• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Kajian Pustaka

1. Film Sebagai Komunikasi Massa

Media komunikasi ialah semua sarana yang dipergunakan untuk memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan atau menyebarkan dan menyampaikan informasi. Media komunikasi sangat diperlukan dalam interaksi manusia di masyarakat, oleh karena media komunikasi dapat mempermudah penyampaian pesan, mengatasi hambatan-hambatan komunikasi baik dari segi ruang maupun waktu. Salah satu media komunikasi yang familiar di kalangan masyarakat adalah film.

Film merupakan salah satu bentuk media massa berupa media elektronik yang memiliki tampilan audio visual. Media audio visual ialah media komunikasi yang dapat dilihat sekaligus didengar, jadi untuk mengakses informasi yang disampaikan, digunakan indera penglihatan dan pendengaran sekaligus (Aw, 2010:227-228).

8 Dalam film masyarakat diberikan berbagai macam gambaran tentang realita kehidupan. Tidak hanya sebagai sarana untuk menghibur saja, melainkan juga untuk memberikan penerangan dan pendidikan. Film juga digunakan sebagai mediasi untuk memberikan penjelasan tentang segala aspek kehidupan sosial lewat pesan-pesan yang disampaikan didalamnya.

2. Film

Film merupakan salah satu bentuk media massa berupa media elektronik yang memiliki tampilan audio visual. Di dalam Undang-undang No. 8 tahun 1992 tentang perfilman, film diartikan sebagai karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid.

a. Unsur- Unsur pembentukan Film

Setiap kali membicarakan tentang film, secara umum akan bersinggungan dengan unsur-unsur pembentukan film. Film dapat dibagi menjadi dua unsur yakni unsur naratif dan unsur sinematik. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sementara unsur sinematik adalah cara (gaya) untuk mengelolahnya. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita filmnya. Sementara unsur sinematik adalah merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film. Unsur sinematik terbagi menjadi elemen pokok, yakni:

9 (1) Mise-en-scene adalah segala hal yang berada didepan kamera. Dalam Mise-en-scene memiliki empat elemen pokok, yakni: setting atau latar, tata cahaya, kostum dan make-up, akting dan pergerakan pemain.

(2) Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil.

(3) Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke gambar lainnya. (4) Suara adalah segala hal dalam film yang mampu ditangkap

melalui indera pendengaran (Pratista, 2008:1-2). b. Jenis-jenis Film

Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni : (1) Film Dokumenter (fakta dan nyata)

Film dokumenter adalah penyajian fakta. Film ini berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa dan lokasi yang nyata. Film dokumenter merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi dan otentik. Struktur umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari sineasnya. Struktur bertuturnya film dokumenter umumnya sangat sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan.

(2) Film Fiksi

Film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi menggunakan cerita rekaan diluar kejadian nyata serta memiliki

10 konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terikat hukum kausalitas. Cerita biasanya juga memiliki karakter protagonis dan antagonis, masalah dan konflik, penutupan serta pola pengembangan cerita yang jelas. Manajemen produksinya juga legih komplek karena biasanya menggunakan pemain dan kru dalam jumlah yang besar.

(3) Film eksperimental

Film Eksperimental adalah film yang tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin. Film-film eksperimental biasanya berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami (Pratista, 2008:4-8).

3. kebudayaan

Sebelum membahas tentang pemahaman mengenai kebudayaan, terlebih dahulu mengetahui perbedaan pengertian budaya dan kebudayaan. Dalam KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia) dijelaskan istilah „budaya‟ dapat diartikan sebagai: 1) pikiran; akal budi; 2) berbudaya: mempunyai budaya, mempunyai pikiran dan akal budi untuk memajukan diri. Sedangkan istilah „kebudayaan‟ diartikan: 1) segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia sebagai hasil pemikiran akal dan budinya; 2) peradaban sebagai hasil akal budi manusia; 3) ilmu pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang dimanfaatkan untuk kehidupanya dan memberi manfaat kepadanya.

11 Menurut Koentjaraningrat “kebudayaan” berasal dar bahasa sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari „buddhi‟ yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kata „kebudayaan‟ dapat diartikan

sebagai „hal-hal yang bersangkutan dengan akal‟ (Sujarwa, 2010:27-28).

Disisi lain kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan simbol, pemaknaan, penggambaran, struktur aturan, kebiasaan, nilai, pemrosesan informasi dan pengalihan pola-pola konvensi pikiran, perkataan dan perbuatan atau tindakan yang dibagikan diantara para anggota suatu sistem sosial dan kelompok dalam suatu masyarakat. Kebudayaan dihasilkan oleh suatu perasaan komintmen yang dibangun oleh keseluruhan sistem sosial karena keintiman hubungan timbal balik, kesetiakawanan, keramahtamahan, kekeluargaan dalam seluruh masyarakat (Liliweri, 2001:4).

a. Komponen-Komponen Kebudayaan

kesamaan yang mendorong pembentukan kebudayaan suatu kelompok sering disebut dengan komponen budaya. Komponen budaya yang paling penting , yaitu: (1) pandangan hidup, kosmologi dan ontologi; (2) bahasa dan simbol sistem; (3) skema kognitif; (4) kepercayaan atau sikap dan nilai; (5) konsep tentang waktu; (6) konsep tentang jarak dan ruang; (7) agama atau mitos dan bentuk-bentuk ekspresi; dan (8) hubungan sosial dan jaringan komunikasi.

12 Dalam setiap kebudayaan selalu ada pandangan hidup, kosmologi dan otologi. Ketiga komponen tersebut seolah-olah hanya bisa diterima namun tidak dapat dipahami atau dimengerti. Setiap studi antar budaya selalu berusaha menggambarkan dan menerangkan perbedaan-perbedaan tiga faktor itu dalam kebudayaan masing-masing.

Sebagai contoh dalam setiap struktur individu selalu terbentuk hierakri ontologi yang mengakui: (1) ada wujud tertinggi; (2) bersifat superanatural; (3) ada norma yang mengatur masalah kemanusiaan; (4) ada bentuk-bentuk rendah kehidupan; (5) ada objek-objek bukan manusia; dan (6) ada lingkungan alam. Persepsi manusia tentang relasi individu dengan unsur-unsur tersebut tersusun pada suatu hirarki berdasarkan atas kepentingan terhadap unsur itu, yakni kepercayaan, sikap, dan nilai. Tiga unsur ini selalu dikenal dalam setiap uraian tentang ontologi-kebudayaan. (2) Bahasa, Simbol, Sistem

Sebagian besar ahli antropologi dan sosiologi mengemukakan kebudayaan ditandai oleh bahasa. Kebudayaan tanpa bahasa adalah kebudayaan tak beradab. Bahasa menentukan ciri kebudayaan, dari bahasa diketahui derajat kebudayaan suatu suku bangsa. Bahasa tidak bisa dilepaskan dari suatu simbol dan sign (tanda). Ketika bicara mengenai tanda maka akan bicara tentang cara memberi makna terhadap objek. Tanda diartikan

13 dengan cara konotatif dan simbol dengan cara denotatif. Begitu penting simbol dan tanda, maka kata para ahli linguistik, ketika manusia berhenti bermain dengan tanda, maka disana dimulai bahasa terbentuk dengan kata-kata.

Setiap kebudayaan menjadikan bahasa sebagai media untuk menyatakan prinsip-prinsip ajaran, nilai dan norma budaya kepada para pendukungnya. Bahasa merupakan mediasi pikiran, perkataan, dan perbuatan.

(3) Skema Kognitif

Skema kognitif dapat diartikan dengan sistem konsep-konsep kognitif yang dimiliki oleh individu atau sekelompok orang terhadap objek tertentu. Setiap kebudayaan mengajarkan anggotanya skema kognitif atau yang sering disebut peta pandangan terhadap objek. Skema tersebut merupakan pola-pola skematis dari bentuk interpretasi, pengorganisasian dan penggolongan atas data tentang dunia luar. skema mempengaruhi keputusan individu untuk menentukan prioritas fungsi objek berdasarkan waktu dan tempat.

(4) Kepercayaan, Sikap dan Nilai (a) Kepercayaan

Kepercayaan dibagi atas lima tingkatan:

1) Kepercayaan primitif tanpa syarat, kepercayaan ini merupakan inti dari seluruh sistem pengalaman langsung

14 manusia. Kepercayaan yang diperoleh dari kelompok inti yang dekat dengan sekitar. Kepercayaan ini berkaitan dengan objek yang langsung dialami manusia, apalagi peristiwa itu diyakini oleh seseorang yang patut dipercayai tanpa syarat. Jenis kepercayaan ini tidak akan berubah. 2) Kepercayaan primitif dengan konsensus nol, kepercayaan

yang dipelajari manusia dengan pengalaman langsung, namum pengalaman tersebut sangat pribadi sehingga manusia tersebut tidak dapat menjelaskan lagi. Jenis kepercayaan ini sifatnya bisa berubah.

3) Kepercayaan otoritas, jenis kepercayaan ini sangat kontorversial karena tergantung dengan siapa manusia berhubungan dan membagi informasi, atau dari sumber mana suatu informasi dapat diperoleh. Jenis kepercayaan ini bisa berubah jika ada persuasi lain yang menerpa. 4) Kepercayaan perolehan, kepercayaan yang diperoleh dari

pertukaran dan komunikasi dengan sumber-sumber tertentu atau orang lain yang dianggap patut dipercayai., lebih ahli dan lebih tahu dalam bidang tersebut. Kepercayaan ini mudah berubah-ubah jika ada sumber lain yang lebih terpercaya.

5) Kepercayaan ngawur, kepercayaan ini perkaitan dengan preferensi individu dan perasaan yang relatif muda tatkala

15 memperoleh suatu informasi. Jenis kepercayaan ini muda melanda manusia yang tidak mempunyai identitas diri. (b) Sikap

Sikap merupakan sebuah sistem penilaian yang relatif bertahan. Penilaian itu bisa positif atau negatif yang tergantung atas ajaran kebudayaan tentang kepercayaan, perasaan atau emosi, dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek serta ada perbedaan yang diakibatkan oleh dampak sikap terhadap tindakan sosial yang tergantung atas karakteristik utama sikap.

(c) Nilai

Nilai merupakan prinsip-prinsip sosial, tujuan atau standart yang diterima oleh individu dan sekelompok orang , kelas sosial maupun masyarakat. Ada banyak jenis nilai, salah satunya adalah nilai budaya yakni suatu nilai yang dirumuskan dan ditetapkan oleh suatu kebudayaan. Setiap individu telah diwarisi dengan nilai kebudayaan.

(5) Konsep tentang Waktu

Setiap kebudayaan mempunyai konsep tentang masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Satu hal yang paling penting untuk memahami setiap kelompok adalah mengetahui struktur waktu dari kelompok tersebut.

16 Setiap kebudayaan mengajarkan anggotanya tentang orientasi ruang dan jarak. Ruang berhubungan denga tata ruang lahan pemukiman, pertanian dan lain-lain. Yang sifatnya lebih pada kepentingan relasi sosial, sedangkan jarak lebih banyak berhubungan dengan jarak fisik disaat bercakap-cakap.

(7) Agama, Mitos dan Cara Menyatakan

Setiap budaya mempunyai gejala dan peristiwa yang tidak dapat dijelaskan secara rasional tapi hanya berdasarkan pengalaman iman semata-mata. Seperti halnya kebudayaan jawa yang menganut agama tradisional seperti kepercayaan kejawen. Orang jawa percaya adanya mitos-mitos dan berbagai kekuatan ghaib dalam alam semesta, mempercayai adanya ruh-ruh dan makhluk halus yang dipercayai mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan hidup.

(8) Hubungan Sosial dan Jaringan Komuniaksi

Keluarga-keluarga selalu terbentuk dalam komunitas-komunitas kecil merupakan satu agen sosialisasi dalam sebuah kebudayaan. Dengan cara tertentu kebudayaan menentukan sifat struktur keluarga dan jaringan komunikasi. Bentuk-bentuk tersebut ditimbulkan oleh hubungan-hubungan antara orangtua dengan anak-anak, hubungan antara paman dan bibi, kakek dan nenek, dan lai-lain. Keluarga yang luas diyakini sebagai batas kesadaran komunitas yang diserahi tanggung jawab untuk menyelenggarakan

17 kesejahteraan bagi sesama. Sebagian besar kebudayaan masyarakat merupakan kebudayaan lisan yang diyakini sebagai kebudayaan yang lebih menekankan pada pemilikan bersama dan kerjasama. Oleh karena itu, maka sebagian komunikasi dalam kebudayaan tersebut selalu menggunakan komunikasi lisan dengan media tatap muka. Para anggota kebudayaan lisan selalu merasa tingkat partisipasi terhadap komunitasnya makin besar, sehingga lebih muda menerima dan memberi informasi untuk sesama (Liliweri, 2001:114-135).

b. Wujud Kebudayaan

Koentjaraningrat membedakan adanya tiga wujud kebudayaan: (1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan,

nilai, norma, peraturan dan sebagainya.

(2) Wujud kebudayaan sebagai kumpulan aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

(3) Wujud kebudayan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Sedangkan unsur-unsur kebudayaanya, yaitu:

a. Sistem religi dan upacara keagamaan b. Sistem organisasi kemasyarakatan c. Sistem pengetahuan

d. Bahasa e. Kesenian

18 g. Sistem teknologi dan peralatan (Sujarwa, 2010:32-33).

Dokumen terkait