadian ini akan
mendatangkan perselisihan dan perpecahan yang makin luas dikalangan
kaum muslimin (Dimjati, 2008: 8).
Utsman membuat tindakan ketika beliau dikejutkan oleh
perselisihan itu. Beliau dengan pendirian yang mantap setelah dikuatkan
oleh banyak sahabatnya, mewajibkan keseluruh kota-kota besar untuk
memakai mushaf Al Imam kemudian membakar selainnya. Dengan
demikian, maka tidak ada perselisihan lagi(Al Abyari, 1993: 82).
Utsman bin Affan meminta Hafshah binti Umar agar naskah Al
Quran yang telah dituliskan dan dihimpun pada masa pemerintahan
khalifah Abu Bakar yang tersimpan di rumah Hafshah disalin dan
diperbanyak lagi bagi kepentingan kaum muslimin.
Jumlah Mushaf yang disalin oleh panitia Zaid bin Tsabit atas
perintah khalifah Utsman menurut pendapat Al Zarqani, ada 6 (enam),
satu mushaf untuk khalifah, yang kemudian terkenal dengan nama “Al
Mushaf Al Imam”. Lima mushaf Utsman lainnya dikirim ke
daerah-daerah Islam disertai dengan seorang sahabat ahli Ilmu Qiraah untuk
mengajarkan qiraat yang sesuai dengan qiraat sebagian besar penduduk
dari daerah Islam yang bersangkutan (Zuhdi, 1997: 181). .
Semua wahyu Ilahi yang diterima oleh Nabi segera disampaikan
kepada para pencatat wahyu dari sahabat, disertai dengan penjelasan
tentang letaknya di surah apa dan ayat berapa. Tidak kurang dari 40
23
sedikit pula jumlah sahabat yang hafal Al Quran baik sebagian atau
seluruhnya. Para sahabat Nabi penulis dan penghafal Al Quran yang
terpercaya dan tidak sedikit jumlahnya serta mereka mendengar
langsung dari Nabi, meneruskan atau mengajarkan Al Quran pada
generasi berikutnya (Tabi’in) melalui tulisan, bacaan, dan hafalan.
Kemudian dari Tabi’in diteruskan kepada generasi berikutnya (Tabi’ut
Tabi’in) dan begitu seterusnya hingga sampai pada kita (Zuhdi, 1997:
186).
Dengan demikian Al quran yang berada di tengah-tengah umat
Islam pada saat ini dan seterusnya sesuai dengan yang ada pada masa
Rasulullah SAW, tanpa ada sedikitpun firman Allah yang ditambah,
dikurangi, diganti atau dirubah.
3. Macam-macam Qira’at dalam Al Quran
Menurut istilah pakar ilmu Al Quran, qira’at adalah suatu mazhab
(jalan/metode) bacaan Al Quran yang dijadikan pijakan para ahli Al
Quran pada generasi setelah sahabat dan tabiin (Amrullah, 2008: 61).
Metode bacaan ini jika dirunut ke atas akan sampai kepada
Rasulullah SAW. Dikalangan sahabat, para qari yang cukup terkenal
antara lain Ubay bin Ka’ab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ibnu
Mas’ud, dan Abu Musa Al Asy’ari. Mereka adalah orang-orang yang
dikenal dekat dan setia kepada Rasulullah Saw, sehingga tidak mungkin
24
Di antara para Qurra yang paling banyak dikenal adalah tujuh
orang imam qira’ah. Mereka ini menjadi rujukan dalam ilmu qira’ah
dan mengalahkan imam-imam yang lain. Dari masing-masing tujuh
imam itu dikenal dua orang perawi di antara sekian banyak perawi yang
tidak bisa dihitung jumlahnya. Nama-nama tujuh imam dan dua orang
perawinya itu adalah sebagai berikut:
a. Ibnu Katsir dari Makkah, dua orang perawinya adalah Qanbul dan
Bizzi yang meriwayatkan qira’ah darinya melalui seorang
perantara.
b. Nafi’ dari Madinah. Dua orang perawinya adalah Qalun dan
Warasy.
c. Ashim dari Kufah. Dua orang perawinya adalah Abu Bakar
Syu’ban bin Al Iyasy dan Hafs. Al Quran yang ada dikalangan
kaum muslimin dewasa ini adalah memakai qira’ah Ashim yang
diriwayatkan oleh Hafs.
d. Hamzah dari Kufah. Dua orang perawinya adalah Khalf dan
Khallad yang meriwayatkan qira’ah darinya melalui satu perantara.
e. Al Kisa’i dari Kufah. Dua orang perawinya adalah Dauri dan Abul
Harits.
f. Abu Amr bin Al Ala dari Basrah. Dua orang perawinya adalah
Dauri dan Sausi yang meriwayatkan qira’ah darinya melalui
25
g. Ibnu Amir. Dua orang perawinya adalah Hisyam dan Ibnu Zakwan
yang meriwayatkan melalui satu perantara.
Kemasyhuran qira’ah sab’ah (tujuh qira’ah yang diriwayatkan
dari tujuh imam qira’ah di atas) diiringi oleh tiga qiraah lain yang
diriwayatkan dari Abu Ja’far, Ya’kub, dan Khalaf (Thabathaba’i, 1998:
137-138).
4. Dasar dan Keutamaan Tahfidzul Quran
Penghafal Al Quran adalah pengemban tugas Allah dan
orang-orang pilihan-Nya. Seperti dalam firman Allah berikut ini:
Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan Kami benar-benar memeliharanya. (QS: Al Hijr : 9)
Dalam ayat tersebut, menyatakan bahwa Allah yang menurunkan
dan menjaga Al Quran, sekaligus menjadi jaminan penjagaan. Cara
Allah menjaga Al Quran di dunia adalah dengan dua cara, yaitu: Al
Quran tertulis dalam mushaf dan Al Quran dihafal dalam ingatan. Al
Quran terjaga hingga kini dan seterusnya, adalah karena Allah
menjadikan Al Quran dihafal oleh umat Islam (Arham, 2014: 22).
Sesungguhnya penghafal Al Quran adalah pengemban amanah
Allah dalam penjagaan Al Quran. Allah memilih di antara
hamba-hamba-Nya untuk menjaga Al Quran. Sebagaimana firman Allah
26
Artinya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hanba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang mendzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar. (QS: Al Fatir: 32)
Ahli Al Quran adalah kelompok dari pilihan umat ini. Mereka
adalah orang-orang yang mulia, utama dan terhormat. Mereka adalah
orang yang akan menempati tempat yang tinggi dan kedudukan mulia
ketika mereka menyibukan diri dengan Al Quran (Badwilan, 2009: 230)
Menurut Badwilan dalam bukunya Panduan Cepat menghafal Al
Quran “Menghafal Al Quran telah dipermudah bagi seluruh manusia.
Tidak ada kaitannya dengan kecerdasan ataupun usia”. Berdasarkan
hal ini, banyak orang yang telah berusia lanjut menghafalnya, bahkan
juga dihafal oleh orang yang bahasa induknya bukan bahasa Arab, lebih
lagi untuk anak-anak saat ini. Dengan teknologi dan fasilitas yang
beragam, bisa dimanfaatkan sebagai media menghafal Al Quran. dan
ditemukannya berbagai metode yang inovatif seharusnya bisa lebih
banyak lagi kader-kader tahfidzul Quran.
5. Syarat-syarat Tahfidzul Quran
Sebelum memulai untuk menghafal Al Quran, seorang penghafal
27
naluri nafsiyah. Menurut Sugianto (2004: 52-55) seseorang yang ingin
berhasil dalam menghafalkan Al Quran harus memahami syarat sebagai
berikut:
a. Persiapan Pribadi
Di antara persiapan pribadi yakni niat yang ikhlas dari calon
penghafal, keinginan, pandangan dan usaha keras serta tanpa
adanya paksaan dari siapapun. Sebab jika hal ini sudah benar-benar
tertanam di lubuk hati, tentu saja segala macam kesulitan yang
menghalanginya akan dapat ditanggulangi dengan mudah.
Niat adalah kunci terpenting yang harus dipegang erat-erat oleh
semua yang mempunyai keinginan akan meraih keberhasilannya.
Tanpa niat yang kuat dan ikhlas maka keinginan tidak akan kita
raih. Oleh karena itu orang yang masih dalam tahap belajar
menghafal Al Quran, syarat yang terpenting adalah mempunyai niat
yang kuat dan ikhlas.
b. Bacaan Al Quran yang Baik dan Benar
Di dalam menghafal Al Quran, diutamakan memiliki
kemampuan membaca yang baik dan benar. Suatu bacaan dianggap
benar, bilamana telah menerapkan ilmu tajwid. Dan dianggap baik,
bilamana bacaan itu rata dan diutamakan berlagu (berirama). Di
28
membaca. Dengan demikian, insya Allah akan menghasilkan suatu
hafalan yang benar dan baik pula.
c. Mendapatkan izin dari orangtua, wali, dan suami bagi wanita yang
telah menikah
Izin orang tua atau wali memberikan pengertian bahwa:
1) Orang tua, wali atau suami telah merelakan waktu kepada
anak, istri atau orang di bawah perwaliannya untuk menghafal
Al Quran.
2) Merupakan dorongan moral yang besar bagi terciptanya tujuan
menghafal Al Quran, karena tidak ada kerelaan orang tua, wali
atau suami membawa pengaruh batin yang kuat sehingga
penghafal menjadi bimbang dan kacau pikirannya.
3) Penghafal mempunyai kebebasan dan kelonggaran waktu
sehingga ia merasa bebas dari tekanan yang menyesakkan
dadanya, dan dengan pengertian yang besar dari orang tua, wali
atau suami maka proses menghafal menjadi lancar.
d. Memiliki sifat mahmudah (terpuji)
Memilki sifat mahmudah yakni melaksanakan perintah Allah
Swt dan menjauhi segala yang menjadi larangan-Nya, termasuk
berbagai sifat mazmumah (tercela).
Syeikh Al Waqi’ (guru imam syafi’i) berkata:
29
e. Kontinuitas (istiqamah) dalam menghafal Al Quran
Menghafal Al Quran harus istiqamah. Dalam arti memiliki
kedisiplinan, baik disiplin waktu, tempat maupun disiplin terhadap
materi-materi hafalan. Penghafal hendaknya tidak merasa
bosan-bosan dalan mengulang-ulang hafalan, kapanpun dan di manapun.
Dan sebagai dzikir, selain dari waktu-waktu yang ditentukan.
Penghafal dianjurkan memiliki waktu-waktu khusus, baik
untuk menghafal materi baru maupun untuk mengulang
(muraja’ah), yang waktu tersebut tidak boleh diganggu oleh
kepentingan lain.
f. Sanggup memelihara hafalan
Al Quran boleh jadi mudah dihafal, namun juga sangat mudah
hilang jika tanpa adanya pemeliharaan. Oleh karena itu, perlu
adanya pemeliharaan hafalan. Bilamana tidak, maka akan sia-sia
dalam usaha untuk menghafal Al Quran.
g. Memiliki mushaf sendiri
Di dalam proses menghafal Al Quran, usahakan memiliki
mushaf sendiri, tidak ganti-ganti mulai awal menghafal hingga
khatam. Agar jika ada kesalahan dalam menghafal atau ada
kesamaan ayat, dapat digaribawahi sebagai tanda. Hal ini sering
dianggap remeh padahal memiliki peranan yang sangat penting
30
Al Quran yang biasa digunakan oleh para penghafal adalah “Al
Quran Bahriyah” atau yang sering disebut dengan “Al Quran
Sudut” (Al Quran Pojok). Yakni Al Quran yang memiliki ciri-ciri
khas tersendiri. Adapun ciri-ciri tersebut di antaranya: awal
halaman pasti awal ayat, akhir halaman pasti akhir ayat, setiap juz
terdiri dari 20 halaman dan setiap halaman terdiri dari 15 baris. Al
Quran tersebut biasanya diterbitkan di negara-negara Timur Tengah
atau yang sudah diterbitkan di Indonesia di antaranya terbitan
Menara Kudus. Al Quran semacam ini sangat diperlukan dalam
rangka proses menghafal. Karena biasanya yang sering terjadi,
seorang penghafal mengingat-ingat letak maupun posisi ayat yang
dihafalkannya, apakah terletak pada bagian kanan mushaf atau
bagian kiri pada pojok atas atau pojok bawah.
B. Tinjauan Konsep Belajar
1. Pengertian Belajar
Terjadi perbedaan pendapat tentang pengertian belajar di antara
para ahli pendidikan karena adanya perbedaan pandangan. Berikut akan
penulis kemukaan beberapa pendapat tentang belajar, yaitu:
a. Crow dan Crow dalam bukunya educational psychology (1958)
mengemukakan belajar adalah perbuatan untuk memperoleh
31
penemuan baru dalam mengerjakan sesuatu, usaha memecahkan
rintangan, dan menyesuaikan dengan situasi baru.
b. Menurut Dictionary of Psychology disebutkan bahwa belajar
memiliki dua definisi, pertama: belajar diartikan the process of
acquiring knowledge. Kedua; belajar diartikan a relatifely
permanent change potentiality which occurs as a result of
reinforced practice. Pengertian pertama, belajar memiliki arti suatu
proses untuk memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua, belajar
berarti suatu perubahan kemampuan untuk bereaksi yang relative
langgeng sebagai hasil dari latihan yang diperkuat.
c. A. caurine mendefinisikan belajar adalah modifikasi atau
memperteguh perilaku melalui pengalaman (Sriyanti, 2011: 16-17).
Dengan kata lain belajar adalah proses perubahan tingkah laku
yang terjadi akibat dari pengalaman, pengetahuan dan latihan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks.
Oleh sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses
belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Munjahid (2007: 11-18) menyatakan bahwa keberhasilan belajar
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum, keberhasilan
belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal.
32 a. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri
individu. Faktor eksternal dapat dikelompokan menjadi tiga
kelompok, yaiti:
1) Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga secara garis besar juga dapat
dikelompokan menjadi tiga bagian, yang meliputi:
a) Faktor orang tua
Orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
anak belajar. Sikap orang tua yang acuh terhadap pendidikan
anaknyaakan mengakibatkan anak kurang mendapatkan
bimbingan, padahal anak memiliki potensi yang harus
dibimbing untuk dikembangkan.
b) Faktor suasana rumah
Suasana rumah yang tenang dapat mendukung
keberhasilan belajar anak. Suasana rumah yang gaduh
misalnya misalnya jumlah anggota keluarga itu terlalu besar,
atau rumah sekaligus sebagai tempat usaha tidak akan
memberikan kenyamanan dan ketenangan anak dalam belajar.
c) Faktor ekonomi keluarga
Ekonomi keluarga juga mempengaruhi keberhasilan
anak. Misalnya keluarga yang mampu ekonominya akan
33
sehingga anak menjadi semangat dan terbantu belajarnya
karena alat-alatnya cukup.
2) Lingkungan sekolah
Yang termasuk dalam faktor ini adalah:
a) Cara penyajian pelajaran yang kurang baik. Hal ini
kadang-kadang disebabkan penguasaan guru pada materi pelajaran
yang kurang atau ketidakmampuan guru menerapkan metode
mengajar yang baik, sehingga akan mempengaruhi
keberhasilan siswa belajar.
b) Hubungan guru dan murid yang kurang baik.
c) Hubungan antara anak dengan anak yang kurang
menyenangkan.
d) Bahan pelajaran yang terlalu tinggi di atas kemampuan normal
anak.
e) Alat belajar di sekolah yang tidak lengkap.
f) Jam pelajaran yang kurang tepat.
3) Lingkungan masyarakat
Yang dapat digolongkan sebagai lingkungan masyarakat
adalah:
a) Mass media
Mass media di antaranya adalah: radio, televisi, surat
kabar dan majalah. Semua ini dapat memberikan pengaruh
34
berpengaruh negatif. Tergantung dari pemanfaatan dan
pengendalian terhadap media tersebut.
b) Teman bergaul
Teman yang baik, rajin belajar akan mendorong anak
rajin belajar. Begitu juga teman yang nakal dan tidak pernah
belajar akan menurunkan semangat anak dalam belajar,
sehingga menghambat anakdalam belajar.
c) Banyaknya kegiatan lain
Misalnya anak selalu diperintah oleh orang tuanya untuk
membantu pekerjaan dan tugas orang tua, begitu juga anak
yang sangat aktif dalam kegiatan di masyarakat, waktu belajar
dan tenaga serta konsentrasinya akan tersita, sehingga akan
menghambat anak dalam belajar.
d) Corak kehidupan tetangga
Corak kehidupan tetangga akan mempengaruhi
keberhasilan anak belajar. Misalnya corak kehidupan tetangga
yang suka belajar akan berpengaruh positif, sedangkan corak
kehidupan tetangga yang tidak suka belajar akan berpengaruh
negatif terhadap keberhasilan anak dalam belajar.
b.Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri
35
menyatakan faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri
individu. Faktor fisiologis terdiri dari:
a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya
Keadaan Tonus jasmani secara umum yang ada dalam
diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan
Tonus jasmani secara umum ini, misalnya tingkat kesehatan
dan kebugaran fisik individu. Apabila badan individu dalam
keadaan bugar dan sehat maka akan mendukung hasil belajar.
Sebaliknya, jika badan individu dalam keadaan kurang bugar
dan kurang sehat akan menghambat hasil belajar.
b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah keadaan
fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait dengan fungsi
panca indra yang ada dalam diri individu. Panca indra
merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalam diri
individu.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri
individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain: tingkat
36
kematangan dan lain sebagainya. Tingkat kecerdasan akan
mempengaruhi daya serap serta berpengaruh terhadap proses dan
hasil bejalar. Demikian juga motivasi, bakat dan minat banyak
memberikan warna terhadap aktifitas belajar.
3. Hubungan Belajar dengan Menghafal
Dalam pandangan psikologi kuno, belajar dimaknai dengan
menghafal. Oleh karenanya belajar dilakukan dengan hanya menghafal.
Sedangkan hasil belajar ditandai dengan hafalnya seseorang terhadap
materi.
Pandangan psikologi kuno ini tidak salah, hanya kurang
sempurna, karena sebenarnya menghafal itu hanya merupakan sebagian
dari belajar. Namun antara belajar dan menghafal ada persamaannya
yaitu kedua-duanya menyebabkan perubahan dalam diri seseorang.
Menurut Alex Sobur, menghafal itu sangat erat kaitannya dengan
mengingat, yaitu proses untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksikan tanggapan-tanggapan yang telah diperolehnya melalui
pengamatan (antara lain melalui belajar). Menghafal adalah kemampuan
untuk memproduksi tanggapan-tanggapan yang telah tersimpan secara
tepat dan sesuai dengan tanggapan-tanggapan yang diterimanya.
Dalam menghafal, aspek perubahannya terbatas dalam
kemampuan menyimpan dan memproduksikan tanggapan. Sedangkam
dalam belajar, perubahan itu tidak hanya dalam hal kemampuan
37
pengertian, sikap, skill dan sebagainya. Dengan demikian belajar akan
berhasil baik jika disertai dengan kemampuan menghafal.
Walaupun dalam belajar yang kita tuju adalah pengertian, tetapi
kita tidak boleh mengabaikan ingatan. Karena apa yang kita mengerti
dan apa yang kita alami sendiri itu akan mudah kita ingat dan akan sulit
kita lupakan (Munjahid, 2007: 18)
Dari penjelasan di atas nampaknya dapat kita tarik suatu
kesimpulan bahwa antara belajar dengan ingatan terdapat hubungan
yang sangat erat. Bahkan tidak mungkin kita dapat mempelajari sesuatu
tanpa peran ingatan. Belajar tanpa ingatan dan hafalan tidak ada
hasilnya. Ingatan yang kuat akan menyebabkan hafalan yang kuat.
Sedangkan hafalan yang kuat akan membantu dalam proses belajar.
C. Problematika Tahfidzul Quran
1. Pengertian Problematika
Problematika adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Inggris
yaitu “problematic” yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan
dalam bahasa Indonesia problema berarti hal yang belum dapat
dipecahkan yang menimbulkan permasalahan (KBBI, 2002: 276).
Problematika adalah adanya kesenjangan antara das sollen (teori)
dengan das sein (fakta empiris), antara yang ditetapkan sebagai
kebijakan dengan implementasi kebijakan. Berikut merupakan
38
a. Menurut Abdul Cholil masalah adalah bagian dari hidup, setiap
orang pasti pernah menghadapi masalah baik itu bersumber dari diri
sendiri maupun bersumber dari orang lain.
b. Menurut Prajudi Atmosudirjo, suatu yang menyimpang dari apa yang
diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga
merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan.
c. Menurut Agung Wijaya masalah adalah suatu keadaan yang tidak
seimbang antara harapan /keinginan dengan kenyataan yang ada
(http://carapedia.com/pengertian_definisi_masalah_info2192.html) .
2. Problematika Tahfidzul Quran dan Solusinya
Problematika yang dihadapi orang yang sedang dalam proses
menghafal Al Quran memang banyak dan bermacam-macam. Mulai
dari pengembangan minat, penciptaan lingkungan, pembagian waktu
sampai kepada metode menghafal itu sendiri.
Menurut Sugianto (2004: 100-104) problematika yang dihadapi
oleh para penghafal Al Quran itu secara garis besar dapat dirangkum
sebagai berikut:
a. Ayat- ayat yang Sudah Dihafal Lupa Lagi
Lupa adalah suasana tidak ingat yang bukan dalam keadaan
mengantuk atau tidur. Lupa merupakan suatu problem yang tidak
hanya dialami oleh sebagian kecil penghafal Al Quran, namun
hampir seluruh penghafal Al Quran mengalaminya. Hal yang
39
hafal dengan lancar, namun disaat mengerjakan soal lain, sore
harinya tidak membekas, bahkan bila dicoba langsung
diperdengarkan (disetorkan) kepada guru pembimbing, satu
ayatpun tidak ada yang terbayang.
Ahli psikologi Ebbinghaus, merupakan salah seorang pionir
yang menyelidiki persoalan ingatan. Hasil percobaan yang
menunjukan, sesudah satu jam 50% dari bahan yang dipelajarinya
akan dilupakan. Sesudah sembilan jam 8% lagi yang dilupakan,
sesudah dua hari tambah lagi 6% dan sesudah 1 bulan bertambah
7% lagi. Dengan kata lain 70% dari jumlah yang dilupakan dalam
sebulan terjadi pada satu jam pertama (50/71 x 100%). Jadi
alangkah lebih ekonomis bila secepat mungkin kita menyegarkan
ingatan tanpa menunggu lebih lama lagi.
Dengan demikian, solusi yang harus dilakukan adalah
sebagaimana penjelasan berikut:
1) Tidak meninggalkan hafalan baru terlalu lama, karena
hafalan baru sangat mudah hilang.
2) Mengulangi hafalan. Lupa terkadang mencapai puncaknya
sehingga sulit untuk mengulangi apa yang telah dihafal.
Maka di sini harus diulangi sejumlah hafalan yang telah
hilang. Pengetahuan modern mengatakan bahwa materi
yang dilupakan persis setelah dihafal akan memerlukan
40
suatu teks yang tidak pernah dipelajari sebelumnya. Jadi
mengulang-ulang hafalan yang lupa itu lebih mudah
daripada menghafal materi yang baru.
3) Mendengarkan dari orang lain, termasuk kaset. Seseorang
sekalipun cerdas namun ia tidak bisa menghindarkan dirinya
dari segi-segi kelemahannya dan lupa terhadap sebagian apa
yang diketahuinya. Mendengarkan dari orang lain adalah
cara yang baik di samping mengingat-ingat sendiri.
4) Mengerti akan makna dari materi yang telah dihafal serta
berupaya untuk merenungkannya. Mengetahui dan
merenungkan makna-makna Al Quran adalah merupakan
tujuan diturunkannya kitab yang mulia ini. Merenungkan
dan memikirkannya saat menbaca itu akan membantu dan
menetapkannya dalam hati.
b. Banyak Ayat Serupa Tetapi Tidak Sama
Di dalam menghafal Al Quran akan kita jumpai ayat yang
serupa namun tak sama. Maksudnya pada awalnya sama dan
mengenai yang sama pula, tetapi pada pertengahan atau akhir
ayatnya berbeda atau sebaliknya, pada awalnya tidak sama tetapi
pada pertengahannya atau akhir ayatnya sama. Sebagaimana
contoh berikut:
41
“Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim.”
Serupa dengan surat Al A’raf ayat 19
“Dan Allah berfirman: “Hai adam bertempat tinggalah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang dzalim”.
Adapun penyelesaiannya dengan memberi catatan pinggir
pada Al Quran yang dipakai untuk menghafal bahwa ayat tersebut
sama dengan halaman berapa, atau surat apa, juz berapa,
kemudian ayat-ayat yang serupa tersebut diberi garis bawah. Bila
perlu diketahui sejarah turunnya ayat bila ada. Bila tidak ada
dibaca terjemahnya untuk mengetahui peristiwa atau isi
42 c. Gangguan Asmara
Persoalan ini muncul karena mayoritas penghafal Al Quran
itu berada pada jenjang usia pubertas, sehingga mulai tertarik
dengan lawan jenis. Hal ini dapat mengganggu konsentrasi para
penghafal Al Quran. Berhubungan dekat dengan lawan jenisnya
yang pada lazimnya orang menyebut dengan pacaran. Jika hal ini
dilakukan, maka hampir seluruh konsentrasinya tersita untuk
memikirkan lawan jenisnya saja yang setiap saat dapat menjelma
di hati penghafal Al Quran dan wajahnya selalu muncul pada
bayangan matanya, sehingga bayangan pada tulisan, baris dan
halaman pada mushaf akan tertutupi oleh bayangan pada
kekasihnya.
Bagi penghafal Al Quran, hal-hal itu dapat dihindarinya
karena selain kurang etis juga akan mengganggu konsentrasinya,
dapat mendorong pada akhlak yang tidak baik bahkan dapat
mendorong untuk berbuat dosa. Ini semua termasuk masalah yang
dapat mengancam kegagalan cita-cita penghafal Al Quran.
Persoalan ini dapat diantisipasi dengan tidak membiarkan
bergaul secara bebas dengan lawan jenisnya, atau dipalingkan
pada kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti olahraga,
43 d. Sukar Menghafal
Keadaan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, antara lain
tingkat intelegensi quesioner (IQ) yang rendah, pikiran sedang
kacau, badan kurang sehat dan kurang fresh, kondisi di sekitar
sedang gaduh sehingga sulit untuk berkonsentrasi, dan lain-lain.
Persoalan ini sebenarnya bisa diantisaipasi sendiri oleh penghafal
karena dialah yang paling tahu tentang drinya sendiri.
e. Melemahnya Semangat Menghafal Al Quran
Hal ini bisa terjadi pada waktu menghafal berada pada
juz-juz pertengahan. Ini disebabkan karena dia melihat pekerjaan yang
harus digarap masih panjang. Untuk mengantisipasinya dengan
kesabaran yang terus menerus dan punya keyakinan (optimis)
kalau pekerjaan menghafal ini akan berangsur-angsur bisa
terlewati dan sampai khatam. Selain itu seorang penghafal juga
dapat membuat variasi-variasi dalam menghafal, misalnya dengan
menghafal selang-seling antara juz-juz awal dan juz-juz akhir
sehingga bertemu di pertengahan Al Quran (juz 1, 30, 2, 29, 3,
28….) sebagai antisipasi untuk menghindari kejenuhan.
f. Tidak Istiqamah
Problem inipun sering dihadapi oleh penghafal Al Quran.
penyebabnya antara lain terpengaruh teman-teman yang bukan
penghafal Al Quran untuk mengadakan aktivitas yang tidak ada