• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpuasan Citra tubuh

BAB II LANDASAN TEORI

A. Citra Tubuh

3. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpuasan Citra tubuh

Faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan citra tubuh dikelompokkan menjadi :

a. Faktor Biologis i. Jenis Kelamin

Pada umumnya, perempuan terutama pada usia remaja memiliki citra tubuh yang buruk dari pada laki-laki (Graber, Petersen, & Brooks-Gunn, 1996). Pada usia remaja, perempuan jauh tidak puas pada tubuhnya sehingga kemungkinan untuk melakukan perilaku berisiko yang berhubungan dengan tubuh menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Misalnya, penelitian yang dilakukan Dunn (1992) menemukan bahwa 11 milyar perempuan di Amerika mengalami gangguan makan (anorexia nervosa dan bulimia nervosa) dan hanya 1 milyar laki-laki yang mengalami gangguan tersebut. Hal tersebut disebabkan perempuan mengalami kekhawatiran yang lebih besar mengenai berat badan dan penampilan (Thompson, 1996).

Selama masa pubertas, individu tumbuh pada waktu yang berbeda dan pada tingkat yang berbeda. Variasi antara

individu dalam tingkat perkembangan mereka dapat meningkatkan sensitivitas pada masalah tubuh. Dalam gender, individu pun memulai pubertas pada waktu yang berbeda. Perempuan biasanya memulai perkembangan ini 1 atau 2 tahun lebih cepat daripada laki-laki (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Pada usia remaja, tubuh remaja perempuan lebih berlemak daripada remaja laki-laki. Selama masa pubertas, lemak tubuh remaja laki-laki menurun dari sekitar 18-19 % menjadi 11 % dari bobot tubuh. Sementara pada remaja perempuan, justru meningkat dari sekitar 21 % menjadi sekitar 26-27 % (Sinclair dalam Seifert & Hoffnung, 1987). Hal ini menyebabkan ketidakpuasan pada remaja perempuan dengan tubuh mereka.

Hal ini diperkuat temuan bahwa perempuan lebih suka daripada laki-laki untuk mengevaluasi tubuh mereka dalam hal berat mereka (Drewnowski, Kennedy, Kurth, & Krahn, 1995). Oleh sebab itu, perempuan cenderung memiliki citra tubuh yang buruk dari pada laki-laki. Remaja perempuan senang untuk menurunkan berat badan sedangkan remaja pria senang untuk meningkatkan berat dan masa otot (Cusumano & Thompson, 1997). Hal ini konsisten dengan adanya temuan bahwa remaja menyesuaikan diri dengan ideal sosial yaitu tubuh kurus untuk perempuan dan tinggi berotot untuk laki-laki (Graber & Brooks-Gunn, 2001).

ii. Pubertas dan Waktu Pematangan

Ketidakpuasaan remaja pada tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja (Papalia, Olds, & Feldman, 2009; Santrock, 2003). Hal ini disebabkan remaja mengalami pubertas yang juga menjadikan perubahan pada tubuh remaja. Namun, untuk sebagian remaja perasaan negatif tentang tubuh mereka menghilang setelah masa pubertas berakhir dan akan terus meningkat setelah satu dekade (Graber, Petersen, & Brooks-Gunn, 1996).

Di samping itu, diketahui juga perempuan yang dewasa lebih awal dari perempuan lain memiliki citra tubuh yang lebih buruk sepanjang masa remaja (Graber, Petersen, & Brooks-Gun, 1996). Digambarkan bahwa perempuan yang dewasa lebih awal tersebut tampaknya merasa sangat asing dan janggal atau menyadari bahwa tubuh mereka telah mengalami perubahan dan berbeda dari pada perempuan lain. Pubertas yang lebih awal mengakibatkan remaja mengalami kenaikan berat badan secara drastis. Hal ini membuat mereka lebih sadar diri tentang keadaan berat badannya. Umumnya perempuan yang mengalami pematangan lebih lambat (menarchesetelah usia 14) mempunyai citra tubuh yang lebih positif dari pada perempuan yang mengalami menarche yang lebih awal (sebelum usia 11) atau pada waktunya (usia 11-14) (Thompson, 1996). Hal ini

mendukung penelitian sebelumnya yaitu perempuan dengan keterlambatan pematangan lebih sedikit mengalami ketidakpuasan citra tubuh, gangguan makan, dari pada perempuan yang mengalami pematangan pada waktunya atau lebih cepat (Brooks-Gunn & Warren, 1985). Hal ini menjelaskan bahwa anak-anak perempuan yang dewasa lebih cepat memiliki reaksi yang lebih negatif terhadap tubuhnya dibandingankan dengan anak perempuan yang dewasa lebih lambat atau di usia rata-rata.

Sebaliknya, laki-laki yang dewasa lebih awal cenderung memiliki perasaan yang positif tentang tubuh mereka. Mereka lebih tinggi dan memperoleh masa otot. Selama pubertas, laki-laki dengan dewasa yg lebih awal bergerak lebih dekat pada budaya ideal (Graber, Petersen, and Brooks-Gun, 1996).

iii. Massa Tubuh

Massa tubuh telah menjadi karakteristik biologis yang paling konsisten berhubungan dengan ketidakpuasan citra tubuh. Temuan baik dari penelitian crosssectional maupun penelitian longitudinal menemukan bahwa individu dengan massa tubuh yang lebih besar menyatakan tingginya ketidakpuasan pada tubuh (Jones, 2004). Seseorang dengan badan yang lebih berat dan besar dari teman sebaya atau budaya

yang ideal memiliki dampak yang kuat pada pengalaman ketidakpuasan citra tubuh.

Besarnya ketidakpuasan tersebut diakibatkan oleh individu terutama remaja perempuan yang kelebihan berat badan sering mengalami pengalaman interaksi psikososial yang negatif dengan teman-temannya, seperti komentar menyakitkan yang sengaja diarahkan pada penampilan mereka dan juga penghindaran sosial (Thompson, Heinberg, Altabe, & Stacey, 1999). Misalnya, penelitian yang dilakukan Neumark-Sztainer dkk. (2002) menemukan bahwa 63% anak perempuan kelebihan berat badan diejek tentang penampilan mereka. Dengan demikian anak perempuan yang lebih berat lebih mungkin untuk mendengar komentar negatif tentang berat dan bentuk badan dalam lingkungan mereka. Mereka juga berpikir bahwa teman-teman mereka akan lebih menerima mereka jika mereka lebih menarik. Selain itu, temuan lain dari penelitian tersebut adalah remaja dengan kelebihan berat badan melakukan perilaku penurunan berat badan yang tidak sehat yaitu dengan melakukan diet yang ekstrim. Subyek dengan massa tubuh yang lebih tinggi merasa lebih banyak tekanan sosial budaya untuk merubah badan mereka.

b. Faktor Sosial Budaya i. Etnis Budaya

Perempuan kulit putih lebih suka dibandingkan dengan perempuan dari ras dan latar belakang etnis lain untuk mengevaluasi dirinya dan membandingkan dirinya terutama dengan tubuh kurus ideal. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh utama dari model kulit putih dan citra pada media (Graber & Brooks-Gunn, 2001). Dari wawancara yang dilakukan terhadap perempuan American African diketahui bahwa mereka kurang sensitif dibandingkan dengan perempuan kulit putih tentang berat badan mereka. Para perempuan tersebut cenderung melihat sisi positif ketika berpikir tentang tubuh mereka (Parker et al. dalam Graber & Brooks-Gunn, 2001).

Sedikit diketahui mengenai citra tubuh laki-laki pada ras dan latar belakang etnis yang berbeda. Penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa remaja laki-laki Afrika Amerika juga menunjukkan kepuasan yang lebih besar dengan tubuh mereka dari pada laki-laki dari kelompok ras lainnya (Story et al. dalam Graber & Brooks-Gunn, 2001). Namun bagaimanapun, laki-laki kulit putih, laki-laki Afrika Amerika, Hispanic, dan laki-laki Asia sangat mirip satu sama lain dalam melaporkan perasaan tentang tubuh mereka yang sebagian besar positif. Di samping itu, diketahui juga bahwa individu Afrika dan Asia memiliki

ketidakpuasan citra tubuh yang lebih rendah jika dibandingkan dengan individu Kaukasia (Thompson, 1996).

ii. Media Massa

Media massa memiliki peran yang kuat dalam membentuk standar tubuh ideal dan secara spesifik berperan dalam mengkomunikasikan hal tersebut pada masyarakat (Thompson, 1996). Citra yang muncul di media massa menjadi objek yang menarik untuk diamati dan dijadikan standar sosial mengenai kriteria daya tarik. Informasi yang disampaikan media massa ikut memberi kontribusi terhadap pandangan dan nilai-nilai mengenai tubuh yang berkembang di masyarakat.

Media massa memiliki peran yang penting dalam mengkomunikasikan standar berat badan kurus pada wanita (Thompson, 1996). Selain itu, menurut Thompson tubuh ideal yang kurus memang tidak dipromosikan secara langsung oleh media, akan tetapi popularitas televisi, film, dan majalah merupakan sarana di mana media menjadi salah satu alat yang memberikan pengaruh yang sangat kuat untuk mengkomunikasikan tubuh kurus. Kehadiran public figure yang hadir melalui media massa menjadi model yang sangat menarik untuk dijadikan target komparasi oleh masyarakat karena dianggap representasi figur ideal yang sesuai dengan standar nilai-nilai sosiokultural. Lakoff dan Scherr dalam Thompson

(1996) menekankan bahwa televisi dan majalah memiliki efek negatif karena model dalam media ini dilihat sebagai representasi yang sebenarnya yaitu sebagai wanita dalam kehidupan sehari-hari, bukan sebagai gambar yang sudah dimanipulasi dan dikembangkan secara hati-hati. Wanita bisa gagal untuk melihat bahwa model dalam televisi atau media cetak menghabiskan banyak waktu dengan make-up dan perawatan rambut untuk sesi pemotretan dan juga berdiet secara ketat dengan program olah raga yang juga ketat, dan melihat model ini sebagai figur yang nyata dan pantas untuk dijadikan perbandingan. Hal inilah yang seringkali menimbulkan ketidakpuasan citra tubuh karena seseorang merasa jauh dari tubuh ideal yang muncul di media.

iii. Keluarga

Komentar yang dibuat oleh orang tua dan anggota keluarga juga memiliki pengaruh dalam membentuk gambaran tubuh pada diri seseorang. Beberapa studi telah menemukan hubungan yang signifikan antara komentar orang tua mengenai berat badan anak mereka dan kekuatiran anak pada berat badannya sendiri (Thelen & Cormier, 1995). Sebagai contoh, penelitian Smolak, Levine, dan Schermer (1999) pada sampel anak-anak kelas empat dan lima menemukan bahwa komentar

langsung orang tua kepada anak mereka tentang berat badan anak berhubungan signifikan dengan harga tubuh.

Selain itu, ditemukan bahwa remaja dengan BMI yang tinggi merasa sangat kuat bahwa ibu mereka mendukung mereka untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan massa otot. Remaja perempuan lebih banyak daripada remaja laki-laki merasa bahwa ibu mereka mendorong mereka melakukan strategi untuk mengubah tubuh mereka semakin dekat dengan ideal sosial (McCabe & Ricciardelli, 2001).

iv. Teman Sebaya

Teman sebaya memainkan peran yang penting dalam kehidupan seorang remaja, termasuk dalam perkembangan citra tubuh. Diketahui bahwa remaja yang memiliki riwayat pernah diganggu dan diejek oleh teman sebaya tentang tubuh dan penampilan diketahui juga memiliki gangguan makan (Thompson, 1996). Komentar negatif tentang tubuh dan penampilan dari teman sebaya diidentifikasi menjadi penyebab munculnya keinginan untuk melakukan penurunan berat badan yang dapat mengarah pada gangguan makan seperti Anorexsia NervosadanBulimia Nervosa.

Teman sebaya merupakan sumber yang sangat relevan dalam hal mengembangkan keyakinan seseorang remaja tentang dirinya. Jones (2004) menemukan bahwa percakapan

dan perbandingan sosial dengan teman sebaya tentang penampilan dan massa tubuh adalah prediktor signifikan dari perubahan ketidakpuasan citra tubuh pada remaja perempuan. Percakapan dengan teman sebaya tentang penampilan membuat seseorang lebih memperhatikan dan menafsirkan informasi yang terkait dengan masalah penampilan.

Di samping hal tersebut, gambaran remaja pada dirinya dipengaruhi juga oleh bagaimana bagaimana penilaian teman sebaya terhadap mereka. Ruff dalam Jersild (1965) menemukan bahwa agar diterima oleh kelompok teman sebaya, seorang remaja harus tidak jauh berbeda dari teman-temannya pada penampilan fisik. Jika seseorang dinilai berbeda dengan teman yang lain kemungkinan dia akan dihindari oleh yang lain atau menerima panggilan hinaan. Sebagian besar remaja mengetahui jika mereka mengunakan model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok lain yang sedang populer, maka kesempatan baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar.

Penelitian lain yang dilakukan oleh McCabe & Ricciardelli (2001) menemukan bahwa teman sebaya mendukung seorang remaja untuk menurunkan berat badan bagi remaja perempuan dan meningkatkan massa otot bagi remaja laki-laki. Akan tetapi, hal tersebut lebih sering terjadi pada

remaja perempuan daripada remaja laki-laki. Teman sebaya dirasa menekan para remaja perempuan untuk berubah semakin dekat dengan ideal sosial, akan tetapi tekanan tersebut tidak tertalu tampak pada remaja lak-laki yaitu untuk berubah menjadi lebih berotot dan meningkatkan ukuran tubuh.

v. Kebudayaan

Norma budaya memiliki peran yang cukup besar dalam mempengaruhi perkembangan sikap dan tingkah laku yang berhubungan dengan diri dan citra tubuh. Bahkan sebagian besar peneliti setuju bahwa faktor terkuat dari berkembangnya ketidakpuasan citra tubuh di masyarakat barat adalah faktor sosial budaya (Thompson, 1996). Konformitas dengan tubuh ideal sedikit banyaknya dipengaruhi oleh standar budaya setempat atau penampilan yang seperti apa yang dinilai pantas dan yang tidak pantas (Arkoff, 1975). Masyarakat memiliki penilaian mengenai apa yang baik dan apa yang tidak, tidak terkecuali dalam masalah kecantikan.

Setiap budaya memiliki standar mengenai tubuh ideal perempuan yang berbeda-beda. Konsep mengenai tubuh ideal perempuan bervariasi antar budaya dan waktu (Sukamto, 2006). Bagi negara non barat seperti negara di Afrika, tubuh yang gemuk adalah simbol kematangan seksual dan kesuburan. Sebaliknya di negara barat, kegemukan merupakan hal yang

dibenci dan ditakuti. Budaya yang dianut adalah bentuk ideal wanita adalah kurus.

Teori feminis menjelaskan bahwa kebanyakan wanita terlalu mengidentifikasi dirinya dengan tubuhnya. Hal tersebut menyebabkan mereka mengikuti sosok ideal yang ada di masyarakat. Mereka akan dianggap menarik jika tubuh mereka menarik sesuai dengan budaya yang ada (Striegel-Moore & Marcus dalam Thompon, 1996).

vi. Orientasi Seksual

Wanita heteroseks dan pria gay memiliki risiko lebih besar untuk mengalami ketidakpuasaan citra tubuh (Brand, Rothblum, & Solomon dalam Thompson, 1996). Mereka memiliki standar mengenai tubuh ideal dan fokus pada berat badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria heteroseks dan lesbian.

Hal ini juga ditemukan pada usia remaja (Thompson, 1996). Remaja laki-laki yang homoseksual lebih rendah tingkat kepuasan citra tubuhnya dibandingkan remaja laki-laki yang heteroseksual. Pada remaja perempuan, remaja yang lesbian memiliki kepuasan citra tubuh yang lebih tinggi dibandingkan remaja perempuan yang heteroseksual.

Dokumen terkait