• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Remaja

1. Pengertian dan Batasan Remaja

DeBrun dalam Rice (1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Selain itu, Papalia, Olds, dan Feldman (2001) memberikan pengertian remaja (adolescent) secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan yang berlangsung sejak usia sekitar 10 atau 11, atau mungkin lebih awal sampai masa remaja akhir atau usia dua puluhan awal.

Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia, Olds, & Feldman 2001). Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Santrock (2003) bahwa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan fisik, kognitif, dan sosio-emosional.

Banyak batasan usia yang diungkapkan oleh para ahli, di antaranya adalah Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Monks, dkk. (2006) yang membagi fase-fase masa remaja menjadi tiga tahap yang sama yaitu : remaja awal (12 sampai 15 tahun), remaja tengah (15 sampai 18 tahun), dan remaja akhir (18 sampai 21 tahun).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan suatu periode perkembangan individu dimana terjadi transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang matang meliputi kematangan fisik, kognitif, dan sosio-emosional. Selain itu, mengikuti pembagian rentang usia remaja dari Monks, dkk.

(2006) bahwa batasan usia remaja awal adalah 12 sampai 15 tahun, batasan usia remaja tengah adalah 15 sampai 18 tahun, dan batasan usia remaja akhir adalah 18 sampai 21 tahun.

2. Ciri Khas Perkembangan pada Masa Remaja Awal

a. Perkembangan Fisik

Secara umum, terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik yang sangat pesat dalam masa remaja awal. Masa remaja di mulai dengan terjadinya pubertas yaitu sebuah periode kematangan fisik seseorang yang terjadi secara pesat. Kematangan fisik tersebut melibatkan perubahan hormonal dan fisik (Santrocks, 2007). Perubahan-perubahan tersebut meliputi perubahan tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Selain itu, terjadi perubahan fisik otak yaitu strukturnya semakin sempurna sehingga meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001). Perubahan-perubahan fisik tersebut menyebabkan kecanggungan bagi remaja awal karena mereka harus menyesuaikan diri pada perubahan yang terjadi pada diri mereka (Sarwono, 2003). Perubahan ini membuat remaja awal merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Oleh sebab itu, permasalahan akibat perubahan fisik banyak

dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas. Permasalahan fisik ini sering mengakibatkan mereka kurang percaya diri. Levine & Smolak (2002) menyatakan bahwa 40-70% remaja perempuan merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, pantat, perut dan paha. b. Perkembangan Kognitif

Pada masa remaja awal, perubahan pada otak menyebabkan struktur otak semakin sempurna sehingga meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia, Olds, dan Feldman, 2001). Interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget dalam Papalia & Olds (2001) menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasional formal.

Tahap operasional formal adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Pada tahap ini, seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Oleh sebab itu, remaja awal mulai dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2003). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu

memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Akan tetapi, remaja awal sering membantah secara terang-terangan pendapat orang lain yang dipikirnya tidak masuk akal tanpa mempertimbangkan perasaan orang lain. Hal ini dikarenakan kuatnya egosentris pada masa tersebut (Mappiare, 1994).

c. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada masa remaja awal lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Peran teman sebaya paling kuat pada masa remaja terutama di saat masa remaja awal dan biasanya memuncak di usia 12-13 tahun. (Papalia, Olds, dan Feldman, 2009). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler, dan bermain dengan teman. Dengan demikian, pada masa tersebut peran kelompok teman sebaya adalah besar.

Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orang tua dengan maksud menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengeksperesikan segala potensi yang dimiliki. Oleh sebab itu, penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya. Hal tersebut terjadi meskipun remaja telah mencapai tahap perkembangan

kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri (Conger, 1991).

Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Conger, 1991; Papalia, Olds, & Feldman, 2001). Kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991). Kondisi ini membuat remaja sangat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap, dan perilaku. Di samping itu, sikap solider, simpati, dan merasakan perasaan orang lain mulai berkembang dalam usia remaja awal (Mappiare, 1994). Remaja ingin diterima, diperhatikan dan dicintai oleh kelompoknya. Perasaan yang sangat ditakuti oleh remaja adalah takut dikucilkan atau tersingkir dari kelompoknya.

D. Dinamika Hubungan Antara Pengaruh Teman Sebaya dan

Dokumen terkait