• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

B. Hasil Penelitian 1. Analisis Data

Setelah dilakukan pengambilan data, langkah selanjutnya adalah skoring terhadap aitem penelitian pada masing-masing variabel. Terdapat dua langkah pada analisis data penelitian, yaitu uji asumsi, terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas, kemudian uji hipotesis. Selanjutnya dilakukan sebuah uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan program Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 22.

a. Uji Asumsi

1.) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan guna mengetahui Data yang disebar dalam penelitian akan tersebar secara normal atau sebaliknya.. Teknik yang digunakan dalam uji normalitas adalah Kolmogorov-Smirnov (Sugiyono, 2016) menyebutnya Goodness of Fit Test.

Tabel 14.

Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Variabel

Kolmogorov-Smirnov Signifikansi Bentuk

Religiusitas 1,537 0,018 Tidak Normal

Perilaku Prososial

1,464 0,027 Tidak normal

Berdasarkan uji normalitas, hasil sebaran data variabel religiusitas memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,537 dengan nilai p=0,018 dan senilai 1,464 yang merujuk pada nilai dari Kolmogorov-Smirnov merupakan wujud dari sebuah variabel yang merujuk pada perilaku prososial. Syarat data

dikatakan memiliki distribusi yang normal apabila p > 0,05. Sehingga baik variabel religiusitas maupun variabel perilaku prososial memiliki distribusi data yang tidak normal karena memiliki p < 0,05.

Variabel religiusitas dan perilaku prososial memiliki distribusi data yang tidak normal disebabkan adanya outlier (nilai ekstrem). Nilai ekstrem adalah nilai yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dalam suatu variabel (Nussbaum, 2014).

Hal ini dibuktikan ketika dilakukan pengolahan data dengan menghilangkan nilai ekstrem pada variabel religiusitas dan perilaku prososial akhirnya dapat menghasilkan distribusi data yang normal (p > 0,05).

2.) Uji Linearitas

Dilakukannya uji linearitas adalah untuk mengetahui apakah antara variabel prediktor dan variabel kriterium memiliki hubungan yang linier serta berfungsi juga untuk mengetahui bagaimana arah hubungan antar kedua variabel tersebut.

Tabel 15.

Hasil Uji Linearitas Sebaran Data

Nilai F Signifikansi Keterangan (p<0,05)

56,582 0.000 Linier

Berdasarkan uji linearitas dari variabel religiusitas dengan perilaku prososial diperoleh bahwa nilai F sebesar 56,582 dengan nilai signifikansi sebesar p=0,000 (p<0,005). Hasil yang diperoleh dari uji linearitas ini menunjukkan hubungan antara variabel religiusitas dengan perilaku prososial adalah linear.

b. Uji Hipotesis

Uji hipotesis perlu untuk dilakukan guna mengetahui hubungan antara variabel religiusitas dengan perilaku prososial. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji statistik non parametrik Spearman’s Rho. Uji hipotesis dilaksankan menggunakan Spearman karena berdasarkan hasil uji asumsi, data yang terdistribusi tidak memeuhi kriteria normalitas sehingga tidak bisa dilakukan uji hipotesis menggunakan uji statistik parametrik regresi pearson. Kekurangan dari statistik non-parametrik adalah hasil analisis tidak dapat digeneralisasi ke dalam

populasi (dalam Harnani & Rasyid, 2015) sehingga hasil penelitian ini hanya spesifik sesuai untuk subjek penelitian yakni santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu.

Tabel 16.

Koefisien Korelasi antara Religiusitas dan Perilaku Prososial Variabel Koefisien Korelasi Signifikansi Religiusitas dan Perilaku

Prososial 0,604 0,000

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara religiusitas dengan perilaku prososial. Spearman’s Rho menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,604 dan nilai signifikansi p=0,000 (p<0,05). Yang mana hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi religiusitas, maka semakin tinggi perilaku prososial yang dimiliki oleh santri pondok pesantren kyai galang sewu. Kemudian sebaliknya, semakin rendah religiusitas, maka semakin rendah juga perilaku prososial yang dimiliki santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.

c. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu. Daftar santri untuk penelitian ini terbagi menjadi 4 kategori yaitu institusi, Angkatan, dan usia. Gambaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 17.

Gambaran Subjek Penelitian Santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu Kategorisasi Jumlah Persentase

Angkatan

2015 8 6.30%

2016 11 8.66%

2017 20 15.75%

2018 32 25.20%

2019 29 22.83%

2020 27 21.26%

Usia 18-19 tahun 49 38.58%

20-22 tahun 66 51.97%

23-25 tahun 12 9.45%

Skor yang dihasilkan dapat memberikan gambaran umum mengenai santri yang ada di Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu terkait religiusitas dan perilaku prososial. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh rerata hipotetik, rerata empirik, standar deviasi hipotetik, dan standar deviasi empirik. Gambaran umum skor variabel total dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18.

Gambaran Umum Skor Variabel Total

G a m b

aran umum dari skor setiap variable diperuntukan guna menentukan kategorisasi dari subjek penelitian. Kategorisasi memiliki tujuan guna penempatan individu kedalam kelompok yang terpisah secara berjejang dan didasari oleh atribut yang diukur. Kategorisasi subjek penelitian dibuat berdasarkan data-data pada norma hipotetik. Tabel 19 merupakan skor religiusitas.

Tabel 19.

Rentang Nilai Kategorisasi Skor Subjek Penelitian Variabel Religiusitas Rumus interval Kategorisasi Skor Rentang Nilai μ – 3 SD < x ≤ μ – 1,5 SD Sangat Rendah 39 < x ≤ 78

μ – 1,5 SD < x ≤ μ Rendah 78 < x ≤ 97,5 μ < x ≤ μ + 1,5 SD Tinggi 97,5 < x ≤ 117 μ + 1,5 SD < x ≤ μ + 3 SD Sangat Tinggi 117 < x ≤ 156

Keterangan:

μ = rata-rata skor hipotetik SD = standar deviasi hipotetik x = skor subjek

Religiusitas Perilaku Prososial Hipotetik Empirik Hipotetik Empirik

Skor Minimum 39 115 59 163

Skor Maksimum 156 155 236 231

Rata-rata (μ) 97,5 140,5748 147,5 188,2283

Standar Deviasi 19,5 8,14309 29,5 16,10195

Tabel 20.

Kategorisasi Variabel Religiusitas

Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi

0 0 9 118

0.00% 0.00% 7.09% 92.91%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 0% santri yang memiliki tingkat religiusitas sangat rendah ataupun rendah, di sisi lain terdapat 7,09% santri yang berada pada kategorisasi tingkat religiusitas tinggi, dan 92,91%

santri berada pada kategori tingkat religiusitas sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu berada pada tingkat religiusitas yang sangat tinggi.

Tabel 21.

Rentang Nilai dan Kategorisasi Skor Subjek Penelitian Variabel Perilaku Prososial

Rumus interval Kategorisasi Skor Rentang Nilai μ – 3 SD < x ≤ μ – 1,5 SD Sangat Rendah 59 < x ≤ 118

μ – 1,5 SD < x ≤ μ Rendah 118 < x ≤ 147,5 μ < x ≤ μ + 1,5 SD Tinggi 147,5 < x ≤ 177 μ + 1,5 SD < x ≤ μ + 3 SD Sangat Tinggi 177 < x ≤ 236

Keterangan:

μ = rata-rata skor hipotetik SD = standar deviasi hipotetik x = skor subjek

Tabel 22.

Kategorisasi Variabel Perilaku Prososial

Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi

0 0 81 46

0.00% 0.00% 63.78% 36.22%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 0% santri berada pada kategori sangat rendah maupun rendah, 63,78% santri berada pada kategori tinggi, dan 36,22% santri berada pada kategori sangat tinggi. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mayoritas santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu berada pada tingkat perilaku prososial yang tinggi.

d. Deskripsi Hasil Tambahan

Deskripsi hasil tambahan yang ditemukan peneliti mengenai rata-rata para santri yang belajar di Pondok Pesantren Kyai Galang sewu dalam religiusitas dan perilaku prososial diuraikan dalam tabel 23.

Tabel 23.

Rentang Nilai dan Kategorisasi Skor Subjek Penelitian Variabel Religiusitas Kategorisasi Jumlah Religiusitas Ket Mean Sig Angkatan

Tabel di atas menunjukkan skor rata-rata religiusitas untuk setiap kategori institusi, angkatan dan usia. Untuk kategori institusi, rata-rata skor religiusitas tertinggi pada Poltekkes sebesar 148.50 dan terendah pada Polines sebesar 131.50. Dengan pengujian Kruskal Wallis, didapatkan signifikansi senilai 0.022 lebih rendah dari nilai taraf nyata yaitu 5% sehingga terbukti bahwa adanya pembeda nilai rata-rata tersebut nyata. Artinya terbukti bahwa kategori institusi yang berbeda memiliki nilai rata-rata religiusitas yang berbeda nyata.

Untuk kategori angkatan, rata-rata skor religiusitas tertinggi pada angkatan 2015 sebesar 145.50 dan terendah pada angkatan 2017 sebesar 135.90. Dengan pengujian Kruskal Wallis, didapatkan signifikansi sebesar 0.111 lebih besar dari taraf nyata 5% sehingga menunjukkan bahwa perbedaaan tersebut tidak signifikan.

Untuk kategori usia, rata-rata skor religiusitas tertinggi pada usia 23-25 tahun sebesar 143.42 dan terendah pada usia 20-22 tahun sebesar 139.32. Dengan pengujian Kruskal Wallis, didapatkan signifikansi senilai 0.228 melebihi taraf nyata seniali 5% sehingga bukan termasuk bukti bahwa perbedaan nilai rata-rata tersebut tidak signifikan.

Secara keseluruhan, nilai rata-rata religiusitas yang didapatkan untuk setiap kategori tersebut tergolong kedalam kategori yang lebih tinggi. Kesimpulan yang dipetik adalah mayoritas yang menjadi subjek memiliki religiusitas sangat tinggi.

Tabel 24.

Rentang Nilai dan Kategorisasi Skor Subjek Penelitian Variabel Perilaku Prososial

Tabel di atas menunjukkan skor rata-rata perilaku prososial untuk setiap kategori institusi, angkatan dan usia. Untuk kategori institusi, rata-rata skor perilaku prososial tertinggi pada Poltekkes sebesar 191.00 dan terendah pada Polines sebesar 176.50. Dengan pengujian Kruskal Wallis, didapatkan signifikansi senilai 0.415 nalainya melebihi taraf nyata yaitu 5% sehingga bukan bukti bahwa perbedaan nilai rata-rata tersebut berpengaruh secara signifikan.

Untuk kategori angkatan, rata-rata skor perilaku prososial tertinggi pada angkatan 2020 sebesar 191.96 dan terendah pada angkatan 2015 sebesar 181.63.

Dengan pengujian Kruskal Wallis, didapatkan signifikansi sebesar 0.573 lebih besar dari taraf nyata 5% sehingga hasil pengujian tersebut menunjukkan tidak signifikan.

Untuk kategori usia, rata-rata skor perilaku prososial tertinggi pada usia 18-19 tahun sebesar 190.51 dan terendah pada usia 23-25 tahun sebesar 181.75.

Dengan pengujian Kruskal Wallis, didapatkan signifikansi bernilai 0.279 angka tersebut menunjukan angka yang melebihi taraf nyata yaitu 5% sehingga hal tersebut bukan bukti bahwa perbedaan nilai rata-rata tersebut nyata. Artinya nilai rata-rata perilaku prososial tidak signifikan untuk setiap kategori usia.

Secara keseluruhan, nilai rata-rata perilaku prososial yang didapatkan untuk setiap kategori tersebut tergolong pada kategori tinggi dan sangat tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa responden memiliki perilaku prososial yang tinggi.

2. Interpretasi Data

Setelah melakukan analisis data maka diperoleh hasil menggunakan SPSS, dijabarkan variabel religiusitas dan variabel perilaku prososial memiliki sebaran data yang tidak normal. Variabel dari religiusitas menunjuk angka 1,537 dengan nilai p=0,018. Hal ini dibuktikan melalui Smirnov. Nilai Kolmogorov-Smirnov untuk variabel perilaku prososial sebesar 1,464 dengan nilai p=0,027. Syarat data dikatakan memiliki distribusi yang normal apabila p > 0,05. Sehingga baik variabel religiusitas maupun variabel perilaku prososial memiliki distribusi data yang tidak normal karena memiliki p < 0,05.

Selanjutnya berdasarkan uji linearitas antara variabel religiusitas dan variabel perilaku prososial diperoleh nilai F sebesar 56,582 dengan nilai signifikansi sebesar

p=0,000. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel religiusitas dan variabel perilaku prososial memiliki hubungan yang linear karena memiliki nilai p<0,005.

Kemudian, karena variabel dalam penelitian ini berdistribusi tidak normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji hipotesis non parametrik Spearman’s Rho. Uji hipotesis ini bertujuan untuk membuktikan secara nyata hubungan antara variabel yang diteliti yaitu variabel religiusitas dan variabel perilaku prososial. Hasil uji hipotesis Spearman’s Rho menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara religiusitas dengan perilaku prososial, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,604 dan nilai signifikansi p=0,000 (p<0,005). Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi religiusitas, maka semakin tinggi pula perilaku proosial yang dimiliki santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu. Kemudian sebaliknya, semakin rendah religiusitas, maka semakin rendah juga perilaku prososial yang dimiliki santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu. Sehingga berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Kemudian deskripsi subjek penelitian yang berpartisipasi dalam penelitian ini terdiri dari 3 kategori yaitu institusi, angkatan dan usia. Santri yang berstatus sebagai mahasiswa Polines dalam penelitian ini sebesar 3.15%, Poltekkes 3.15%, Unnes 0.79%, dan Undip 92.91%. Subjek juga terbagi mulai dari angaktan 2015 hingga 2020. Untuk santri angkatan 2015 yang berpartisipasi dalam penelitian terdiri dari 6,30%, 2016 sebesar 8,66%, 2017 sebesar 15,75%, 2018 sebesar 25,20%, 2019 sebesar 22,83%, dan 2020 sebesar 21,26%. Selain itu kategorisasi usia subjek juga terbagi dari rentang usia 18 – 19 tahun sebanyak 38,58%, 20 – 22 tahun sebanyak 51,97%, dan 23 – 25 tahun sebanyak 9,45%.

Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat diketahui gambaran umum skor variabel total yang terdiri dari rerata hipotetik, rerata empirik, standar deviasi hipotetik dan standar deviasi empirik yang setelah dihitung secara keseluruhan menghasilkan data bahwa terdapat 0% santri yang berada dalam tingkat religiusitas sangat rendah dan rendah, 7,09% santri berada pada tingkat religiusitas yang tinggi dan 92,91% santri berada pada tingkat religiusitas sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu berada pada tingkat religiusitas sangat tinggi. Kemudian untuk variabel perilaku prososial, dapat diketahui bahwa

terdapat 0% santri berada pada kategori sangat rendah dan rendah, 63,78% santri berada pada kategori perilaku prososial yang tinggi, dan 36,22% santri berada pada kategori perilaku prososial sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu berada pada tingkat perilaku prososial yang tinggi.

3. Simpulan Analisis

Berdasarkan keterangan yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, selaku peneliti akan memberikan simpulan terkait penelitain ini. Terdapat hubungan bernilai positif diantara nilai religiusitas yang ada pada santri yang diiringi juga kehadiran perilaku prososial santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,604 dan nilai signifikansi p=0,000 (p<0,005). Hal ini berarti semakin tinggi tingkat religiusitas, maka semakin tinggi pula tingkat perilaku prososial para santri, dan sebaliknya, semakin rendah tingkat religiusitas, maka semakin rendah pula tingkat perilaku prososial para santri. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang disampaikan oleh peneliti terkait pelaksanaan penelitian dapat diterima.

BAB V PENUTUP A. Pembahasan

Peneliti memiliki sebuah tujuan dalam pelaksanaan penelitian ini guna mengetahui adakah hubungan religiusitas dengan perilaku prososial santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu. Hasil uji hipotesis yang telah dilaksanakan melalui teknik korelasi non-parametrik Spearman’s Rho membuktikan ada hubungan yang bersifat positif dan signifikan diantara variabel religiusitas dan perilaku prososial pada santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu.

Uji hipotesis Spearman’s Rho menampilkan hasil berupa adanya nilai koefisien korelasi sebesar 0,604 dengan nilai signifikansi p=0,000 (p<0,05). Nilai koefisien korelasi positif ini merujuk pada arah sebuah hubungan yang positif antara dua variabel.

Sehingga hal ini berarti semakin tinggi religiusitas, maka semakin tinggi pula perilaku prososial yang dimiliki santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu. Kemudian sebaliknya, religiusitas yang rendah, maka rendah pula perilaku prososial para santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu. Hasil tersebut menunjukkan hipotesis telah diajukan didalam penelitian ini diterima dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,604.

Koefisien korelasi dalam hasil penelitian ini sebesar 0,604 sehingga nilai koefisien korelasi tersebut merujuk pada kateogi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Sugiyono (2016) mengutarakan nilai koefisien sebesar 0,60 – 0,79 masuk dalam kategori tinggi. Dari penelitian ini didapatkan hasilyang sesuai dengan yang dikemukakakn oleh Rizaq (2019) dimana terbukti adanya sebuah hubungan yang bersifat positif dan signifikan diantara perilaku prososial dan religiusitas pada siswa kelas XII MA Al Asror Gunungpati Semarang angkatan tahun 2018/2019. Yang mana artinya religiusitas yang tinggi, maka perilaku prososial siswa juga memiliki niali yang tinggi. Kemudian sebaliknya, religiusitas yang rendah, maka perilaku prososial siswa juga rendah.

Penelitian terdahulu yang mendukung temuan dalam penelitian ini telah dilakuakn oleh Sinaga (2014) membuktikan adanya hubungan positif antara religiusitas dan perilaku prososial mahasiswa program studi bimbingan dan konseling Universias Kristen Satya Wacana. Skor religiusitas tinggi yang dimiliki oleh mahasiswa maka perilaku prososial

mahasiswa juga memiliki skor yang tinggi, begitu pula sebaliknya, rendahnya tingkat religiusitas mahasiswa maka perilaku prososial mahasiswa juga memiliki skor yang rendah.

Penelitian ini memberikan hasil berupa sebagian besar santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu memiliki perilaku prososial yang baik. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui sebanyak 63,78% santri berada pada kategori perilaku prososial tinggi, dan 36,22% berada pada kategori perilaku prososial sangat tinggi, berbanding terbalik dengan kategori yang memiliki makna bahwa tidak ada santri yang perilaku prososial yang rendah maupun sangat rendah (0%). Kategori tersebut adalah kategori rendah hingga amat rendah. Adapun rerata empirik variabel perilaku prososial dalam penelitian ini yaitu sebesar 188,22 yang mana kategori tersebut menduduki tingkat sangat tinggi.

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu didapatkan hasil bahwa santri-santri terbiasa menolong satu sama lain dikarenakan selalu hidup bersama dengan para santri lain setiap hari sehingga harus dapat menjadikan diri sebagai seseorang yang dapat diandalkan bagi satu sama lain. Sehingga, meskipun ada beberapa santri yang terkadang masih mengedepankan individualismenya, namun hal tersebut tidak akan bertahan lama sebab kehidupan di pondok pesantren akan membuat para santri terbawa oleh arus kekeluargaan dan saling tolong menolong yang kental.

Selanjutnya hasil kategorisasi variabel religiusitas memberitahukan terkait subjek yang memiliki religiusitas tinggi sebanyak 7,09%, subjek lain memiliki tingkat religiusitas sangat tinggi sebanyak 92.91%, sementara itu nihil subjek yang berada dalam tingkat religiusitas rendah dan sangat rendah. Sehingga mengacu pada hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu memiliki tingkat religiusitas tinggi.

Berdasarkan hasil wawancara lanjutan yang telah dilakukan, mayoritas subjek penelitian memiliki tingkat religiusitas yang tinggi dikarenakan subjek sehari-hari terbiasa terpapar oleh ritual dan kegiatan keagamaan yang sangat erat di lingkungan Pondok Pesantren. Paparan yang dilakukan secara terus menerus secara konsisten tentunya membuat subjek menjadi menyerupai anggota kelompok tersebut. Dalam hal ini kegiatan tersebut meliputi tadarus bersama setiap pagi dan malam, shalat berjamaah, hafalan Al Quran secara mandiri di waktu-waktu senggang, hingga turut berpartisipasi

dalam kerja bakti rutin bersama para warga yang dilaksanakan dua minggu sekali di lingkungan Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu.

Peneliti melakukan penelitian yang sejalan dengan penelitian yang terdahulu yang pernah dilaksanakan Dewi & Widya (2012) penelitian tersebut menunjukkan adanya sebuah hubungan bernilai positif diantara religiuistas dan perilaku prososial siswa di Jepara tepatnya siswa SMAN dan MAN. Kemudian penelitian Saputro (2014) juga turut memberikan hasil yang sama yaitu hubungan yang bersifat positif diantara perilaku prososial dan religiusitas yang dimiliki oleh para siswa yang memeluk kepercayaan Nasrani. Sehingga dapat dikatakan bahwa remaja yang memliki religiusitas yang tinggi maka para remaja tersebut juga akan memiliki perilaku prososial tinggi, dan jika remaja tingkat religiusitasnya rendah maka remaja tersebut akan memiliki perilaku prososial yang rendah.

Sesuai dengan uraian yang telah dijelaskan diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu religiusitas dengan perilaku prososial memiliki hubungan positif yang signifikan. Apabila religiusitas individu tinggi akan diikiti oleh perilaku prososial juga tinggi dan jika religiusitas rendah, perilaku prososial juga rendah pada santri Pondok Pesantren Kyai Galang Sewu.

Dokumen terkait