• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial

Staub (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009) mengungkapkan bahwa hal yang menjadi dasar bagi individu untuk melakukan tindakan prososial adalah terkait nilai yang ada masyarakat dan norma yang berlaku di masyarakat, salah satu bentuknya adalah penegakan terkait hal yang benar dan adil karena hal tersebut bersifat wajib.

Ajaran agama yang didapat seseorang dan pelajaran yang individu dapatdi lingkungan sosial merupakan asal dari datangnya nilai dan norma yang mereka anut. Faktor lain yang juga bisa menjadi faktor tambahan yang dapat menjadi faktor penentu dalam perilaku prososial adalah :

1. Faktor Personal

a. Self-gain

Harapan yang ada pada diri seseorang untuk mendapatkan sesuatu seperti sebuah pengakuan atau pujian yang datang dari individu lain atau guna menghindar dari kehilangan terhadap sesuatu seperti takut jika dikucilkan.

b. Personal value dan norms

Tindakan prososial yang dipahami atau diyakini oleh seorang individu tidak datang dengan sendirinya. Tindakan prososial akan berkaitan dengan norma dan nilai yang dimiliki atau didapat oleh individu selama melakukan tindakan sosialisasi. Dari kegiatan sosialisasi yang telah dilakuakn oleh individu tersebut akan memiliki kaitan terhadap tindakan prososial yang akan dilakukan. Salah satu bentuk dari tindakan prososial adalah individu merasa memiliki sebuah kewajiban guna menegakan keadilan dan kebenaran dan juga terdapat norma timbal balik.

c. Empati

Sebuah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang mana mereka mampu merasakan apa yang sedang orang lain rasakan atau orang lain perbuat.

Kemampuan empati seseorang memiliki hubungan terkait pengambilan peran.

Penyampaian dari rasa empati yang kita miliki dapat disampaikan baik secara verbal atau non verbal.

2. Faktor Situasional

a. Hubungan Interpersonal

Semakin dekat hubungan antara orang yang memberikan pertolongan dengan orang yang ditolong. Maka, pemberian pertolongan akan semakin cepat dan mendalam kepada orang yang tersebut. Orang akan memberiakan pertolongan secara mendalam dan cepat selain datang dari kedekatan yang ada diantara individu tersebut juga terkait adanya kejelasan terkait hubungan yang terjalin diantara keduanya.

b. Pengalaman terkait memberikan pertolongan dan suasana dari hati penolong Pengalaman yang bersifat positif akan mendorong orang untuk melakukan tindakan prososial. Sebaliknya, jika seseorang pernah mengalami tindakan yang bersifat negatif atau pahit. Maka, individ tersebut akan memikirkan

berulang kali dan cenderung menghindar dari perilku prososial tersebut.

Suasana hati seseorang juga membawa pengaruh kepada memberikan pertolongan kepada orang lain. Suasana hati yang senang akan membawa seseorang lebih mudah menolong orang lain. Sedangkan, suasana hati dari seseorang yang sedang merasakan sedih akan memilih untuk menghindari memberikan orang lain sebuah pertolongan.

c. Sifat Stimulus

Stimulus yang bersifat jelas akan memberikan dampak berupa meningkatnya kesiapan terkait bereaksi ketika mendapat stimulus untuk memberikan bantuan. Apabila stimulus yang menghasilkan sedikit perilaku prososial makan hal tersebut disebabkan oleh stimulus yang diterima oleh individu tersebut tidak jelas.

d. Derajat kebutuhan yang ditolong

Keinginan orang untuk menolong orang lain juga terdapat pada kadar butuh pertolongan orang tersebut. Orang yang memiliki kadar butuh pertolongan yang tinggi biasanya akan diberikan prioritas ketika diberikan pertolongan.

Orang yang memiliki kadar prioritas untuk ditolong juga akan memiliki kemungkinan pertolongan yang besar dilihat dari bagaimana dia membutuhkan pertolongan.

e. Tanggung Jawab

Tingkat tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap orang akan membawa dampak pada tanggung jawab dia untuk menolong orang lain. Apabila ia merasa tanggung jawab yang ia miliki terhadap memberikan pertolongan kepada orang lain bersifat abu-abu. Ia tidak akan memberikan pertolongan pada orang lain dikarenakan sifat dari tanggung jawab menolong tersebut dan rasa tanggung jawab dari masing-masing diri individu.

f. Biaya yang harus dikeluarkan

Dalam menolong orang lain juga harus mempertimbangkan biaya yang diberikan untuk menolong orang lain. Seseorangan akan dengan mudah memberikan pertolongan pada orang lain apabila biaya yang dikeluarkan untuk menolong rendah. Namun, bukan berarti jika biaya yang dikeluarkan

tinggi dalam memberikan pertolongan kepada orang lain membuat kita tidak melakukan tindakan prososial. Tindakan tolong menolong akan tetap terjadi walaupun mungkin dengan pertimbangan lain.

g. Norma timbal balik

Seseorang yang pernah ditolong oleh orang lain akan cenderung memiliki keinginann untuk meolong orang lain. Keinginan yang muncul ini berasal dari rasa ingin membalas pertolongan atau melakukan hubungan timbal balik.

Membalas jasa dari sang penolong merupakan salah satu wujud tanggung jawab moral yang terjadi pada seseorang yang pernah menerima pertolongan.

h. Karakter dari sebuah kepribadian

Individu yang memiliki kecenderungan dalam melaksanakan perilau prososial akan memiliki karatereristik kepribadian. Bentuk-bentuk karakteristik seseorang tersebut dapat berupa : memiliki tingkat tanggung jawab tinggi, tingginya harga diri yang ia miliki, kontrol diri yang baik, memiliki keseimbangan tingkat moral, dan mereka adalah individu yang tidak terlalu membutuhkan persetujuan yang bukan dari diri merekaterhadap keputusan atau hal-hal apa yang hendak mereka perbuat.

Pemaparan oleh Myers (2012) terkait hal yang menjadi pengaruh pada diri individu untuk melakukan tindakan memberi pertolongan yang didasarkan kepada sifat yang memberikan pertolongan, yaitu:

a. Sifat dan kepribadian individu

Didasarkan pada peneliti yang sudah melakuakn penelitian kepribadian dapat ditarik beberapa hal. Para peneliti mendapati perbedaan individu dalam perilaku memberikan pertolongan dan perbedaan yang ditemui akan bertahan selamanya.

Para peneliti dari penelitiannya telah mengumpulkan banyak petunjuk tentang jaringan sifat dari individu yang menjadi penentu tingkat kesediaan individu untuk memberikan pertolongan. Kepribadian dari individu juga dapat memberikan pengaruh tentang bagaimana individu tersebut bereaksi ketika menghadapi suatu situasi.

b. Gender

Gender memberikan beberapa pengaruh pada setiap tindakan pertolongan.

Perempuan lebih cenderung melakukan pertolongan di situasi yang aman menurut mereka. Para perempuan juga biasaya akan terlibat sebagai sukarelawan dalam pemberian bantuan. Sedangkan untuk para laki-laki akan memberikan pertolongan di saat situasi yang ada memiliki potensi berbahaya. Para pria terhitung lebih sering melakukan pertolongan pada situasi yang berketerbalikan dengan perempuan.

c. Kepercayaan religius

Orang dengan kepercayaan religius cenderung memiliki sifat menolong yang dalam jangka waktu yang lebih panjang ketimbang orang yang tidak memiliki kepercayaan religius.

Dari penjelasan yang diatas ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi faktor untuk mempengaruhi perilaku prososial dari diri seseorang berasal dari faktor situasional dan faktor personal yang satu di antaranya ialah faktor religiusitas.

B. Religiusitas

Dokumen terkait