• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Tipe dan Dasar Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi yang bersifat kuantitatif. Analisis isi kuatitatif adalah analisis isi yang dipakai untuk mengukur aspek-aspek tertentu dari isi yang dilakukan secara kuantitatif. Analisis ini mengutamakan ketepatan dalam mengidentifikasi isi pertanyaan, seperti perhitungan penyebutan yang berulang-ulang dari kata-kata tertentu (Eriyanto, 2011:1).

34 Menurut Krippendorff, analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat direplikasikan (ditiru) dan sahih data dengan memperhatian konteksnya. Sedangkan menurut Berelson analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang dilakukan secara objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak (manifest) (Eriyanto, 2011:15).

Metode ini digunakan untuk menggambarkan atau memperoleh suatu hasil dan pemahaman terhadap berbagai isi pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa secara objektif dan sistematis.

Tipe penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan perangkat statistik. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009:147).

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah film Sang Pencerah yang berdurasi 120 menit yang ada dalam 1 keping DVD.

3. Unit Analisis

Menurut Krippendorff, unit analisis sebagai apa yang diobservasi, dicatat dan dianggap sebagai data, memisahkan menurut batas-batasanya dan mengidentifikasi untuk analisis berikutnya (Eriyanto, 2011:59).

35 Unit analisis dalam penelitian ini adalah scene dalam film Sang Pencerah yang menunjukkan bentuk-bentuk Islam Kejawen dan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.

4. Satuan Ukur

Satuan ukur yang digunakan peneliti ialah durasi kemunculan bentuk-bentuk Islam Kejawen dalam film Sang Pencerah sesuai dengan kategori yang telah ditentukan peneliti.

5. Struktur Kategorisasi

Tahapan penting pengukuran dalam analisis isi adalah menyusun kategorisasi. Kategori berhubungan dengan bagaimana isi (content) yang telah dikategorikan. Adapun kategorisasi yang disusun dalam penelitian ini untuk analisis bentuk-bentuk Islam Kejawen dalam film “Sang Pencerah”. Berikut peneliti rincikan masing-masing bagian dari bentuk-bentuk Islam Kejawen yang digambarkan dalam film Sang Pencerah:

a. Slametan

Slametan merupakan nilai yang sakral bagi masyarakat Jawa. Slametan adalah upacara sedekah makanan dan doa bersama yang bertujuan untuk memohon keslamet. Slametan biasanya diselenggarakan untuk hajatan keberangkatan naik haji ketanah suci, kelahiran anak, pernikahan hingga slametan kematian. Slametan dalam film ini indikatornya adalah:

(1) Ritualnya dengan mengadakan doa dan makan bersama yang bertujuan untuk memohon keselamatan dan ridha dari Tuhan. Ada

36 juga yang mengadakan shalawatan dengan diiringi rebana, biasanya disebut (terbangan)

(2) Doa bersama biasanya dipanjatkan oleh seorang rais (modin) dengan dzikir yang diucapkan ratusan kali.

(3) Dihadiri oleh orang banyak baik para tetangga maupun saudara. (4) Berpakaian tertutup atau sopan.

(5) Diadakan dirumah warga atau tempat-tempat yang dianggap keramat.

(6) Menyediakan berbagai macam makanan yang dihidangkan bagi para undangan, biasanya makanan apem, tumpeng, gedhang raja (pisang), jajan pasar. Sedangkan yang dibuat sesaji atau sesajen adalah ambengan (nasi beserta lauk pauk yang dibungkus dengan daun pisang), kembang telon (bunga mawar, melati, kenanga), kemenyan atau dupa.

b. Nyadran

Nyadran merupakan salah satu bentuk upacara mengagungkan arwah leluhur. Upacara adat ini dilakukan oleh masyarakat Jawa dengan patuh biasanya ditempat-tempat keramat. Nyadran dalam film ini indikatornya:

(1) Ritualnya dengan mengadakan pemujaan roh-roh nenek moyang atau para leluhur, berziara tabur bunga untuk memohon keselamatan, Melakukan padusan atau mandi suci disumber mata

37 air yang dilakukan bersama-sama masyarakata setempat untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

(2) Doa dengan mengucapkan berbagai mantra dengan bahasa Jawa, yang mempunyai maksud agar selalu diberi keselamatan.

(3) Berpakaian tertutup dan rapi.

(4) Pemujaan ini biasanya bertempatan ditempat-tempat yang dianggap keramat, suci dan angker bagi masyarakat setempat, seperti dipohon-pohon, goa-goa, tempat pemakaman.

(5) Menyediakan berbagai macam sesaji atau sesajen, seperti ambengan (nasi beserta lauk pauk yang dibungkus dengan daun pisang), kembang telon (bunga mawar, melati, kenanga), sega gurih (nasi putih yang diberi santan, garam), pisang, kelapa, dan kemenyan atau dupa.

(6) Untuk mengadakan pemujaan ini biasanya dilakukan sendiri tetapi ada juga dilakukan lebih dari satu orang sesuai dengan siapa yang ingin memohon keselamatan.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Data Primer, yaitu isi komunikasi yang diteliti atau data utama yang diperoleh langsung dari objek penelitian. dengan cara mengamati dan menganalisis data yang ada, yaitu 1 keping DVD Film Sang Pencerah. Dalam pengumpulan data, peneliti bersama koder

38 melakukan pengamatan dengan melihat secara langsung setiap scene yang menggambarkan bentuk-bentuk Islam Kejawen dengan kategorisasi yang telah ditentukan. Setelah itu peneliti melakukan capture frame adegan yang telah dipilih oleh peneliti dan koder. b. Data Skunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau

data pendukung yang didapatkan dari buku-buku, artikel-artikel, serta bahan dari internet yang berkaitan dengan bentuk-bentuk Islam Kejawen yang dapat mendukung data primer.

Setelah melakukan pengamatan film kemudian data dikumpulkan dan dipilah-pilah untuk dimasukkan ke dalam kategorisasi yang telah ditetapkan. Seanjutnya untuk mempermudah pengkategorisasian, maka dibuat lembar koding per kategori seperti contoh dibawah ini:

Tabel 1:

Contoh Lembar Koding Scene Bentuk-bentuk Islam

Kejawen

Kategorisasi

Bentuk-bentuk Islam Kejawen

A B

1 2

Sumber: Data diolah peneliti.

Keterangan:

A: Slametan B: Nyadran

Peneliti akan memberi tanda (√) bila tedapat kategorisasi dalam setiap scene, dan akan memberi tanda (-) bila tidak terdapat kategorisasi dalam scene.

39 Setelah proses pengkodingan selesai, maka dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi. Untuk mempermudah menghitung, maka dibuat tabel seperti berikut:

Tabel 2:

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi

KATEGORI DURASI PROPORSI

Slametan Nyadran

Dari tabel distributif frekuensi tersebut dilakukan analisa deskriptif. Peneliti melakukan perhitungan prosentase dari populasi angka indeks untuk memberikan penjelasan deskriptif mengenai unsur budaya Jawa yang terdapat dalam film Sang Pencerah.

7. Uji Reliabilitas dan Validitas

Pada saat peneliti mulai mengukur gejala yang ditelitinya, maka akan berhadapan dengan persoalan reliabilitas dan validitas sebagai alat ukur yang akan dipergunakannya. Dalam penelitian ilmiah, kedua syarat alat ukur ini sangat penting. Tanpa keduanya, penelitian tidak lagi bersifat ilmiah.

Untuk menghasilkan data yang akuran dan dapat dipertanggung-jawabkan maka, secara terminologi reliabilitas adalah pengulangan penggunaan metode pengukuran atas objek material yang sama, akan diperoleh hasil yang sama pula. Untuk itu sebelum kategori digunakan dalam penelitian, kategori perlu diuji dahulu. Pengujian kategori dimasukkan untuk mengetahui apakah kategori yang digunakan sudah

40 reliable atau belum. Bila hasil uji kategori menunjukkan reliable, maka kategori tersebut layak digunakan dalam penelitian.

Untuk uji reliabilitas kategori diperlukan minimal dua orang koder. Koder yaitu orang yang diminta memberi penilaian atau yang mengisi lembar koding pada kategori penelitian yang telah dibuat oleh peneliti. Sedangkan proses pengisian lembar koding disebut sebagai koding. Koder digunakan untuk mendapat kesepakatan penilaian atas kategori peneliti yang sudah dibuat oleh peneliti. Jadi, peneliti menunjuk orang lain untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan peneliti dalam menguji reliabilitas kategori dengan mengamati dan memasukkan data berupa scene ke dalam kategori yang telah ditetapkan.

Orang yang ditunjuk menjadi koder adalah orang yang mengerti dan paham tentang audio visual serta dapat memahami keseluruhan isi film tersebut. Yang dimaksud mengerti dalam hal ini adalah bisa menilai tentang unsur-unsur audio visual yang ada, baik verbal maupun non verbal yang ada di film tersebut. Untuk menghitung kesepakatan dari hasil penelitian para koder peneliti menggunakan uji reliabilitas rumus Holsty. Uji ini dikenal dengan uji antar kode yang diperkenalkan oleh Ole R. Holsty (1969). Kemudian hasil pengkodingan dibandingkan dengan menggunakan rumus holsty, yaitu:

C.R = 2M

41 Keterangan :

Dokumen terkait