• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.6.1 Tinjauan kimia (DepKes RI, 1995)

Nama Kimia : Besi(2+)sulfat (1:1) heptahidrat Rumus Molekul : FeSO4.7H2O

Berat Molekul : 278,01

Pemerian : Hablur, atau granul berwarna biru kehijauan, pucat, tidak berbau dan rasa seperti garam. Merekah di udara kering. Segera teroksidasi dalam udara lembab membentuk besi(III) sulfat berwarna kuning kecoklatan.

pH : lebih kurang 3,7

Kelarutan : mudah larut dalam air, tidak larut dalam etanol, sangat mudah larut dalam air mendidih

Stabilitas : pada udara lembab, fero sulfat dengan cepat dioksidasi dan menjadi feri sulfat berwarna kuning kecoklatan yang tidak semestinya digunakan sebagai obat. Kecepatan oksidasi akan dipercepat bila terdapat alkali atau terpapar cahaya (ASHP, 2002).

Ikatan protein besi adalah sangat tinggi (90% atau lebih) yaitu terbagi dalam ikatannya dengan hemoglobin (tinggi), mioglobin, enzim dan transferin (rendah), serta pada feritin dan hemosiderin juga rendah. Sedangkan untuk mekanisme eliminasi, tidak ada sistem fisiologi untuk mengeliminasi besi. Besi dapat

terakumulasi dalam tubuh menjadi jumlah toksik. Namun, sejumlah kecil besi akan hilang dari tubuh melalui kulit yang terkelupas, pernafasan, ASI (0,5 – 1 mg per hari), darah haid, dan urin. Kehilangan darah per hari pada pria dan wanita pascamenopause adalah 1 mg, dan pada wanita pre-menopause sehat 1,5 mg (USPDI, 1989).

2.6.2 Farmakologi

Zat besi merupakan komponen penting dalam pembentukan hemoglobin; jumlah yang cukup diperlukan untuk eritropoiesis, kapasitas pengangkutan oksigen yang efektif, serta produksi mioglobin. Zat besi juga merupakan kofaktor dari beberapa enzim yang penting dalam metabolisme, termasuk sitokrom yang terlibat dalam pengangkutan elektron (USPDI, 1989; www.drugs.com; ASHP, 2002).

2.6.3 Cara pemberian

Sediaan besi oral umumnya harus diberikan di antara waktu makan (misal 30 menit – 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan) untuk absorpsi besi yang maksimal. Tetapi untuk meminimalkan efek samping pada saluran cerna dapat dikonsumsi dengan makanan. Pada penderita yang sulit mentoleransi sediaan besi oral dapat dicoba untuk diberikan dalam dosis kecil dengan frekuensi pemberian lebih sering pada awalnya lalu dosis ditingkatkan secara bertahap atau dengan mengganti dengan bentuk sediaan besi lainnya (ASHP, 2002)

2.6.4 Dosis terapi dan pencegahan

Dosis terapi yang umum untuk dewasa adalah 50 – 100 mg besi elemental tiga kali sehari. Dosis yang lebih kecil (60 – 120 mg Fe per hari) juga direkomendasikan terutama untuk meminimalkan intoleransi saluran cerna. Pemberian dosis kecil ini kemungkinan akan diikuti dengan kecepatan pengembalian zat besi yang lambat dan bertahap (Katzung, 2004).

WHO menyarankan suplementasi 60 mg Fe/hari bersama 250 μg asam folat pada wanita hamil. Dosis remaja dan dewasa (untuk pencegahan pada wanita serta terapi untuk pria dan wanita adalah 60 mg Fe/hari jika anemia ringan. Dosis digandakan pada anemia sedang/parah (Viteri, 1997; Beard, 2000).

Dengan pemberian dosis terapi yang biasa, maka gejala yang berkaitan dengan defisiensi besi akan membaik dalam beberapa hari, retikulosis puncak terjadi dalam 5 hingga 10 hari dan kadar Hb meningkat dalam 2 - 4 minggu. Produksi Hb biasanya meningkat dengan kecepatan 0,1 – 0,2 g/dL per hari; kadar Hb normal akan dicapai dalam 2 bulan; kecuali bila perdarahan masih terus berlangsung. Pada anemia parah, terapi dapat berlangsung paling tidak sampai 6 bulan. Jika respon yang diharapkan tidak tercapai dalam 3 minggu, maka harus ditinjau kembali adanya ketidakpatuhan, perdarahan yang terus berlangsung, adanya faktor komplikasi lain, atau diagnosa yang tak tepat (ASHP, 2002).

2.6.5 Efek samping

Efek samping biasanya dapat muncul pada dosis terapi dan hal ini berkaitan dengan jumlah kandungan besi elemental dan kerentanan tiap individu terhadap efek samping yang berbeda satu sama lain. Masalah yang paling sering dikeluhkan pada penggunaan sediaan oral fero sulfat adalah gangguan saluran cerna terutama akibat iritasi pada lambung dan duodenum bagian atas yang memiliki pH rendah sehingga dapat memperparah luka peptik, enteritis lokal, kolitis ulseratif, dan gangguan saluran cerna lainnya seperti nyeri abdomen ataupun lambung, kram, yang kadang perlu perhatian medis sehingga mengurangi kepatuhan penderita terhadap regimen obat yang dapat mengakibatkan berkurangnya efektivitas pengobatan (Cook, 1990; Gennaro, 2000).

Efek samping lain yang mungkin timbul yang biasanya tidak terlalu memerlukan perhatian medis kecuali bila efek samping berlanjut terus dan mengganggu (biasanya efek samping akan segera berlalu sepanjang pengobatan oleh karena tubuh mulai beradaptasi terhadap pemberian suplemen besi) adalah konstipasi (diduga akibat kerja astringen dari besi) yang lebih umum dialami daripada diare (kemungkinan karena kerja iritan besi pada saluran cerna), mual dan/atau nyeri epigastrik yang dialami oleh sekitar 5-20% penderita (ASHP, 2002). Namun diduga pula bahwa terjadinya konstipasi ataupun diare adalah akibat perubahan pada flora usus normal (Tripathi, 2004). Namun efek samping biasanya akan berkurang dalam beberapa hari (ASHP, 2002). Tinja pun biasanya menjadi berwarna hijau gelap atau

hitam saat penderita mengkonsumsi sediaan besi oral. Hal ini disebabkan oleh adanya zat besi yang tidak diabsorpsi dan hal ini bukanlah sesuatu yang membahayakan.

Namun, pada kasus yang jarang, tinja yang berwarna hitam dengan konsistensi yang lengket dapat saja terjadi akibat adanya perdarahan di saluran cerna yang gejalanya disertai dengan adanya garis-garis merah pada tinja, kram, nyeri hebat, atau nyeri yang tajam di daerah abdomen ataupun lambung. Bila hal ini yang terjadi, maka harus segera diperiksa dokter untuk mengevaluasi penyebab pastinya (USPDI, 1995).

2.6.6 Kontraindikasi

Sediaan besi dikontraindikasikan pada hemokromatosis, anemia hemolitik, dan yang diketahui hipersensitif terhadap besi (ASHP, 2002).

2.6.7 Interaksi Obat

Obat-obat yang dapat menurunkan efek sediaan besi adalah tetrasiklin, antasida, susu, sediaan kalsium, kopi, telur, obat-obat yang mengandung karbonat, bikarbonat, oksalat, atau fosfat; teh, sereal (mengandung asam fitat) karena menghambat absorpsi besi, simetidin (menurunkan produksi asam lambung), dimerkaprol (kemungkinan membentuk kompleks toksik), kloramfenikol dapat memperlambat respon terhadap sediaan besi, fluorokinolon (absorpsi fluorokinolon menurun karena terbentuk kelat), suplemen Zn (dosis besar besi menurunkan absorpsi Zn). Sedangkan obat yang dapat meningkatkan efek besi adalah asam askorbat yang diberikan bersamaan dengan besi akan meningkatkan absorpsi besi.

2.6.8 Over dosis/keracunan

Gejala keracunan besi meliputi iritasi saluran cerna, erosi mukosa saluran cerna, gangguan hati dan ginjal, koma, hematemesis, dan asidosis. Overdosis besi yang parah dapat diatasi dengan pemberian deferoksamin yang diberikan secara intravena. Dosis toksik besi adalah di atas 35 mg/kgBB.

2.6.9 Formulasi

Fero sulfat heptahidrat mengandung lebih kurang 20% besi elemental. Sedangkan fero sulfat eksikatus menyediakan lebih kurang 30% besi elemental. Fero sulfat umumnya diformulasi dalam kapsul atau tablet salut untuk melindunginya dari udara dan kelembaban. Garam fero sulfat terkadang juga dicampur dengan glukosa atau laktosa untuk melindunginya dari oksidasi (Gennaro, 2000).

Dokumen terkait