Latar belakang progressivisme ialah ide-ide filsafat-filsafat Yunani, baik heraklitos maupun Socrates, bahkan juga Pytagoras amat mempengaruhi aliran ini. Ide heraklitos tentang perubahan menjadi asas progressivisme. Ide Socrates yang menyatukan nilai ilmu pengetahuan dengan prinsip-prinsip moral juga dianggap berpengaruh atas progressivisme. Karena ilmu berarti kebaikan manusia tercapai, jadi ilmu mempunyai nilai ethis, nilai bina kepribadian. Kaum shopisme terutama Pytagoras, yang menyatakan bahwa kebenaran dan nilai-nilai bersifat relatif menurut waktu dan tempat.
Filosof Francis Bacon telah menanamkan asas metode ekperimen yang kemudian menjadi metode utama dalam filsafat pendidikan progressivisme. John locke, tidak saja teorinya tentang empirisme yang menekankan faktor luar dalam pembianaan kepribadian, tapi juga teorinya tentang asas kemerdekaan, yang menghormati hak asasi manusia sebagai pribadi.
Progresivisme yang lahir sekitar abad ke-20 merupakan filsafat yang bermuara pada aliran filsafat pragmatisme yang diperkenalkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859- 1952), yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup praktis. Filsafat progressivisme dipengaruhi oleh ide-ide dasar filsafat pragmatisme dimana telah memberikan konsep dasar dengan azas yang utama yaitu manusia dalam hidupnya untuk tetap survive terhadap semua tantangan, harus pragmatis memandang sesuatu dari segi manfaatnya.
Di sini kita bisa menganggap bahwa filsafat progressivisme merupakan The Liberal Road of Culture (kebebasan mutlak menuju kearah kebudayaan) maksudnya nilai-nilai yang dianut bersifat fleksibel terhadap perubahan, toleran dan terbuka sehingga menuntut untuk selalu maju bertindak secara konstruktif, inovatif dan reformatif, aktif serta dinamis. Untuk mencapai perubahan tersebut manusia harus memiliki pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-sifat: fleksibel, curious (ingin mengetahui dan menyelidiki), toleran dan open minded. Filsafat progressivisme telah memberikan kontribusi yang besar di dunia pendidikan, dimana telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta didik. Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Berdasarkan pandangan di atas maka sangat jelas sekali bahwa filsafat progressivisme bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru.
Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri. Aliran progressivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas
progressivisme dalam semua realita, terutama dalam dalam kehidupan adalah tetap survive (bertahan) terhadap semua tantangan hidup manusia, harus praktis dalam melihat segala sesuatu dari segi kegunaannya. Berhubungan dengan itu progressivisme kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter, baik yang timbul pada zaman dahulu maupun pada zaman sekarang. Pendidikan yang bercorak otoriter ini dapat diperkirakan mempunyai kesulitan untuk mencapai tujuan, karena kurang menghargai dan memberikan tempat semestinya kepada kemampuan-kemampuan tersebut dalam proses pendidikan. Pada hal semuanya itu ibaratkan motor penggerak manusia dalam usahanya untuk mengalami kemajuan.
Maka Progressivisme adalah aliran-aliran filsafat yang mempertimbangkan tentang masalah-masalah pembaharuan dalam dunia pendidikan yang tujuannya adalah untuk perkembangan yang lebih maju dan bersifat lebih ilmiah sehingga terjadi perubahan baru yang secara nyata bukan hanya sekedar realita tetapi benar- benar nampak fungsi dan kegunaannya. Brubacher menulis : progresif (berkembang maju) adalah sifat ilmiah, kodrati, dan itu berarti perubahan. Dan perubahan berarti suatu yang baru. Progressivisme disebut dengan nama yang berbeda-beda yaitu instrumental, eksperimentalisme, pragmatisme dan environmentalisme.
1. Progressivisme dinamakan instrumental, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat (instrumen) untuk menghadapi semua tantangan dan problem dalam kehidupannya dan untuk kesejahteraan.
2. Progressivisme dinamakan eksperimentalisme, karena aliran tersebut menyadari dan mempraktekkan bahwa asas eksperimen (percobaan ilmiah) adalah alat utama untuk menguji kebenaran suatu teori.
3. Progressivisme dinamakan pragmatisme, bahwa suatu keterangan itu benar, kalau kebenaran itu sesuai dengan realitas, atau suatu keterangan akan dikatakan benar, kalau kebenaran itu sesuai dengan kenyataan.
4. Progressivisme dinamakan environmentalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian. Lingkungan hidup dengan tantangan-tantangan didalamnya mendorong manusia untuk berjuang, berkembang demi hidupnya.
B. Asas Filosofi Progressivisme (Ontologi, Epistemology, Aksiologi) 1. Pandangan ontologi, progressivisme
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat ada, yang merupakan ultimate reality (pokok realitas/kenyataan) baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Ontologi progressivisme mengandung pengertian dan kualitas evolusionistis yang kuat, Pengalaman diartikan sebagai ciri dinamika hidup, dan hidup adalah perjuangan tindakan dan perbuatan. Jadi dapat digambarkan pandangan ontologi yaitu tentang hakekat eksistensi dan realita yaitu:
a. Asas Hereby atau asas keduniawian , dimana realita semesta sebagai kosmos (jagad raya) dengan istilah “universe” berarti eksistensi (wujud) yang amat luas tak terbatas. Adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas, sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman sebagai realita. Manusia dalam ontologi sesungguhnya mencari dan menghadapi secara langsung suatu realita disini dan sekarang yakni sebagai lingkungan hidup. Menurut Dewey pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu. Pengalaman adalah perjuangan, sebab hidup adalah tindakan dan perubahan-perubahan. Manusia akan tetap hidup berkembang, jika ia mampu mengatasi perjuangan, perubahan dan berani bertindak.
b. Pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang unik. Manusia mampu hidup karena fungsi-fungsi jiwa yang ia miliki. Menurut ontologi progressivisme potensi intelegensi ini meliputi mengingat, imajinasi, menghubung-hubungkan, berkomunikasi (sosial) dan lain-lain. Eksistensi dan realita mind (pikiran) hanyalah didalam aktivitas dalam tingkah laku. Mind (pikiran) ialah apa yang manusia lakukan. Dan mind (pikiran) pada prinsipnya adalah yang berperan didalam pengalaman.
Jelaslah, bahwa selain kemajuan atau progress, lingkungan dan pengalaman mendapatkan perhatian yang cukup dari progresivisme. Sehubungan dengan ini, menurut progresivisme, ide-ide, teori-teori atau cita-cita tidaklah cukup diakui sebagai hal-hal yang ada, tetapi
yang ada ini haruslah dicari artinya bagi suatu kemajuan atau maksud- maksud yang lainnya. Di samping itu manusia harus dapat memfungsikan jiwanya untuk membina hidup yang mempunyai banyak persoalan dan yang silih berganti.
2. Pandangan Epistemologi Progressivisme
Epistemology adalah studi tentang pengetahuan atau teori pengetahuan yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan. Pengetahuan adalah informasi, fakta, hukum prinsip, proses, kebiasaan yang terakumulasi dalam pribadi sebagai hasil proses interaksi dan pengalaman. Pengetahuan diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan segala realita dalam lingkungan hidupnya, ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui catatan-catatan (buku-buku, perpustakaan).
Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu. Makin sering kita menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita dalam praktek, maka makin besar persiapan kita menghadapi tuntutan masa depan. Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru didalam lingkungan. Kebeneran adalah kemampuan suatu ide memecahkan masalah, kebenaran adalah konsekuen daripada suatu ide, realita penegtahuan dan daya guna didalam hidup (Nor Syam, 1986:236).
3. Pandangan Aksiologi Progressivisme
Aksiologi yaitu suatu bidang yang menyelidiki nilai-nilai (Value). Nilai tidak timbul dengan sendirinya, melainkan ada faktor-faktor yang merupakan pra syarat. Nilai-nilai sebenarnya lahir dari keinginan, dorongan, perasaan, kebiasaan, manusia sesuai dengan watak manusia. Nilai-nilai ialah sesuatu yang ada didalam kehidupan sebagai realita, dan dapat dimengerti manusia sebagai wujud, pengetahuan dan ide. dalam aksiologi progressivisme nilai dapat dilihat dari: a. Approach empiris (pendekatan pengalaman) yaitu nilai etika dan sosial dalam
pendidikan adalah nilai instrumental (baik untuk lingkungan atau masyarakat) dan nilai instrinsik (menjadi baik untuk dirinya sendiri), nilai sosial dan nilai individu, perkembangan sebagai nilai.
b. approach artistic (pendekatan kepada nilai yang memperkaya ekspressi manusia) dalam pendidikan yaitu :
1. Nilai estetika yang mana nilai ini adalah nilai keindahan yang dinikmati hidup atau berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang
dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya. misalnya seseorang melihat matahari terbenam di sore hari maka akan menimbulkan perasaan senang karena melihat betapa indahnya matahari terbenam.
2. Ilmu pengetahuan dan seni. ilmu dan seni tidak dapat dipisahkan, melainkan suatu prestasi manusia. bahkan, dalam proses penciptaan hasil-hasil seni, bukanlah semata-mata fungsi-funsi kreatif saja melainkan juga fungsi- fungsi berpikir. seperti membuat barang-barang keramik, menenun dan juga seperti melukis dan bermusik.
C. Konsep Pendidikan
Progressivisme beranggapan bahwa kemajuan yang telah dicapai oleh manusia tidak lain adalah karena manusia dalam mengembangkan berbagai ilmu pengatahuan berdasrkan tata logig & sistem berfikir ilmiah. Ilmu pengetahuan diperoleh manusia dari proses interaksinya dengan berbagai realita baik melalui pengalaman langsung maupun tidak langsung.
Prinsip Dasar George F. Kneller
1. Pendidik harus lebih aktif dan berkaitan dengan minat anak. Memusatkan pendidik pada anak sebagai mana adanya.
2. Belajar melalui pemecahan masalah sendiri bukan hanya suatu persaingan untuk hidup.
3. Pendidik mesti merupakan beban hidup sendiri bukan hanya suatu persiapan untuk untuk hidup.
4. Peranan guru sebagai pendamping dan penasehat dari pada penentu pokok minat dan kebutuhan anak.
5. Demokrasi mendorong adanya pencaturan bebas gagasan. Guru dan Siswa
1. Guru merancangkan pelajaran yang membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
2. Selain membaca buku siswa diharuskan berinteraksi dengan alam misalnya melalui kerja lapangan atau lintas alam.
3. Guru membangkitkan minat siswa melalui permainan yang menantang siswa untuk berpikir.
4. Siswa di dorong untuk berinteraksi dengan sesama untuk membangun pemahaman sosial.
5. Kurikulum menekankan study alam dan siswa dipajankan atau eisupan pilihan(exposed) terhadap perkembangan baru di dalam sainfik dan sosial.
D. Kritik Progressivisme
Kritik terhadap Progresivisme:
1. Siswa tidak mempelajari warisan sosial, mereka tidak mengetahui apa yang seharusnya diketahui oleh orang terdidik.
2. Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah 3. Mengurangi bimbingan dan pebgaruh guru. Siswa memilih aktivitas sendiri 4. Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang
tidak memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban demi kepentingan umum.
E. Implementasi Dalam Pendidikan
Pandangan mengenai belajar, filsafat progressivisme mempunyai konsep bahwa anak didik mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Maka filsafat progressivisme mengakui anak didik memiliki potensi akal dan kecerdasan untuk berkembang dan mengakui individu atau anak-anak pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi lingkungannya. John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi. Artinya disini sebagai proses pertumbuhan dan proses dimana anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup disekolah saja. Jadi sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Artinya sekolah adalah bagian dari masyarakat. Untuk itu sekolah harus mengupayakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itu filsafat progressivisme menghendaki isi pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat (praktek)”.
John Locke mengemukakan, bahwa sekolah hendaknya ditujukan untuk kepentingan pendidikan anak. Kemudian Jean Jacques Rosseau menyatakan anak harus dididik
sesuai dengan alamnya, jangan dipandang dari sudut orang dewasa. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak dengan dunianya sendiri, yaitu berlainan sekali dengan alam orang dewasa.
Maka sekolah sebagai lingkungan pendidikan dan sebagai wadah pembinaan dan pendidikan anak-anak didik dalam rangka menumbuh kembangkan segenap potensi-potensinya agar berkembang kearah maksiamal. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab akan tugas pendidikannya. Seluruh aktivitas-aktivitas yang dijalankan guru harus diperuntukkan untuk kepentingan anak didik. Metode mengajar dengan dasar filsafat pendidikan progresivisme antara lain adalah:
Membuat kelompok atau grup belajar, dengan mengelompokkan minat masing masing anak pada suatu topik.
Membicarakan topik hangat yang sedang beredar di masyarakat secara bersama- sama di dalam ruang kelas.
Asas belajar aliran ini dapat di ikhtisarkan dalam pokok-pokok yaitu : 1. Interest , minat anak.
2. Effort, usaha berupa self-activity.
3. Purpose, tujuan yang jelas untuk apa ia belajar atau apa gunanya belajar.
4. Intellegensi, potensi untuk mengerti, memecahkan masalah, komunikasi dan daya cipta.
5. Habit, yakni kebiasaan yang sudah ada, dan pembinaan pola-pola kebiasaan baru yang lebih efektif.
6. Growth, pengalaman-pengalaman harus mendorong perkembangan pribadi, demikian seterusnya.
7. Organism, anak adalah satu unity organism, ia belajar dengan seluruh kepribadiannya, baik jiwa maupun badaniah.
8. Culture, lingkungan alamiah, adalah realitas yang dalam batas-batas tertentu dapat dibina manusia. Lingkungan sosial-budaya adalah produk karya dan cipta manusia. Kebudayaan tetap merupakan wujud yang mempunyai antar hubungan dengan perkembangan pribadi.
Implementasi Dalam Kurikulum
Selain kemajuan atau progres, lingkungan dan pengalaman mendapatkan perhatian yang cukup dari progresivisme. Untuk itu filsafat progresivisme menunjukkan dengan konsep dasarnya sejenis kurikulum yang program pengajarannya dapat mempengaruhi anak belajar secara edukatif baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, tentunya dibutuhkan sekolah yang baik dan kurikulum yang baik pula.
Pendidikan dilaksanakan di sekolah dengan anggapan bahwa sekolah dipercaya oleh masyarakat untuk membantu perkembangan pribadi anak. Faktor anak merupakan faktor yang cukup urgen (penting), karena sekolah didirikan untuk anak. Karena itu hak pribadi anak perlu diutamakan, bukan diciptakan sekehendak yang mendidiknya. Dengan kata lain anak hendaknya dijadikan sebagai subyek pendidikan bukan sebagai obyek pendidikan.
Untuk memenuhi keutuhan tersebut, maka filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes (fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya. Karena itu kurikulum harus dapat mewadahi aspirasi anak, orangtua serta masyarakat. Maka kurikulum yang edukatif dan eksperimental dapat memenuhi tuntutan itu. Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum. Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan harus terintegrasi dalam satu unit. Dengan demikian inti kurikulum mengandung ciri-ciri kurikulum yang menyatu, metode yang diutamakan yaitu problem solving (memecahkan masalah pada anak). Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dengan berlandaskan sekolah sambil berbuat inilah praktek kerja di laboratorium, di bengkel, di kebun (Iapangan) merupakan kegiatan belajar yang dianjurkan dalam rangka terlaksananya learning by doing. Dalam hal ini, filsafat progresivisme ingin membentuk keluaran (out-put) yang dihasilkan dari pendidikan di sekolah yang memiliki keahlian dan kecakapan yang langsung dapat diterapkan di masyarakat luas.
F. Implikasi Dalam Pendidikan
1. Tujuan yang ingin dicapai adalah pertumbuhan. 2. Lebih mementingkan kegiatan aktif dan pengalaman.
3. Pendidik sejati adalah guru yang terlatih dalam menghubungkan kemampuan dasar dengan pengalaman siswa baik dalam kebutuhan, keinginan, dan tujuan.
G. Kesimpulan
Progressivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar di masa kini mungkin tidak benar di masa datang.
Belajar merupakan proses yang bertumpu pada kelebihan akal manusia yang bersifat kreatif dan dinamis sebagai potensi dasar manusia yang bersifat kreatif dan dinamis sebagai masalah dalam kehidupan.
Filsafat progressivisme telah memberikan kontribusi yang besar di dunia pendidikan, dimana telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta didik. Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain.
Progressivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang menekan atau mengecam adanya manusia itu sendiri.