• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISLAM KEJAWEN DALAM FILM (Analisis Isi Film Sang Pencerah Karya Hanung Bramantyo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ISLAM KEJAWEN DALAM FILM (Analisis Isi Film Sang Pencerah Karya Hanung Bramantyo)"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ISLAM KEJAWEN DALAM FILM

(Analisis Isi Film Sang Pencerah Karya Hanung Bramantyo)

S K R I P S I

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Silviawati NIM: 08220120

Dosen Pembimbing: Sugeng Winarno, MA

Nurudin, M.Si

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Silviawati

NIM : 08220120

Konsentrasi : Audio Visual

Judul Skripsi : Islam Kejawen Dalam Film (Analisis Isi Film “Sang Pencerah” Karya Hanung Bramantyo).

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan dinyatakan LULUS Pada Hari : Kamis Tanggal : 3 Mei 2012

Tempat : Ruang Jurusan 605

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji :

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, kekuatan, cintaNya serta yang terbaik kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul Islam Kejawen Dalam Film (Analisis Isi Film Sang Pencerah Karya Hanung Bramantyo) sebagai syarat untuk meraih gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Audio Visual Universitas Muhammadiyah Malang.

Mempelajari tentang film, melihat kembali pada definisi tentang film. Film adalah salah satu bentuk media massa berupa media elektronik yang memiliki tampilan audio visual, dimana di dalamnya ditampilkan berbagai realitas kehidupan. Dalam film masyarakat diberikan berbagai macam gambaran tentang realita kehidupan. Tidak hanya sebagai sarana untuk menghibur saja, melainkan juga untuk memberikan penerangan dan pendidikan. Film juga digunakan sebagai mediasi untuk memberikan penjelasan tentang segala aspek kehidupan sosial lewat pesan-pesan yang disampaikan didalamnya.

Film Sang Pencerah merupakan salah satu film karya Hanung Bramantyo yang menyajikan cerita yang didalamnya menyampaikan pesan-pesan tentang religi, budaya, sosial. Sang Pencerah mengungkapkan sosok pahlawan nasional (Ahmad Dahlan) dari sisi yang tidak banyak diketahui publik. Ahmad Dahlan yang mempunyai pendirian tegas juga dimunculkan sebagai pembaharu Islam di Indonesia. Dahlan memperkenalkan wajah Islam yang modern, terbuka, serta rasional. Dimana sebelumnya kepercayaan di jawa terkenal dengan sebutan kepercayaan kejawen atau mencampurkan dengan tradisi-tradisi kuno.

(4)

Yogyakarta banyak sekali terjadi Akulturasi budaya Hindu dengan Islam yang terkenal dengan kejawen dan abangannya. Acara-acara yang bersifat keagamaan dari islam tetapi kontennya tidak lain adalah keyakinan-keyakinan dari agama lain termasuk kejawen. Kondisi ini yang coba di lawan oleh Ahmad Dahlan dengan mengembalikan Islam yang sesungguhnya. Islam yang tidak tercampur dengan pemahaman yang lain.

Berkat rahmat Allah SWT, disertai oleh keinginan yang luhur, penulis menghaturkan banyak terima kasih atas bimbingan, arahan, kerja sama, dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak antara lain,

1. Drs. Wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Nurudin, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi. Sekaligus selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, arahan, koreksi, diskusi dan dukungan moril serta ilmu dan kesabaran sehingga skripsi ini selesai.

3. Sugeng Winarno, MA selaku dosen pembimbing I atas bimbingan, arahan, koreksi, diskusi dan dukungan moril serta ilmu dan kesabaran sehingga skripsi ini selesai.

4. Frida Kusumastuti, Dra, M.Si selaku dosen penguji I 5. Jamroji, M.Comm selaku dosen penguji II

6. Segenap dosen Ilmu Komunikasi dan pihak administrasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan serta kemudahan dan bantuannya.

7. Ibuku Endang Sumarmi dan Bapaku Sugiono serta nenek dan kakak-kakakku. Terima kasih atas kesabaran, dorongan dan doa yang tiada hentinya.

(5)

9. Keluarga dari Mukhamad Zainuri, terima kasih untuk do’a dan perhatiannya selama ini.

10.Untuk sahabat-sahabat terhebatku Devia Putri Hartanto, Imaniar JK, Ratih Pramita Sari, Prawinda Putri Anzari, Dinar Hidayat, Dendy Terima kasih untuk persahabatan yang indah selama ini. Alhasil masa-masa kuliah jadi penuh canda, tangis, tawa dan duka. Aku bangga menjadi sahabat kalian. Kalian adalah semangatku.

11.Panji Mas agam dan Vicky Arief. Terima kasih atas kesediaan dan waktunya dalam mengisi lembar koding.

12.Semua anak Kine Klub UMM atas ilmu dan pengalaman, sekaligus persaudaraan, Kalian semua selalu yang Terhebat buat saya.

13.Fadhila Hidayati. Trima kasih banyak atas waktu, pertolonganmu serta kerjasama selama ini, sehingga kita dapat bimbingan dan mengerjakan skripsi bersama-sama. Dan trimakasih sudah mau aku ribetin.

14.Serta berbagai pihak yang yang telah membantu dalam pengerjaan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan semuanya.

Semoga Allah SWT selalu meridhai atas segala apa yang peneliti sampaikan dalam skripsi ini. Akhirnya, sebagai manusia yang penuh dengan ketidak sempurnaan, saran dan kritik yang membangun selalu peneliti harapkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada dan untuk menyempurnakan penelitian ini.

Malang, 8 Mei 2012,

(6)

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR JUDUL . . . i

LEMBAR PERSETUJUAN . . . . ii

LEMBAR PENGESAHAN . . . iii

PERNYATAAN ORISINALITAS . . . iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI . . . v

ABSTRAKSI . . . vi

KATA PENGANTAR . . . x

DAFTAR ISI . . . xiii

DAFTAR TABEL . . . . . . xvi

DAFTAR GAMBAR . . . xvii

BAB I PENDAHULUAN . . . 1

A.Latar Belakang . . . 1

B. Rumusan Masalah . . . . 6

C. Tujuan Penelitian . . . ….. . 6

D.Kegunaan Peneliti . . . 6

E. Kajian Pustaka . . . 7

1. Film Sebagai Komunikasi Massa . . . 7

2. Film . . . 8

a. Unsur-unsur Pembentukan Film . . . .. . . 8

b. Jenis-jenis Film . . . 9

3. Kebudayaan . . . 10

a. Komponen-komponen kebudayaan . . . .. . . . 11

(7)
(8)

A. Sajian Data . . . 67

B. Analisa Data . . . 112

C. Uji Reliabilitas . . . 129

1. Uji Reliabilitas Peneliti dan koder 1 . . . 135

2. Uji Reliabilitas Peneliti dan koder 2 . . . . . . 137

BAB IV PENUTUP . . . 139

A. Kesimpulan . . . 139

B. Saran . . . 140

(9)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1 Contoh Lembar Koding 38

Tabel 2 Contoh Tabel Distribusi Frekuensi 39 Tabel 3 Penggalan Scene Film Sang Pencerah Karya Hnaung

Bramantyo

68

Tabel 4 Lembar koding Islam Kejawen dalam Film Sang Pencerah (Peneliti dan Koder 1)

112

Tabel 5 Lembar koding Islam Kejawen dalam Film Sang Pencerah (Peneliti dan Koder 2)

117

(10)

DAFTAR

GAMBAR

halaman

Gambar 1 Cover Film Sang Pencerah 42

Gambar 2 Hanung Bramantyo 43

Gambar 3 Lukman Sardi 52

Gambar 4 Zaskia Adya Mecca 53

Gambar 5 Slamet Rahardjo 56

Gambar 6 Sujiwo Tejo 57

Gambar 7 Ihsan Tarore 59

Gambar 8 Agus kuncoro 60

Gambar 9 Slametan 126

(11)

Daftar Pustaka

Buku:

Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Dominick, Joseph. R, Roger D. Wimmer. 2000. Mass Media Research An

Introduction. Belmont: Wadsworth Publishing Company.

Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film : Panduan Menjadi Produser. Jakarta: Yayasan Konfiden.

Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

Endraswara, Suwardi. 2010. Falsafah Hidup Jawa. Yogyakarta: Cakrawala.

Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial lainya. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Hadisutrisno, Budiono. 2009. Islam Kejawen. Yogyakarta: Eule Book. Keraf, Gorys. 1984. Komposisi. Ende : Nusa Indah.

Khalim, Samidi.2008. Islam dan Spiritual Jawa. Semarang: RaSAIL Media Group.

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

(12)

Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Liliweri, Alo. 2001. Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.

Prakosa, Gatot. 2004. Film dan Kekuasaan. Jakarta: Yayasan Seni Visual Indonesia.

. 2005. Film Pendek Independen dalam Penilaian. Jakarta: Komite Film Dewan Kesenian Jakarta dan Yayasan Seni Visual Indonesia.

Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.

Pujileksono, Sugeng. 2006. Petualangan Antropologi Sebuah Pengantar

Ilmu Antropologi. Malang: UPT. Penerbit Universitas

Muhammadiyah Malang.

Raffles, Thomas Stamford. 2008. The History Of Java. Yogyakarta: Narasi.

Rakhmat , Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Saksono, Gatot. 2012. Faham Keselamatan Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Ampera Utama.

(13)

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantittif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alvabeta, cv.

Sujarwa, M.Hum. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Priyo, Dhanu Prabowo.2004. Pandangan Hidup Kejawen dalam Serat Pepali Ki Ageng Sela. Yogyakarta: Narasi.

Non Buku: Skripsi:

Kharis, Ahmad Hermiko. 2011. KRITIK SOSIAL DALAM FILM Analisis Isi Film Tanah Air Beta Karya Ari Sihasale.

Kholifa, Eliza Sari, Arum. 2010. Dekonstruksi Perempuan Jawa Dalam Film Analisis Semiotik dalam Film “Maya. Raya, Daya”.

Jaya, Amalia Putri. 2012. Hedonisme Dalam Video Klip ( Analisis Isi Pada Video Klip Black Eyed Peas “I Gotta Feeling”).

Artikel Internet:

http://www.mastel.or.id/files/regulasi/UU_No._8_Tahun_1992_tentang_Perfilma n.pdf (Diakses pada tanggal 25 februari 2012, pkl 19:19).

http://id.wikipedia.org/wiki/Sang_Pencerah (Diakses pada tanggal 25 februari 2012, pkl 15:30).

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya (Diakses pada tanggal 6 maret 2012, pkl 20:00).

(14)

http://metrotvnews.com/read/news/2011/05/07/50916/Film-Sang-Pencerah-Berjaya-Raih-7-Penghargaan/ (Diakses pada tanggal 26 maret 2012, pkl 18:30). http://id.wikipedia.org/wiki/Lukman_Sardi (Diakses pada tanggal 26 maret 2012, pkl 18:32).

http://id.wikipedia.org/wiki/Zaskia_Adya_Mecca (Diakses pada tanggal 26 maret 2012, pkl 18:35).

http://id.wikipedia.org/wiki/Slamet_Rahardjo (Diakses pada tanggal 26 maret 2012, pkl 18:37).

http://id.wikipedia.org/wiki/Sujiwo_Tejo (Diakses pada tanggal 26 maret 2012, pkl 18:40).

http://id.wikipedia.org/wiki/Ihsan_Taroreh (Diakses pada tanggal 26 maret 2012, pkl 18:41).

http://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Kuncoro (Diakses pada tanggal 26 maret 2012, pkl 18:45).

http://pensilwarnadesign.wordpress.com/2010/09/05/sang-pencerah-kisah film-animasi-tentang-ahmad-dahlan/. (Diakses pada tanggal 26 maret 2012, pkl 20:00). http://nahimunkar.com/4668/bukti-hanung-berjiwa-labil-dan-sebarkan-virus-menggoyang-iman/. (Diakses pada tanggal 1 April 2012, pkl 10:45).

http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailberitaminggu&kid=15& id=36240. (Diakses pada tanggal 1 April 2012, pkl 10:50).

(15)

http://www.goodreads.com/book/show/8605561-sang-pencerah. (Diakses pada tanggal 1 April 2012, pkl 11:10).

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi atau turun temurun. Budaya terbentuk dari berbagai macam unsur-unsur, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Sedangkan kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia.

Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat diseluruh daerah, terutama di Indonesia. Setiap daerah memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Salah satu budaya daerah yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat adalah budaya Jawa.

Budaya Jawa adalah kebudayaan yang dianut masyarakat Jawa yang selalu mengutamakan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian. Pusat dari kebudaya jawa merupakan dua daerah luas bekas kerajaan Mataram sebelum terpecah pada tahun 1755, yaitu Yogyakarta dan Surakarta (Koentjaraningrat, 2010:37).

(17)

orang-2 orang yang beragama Khatolik, Protestan, Budha, dan Hindu. Tetapi penganutnya sangat kecil jumlahnya dibandingkan dengan masyarakat yang menganut agama islam. Meskipun sebagian besar masyarakat Jawa beragama Islam, tetapi tumpuan utama agama islam masih berpikir Kejawen.

Sang Pencerah adalah salah satu film yang menyisipkan nilai-nilai budaya. Sang Pencerah merupakan film drama tahun 2010 yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Film ini mengambil latar belakang kebudayaan jawa dan menyisipkan berbagai unsur-unsur budaya Jawa dimana peran utama yang diangkat berdasarkan kisah nyata tentang pendiri Muhammadiyah yaitu Ahmad Dahlan.

(18)

3 digunakan sebagai mediasi untuk memberikan penjelasan tentang segala aspek kehidupan sosial lewat pesan-pesan yang disampaikan didalamnya. Film mampu memasuki berbagai aspek kehidupan. Mulai dari aspek sosial, budaya, pendidikan, agama, politik, dan ekonomi sebagai suatu rangkaian cerita yang utuh, yang di dalamnya terdapat aspek dramatisasi dan sinematografi, sehingga penonton dapat larut dan merasakan situasi baik yang bersifat menyenangkan, menyedihkan, bahkan situasi emosional yang terdapat dalam tampilan sebuah film.

Film dapat berpengaruh terhadap prilaku social dan pola berpikir dalam suatu masyarakat sesuai dengan pesan dan tema yang disampaikan dari sebuah film tersebut. Karena dalam pembuatan sebuah film pasti ada suatu pesan yang ingin disampaikan oleh filmmaker kepada masyarakat luas, baik berupa pesan moral ataupun kritik sosial yang bersifat verbal maupun non verbal sesuai dengan jenis film yang di ciptakan oleh para pembuatnya.

(19)

4 dengan menampilkan tema-tema dan cerita yang menarik dengan berbagai macam tema-tema yang diangkat dengan menyisipkan nilai-nilai moral, sosial, budaya, hingga nilai agama.

Film Sang Pencerah merupakan salah satu film karya Hanung Bramantyo yang menyajikan cerita yang didalamnya menyampaikan pesan-pesan tentang religi, budaya, sosial. Film ini menjadikan sejarah sebagai pelajaran pada masa kini tentang arti toleransi dan bekerjasama dengan yang berbeda keyakinan, kekerasan berbalut agama, dan semangat perubahan yang kurang.

Sang Pencerah mengungkapkan sosok pahlawan nasional (Ahmad Dahlan) itu dari sisi yang tidak banyak diketahui publik. Selain mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah, Ahmad Dahlan yang mempunyai pendirian tegas juga dimunculkan sebagai pembaharu Islam di Indonesia. Ia memperkenalkan wajah Islam yang modern, terbuka, serta rasional. Dimana sebelumnya kepercayaan di jawa terkenal dengan sebutan kepercayaan kejawen atau mencampurkan dengan tradisi-tradisi kuno.

(20)

5 budaya Hindu dengan Islam yang terkenal dengan kejawen dan abangannya. Acara-acara yang bersifat keagamaan dari islam tetapi kontennya tidak lain adalah keyakinan-keyakinan dari agama lain termasuk kejawen. Kondisi ini yang coba di lawan oleh Ahmad Dahlan dengan mengembalikan Islam yang sesungguhnya. Islam yang tidak tercampur dengan pemahaman yang lain , yang dikenal dengan perjuangan melawan Tahayul (tahlilan,apeman), Bid’ah (pohon kramat, makam), Khurafat (jimat, ilmu kebal).

Film Sang Pencerah banyak menyisipkan berbagai pesan-pesan verbal dan non verbal berupa bentuk-bentuk atau simbol dari Islam kejawen. Unsur-unsur Islam berusaha ditanamkan dalam budaya Jawa semacam pertunjukan wayang kulit, lagu-lagu dolanan anak, ular-ular, cerita kuno, hingga upacara tradisi yang dikembangkan.

Film ini membangun kesadaran kepada generasi-generasi muda bahwa pentinganya mempelajari suatu kebudayaan yang ada dan melestarikan sebagai kebudayaan bangsa, dimana ada sisi positif dan negatif dari suatu ajaran kebudayaan tertentu yang dapat dipelajari.

(21)

6 melakukan penelitian dengan judul Islam Kejawen dalam Film (Analisis Isi Film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja bentuk-bentuk Islam kejawen yang muncul dalam film Sang Pencerah?

2. Berapa banyak frekuensi kemunculan bentuk-bentuk Islam Kejawen dalam film Sang Pencerah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari peneliti adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk Islam kejawen yang muncul dalam film Sang Pencerah?

2. Untuk mengetahui berapa banyak frekuensi kemunculan bentuk-bentuk Islam Kejawen dalam film Sang Pencerah?

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara akademis

(22)

7 2. Secara praktis

Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan informasi berkenaan dengan analisis isi terhadap sebuah film. Serta mampu memberikan masukan kepada para pembuat film (filmmaker) untuk terus menggali ide kreatifnya demi menyajikan film yang berkualitas dan pesan yang disampaikan dapat diterima penikmat film dengan jelas.

E. Kajian Pustaka

1. Film Sebagai Komunikasi Massa

Media komunikasi ialah semua sarana yang dipergunakan untuk memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan atau menyebarkan dan menyampaikan informasi. Media komunikasi sangat diperlukan dalam interaksi manusia di masyarakat, oleh karena media komunikasi dapat mempermudah penyampaian pesan, mengatasi hambatan-hambatan komunikasi baik dari segi ruang maupun waktu. Salah satu media komunikasi yang familiar di kalangan masyarakat adalah film.

(23)

8 Dalam film masyarakat diberikan berbagai macam gambaran tentang realita kehidupan. Tidak hanya sebagai sarana untuk menghibur saja, melainkan juga untuk memberikan penerangan dan pendidikan. Film juga digunakan sebagai mediasi untuk memberikan penjelasan tentang segala aspek kehidupan sosial lewat pesan-pesan yang disampaikan didalamnya.

2. Film

Film merupakan salah satu bentuk media massa berupa media elektronik yang memiliki tampilan audio visual. Di dalam Undang-undang No. 8 tahun 1992 tentang perfilman, film diartikan sebagai karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid.

a. Unsur- Unsur pembentukan Film

(24)

9 (1) Mise-en-scene adalah segala hal yang berada didepan kamera. Dalam Mise-en-scene memiliki empat elemen pokok, yakni: setting atau latar, tata cahaya, kostum dan make-up, akting dan pergerakan pemain.

(2) Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya serta hubungan kamera dengan objek yang diambil.

(3) Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke gambar lainnya. (4) Suara adalah segala hal dalam film yang mampu ditangkap

melalui indera pendengaran (Pratista, 2008:1-2). b. Jenis-jenis Film

Secara umum film dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni : (1) Film Dokumenter (fakta dan nyata)

Film dokumenter adalah penyajian fakta. Film ini berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa dan lokasi yang nyata. Film dokumenter merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi dan otentik. Struktur umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari sineasnya. Struktur bertuturnya film dokumenter umumnya sangat sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan.

(2) Film Fiksi

(25)

10 konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terikat hukum kausalitas. Cerita biasanya juga memiliki karakter protagonis dan antagonis, masalah dan konflik, penutupan serta pola pengembangan cerita yang jelas. Manajemen produksinya juga legih komplek karena biasanya menggunakan pemain dan kru dalam jumlah yang besar.

(3) Film eksperimental

Film Eksperimental adalah film yang tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting subyektif sineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin. Film-film eksperimental biasanya berbentuk abstrak dan tidak mudah dipahami (Pratista, 2008:4-8).

3. kebudayaan

Sebelum membahas tentang pemahaman mengenai kebudayaan, terlebih dahulu mengetahui perbedaan pengertian budaya dan kebudayaan. Dalam KUBI (Kamus Umum Bahasa Indonesia) dijelaskan istilah „budaya‟ dapat diartikan sebagai: 1) pikiran; akal budi; 2)

berbudaya: mempunyai budaya, mempunyai pikiran dan akal budi untuk memajukan diri. Sedangkan istilah „kebudayaan‟ diartikan: 1) segala

(26)

11 Menurut Koentjaraningrat “kebudayaan” berasal dar bahasa

sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari „buddhi‟ yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kata „kebudayaan‟ dapat diartikan

sebagai „hal-hal yang bersangkutan dengan akal‟ (Sujarwa, 2010:27-28).

Disisi lain kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan simbol, pemaknaan, penggambaran, struktur aturan, kebiasaan, nilai, pemrosesan informasi dan pengalihan pola-pola konvensi pikiran, perkataan dan perbuatan atau tindakan yang dibagikan diantara para anggota suatu sistem sosial dan kelompok dalam suatu masyarakat. Kebudayaan dihasilkan oleh suatu perasaan komintmen yang dibangun oleh keseluruhan sistem sosial karena keintiman hubungan timbal balik, kesetiakawanan, keramahtamahan, kekeluargaan dalam seluruh masyarakat (Liliweri, 2001:4).

a. Komponen-Komponen Kebudayaan

kesamaan yang mendorong pembentukan kebudayaan suatu kelompok sering disebut dengan komponen budaya. Komponen budaya yang paling penting , yaitu: (1) pandangan hidup, kosmologi dan ontologi; (2) bahasa dan simbol sistem; (3) skema kognitif; (4) kepercayaan atau sikap dan nilai; (5) konsep tentang waktu; (6) konsep tentang jarak dan ruang; (7) agama atau mitos dan bentuk-bentuk ekspresi; dan (8) hubungan sosial dan jaringan komunikasi.

(27)

12 Dalam setiap kebudayaan selalu ada pandangan hidup, kosmologi dan otologi. Ketiga komponen tersebut seolah-olah hanya bisa diterima namun tidak dapat dipahami atau dimengerti. Setiap studi antar budaya selalu berusaha menggambarkan dan menerangkan perbedaan-perbedaan tiga faktor itu dalam kebudayaan masing-masing.

Sebagai contoh dalam setiap struktur individu selalu terbentuk hierakri ontologi yang mengakui: (1) ada wujud tertinggi; (2) bersifat superanatural; (3) ada norma yang mengatur masalah kemanusiaan; (4) ada bentuk-bentuk rendah kehidupan; (5) ada objek-objek bukan manusia; dan (6) ada lingkungan alam. Persepsi manusia tentang relasi individu dengan unsur-unsur tersebut tersusun pada suatu hirarki berdasarkan atas kepentingan terhadap unsur itu, yakni kepercayaan, sikap, dan nilai. Tiga unsur ini selalu dikenal dalam setiap uraian tentang ontologi-kebudayaan. (2) Bahasa, Simbol, Sistem

(28)

13 dengan cara konotatif dan simbol dengan cara denotatif. Begitu penting simbol dan tanda, maka kata para ahli linguistik, ketika manusia berhenti bermain dengan tanda, maka disana dimulai bahasa terbentuk dengan kata-kata.

Setiap kebudayaan menjadikan bahasa sebagai media untuk menyatakan prinsip-prinsip ajaran, nilai dan norma budaya kepada para pendukungnya. Bahasa merupakan mediasi pikiran, perkataan, dan perbuatan.

(3) Skema Kognitif

Skema kognitif dapat diartikan dengan sistem konsep-konsep kognitif yang dimiliki oleh individu atau sekelompok orang terhadap objek tertentu. Setiap kebudayaan mengajarkan anggotanya skema kognitif atau yang sering disebut peta pandangan terhadap objek. Skema tersebut merupakan pola-pola skematis dari bentuk interpretasi, pengorganisasian dan penggolongan atas data tentang dunia luar. skema mempengaruhi keputusan individu untuk menentukan prioritas fungsi objek berdasarkan waktu dan tempat.

(4) Kepercayaan, Sikap dan Nilai (a) Kepercayaan

Kepercayaan dibagi atas lima tingkatan:

(29)

14 manusia. Kepercayaan yang diperoleh dari kelompok inti yang dekat dengan sekitar. Kepercayaan ini berkaitan dengan objek yang langsung dialami manusia, apalagi peristiwa itu diyakini oleh seseorang yang patut dipercayai tanpa syarat. Jenis kepercayaan ini tidak akan berubah. 2) Kepercayaan primitif dengan konsensus nol, kepercayaan

yang dipelajari manusia dengan pengalaman langsung, namum pengalaman tersebut sangat pribadi sehingga manusia tersebut tidak dapat menjelaskan lagi. Jenis kepercayaan ini sifatnya bisa berubah.

3) Kepercayaan otoritas, jenis kepercayaan ini sangat kontorversial karena tergantung dengan siapa manusia berhubungan dan membagi informasi, atau dari sumber mana suatu informasi dapat diperoleh. Jenis kepercayaan ini bisa berubah jika ada persuasi lain yang menerpa. 4) Kepercayaan perolehan, kepercayaan yang diperoleh dari

pertukaran dan komunikasi dengan sumber-sumber tertentu atau orang lain yang dianggap patut dipercayai., lebih ahli dan lebih tahu dalam bidang tersebut. Kepercayaan ini mudah berubah-ubah jika ada sumber lain yang lebih terpercaya.

(30)

15 memperoleh suatu informasi. Jenis kepercayaan ini muda melanda manusia yang tidak mempunyai identitas diri. (b) Sikap

Sikap merupakan sebuah sistem penilaian yang relatif bertahan. Penilaian itu bisa positif atau negatif yang tergantung atas ajaran kebudayaan tentang kepercayaan, perasaan atau emosi, dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek serta ada perbedaan yang diakibatkan oleh dampak sikap terhadap tindakan sosial yang tergantung atas karakteristik utama sikap.

(c) Nilai

Nilai merupakan prinsip-prinsip sosial, tujuan atau standart yang diterima oleh individu dan sekelompok orang , kelas sosial maupun masyarakat. Ada banyak jenis nilai, salah satunya adalah nilai budaya yakni suatu nilai yang dirumuskan dan ditetapkan oleh suatu kebudayaan. Setiap individu telah diwarisi dengan nilai kebudayaan.

(5) Konsep tentang Waktu

Setiap kebudayaan mempunyai konsep tentang masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Satu hal yang paling penting untuk memahami setiap kelompok adalah mengetahui struktur waktu dari kelompok tersebut.

(31)

16 Setiap kebudayaan mengajarkan anggotanya tentang orientasi ruang dan jarak. Ruang berhubungan denga tata ruang lahan pemukiman, pertanian dan lain-lain. Yang sifatnya lebih pada kepentingan relasi sosial, sedangkan jarak lebih banyak berhubungan dengan jarak fisik disaat bercakap-cakap.

(7) Agama, Mitos dan Cara Menyatakan

Setiap budaya mempunyai gejala dan peristiwa yang tidak dapat dijelaskan secara rasional tapi hanya berdasarkan pengalaman iman semata-mata. Seperti halnya kebudayaan jawa yang menganut agama tradisional seperti kepercayaan kejawen. Orang jawa percaya adanya mitos-mitos dan berbagai kekuatan ghaib dalam alam semesta, mempercayai adanya ruh-ruh dan makhluk halus yang dipercayai mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan hidup.

(8) Hubungan Sosial dan Jaringan Komuniaksi

(32)

17 kesejahteraan bagi sesama. Sebagian besar kebudayaan masyarakat merupakan kebudayaan lisan yang diyakini sebagai kebudayaan yang lebih menekankan pada pemilikan bersama dan kerjasama. Oleh karena itu, maka sebagian komunikasi dalam kebudayaan tersebut selalu menggunakan komunikasi lisan dengan media tatap muka. Para anggota kebudayaan lisan selalu merasa tingkat partisipasi terhadap komunitasnya makin besar, sehingga lebih muda menerima dan memberi informasi untuk sesama (Liliweri, 2001:114-135).

b. Wujud Kebudayaan

Koentjaraningrat membedakan adanya tiga wujud kebudayaan: (1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan,

nilai, norma, peraturan dan sebagainya.

(2) Wujud kebudayaan sebagai kumpulan aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.

(3) Wujud kebudayan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Sedangkan unsur-unsur kebudayaanya, yaitu:

a. Sistem religi dan upacara keagamaan b. Sistem organisasi kemasyarakatan c. Sistem pengetahuan

d. Bahasa e. Kesenian

(33)

18 g. Sistem teknologi dan peralatan (Sujarwa, 2010:32-33).

4. kebudayaan Jawa

Daerah asal jawa adalah pulau jawa, yaitu suatu pulau yang panjangnya lebih dari 1.200 km, dan lebarnya 500 km. Letaknya di tepi sebelah selatan Kepulauan Indonesia, kurang lebih tujuh derajat di sebelah selatan garis khatulistiwa. Kondisi umum Pulau Jawa berupa dataran rendah disepanjang pantai utara, banyak terdapat rawa-rawa yang banyak ditumbuhi pohon bakau dan semak belukar, terutama dikawasan barat. Sebaliknya, dipantai selatan terdiri dari pegunungan dan bukit-bukit berbatu yang tingginya bervariasi. Jumlah penduduk jawa sangat tinggi. Daerah yang ditinggali orang jawa adalah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tetapi tidak semua yang menempati atau tinggal di daerah Jawa adalah orang Jawa saja.

Penduduk di Pulau Jawa berasal dari nenek Moyang yang sama, yaitu dari pulau-pulau di timur Semenanjung Asia yang pertama kali ditempati manusia. Penduduk asli Jawa dan Madura rata-rata bertubuh pendek, bentuknya sempurna dan tegap. Tindak-tanduk penduduk Jawa sangat sopan, sederhana, lemah lembut, dan sedikit menunjukkan rasa malu (Raffles, 2008:32-35)

a. Sistem Teknologi dan Perlengkapan Hidup

(34)

19 untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik yang dipakai manusia meliputi:

(1) Alat produktif, alat yang dipakai dalam pekerjaan untuk menghasilkan barang atau benda yang di konsumsi atau diperjualbelikan berupa senjata atau benda-benda pusaka, wadah, alat-alat menyalahkan api, dan lain-lain.

(2) Pakaian, pakaian orang jawa cenderung memakai jarit bagi perempuan dan sarong yang biasanya juga digunakan kaum laki-laki. Perempuan jawa biasanya menggunakan kain yang dililitkan mengelilingi tubuh menutupi dada atau kemben. Sedangkan para ulama menggunakan pakaian putih putih dan memakai surban seperti orang Arab.

(3) Transportasi, Pada awal kebudayaan umat manusia, transportasi hanya mengandalkan jalan kaki. Sedangkan pada kebudayaan jawa alat transportasi yang terkenal adalah kereta kuda dan sepedah kayuh.

b. Kesenian

(35)

20 pembuatan pusaka seperti keris dan alat-alat lainya, (2) seni tari dan drama rakyat, tarian drama memakai topeng, tari ronggeng, tari bedaya, lawakan, pertunjukan ahli cerita, pertunjukan wayang kulit, tembang-tembang lagu jawa dan lain-lain.

c. Sistem Kemasyarakatan

Di dalam kenyataan hidup masyarakat orang Jawa, orang masih membedakan antara orang priyayi yang terdiri dari pegawai negeri dan kaum terpelajar dengan orang kebanyakan yang disebut wong cilik, seperti petani-petani, tukang-tukang dan dan pekerja kasar lainnya, di samping keluarga kraton dan keturunan bangsawan bendara-bendara. Dalam kerangka susunan masyarakat ini, secara bertingkat yang berdasarkan atas gensi-gensi itu, kaum priyayi dan bendara-bendara menjadi lapisan masyarakat atas, sedangkan wong cilik menjadi lapisan masyarakat bawah. Disisi lain ada juga lapisan joko, sinoman atau bujangan. Golongan ini belum menikah dan masih tinggal bersama orang tua atau dirumah orang lain.

(36)

21 d. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Selain sumber penghidupan yang berasal dari pekerjaan-pekerjaan kepegawaian, pertukangan, dan perdagangan, bertani adalah salah satu mata pencaharian hidup dari sebagian besar masyarakat orang Jawa di desa-desa. Tetapi ada pula yang melakukan usaha-usaha kerja sambil membuat makanan tempe, mencetak batu merah, membatik, menganyam tikar, dan menjadi tukang-tukang kayu (Koentjaraningrat, 2010:334-337).

e. Bahasa

Bahasa orang jawa tergolong sub-keluarga Hesperonesia dari keluarga bahasa Malayo-Polinesia. Beberapa ilmuwan di Inggris, German, dan Belanda telah lama meneliti tentang perkembangan bahasa ini. Bahasa Jawa sendiri telah mengalami beberpa tahapan perkembangan, antara lain :

(1) Jawa Kuno, bahasa ini berkembang antara abad 8-10 masehi, dipahat pada batu atau diukir pada perunggu, dengan bahasa seperti yang digunakan dalam karya-karya kesusastraan kuno abad 10-14 masehi. Mayoritas berisi kata-kata puitis, merefleksikan bahasa yang biasa digunakan saat itu.

(37)

22 Kebanyakan dari mereka tinggal dan menetap di sana hingga sekarang, bahasa yang digunakanpun sekarang lebih dikenal sebagai Bahasa Bali.

(3) Bahasa yang digunakan dalam kesusastraan islam di Jawa Timur, ditulis pada saat berkembangnya kebudayaan islam yang menggantikan kebudayaan Hindu-Jawa didaerah aliran sungai brantas dan hilir sungai bengawan Solo pada abad 16-17 M.

(4) Bahasa Jawa-Islam di Pesisir Pantai, Budaya ini berkembang di daerah pesisir utara Jawa, sekitar abad 17-18 masehi, mereka menyebut diri mereka komunitas Pasisir. Komunitas Pasisir kebanyakan bermukim di kota Demak, Kudus, dan Gresik, kemudian barulah menyebar ke Cirebon.

(5) Bahasa Jawa Mataram, Bahasa ini berkembang di abad 18-19 Masehi, dan timbul karena pengaruh Kerajaan Mataram, yang dulu berada di sekitar Sungai Solo, dan lembah sungai Opak dan Progo di daerah Gunung Merapi-Merbabu-Lawu di JawaTengah.

(38)

23 Pada masa sekarang bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari adalah bahasa Jawa. Saat mengucapkan atau berbicara bahasa daerah ini, sesorang harus memperhatikan dan membeda-bedakan keadaan orang yang diajak bicara atau yang sedang dibicarakan, berdasarkan usia arau status sosialnya. Ada dua macam bahasa Jawa apabila ditinjau dari tingkatannya, yaitu bahasa Jawa Ngoko dan Krama. Bahasa Jawa Ngoko digunakan untuk orang yang sudah mengenal akrab dan terhadap orang yang lebih muda usianya serta lebih rendah status sosialnya. Sedangkan Bahasa Jawa Krama digunakan untuk berbicara kepada orang yang belum dikenal akrab, serta orang yang lebih tinggi derajat sosial.

Orang Jawa juga memiliki deretan huruf alfabet sendiri, biasa kita kenal dengan huruf “ha na ca ra ka da ta sa wa la pa da ja ya nya ma ga ba ta nga”. Huruf-huruf ini konon muncul dari pertarungan Pangeran Ajisaka, yang sebenarnya menerangakn arti dari deretan huruf tersebut. Sebagian besar huruf Jawa kebanyakan mengadopsi dari Sanskrit Dewanagari, dari India Selatan (Koentjaraningrat, 1984:17-19).

f. Sistem Kekerabatan Orang Jawa

(39)

24 bilateral, atau memperhitungkan garis keturunan dari kedua belah pihak orang tua. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat istilah-istilah yang diguanakan dalam menyebut seseorang di dalam kelompok kerabatnya. Misal, panggilan Bapak atau Rama untuk orang tua laki-laki. Bulik, atau Paklik untuk adik dari orangtua. Serta masih banyak lagi yang lain.

Hingga kini, penerapan kata panggilan dalam sistem kekerabatan masih dipegang teguh, bagi orang muda, merupakan kewajiban untuk memanggil seseorang lebih tua menggunakan istilah yang telah ditentukan dalam sistem kekerabatan tersebut. Hal ini menunjukkan penghormatan dari orang muda kepada orang yang lebih tua, karena orang yang lebih tua dianggap sebagai pelindung, pembimbing dan penjaga. Melanggar perintah dan nasehat dari orang yang lebih tua, dipercaya menimbulkan sengsara atau kuwalat.

Berdasarkan golongan sosial, Suku Jawa membagi menjadi 3 golongan sosial, yaitu :

(40)

25 (2) Kaum Priyayi, Merupakan kelas tertinggi dalam masyarakat Jawa, biasa bertempat tinggal di pusat-pusat kota. Kesenjangan yang besar kentara jelas antara kaum priyayi dan golongan wong alit. Mulai fasilitas, pendidikan, pekerjaan, hingga perlakuan sosial dari masyarakat. Seorang priyayi boleh mengenyam pendidikan di sekolah, namun tidak bagi golongan wong alit.

(3) Kaum Sodagar, Kaum sodagar banyak ditemui di Jawa, baisanya mereka berada di kota dengan populasi masyarakat Cina yang sedikit. Mereka akan memulai usaha dibidang yang masih sedikit dikuasai orang cina. Kaum sodagar inilah yang banyak memabawa pengaruh bagi masyarakat Jawa. Baik itu kepercayaan seperti Islam, maupun kesenian lain (Kholifa, 2010:29-30).

g. Aliran Kepercayaan atau Religi Masyarakat Jawa

Mengenai religi masyarakat Jawa dilihat dari dua sisi perbedaan yaitu membandingkan religi kebudayaan jawa didaerah pedesaan dan religi kebudayaan jawa diperkotaan, tetapi didasarkan pada perbedaan antara agama islam Jawa yang (1) Sinkretis menyatukan unsur-unsur pra-Hindu, Hindu dan Islam, dan (2) agama islam yang puritan, mengikuti agama islam yang taat .

(41)

26 diperkotaan, sebaliknya gerakan-gerakan kebatinan lebih banyak mewarnai penduduk kota daripada orang desa. Namun baik ilmu gaib maupun gerakan kebatinan lebih banyak dilakukan oleh orang jawa penganut islam yang bersifat sinkretis daripada oleh orang jawa penganut agama islam puritan.

Kepercayaan islam yang mempercayai adanya makhluk-makhluk gaib. Kekuatan sakti, dan melakukan berbagai ritus dan upacara-upacara keagamaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan agama islam yang resmi adalah suatu varian dari islam jawa, yaitu agama Jawi.

Bentuk agama islam orang Jawa yang disebut Kejawen adalah suatu keyakinan dan konsep-konsep Hindu-Budha yang cenderung kearah mistik, yang tercampur jadi satu dan diakui sebagai agama islam. Kebanyakan yang menganut ajaran ini adalah didaerah-daerah jawa tengah. Sedangkan agama islam santri, yang walaupun tidak terlepas dari unsur-unsur animisme dan unsur Hindu-Budha, lebih dekat pada dogma-dogma ajaran islam yang sebenarnya. Agami islam santri lebih cenderung didaerah Banyumas dan daerah pesisir, Surabaya, daerah pantai Utara, ujung timur Pulau Jawa, dan lain-lain.

(42)

27 (1) Sistem Keyakinan Agami Jawi

Sistem kejawen dapat dibagi dalam berbagai keyakinan, konsep, pandangan, dan nilai, seperti:

(a) Yakin akan adanya Allah, menurut konsep islam kejawen Tuhan adalah keseluruhan dalam alam dunia ini, yang dilambangkan dengan wujud suatu makhluk dewa yang sangat kecil, sehingga setiap waktu dapat masuk kedalam hati sanubari orang. Pandangan orang jawa yang sifatnya pantheistis.

(b) Yakin bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan yakin adanya nabi-nabi lain, sistem keyakinan agama kejawen memandang Nabi Muhammad sangat dekat dengan Allah. Dalam hampir setiap ritus dan upacara, pada waktu mengadakan pengorbanan, sajian, atau selamatan orang jawa mengucapkan nama Allah dan Nabi Muhammad.

(c) Yakin akan adanya tokoh-tokoh islam yang keramat, agami jawi mengenal banyak tokoh-tokoh Jawa yang keramat, biasanya adalah guru-guru agama (wali songo), tokoh-tokoh historis, yang biasanya dikenal orang dari kesusastraan babad. (d) Yakin adanya kosmogoni dan kosmologi, mengenai mitologi

(43)

28 dan unsur keyakinan islam bahwa Adam adalah nabi yang pertama didunia ini. Berbagai konsepsi orang jawa mengenai penciptaan alam semesta dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu mite-mite dengan uunsur dominan hindu-budha, mite dengan unsur sinkretik agami jawi dan islam, mite dengan unsur mistik.

(e) Esyatologi agami jawi, merupakan hasil sinkretisme antara konsep-konsep-konsep agama budha mengenai keempat periode perkembangan alam semesta dan berakhirnya sejarah serta harapan yang akan datangnya Imam Mahdi pada Hari Kiamat.

(f) Yakin akan adanya dewa-dewa tertentu yang menguasai bagian-bagian dari alam semesta, orang Jawa yakin akan adanya dewa-dewa. Dewa-dewa dikenal dengan adanya cerita-cerita wewayangan, dimana para dewa itu selalu berperan sebagai pelindung manusia dan penolong.

(44)

29 nenek moyang adalah tempat melakukan hubungan secara simbolik denagn roh orang yang sudah meninggal.

(h) Yakin akan adanya Kesaktian, hanya orang-orang yang kuat jasmani dan rohaninya saja yang dianggap mampu memiliki kesakten. Kesakten bisa berupa energi yang ada bada diri seseorang ,benda-benda keramat pusaka seperti keris dan simbolik, serta jimat-jimat kecil.

(2) Sistem Upacara Agami Jawi

Dalam sistem upacara agami Jawi yang terpenting adalah upacara makan bersama atau selamatan yang berhubungan dengan pemujaan roh orang yang meninggal atau pemujaan nenek moyang. Disisi lain adat untuk mengunjungi ke makam atau nyekar dapat dikatakan suatu tindakan yang penting dalam agami Jawi. Berbagai jenis sajian atau sesajen tidak dapat lepas dari upacara Agami Jawi, biasanya dilakukan pada acara selamatan upacara agama hari-hari besar Islam,selamatan kelahiran bayi, selamatan pada waktu pernikahan dan lain-lain.

Sedangkan dalam agami santri keyakinan dan sisitem upacara diatas sangat berbeda sekali dan berlawanan jika diterapkan. Agami santri lebih melakukan kegiatan keagamaan sesuai dengan agama islam resmi yang tidak mencampurkan aliran-aliran sinkretisme atau kejawen. Agami santri diajarkan membaca

(45)

30 Nabi Muhammad, mengenai penciptaan dunia akhirat, yang semua telah dipastikan adanya. Meski terkadang ada sedikit percampuran hal-hal ajaran hindu-budha (Koentjaraningrat, 1984:319-410). h. Islam Jawa

Islam merupakan unsur penting pembentuk jati diri orang Jawa. Ajaran dan kebudayaan Islam mengalir sangat deras dari Arab dan Timur Tengah sehingga memberi warna yang sangat kental terhadap kebudayaan Jawa. Agama islam masuk ke Jawa sebagaimana islam datang ke Malaka, Sumatra dan Kalimantan. Agama tauhid ini terus berkembang di Jawa. Kaum pedagang dan nelayan di pesisir banyak yang terpikat ajaran yang mengenalkan Tuhan Allah SWT. Islam di Jawa semakin meluas lagi seiring dengan para ulama yang selalu giat menyebarkan agama ini yang bersumberkan dari Al-Qur‟an dan Hadis Nabi.

(46)

31 banyak agama mistk islam yang justru lebih muda dipahami oleh orang Jawa (Hadisutrisno, 2009:129-132).

Namun seiring meluasnya agama islam telah terjadi fenomena islam itu sendiri di Jawa. Karena telah terjadi sinkretisme antara Islam dan agama Jawa (tradisi leluhur). Percampuran yang kental demikian, telah memunculkan tradisi tersendiri yang unik di Jawa. Dalam artian orang Jawa yang taat menjalankan Islam, kadang-kadang masih tidak meninggalkan ritual Kejawen. Pemahaman Islam Jawa didasarkan analogi munculnya keyakinan Hindu Jawa yang ada jauh sebelum Islam datang. Disisi lain karena bercampur dengan tindak budaya.

Kehadiran Islam Jawa umumnya dipelopori oleh paham mistik kejawen. Paham ini juga dipelopori oleh hadirnya aliran kebatinan yang cukup banyak di Jawa. Dengan masuknya Islam Jawa yang membawa aliran kebatinan dan mistik berupa tradisi ritual slametan, membakar kemenyan, dan sejumlah ritual pemujaan roh-roh leluhur tampaknya dianggap tidak sejalan dengan ajaran islam karena itu dianggap syirik (Endraswara, 2010:77-78).

(47)

32 dan Kejawen hampir tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainya (Hadisutrisno, 2009:11).

i. bentuk-bentuk Islam Kejawen

menurut Samidi Khalim bentuk-bentuk islam kejawen sebagai berikut :

(1) Slametan

Slametan merupakan nilai yang sakral bagi masyarakat Jawa dengan mengundang para tetangga ditambah beberapa kerabat dan handai taulan ikut serta. Tujuannya adalah mencapai keadaan slamet. Slametan dilakukan dengan mengadakan makan-makan bersam, biasanya sejak menyambut kelahiran bayi, khitanan, pernikahan, sampai pada orang meninggal. Slametan yang pada masa pra-Islam banyak menggunakan tradisi mistis mitologis Hindu-Budha dengan berbagai macam sesaji, setelah islam datang cukup dengan doa-doa yang dipanjatkan oleh seorang rais (modin) dan bacaan-bacaan ayat Al-Qur‟an yang dianggap telah syah.

(2) Nyadran

(48)

33 menyambut datangnya bulan suci Ramadhan serta pembacaan doa dengan membaca ayat-ayat Al-Qur‟an (tahlil) yang dilakukan dengan cara islami (Khalim, 2008:69).

F. Definisi Konseptual 1. Islam Kejawen

Islam Kejawen adalah kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Jawa yang sudah tercampur dari berbagai aliran agama-agama lain dan tradisi-tradisi kuno yang bertumpu pada kepercayaan animisme (percaya dengan adanya makhluk halus dan roh) dan dinamisme (percaya adanya tempat-tempat dan benda keramat).

2. Film

Film merupakan salah satu bentuk media massa berupa media elektronik yang cara penyampaian pesanya melalui tampilan audio visual dan memanfaatkan teknologi kamera dengan penggabungan warna dan suara.

G. Metode Penelitian

1. Tipe dan Dasar Penelitian

(49)

34 Menurut Krippendorff, analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi yang dapat direplikasikan (ditiru) dan sahih data dengan memperhatian konteksnya. Sedangkan menurut Berelson analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang dilakukan secara objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari isi komunikasi yang tampak (manifest) (Eriyanto, 2011:15).

Metode ini digunakan untuk menggambarkan atau memperoleh suatu hasil dan pemahaman terhadap berbagai isi pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa secara objektif dan sistematis.

Tipe penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan perangkat statistik. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009:147).

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah film Sang Pencerah yang berdurasi 120 menit yang ada dalam 1 keping DVD.

3. Unit Analisis

(50)

35 Unit analisis dalam penelitian ini adalah scene dalam film Sang Pencerah yang menunjukkan bentuk-bentuk Islam Kejawen dan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.

4. Satuan Ukur

Satuan ukur yang digunakan peneliti ialah durasi kemunculan bentuk-bentuk Islam Kejawen dalam film Sang Pencerah sesuai dengan kategori yang telah ditentukan peneliti.

5. Struktur Kategorisasi

Tahapan penting pengukuran dalam analisis isi adalah menyusun kategorisasi. Kategori berhubungan dengan bagaimana isi (content) yang telah dikategorikan. Adapun kategorisasi yang disusun dalam penelitian ini untuk analisis bentuk-bentuk Islam Kejawen dalam film “Sang Pencerah”. Berikut peneliti rincikan masing-masing bagian dari bentuk-bentuk Islam Kejawen yang digambarkan dalam film Sang Pencerah:

a. Slametan

Slametan merupakan nilai yang sakral bagi masyarakat Jawa. Slametan adalah upacara sedekah makanan dan doa bersama yang bertujuan untuk memohon keslamet. Slametan biasanya diselenggarakan untuk hajatan keberangkatan naik haji ketanah suci, kelahiran anak, pernikahan hingga slametan kematian. Slametan dalam film ini indikatornya adalah:

(51)

36 juga yang mengadakan shalawatan dengan diiringi rebana, biasanya disebut (terbangan)

(2) Doa bersama biasanya dipanjatkan oleh seorang rais (modin) dengan dzikir yang diucapkan ratusan kali.

(3) Dihadiri oleh orang banyak baik para tetangga maupun saudara. (4) Berpakaian tertutup atau sopan.

(5) Diadakan dirumah warga atau tempat-tempat yang dianggap keramat.

(6) Menyediakan berbagai macam makanan yang dihidangkan bagi para undangan, biasanya makanan apem, tumpeng, gedhang raja (pisang), jajan pasar. Sedangkan yang dibuat sesaji atau sesajen adalah ambengan (nasi beserta lauk pauk yang dibungkus dengan daun pisang), kembang telon (bunga mawar, melati, kenanga), kemenyan atau dupa.

b. Nyadran

Nyadran merupakan salah satu bentuk upacara mengagungkan arwah leluhur. Upacara adat ini dilakukan oleh masyarakat Jawa dengan patuh biasanya ditempat-tempat keramat. Nyadran dalam film ini indikatornya:

(52)

37 air yang dilakukan bersama-sama masyarakata setempat untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

(2) Doa dengan mengucapkan berbagai mantra dengan bahasa Jawa, yang mempunyai maksud agar selalu diberi keselamatan.

(3) Berpakaian tertutup dan rapi.

(4) Pemujaan ini biasanya bertempatan ditempat-tempat yang dianggap keramat, suci dan angker bagi masyarakat setempat, seperti dipohon-pohon, goa-goa, tempat pemakaman.

(5) Menyediakan berbagai macam sesaji atau sesajen, seperti ambengan (nasi beserta lauk pauk yang dibungkus dengan daun pisang), kembang telon (bunga mawar, melati, kenanga), sega gurih (nasi putih yang diberi santan, garam), pisang, kelapa, dan kemenyan atau dupa.

(6) Untuk mengadakan pemujaan ini biasanya dilakukan sendiri tetapi ada juga dilakukan lebih dari satu orang sesuai dengan siapa yang ingin memohon keselamatan.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

(53)

38 melakukan pengamatan dengan melihat secara langsung setiap scene yang menggambarkan bentuk-bentuk Islam Kejawen dengan kategorisasi yang telah ditentukan. Setelah itu peneliti melakukan capture frame adegan yang telah dipilih oleh peneliti dan koder. b. Data Skunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau

data pendukung yang didapatkan dari buku-buku, artikel-artikel, serta bahan dari internet yang berkaitan dengan bentuk-bentuk Islam Kejawen yang dapat mendukung data primer.

Setelah melakukan pengamatan film kemudian data dikumpulkan dan dipilah-pilah untuk dimasukkan ke dalam kategorisasi yang telah ditetapkan. Seanjutnya untuk mempermudah pengkategorisasian, maka dibuat lembar koding per kategori seperti contoh dibawah ini:

Tabel 1:

Sumber: Data diolah peneliti.

Keterangan:

A: Slametan B: Nyadran

(54)

39 Setelah proses pengkodingan selesai, maka dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi. Untuk mempermudah menghitung, maka dibuat tabel seperti berikut:

Tabel 2:

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi

KATEGORI DURASI PROPORSI

Slametan Nyadran

Dari tabel distributif frekuensi tersebut dilakukan analisa deskriptif. Peneliti melakukan perhitungan prosentase dari populasi angka indeks untuk memberikan penjelasan deskriptif mengenai unsur budaya Jawa yang terdapat dalam film Sang Pencerah.

7. Uji Reliabilitas dan Validitas

Pada saat peneliti mulai mengukur gejala yang ditelitinya, maka akan berhadapan dengan persoalan reliabilitas dan validitas sebagai alat ukur yang akan dipergunakannya. Dalam penelitian ilmiah, kedua syarat alat ukur ini sangat penting. Tanpa keduanya, penelitian tidak lagi bersifat ilmiah.

(55)

40 reliable atau belum. Bila hasil uji kategori menunjukkan reliable, maka kategori tersebut layak digunakan dalam penelitian.

Untuk uji reliabilitas kategori diperlukan minimal dua orang koder. Koder yaitu orang yang diminta memberi penilaian atau yang mengisi lembar koding pada kategori penelitian yang telah dibuat oleh peneliti. Sedangkan proses pengisian lembar koding disebut sebagai koding. Koder digunakan untuk mendapat kesepakatan penilaian atas kategori peneliti yang sudah dibuat oleh peneliti. Jadi, peneliti menunjuk orang lain untuk melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan peneliti dalam menguji reliabilitas kategori dengan mengamati dan memasukkan data berupa scene ke dalam kategori yang telah ditetapkan.

Orang yang ditunjuk menjadi koder adalah orang yang mengerti dan paham tentang audio visual serta dapat memahami keseluruhan isi film tersebut. Yang dimaksud mengerti dalam hal ini adalah bisa menilai tentang unsur-unsur audio visual yang ada, baik verbal maupun non verbal yang ada di film tersebut. Untuk menghitung kesepakatan dari hasil penelitian para koder peneliti menggunakan uji reliabilitas rumus Holsty. Uji ini dikenal dengan uji antar kode yang diperkenalkan oleh Ole R. Holsty (1969). Kemudian hasil pengkodingan dibandingkan dengan menggunakan rumus holsty, yaitu:

C.R = 2M

(56)

41 Keterangan :

C.R = Coefisien Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkoding dan periset

N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset

Dari hasil Coefisien Reliability, Observed Agrement (persetujuan yang diperoleh dari penelitian), kemudian untuk memperkuat hasil uji reliabilitas dengan persetujuan koder, hasil yang diperoleh dari rumusan diatas kemudian dihitung kembali dengan menggunakan rumus Scott sebagai berikut:

( Observed Agreement  Expected Agreement)

pi =

(1  Expected Agreement)

Keterangan :

pi = nilai keterhandalan

Observed Agreement = presentase persetujuan yang ditemukan dari pernyataan yang disetujui antar pengkode (yaitu nilai C.R)

Expected Agreement = presentase persetujuan yang diharapkan, yaitu jumlah proporsi dari pesan yang dikuadratkan.

(57)

Gambar

Tabel 1:
Tabel 2: Contoh Tabel Distribusi Frekuensi

Referensi

Dokumen terkait

Subjek penelitian ini adalah tiga orang ahli media, tiga orang ahli materi, praktisi pembelajaran kewirausahaan, dan mahasiswa, sedangkan objek penelitian ini adalah

Pada hari ke-4 tidak terjadi penurunan kadar glukosa darah meskipun telah diberi berbagai perlakuan seperti obat komersil (glibenklamid), ekstrak kurkuminoid dan

Uji Efektifitas Model Perangkap Tikus dalam Pengendalian Tikus sebagai Reservoir Penyakit di Desa Kedondong Rt 01 Rw 01 Kecamatan Demak Kabupaten Demak Tahun 2004.. Tikus adalah

Menanggulangi gangguan kesehatan pada hewan yang semakin berbahaya, maka sangat dibutuhkan fasilitas rumah sakit hewan yang baik dan sesuai dengan ketentuan syarat usaha rumah

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian tentang Kontribusi Usahatani Padi dan Usaha Sapi Potong terhadap Pendapatan Total Keluarga Petani adalah 1). Kontribusi

Dari penbahasan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang menerima pembelajaran dengan metode eksperimen mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara metode pembelajaran Demonstras i dengan Ceramah terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas IV se-gugus

Ketiga undang-undang yang fenomenal tersebut, tidak hanya membicara substansi tentang Pemerintahan Pusat dan Lembaga Legislatif Pusat, tetapi juga konsen pada