• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILSAFAT DAN NILAI BUDAYA PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FILSAFAT DAN NILAI BUDAYA PENDIDIKAN"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat & HidayahNya kepada kita, sehingga dapat terselesaikannya tugas terstuktur mengenai “Aliran-aliran Filsafat pendidikan”dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita tunggu-tunggu syafaatnya di Yaumul Qiamah nanti, amin.

Tujuan penulisan diktat ini adalah guna membantu kelancaran pembelajaran khususnya untuk Mata Kuliah Filsafat Pendidikan di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Muria Kudus.

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan kesempatan, arahan, masukan, pemikiran, motivasi, yang tak ternilai harganya. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak di bawah ini.

1. Allah SWT yang telah meridhai terselesainya tugas ini 2. Orang tua tercinta yang selalu mendo’akan selama ini.

3. Dosen pengampu, Bapak Suyono Drs.Mpd selaku Dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan yang selama ini memberi kontribusi besar kepada kami, mahasiswa jurusan PGSD, dalam memahami mata kuliah “Filsafat Pendidikan”.

4. Teman – teman semua serta pihak- pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang banyak membantu terselesainya tugas ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari rekan-rekan mahasiswa, maupun Dosen, guna perbaikan pada tugas selanjutnya. Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Amin.

Kudus, 26 Nopember 2015

(2)

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

DEFINISI FILSAFAT PENDIDIKAN...

Filsafat pendidikan Idealisme...

Filsafat Pendidikan Realisme...

Filsafat Pendidikan Pragmatisme...

Filsafat Pendidikan Progressivisme...

Filsafat Pendidikan Esensialisme...

Filsafat Pendidikan Parenialisme...

Filsafat Pendidikan Eksistensialisme...

Filsafat Pendidikan Rkontruksionisme...

Filsafat Pendidikan Behaviorisme...

Penutup...

Daftar Pustaka...

(3)

Filsafat pendidikan menurut Al-Syaibany (dalam uyoh, 2011:71) adalah:

“Pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis”

Filsafat pendidikan bersandarkan pada filsafat formal atau filsafat umum.Dalam arti bahwa masalah-masalah pendidikan merupakan karakter filsafat. Masalah-masalah pendidikan akan berkaitan dengan masalah-masalah filsafat umum, seperti:

a. Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapainya.

b. Hakikat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang menerima pendidikan.

c. Hakikat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses social.

d. Hakikat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk mencapainya.

Selanjutnya Al-Syaibany (dalam uyoh, 2011:72) berpandangan bahwa filsafat pendidikan, seperti halnya filsafat umum, berusaha mencari yang hak dan hakikat serta masalah yang berkaitan dengan proses pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha untuk mendalami konsep-konsep pendidikan dan memahami sebab-sebab yang hakiki dari masalah pendidikan. Filsafat pendidikan berusaha juga membahas tentang segala yang mungkin mengarahkan proses pendidikan.

Kneller (dalam uyoh, 2011:72), filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam lapangan pendidikan.Seperti halnya filsafat, filsafat pendidikan dapat dikatakan spekulatif, preskiptif, dan analitik.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan adalah terapan dari filsafat umum yang dilaksanakan dalam pandangan dan kaidah bidang pendidikan yang berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, masyarakat, dan dunia, menentukan tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam lapangan pendidikan.

(4)

A. Latar belakang (sejarah) aliran Idealisme

Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pemikiran manusia. Dalam pengertian filsafat idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau material. Pandangan-pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf idealisme, yaitu:

1. Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup.

2. Hakikat akhir alam semesta pada dasarnya adalah nonmaterial.

Idealisme merupakan sistem filsafat yang telah dikembangkan oleh para filsuf di Barat maupun di Timur. Di Timur, idealisme berasal dari India Kuno, dan di Barat idealisme berasal dari Plato yang merupakan bentuk ajaran murni darinya, yaitu filsuf Yunani yang hidup pada tahun 427-347 sebelum Masehi. Yang

menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan

sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanya berupa bayangan saja dari alam ide. Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi perubahan terus-menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Athena, selama Plato hidup, adalah kota yang berada dalam kondisi transisi (peralihan). Peperangan bangsa Persia telah mendorong Athena memasuki era baru. Seiring dengan adanya peperangan-peperangan tersebut, perdagangan dan perniagaan tumbuh subur dan orang-orang asing tinggal diberbagai

penginapan Athena dalam jumlah besar untuk meraih keuntungan mendapatkan kekayaan yang melimpah. Dengan adanya hal itu, muncul berbagai gagasan-gagasan baru ke dalam lini budaya bangsa Athena. Gagasan-gagasan baru tersebut dapat

(5)

menghadapi peluang baru terbentuknya masyarakat niaga. Penekanannya terletak pada individualisme, hal itu disebabkan karena adanya pergeseran dari budaya komunal masa lalu menuju relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.

Ia merumuskan kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Dan sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi keseharian senantiasa mengalami perubahan. Dengan demikian, kebenaran tidak bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran yang universal dan dapat disetujui oleh semua orang. Contohnya dapat ditemukan pada matematika, bahwa 5 + 7 = 12 adalah selalu benar (merupakan kebenaran apriori), contoh tersebut sekarang benar, dan bahkan di waktu yang akan datang pasti akan tetap benar. Menurut Plato, seorang filosof idealisme klasik ( Yunani Purba ), menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita. Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”. Mind merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa ( mind ) merupakan factor utama yang menggerakkan semua aktivitas manusia, badan atau jasmani tanpa jiwa tidak memilki apa – apa

(6)

Sedangkan Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai suatu tenaga yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa paham idealisme sepanjang masa tidak pernah hilang sama sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.

Pada jaman Aufklarung para filosof yang mengakui aliran serba dua (dualisme) seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan, maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman idealisme pada masa abad ke-18 dan 19 ketika periode idealisme. Dan Jerman yang berpengaruh besar di Eropa.

B. Tokoh-tokoh Aliran filsafat Idealisme 1. Plato (477 -347 Sb.M)

Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indra. Dan pada dasarnya sesuatu itu dapat dipikirkan oleh akal, dan yang berkaitan juga dengan ide atau gagasan. Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang dikenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan.

Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakannya sebagai alat untuk mengukur, mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.

2. Immanuel Kant (1724 -1804)

(7)

sebagai miliknya sendiri melainkan ruang dan waktu adalah forum intuisi kita. Dengan demikian, ruang dan waktu yang dimaksudkan adalah sesuatu yang dapat membantu kita (manusia) untuk mengembangkan intuisi kita. Menurut Kant, pengetahuan yang mutlak sebenarnya memang tidak akan ada bila seluruh pengetahuan datang melalui indera. Akan tetapi, bila pengetahuan itu datang dari luar melalui akal murni, yang tidak bergantung pada pengalaman. Dapat disimpulkan bahwa filsafat idealis transendental menitik beratkan pada pemahaman tentang sesuatu itu datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada sebuah pengalaman.

3. Pascal (1623-1662)

Kesimpulan dari pemikiran filsafat Pascal antara lain :

a. Pengetahuan diperoleh melalaui dua jalan, pertama menggunakan akal dan kedua menggunakan hati. Ketika akal dengan semua perangkatnya tidak dapat lagi mencapai suatu aspek maka hati lah yang akan berperan. Oleh karena itu, akal dan hati saling berhubungan satu sama lain. Apabila salah satunya tidak berfungsi dengan baik, maka dalam memperoleh suatu pengetahuan itu juga akan mengalami kendala.

b. Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya akan variasi serta mudah berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika tidak akan mampu dijadikan alat untuk memahami manusia. Menurutnya alat-alat tersebut hanya mampu digunakan untuk memahami hal-hal yang bersifat bebas kontradiksi, yaitu yang bersifat konsisten. Karena ketidak mampuan filsafat dan ilmu-ilmu lain untuk memahami manusia, maka satu-satunya jalan memahami manusia adalah dengan agama. Karena dengan agama, manusia akan lebih mampu menjangkau pikirannya sendiri, yaitu dengan berusaha mencari kebenaran, walaupun bersifat abstrak.

(8)

logika yang kemampuannya melebihi dari logika itu sendiri. Dalam mencari Tuhan Pascal tidak menggunakan metafisika, karena selain bukan termasuk geometri tapi juga metafisika tidak akan mampu. Maka solusinya ialah mengembalikan persoalan keTuhanan pada jiwa. Filsafat bisa menjangkau segala hal, tetapi tidak bisa secara sempurna. Karena setiap ilmu itu pasti ada kekurangannya, tidak terkecuali filsafat.

4. J. G. Fichte (1762-1914 M.)

Ia adalah seorang filsuf jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-1788 M). Pada tahun 1810-1812 M, ia menjadi rektor Universitas Berlin. Filsafatnya disebut “Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu pengetahuan). Secara sederhana pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya.

Hal tersebut bisa dicontohkan seperti, ketika kita melihat sebuah meja dengan mata kita, maka secara tidak langsung akal (rasio) kita bisa menangkap bahwa bentuk meja itu seperti yang kita lihat (berbentuk bulat, persegi panjang, dll). Dengan adanya anggapan itulah akhirnya manusia bisa mewujudkan dalam bentuk yang nyata.

5. F. W. S. Schelling (1775-1854 M.)

Schelling telah matang menjadi seorang filsuf disaat dia masih amat muda. Pada tahun 1798 M, dalam usia 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas Jena. Dia adalah filsuf Idealis Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan idealisme Hegel.

(9)

dan bukan pula yang subyektif, sebab yang mutlak adalah identitas mutlak atau indiferensi mutlak.

Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang pasti dan bisa diterima akal adalah sebagai identitas murni atau indiferensi, yaitu antara yang subjektif dan objektif sama atau tidak ada perbedaan. Alam sebagai objek dan jiwa (roh atau ide) sebagai subjek, keduanya saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak itu tidak bisa dikatakan hanya alam saja atau jiwa saja, melainkan antara keduanya.

6. G. W. F. Hegel (1770-1031 M.)

Ia belajar teologi di Universitas Tubingen dan pada tahun 1791 memperoleh gelar Doktor. Inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak mutlak. Yang mutlak itu roh atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya ide (berpikir).

C. Esensi Aliran Idealisme

Idealisme termasuk aliran filsafat pada abad modern. Idealisme berasal dari bahasa Inggris yaitu Idealism dan kadang juga dipakai istilahnya mentalism atau imaterialisme. Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibnez pada mula awal abad ke-18. Leibniz memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato, secara bertolak belakang dengan materialisme Epikuros. Idealisme ini merupakan kunci masuk hakekat realitas.

Idealisme diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Menurut paham ini, objek-objek fisik tidak dapat dipahami terlepas dari spirit.

(10)

Aliran idealisme kenyataanya sangat identik dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan 2 macam realita :

1. Yang tampak : apa yang kita alami dalam lingkungan ini seperti ada yang datang dan pergi, hidup dan mati dll.

2. Realitas sejati : merupakan sifat yang kekal dan sempurna (ideal). Gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukan-kedudukan lebih tinggi dari yang nampak, karena ide merupakan wujud yang hakiki.

Beberapa pengertian Idealisme :

1. Adanya suatu teori bahwa alam semesta beserta isinya adalah suatu penjelmaan pikiran.

2. Untuk menyakan eksistensi realitas, tergantung pada suatu pikiran dan aktivitas-aktivitas pikiran.

3. Realitas dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala psikis seperti pikiran-pikiran, diri, roh, ide-ide, pemikiran mutlak dan lain sebagainya dan bukan berkenaan dengan materi.

4. Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual, psikis). Materi dalam bentuk fisik tidak ada.

5. Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi pikiran yang ada. Dunia eksternal tidak bersifat fisik.

William E. Hocking, seorang penganut idealisme modern, mengungkapkan bahwa, sebutan ”ide-isme” kiranya lebih baik dibandingkan dengan idealisme. Hal itu benar, karena idealisme lebih berkaitan dengan konsep-konsep “abadi” (ideas), seperti kebenaran, keindahan, & kemuliaan daripada berkaitan dengan usaha serius dengan orientasi keunggulan yang bisa dimaksudkan ketika kita berucap, “Dia sangat idealistik”.

(11)

Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide-gagasan, pemikiran, akal-pikir atau kedirian daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek & daya-daya material. Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi, & bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa (mind). Hal itu sangat berlawanan dengan materialisme yang berpendapat bahwa materi adalah nyata ada, sedangkan akal-pikir (mind) adalah sebuah fenomena pengiring.

Pandangan beberapa filsuf mengenai Idealisme:

1. Schelling memberikan nama yang diberikan Idealisme subyektif pada filsafat Fichte, dengan alasan bahwa dalam pemikiran Fichte dunia merupakan postulat subyek yang memutuskan.

2. Idealisme obyektif adalah nama yang diberikan oleh Schelling pada pemikiran filsafatnya. Menurutnya, alam adalah intelegensi yang kelihatan. Hal tersebut menunjukkan semua filsafat yang mengidentikkan realitas dengan ide, akal atau roh.

3. Hegel menerima klasifikasi schelling, dan mengubahnya menjadi idealisme absolut sebagai sintesis dari pandangan idealisme subyektif (tesis) dan obyektif (antitesis).

4. Idealisme transendental adalah pandangan dan penyebutan dari Immanuel kant. Sering disebut sebagai idealisme kritis. Pandangan ini mempunyai alternatif yaitu isi dari pengalaman langsung tidak dianggap sebagai benda dalam dirinya, sedangkan ruang dan waktu merupakan forma intuisi kita sendiri.

5. Idealisme epistimologi merupakan suatu keputusan bahwa kita membuat kontak hanya dengan ide-ide atau pada peristiwa manapun dengan entitas-entitas psikis.

6. Idealisme personal adalah sistem filsafat Howison dan Bowne.

(12)

8. Idealisme teistik pandangan dan sistem filsafat dari Ward.

9. Idealisme monistik adalah penyebutan dan sistem filsafat dari Paulsen.

10. Idealisme etis adalah pandangan filsafat yang dianut oleh Sorley dan Messer.

11. Idealisme Jerman, pemicunya adalah Immanuel Kant dan dikembangkan oleh penerus-penerusnya. Idealisme merupakan pembaharuan dari Platonis, karena para pemikir melakukan terobosan-terobosan filosofis yang sangat penting dalam sejarah manusia, hanya dalam tempo yang sangat singkat, yaitu 40 tahun (1790- 1830) dan gerakan intelektual ini mempunyai kedalaman dan kekayaan berpikir yang tiada bandingnya.

Konsep filsafat menurut aliran idealisme adalah :

a. Metafisika-idealisme: secara absolut kenyataan yang sebenarnya adalah spiritual dan rohaniah, sedangkan secara kritis yaitu adanya kenyataan yang bersifat fisik dan rohaniah, tetapi kenyataan rohaniah yang lebih berperan. b. Humanologi-idealisme: jiwa dikaruniai kemampuan berpikir yang dapat

menyebabkan adanya kemampuan memilih.

c. Epistimologi-idealisme: pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi dan pengingatan kembali melalui berpikir. Kebenaran hanya mungkin dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran yang cemerlang.

d. Aksiologi-idealisme: kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika.

Demikian kemanusiaan merupakan bagian dari ide mutlak, Tuhan sendiri. Idea yang berpikir sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Gerak ini menimbulkan tesis yang dengan sendirinya menimbulkan gerak yang bertentangan, anti tesis. Adanya tesis dan anti tesisnya itu menimbulkan sintesis dan ini merupakan tesis baru yang dengan sendirinya menimbulkan anti tesisnya dan munculnya sintesis baru pula.

(13)

Maksudnya luasnya rasio sama dengan luasnya realitas, sedangkan realitas menurut Hegel adalah proses pemikiran (ide).

Prinsip-prisip Idealisme :

a. Menurut idealisme bahwa realitas tersusun atas substansi sebagaimana gagasan-gagasan atau ide (spirit). Menurut penganut idealisme, dunia beserta bagian-bagianya harus dipandang sebagai suatu sistem yang masing-masing unsurnya saling berhubungan. Dunia adalah suatu totalitas, suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.

b. Realitas atau kenyataan yang tampak di alam ini bukanlah kebenaran yang hakiki, melainkan hanya gambaran atau dari ide-ide yang ada dalam jiwa manusia.

c. Idealisme berpendapat bahwa manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dari pada materi bagi kehidupan manusia. Roh pada dasarnya dianggap sebagai suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Demikian pula terhadap alam adalah ekspresi dari jiwa.

d. Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang theo sentris (berpusat kepada Tuhan), kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba cita) dan kepada norma-norma yang mengandung kebenaran mutlak. Oleh karena nilai-nilai idealisme bercorak spiritual, maka kebanyaakan kaum idealisme mempercayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima Causa dari kejadian alam semesta ini.

Bila ditinjau dari teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan tiruan belaka, sifatnya maya, yang menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya.Pengetahuan yang benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk spiritual murni dari benda-benda di luar penjelmaan material.

(14)

tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam semesta.

D. Idealisme Dalam Pendidikan

Dalam hubungannya dengan pendidikan, Aliran idealisme terbukti cukup banyak berpengaruh dalam dunia pendidikan. William T. Harris adalah salah satu tokoh aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Idealisme terpusat tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekedar kebutuhan alam semata.

Seorang guru yang menganut paham idealisme harus membimbing atau mendiskusikan bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal kepada siswa, melainkan sebagai kemungkinan (batin) yang perlu dikembangkan. Guru idealis juga harus mewujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Socrates, Plato, dan Kant yakin bahwa pengetahuan yang terbaik adalah pengetahuan yang dikeluarkan dalam diri siswa, bukan dimasukkan atau dijejalkan ke dalam diri siswa. Bagi aliran idealisme, peserta didik merupakan pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual. Sejak idealisme sebagai aliran filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang diajarkan filsafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat tapi idealisme. Maka tujuan pendidikan menurut aliran idealisme terbagi atas tiga hal, tujuan untuk individual, masyarakat, dan campuran antara keduanya.

(15)

adalah perlunya persaudaraan antar manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.

Guru dalam sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai :

a). Guru adalah personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru merupakan wahana atau fasilitator yang akan mengantarkan anak didik dalam mengenal dunianya lewat materi-materi dalam aktifitas pembelajaran. Untuk itu, penting bagi guru memahami kondisi peserta didik dari berbagai sudut, baik mental, fisik, tingkat kecerdasan dan lain sebagainya.

b). Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa. Artinya, seorang guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari pada anak didik.

c). Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran, baik dari segi materi dan yang lainnya.

d). Guru haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi kepribadian yaitu karakter dan kewibawaan yang berbeda dengan guru yang lain.

e). Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi sosial yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan anak didik.

Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar pengetahuan dan pengalamannya aktual. Sedangkan implikasi Aliran Idealisme dalam Pendidikan yaitu :

a. Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.

b. Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.

(16)

d. Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya.

e. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja sama dengan alam.

Implementasi Idealisme dalam Pendidikan:

a. Pendidikan bukan hanya mengembangkan dan menumbuhkan, tetapi juga harus menuju pada tujuan yaitu dimana nilai telah direalisasikan ke dalam bentuk yang kekal dan tak terbatas.

b. Pendidikan adalah proses melatih pikiran, ingatan, perasaan. Baik untuk memahami realita, nilai-nilai, kebenaran, maupun sebagai warisan sosial.

c. Tujuan pendidikan adalah menjaga keunggulan kultural, sosial dan spiritual. Memperkenalkan suatu spirit intelektual guna membangun masyarakat yang ideal.

d. Pendidikan idealisme berusaha agar seseorang dapat mencapai nilai-nilai dan ide-ide yang diperlukan oleh semua manusia secara bersama-sama.

e. Tujuan pendidikan idealisme adalah ketepatan mutlak. Untuk itu, kurikulum seyogyanya bersifat tetap dan tidak menerima perkembangan.

f. Peranan pendidik menurut aliran ini adalah memenuhi akal peserta didik

dengan hakekat-hakekat dan pengetahuan yang tepat. Dengan kata lain, guru harus menyiapkan situasi dan kondisi yang kondusif untuk mendidik anak didik, serta lingkungan yang ideal bagi perkembangan mereka, kemudian membimbing mereka dengan kasih sayang dan dengan ide-ide yang dipelajarinya hingga sampai ke tingkat yang setinggi-tingginya.

Implikasi idealisme dalam pendidikan jika dilihat dari tujuan pendidikan formal dan informal adalah sebagai pembentuk karakter atau kepribadian peserta didik dan ditujukan kepada pengembangan bakat dan kebijakan sosial.

(17)

kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan antar manusia, karena manusia adalah makhluk sosial dan manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Sedangkan tujuan secara sintesis (gabungan antara tujuan individual dengan kehidupan sosial, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan (Hablum minallah). Implikasi idealisme dalam pendidikan jika dilihat dari kurikulum adalah:

a. Pengembangan kemampuan berpikir melalui pendidikan liberal (artes liberalis).

Maksudnya adalah memberikan kebebasan berpikir kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan. Sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran. Dalam hal ini kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Dan akan menciptakan pembelajaran active learning (pembelajaran aktif).

b. Penyiapan keterampilan bekerja, melalui pendidikan praktis. Maksudnya adalah selain memberikan materi pelajaran yang berupa pengetahuan yang sesuaikan dengan kompetensi, dalam kurikulum juga ada materi yang berkaitan dengan kejuruan atau keahlian (vocation). Biasanya hanya ada dalam kurikulum untuk sekolah kejuruan, seperti SMK atau STM.

Selain itu, kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual. Dan siswa lebih bisa mengeksplor kemampuan mereka.

Selanjutnya implikasi idealisme dalam pendidikan jika dilihat dari metode. Metode pendidikan yang disusun adalah metode dialektik meskipun demikian, setiap metode efektif dapat mendorong semangat belajar siswa. Maksudnya adalah metode dialektik ini syarat dengan pemikiran, perenungan, dialog, dll. Apabila didukung dengan adanya metode dan stategi yang lain dalam pembelajaran, maka akan lebih efektif dan efisien dalam mengoptimalkan metode dialektik tersebut. Sehingga akan terciptanya pembelajaran aktif.

(18)

idealisme guru bersifat demokratis, sehingga pembelajaran berjalan dengan efektif karena guru adil dalam melakukan evaluasi.

E. Analisis Dalam Menjawab Rumusan Masalah

1. Paradigma idealisme dalam menentukan kebenaran dan maksud dari ide tertinggi

Idealisme merupakan salah satu aliran filsafat yang menitik beratkan pada ide atau gagasan. Atau sering juga disebut sebagai aliran yang menganggap sesuatu yang nyata atau riil itu adalah yang ada dalam akal pikiran manusia. Jadi bisa dikatakan bahwa, jalan pemikiran aliran idealisme itu berlawanan dengan pemikiran aliran realisme. Aliran filsafat realisme menganggap sesuatu yang nyata itu adalah yang nyata, riil, empiris, bisa dipegang, bisa diamati dll. Dengan kata lain sesuatu yang nyata adalah sesuatu yang bisa diindrakan (bisa diterima oleh panca indra).

Paradigma (cara pandang) yang digunakan oleh aliran idealisme adalah melihat bahwa sesuatu yang nyata itu adalah apa yang ada di dalam pikiran manusia. Dalam hal ini, tidak terlepas dari apa yang dimaksud dengan metafisika. Paradigma ini sangat berlawanan arah dengan paradigma yang ada pada filsafat realisme. Perbedaan tersebut lalu tidak lantas menjadikan kedua aliran ini saling berselisih. Dengan adanya perbedaan paradigma tersebut, menjadikan keduanya saling melengkapi, sehingga diharapkan akan mampu berperan penting dalam pendidikan, khususnya pendidikan di Indonesia.

Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang dikenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan. Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman.

(19)

pengalaman seseorang, maka akan semakin luas juga ide dalam memecahkan suatu masalah.

F. Kesimpulan

Berdasarkan paparan penulis di atas, dapat disimpulkan antara lain :

Idealisme adalah merupakan salah satu aliran filsafat yang mempunyai paham bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Tokoh –tokoh dalam idealisme diantaranya yaitu : Rene Descartes (1596-1650) , George Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804), F. W. S. Schelling (1775-1854), dan George W. F. Hegel (1770-1831). Seorang idealis dalam pemikiran pendidikan yang paling berpengaruh di Amerika adalah William T. Haris yang menggagas journal of speculative philosophy.

Implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut :

a. Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.

b. Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk memperoleh pekerjaan.

c. Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.

d. Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya.

(20)

Filsafat Pendidikan Realisme

A. Pengertian Realisme

Realisme adalah filsafat yang timbul pada jaman modern dan sering disebut “anak” dari naturalisme. Dengan berpandangan bahwa objek atau dunia luar itu adalah nyata pada sendirinya, realisme memandang pula bahwa kenyataan itu berbeda dengan jiwa yang mengetahui objek atau dunia luar tersebut. Kenyataan tidak sepenuhnya bergantung dari jiwa yang mengetahui, tapi merupakan hasil pertemuan dengan objeknya orang dapat memiliki pengetahuan yang kurang tepat mengenai banda atau sesuatu hal yang sesungguhnya, tetapi sebaliknya dapat memiliki gambaran yang tepat mengenai apa yang nampak. Maka dari itu pengamatan, penelitian dan penarikan kesimpulan mengenai hasil-hasilnya perlu agar dapat diperoleh gambaran yang tepat secara langsung atau tidak langsung mengenaisesuatu.

Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak, dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia.

Realisme suatu aliran lahir di Eropa dalam abad ke-16/17 yang menunjukkan keinginan untuk mengetahui segala sesuatu dalam alam. Ini berarti beralihnya perhatian dari pelajaran-pelajaran tentang manusia kepada realita. Ini berarti pula kemajuan-kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan alam.

(21)

Para penganut realisme mengakui bahwa seseorang bisa salah lihat pada benda- benda atau dia melihat terpengeruh oleh keadaan sekelilingnnya. Namun, mereka paham ada benda yang dianggap mempunyai wujud tersendiri, ada benda yang tetapkendati diamati.

Sebagai aliran filsafat, realisme berpendirian bahwa yang ada yang ditangkap pancaindra dan yang konsepnya ada dalam budi itu memang nyata ada. Contohnya:

 Batu di jalan membuat ban sepeda motor kita kempes, baru dialami memang ada.

 Tebu yang rasanya manis tanpa memakai tambahan gula, justru dapatmenghasilkan gula. Hal ini memang ada dan nyata.

 Kucing yang dilihat mencuri lauk di atas meja makan betul-betul ada danhidup dalam rumah keluarga itu.

B. Bentuk-bentuk Aliran Realisme

Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk. Kneller membagi realisme menjadi dua bentuk, yaitu :

1. Realisme rasional

Realisme dapat didefinisikan pada dua aliran, yaitu realisme klasik dan realisme religius. Bentuk utama dari realisme religius ialah “Scholastisisme”. Realisme klasik ialah filsafat Yunani yang pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles, sedangkan realisme religius terutama Scholatisisme oleh Thomas Aquina, dengan menggunakan filsafat Aristoteles dalam membahas teologi gereja. Thomas Aquina menciptakan filsafat baru dalam agama Kristen, yang disebut Tomisme, pada saat filsafat gereja dikuasai oleh Neoplatonisme yang dipelopori oleh Plotinus.

(22)

dan bertanggung jawab untuk bertindak, namun manusia juga abadi lahir ke dunia untuk mencintai dan mengasihi pencipta, karena itu, manusia mencari kebahagiaan abadi.

2. Realisme Klasik

Realisme klasik oleh Brubacher (1950) disebut humanisme rasional. Realisme klasik berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki rasional. Dunia dikenal melalui akal, dimulai dengan prinsip “self evident”, dimana manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Self evident merupakan hal yang penting dalam filsafat realisme karena evidensi merupakan asas pembuktian tentang realitas dan kebenaran sekaligus. Self evident merupakan suatu bukti yang ada pada diri (realitas, eksistensi) itu sendiri. Jadi, bukti tersebut bukan pada materi atau pada realitas yang lain. Self evident merupakan asas untuk mngerti kebenaran dan sekaligus untuk membuktikan kebenaran. Self evident merupakan asas bagi pengetahuan artinya bahwa pengetahuan yang benar buktinya ada didalam pengetahuan atau kebenaran pengetahuan itu sendiri.

Pengetahuan tentang Tuhan, sifat-sifat tuhan, eksistensi Tuhan, adalah bersifat self evident. Artinya, bahwa adanya Tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti-bukti lain, sebab Tuhan itu self evident. Sifat tuhan itu Esa, artinya Esa hanya dimiliki oleh Tuhan, tidak ada yang menyamainya terhadap sifat Tuhan tersebut. Eksistensi Tuhan merupakan prima kausa, penyebab pertama dan utama dari segala yang ada, yakni merupakan penyebab dari realitas alam semesta. Sebab, dari semua kejadian yang terjadi pada alam semesta. Tujuan pendidikan bersifat intelektual. Memperhatiakan intelektual adalah penting, bukan saja sebagai tujuan, melainkan dipergunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah.

Bahan pendidikan yang esensial bagi aliran ini, yaitu pengalaman manusia. Yang esensial adalah apa yang merupakan penyatuan dan pengulangan dari pengalaman manusia. Kneller (1971) mengemukakan bahwa realisme klasik bertujuan agar anak menjadi manusia bijaksana, yaitu seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan fisik san sosial.

(23)

sekilah harus menghasilkan individu-individu yang sempurna. Menurut pandangan Aristoteles, manusia sempurna adalah manusia moderat yang mengambil jalan tengah. Pada anak harus diajarkan ukuran moral absolut dan universal, sebab apa yang dikatakan baik atau benar adalah untuk keseluruhan umat manusia, bukan hanya untuk suatu ras atau suatu kelompok masyarakat tertentu. Hal ini penting bagi anak untuk mendapatkan kebiasaan baik. Kebaikan tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus dipelajari.

3. Realisme Religius

Realisme religius dalam pandangannya tampak dualisme. Ia berpendapat bahwa terdapat dua order yang terdiri atas “order natural” dan “order supernatural”. Kedua order tersebut berpusat pada Tuhan. Tuhan adalah pencipta semesta alam dan abadi. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri, guna mencapai yang abadi. Kemajuan diukur sesuai dengan yang abadi tersebut yang mengambil tempat dalam alam. Hakikat kebenaran dan kebaikan memiliki makna dalam pandangan filsafat ini. Kebenaran bukan dibuat, melainkan sudah ditentukan, di mana belajar harus mencerminkan kebenaran tersebut.

Menurut pandangan aliran ini, struktur sosial berakar pada aristokrai dan demokrasi. Letak aristokrasinya adalah paada cara meleakkan kekuasaan pada yang lebih tahu dalam kehidupan sehari-hari. Demokrasinya berarti bahwa setiap orang diberi kesempatan yang luas untuk memegang setiap jabatan dalam struktur masyarakat. Hubungan antara gereja dan negara adalah menjaga fundamental dasar dualisme antara order natural dan order supernatural. Minat negara terhadap pendidikan bersifat natural, karena negara memiliki kedudukan lebih rendah dibandingkan dengan gereja. Moral pendidikan berpusat pada ajaran agama. Pendidikan agama sebagai pedoman bagi anak untuk mencapai Tuhan dan akhirat.

(24)

membicarakan pula natural dan supernatural. Tujuan pendidikan adalah keselamatan atau kebahagiaan jasmani dan rohani sekaligus. Anak yang lahir pada dasarnya rohaninya dalam keadaan baik, penuh rahmat, diisi dengan nilai-nilai ketuhanan. Anak akan menerima kebaikan dan menjauhi kejahatan bukan hanya karena perintah akal, melainkan juga karena perintah Tuhan.

Johan Amos Comenius merupakan pemikiran pendidikan yang dapat digolongkan pada realisme religius, mengemukakan bahwa semua manusia harus berusaha untuk mencapai dua tujuan. Pertama, keselamatan dan kebahagiaan hidup yang abadi. Kedua, keadaan dan kehidupan dunia yang sejahtera dan damai. Tujuan pertama merupakan tujuan yang inheren dalam diri manusia, di mana tujuannya terletak di luar hidup ini. Pada tujuan yang kedua, Comenius tampaknya memandang kebahagiaan dan perdamaian dunia merupakan sebagian dari kebahagiaan hidup yang abadi.

4. Realisme Natural Ilmiah

Realisme natural ilmiah mengatakan bahwa manusia adalah organisme biologis dengan sistem saraf yang kompleks dan secara inheren berpembawaan sosial (social dispossition). Apa yang dinamakan berfikir merupakan fungsi yang sangat kompleks dari organisme yang berhubungan dengan lingkungannya. Kebanyakan penganut realisme natural menolak eksistensi kemauan bebas (free will). Mereka bersilang pendapat dalam hal bahwa individu ditentukan oleh akibat lingkungan fisik dan sosial dalam struktur genetiknya. Apa yang tampaknya bebas memilih, kenyataannya merupakan suatu determinasi kausal (ketentuan sebab akibat).

5. Neo Realisme dan Realisme Kritis

(25)

Realisme kritis di dasarkan atas pemikiran Imanuel Kant, seorang pensistensis yang besar. Ia mensistensiskan pandangan yang berbeda antara empirisme dan rasionalisme, antara skeptisisme dan paham kepastian antara eudaemonisme dengan puritanisme. Ia bukan melakukan elektisime yang dangkal, melainkan suatu sintesis asli yang menolak kekurangan yang berada pada kedua pihak yang disentiskannya, dan ia membangun filsafat yang kuat.

Adapun bukti-bukti adanya realitas yang objektif ini dimajukan sebagai berikut:

1. Apa-apa yang terdapat pada pengalaman dalam dan luar itu memberikan sebab yang harus berupa realitas (bukti kausal).

2. Pengalaman yang tidak kita kehendaki sendiri (jadi bukan fantasi) tak mungkin jika taj ada hal-hal di luar kita (bukti substrat).

3. Adanya hal-hal sebelum adanya pengalaman itu mengharuskan adanya hal-hal itu tidak tergantung dari pengalaman (bukti kontiunitas).

Menurut Kant, semua pengetahuan mulai dari pengalaman, namun tidak berarti semuanya dari pengalaman. Objek luar dikenal melalui indra namun pikiran atau rasio dan pengertian yang diperoleh dari pengalaman tersebut. Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran.

C. Konsep Filsafat Dalam Aliran Realisme

(26)

kesimpulan berdasar kepada fakta-fakta itu dengan cara membuat argumentasi induktif yang logis.

Di sini bagi seorang realis, seribu kali sekalipun, akal memiliki idev tentang sesuatu hal. Akan tetapi, jika ia tidak bisateramati oleh indra, sesuatu itu bukanlahsesuatu yang ada. Dalam banyak pengamatan, common sense menjadi epistemologi filsafat realisme. Cerapan indrawi menjadi sarana utama untuk memperolehnya.seorang W.E Hocking dengan nada sarkastiknya membuat pernyataan, betapa sebagai watak umum dari akal, realisme adalah sebuah kecenderungan untuk menjaga diri dan preferensi hidup agar seseorang tidak mencampuri putusan tentang segala sesuatu dan membiarkan objek-objek berbicara untuk dirinya.

2. Humanologi-realisme: Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir.

3. Epistemologi-realisme: Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta;

(27)

objek. Yang selalu hadir itulah yang harus ada atau esensial bagi objek, disebut juga bentuk atau struktur. Bentuk adalah objek tepat dari abstraksi.

Dengan pendapatnya ini juga, epistimologi kaum realisme disebut juga epistimologi “teori pengamat” artinya manusia sebagai pengamat kenyataan. Karena kita semua biasanya terlibat dalam proses mengetahui yang melibatkan sensasi dan abstraksi, “pengamatan” kita dapat berkisar dari hal hal yang paling kasar sampai pengumpulan data yang menggunakan cara-cara terlatih serta tepat akurat. Sebagai pengamat kecil-kecilan dari kenyataan kita mulai dengan memilah objek dalam mineral, tumbuhan dan hewan. Melalui perjalanan waktu, manusia telah mengembangkan alat paling canggih seperti teleskop, mikroskop, dan lain lain.

4. Aksiologi-realisme: Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.

D. Realisme Dalam Dunia Pendidikan

a. Pendidikan Sebagai Institusi Sosial

John Amos Comenius di dalam bukunya Great Didactic, mengatakan bahwa manusia tidak diciptakan hanya kelahiran biologinya saja. Jika ia menjadi seorang manusia, budaya manusia harus memberi arah dan wujud kepada kemampuan dasarnya. Dalam bukunya Membangun Filsafat Pendidikan, Harry Broudy secara eksplisit ia menekankan bahwa masyarakat mempunyai hak dengan mengabaikan keterlibatan pemerintah, yang akan membawa pendidikan formal di bawah wilayah hukumnya karena ini merupakan suatu lembaga atau institusi

(28)

Murid adalah sosok yang mengalami inferiorisasi secara berlebih sebab ia dipandang sama sekali tidak mengetahui apapun kecuali apa-apa yang telah pendidikan berikan. Di sini dalam pengajaran setiap siswa akan subjek didik tak berbeda dengan robot. Ia mesti tunduk dan takluk sepatuh-patunya untuk diprogram dan mengerti materi-materi yang telah ditetapkan sedemikian rupa.

Pada ujung pendidikan, realisme memiliki proyeksi ketika manusia akan dibentuk untuk hidup dalam nilai-nilai yang telah menjadi common sense sehingga mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan-lingkungan yang ada. Sisi buruk pendidikan model ini kemudian cenderung lebih banyak dikendalikan skeptisisme positivistik, ketika mereka dalam hal apa pun akan meminta bukti dalam bentuk-bentuk yang bisa didemonstrasikan secara indrawi.

Realisme memiliki pula jasa bagi perkembangan dunia pendidikan. Salah satunya adalah dengan temuan gagasan Crezh, salah seorang pendidik di Mosenius pada abad ke-17 dengan karya Orbic Pictus-nya. Pada periode itu, temuan Orbic Pictus sempat mengejutkan dunia pendidikan dan dipandang sebagai gagasan baru. Ini disebabkan oleh paling tidak ada periode tersebut belum ada satupun yang memiliki pemikiran untuk memasukkan alat bantu visual separti gambar-gambar perlu digunakan dalam pengjaran anak, terutama dalam mempelajari bahasa. Diabad selanjutnya, yaitu ke-18 menjelang abad 19, gagasan Moravi ini menginspirasi seorang pestalozzi. Ia menghadirkan objek-objek peraga fisik dalam ruang pengajaran di dalam kelas.

Corak lain pendidikan realisme adalah tekanan-tekanan hidup yang terarah kedalam pengaturan-pengaturan serta keteraturan yang bersifat mekanistik. Meskipun tidak semua pengaturan yang bersifat mekanistik buruk, apa yang diterapkan realisme dalam ruang pendidikan melahirkan berbagai hal yang kemudian menuai banyak kecaman sebab telah menjadi penyebab berbagai dehumanisasi.

sosial.

a. Tujuan Pendidikan

(29)

keterampilan-keterampilan yang penting untuk memperoleh keamanan dan hidup bahagia.

b. Kurikulum

Komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis.

Kurikulum pendidikan sebaiknya meliputi : (1) Sains dan Matematika,

(2) Ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosial, (3) Nilai-nilai.

Kurikulum yang baik diorganisasi menurut mata pelajaran dan berpusat pada materi pelajaran (subject matter centered) yang diorganisasi menurut prinsip-prinsip psikologi belajar. Kurikulum direncanakan dan diorganisasi oleh guru/orang dewasa (society centered). Isi kurikulum harus berisi pengetahuan dan nilai-nilai esensial agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam, masyarakat, dan kebudayaannya.

c. Metode

Pembiasaan merupakan metode utama bagi filsuf penganut behaviorisme Metode mengajar yang disarankan bersifat otoriter. Guru mewajibkan siswa untuk dapat menghafal, menjelaskan, dan membandingkan fakta-fakta, menginterprestasi hubungan-hubungan, dan mengambil kesimpulan makna-makna baru. Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan.

d. Peran Peserta didik (Siswa)

Menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik. Siswa berperan untuk menguasai pengetahuan yang diandalkan, siswa harus taat pada aturan dan disiplin, sebab aturan yang baik sangat diperlukan untuk belajar. Siswa memperoleh disiplin melalui ganjaran dan prestasi.

e. Peran Pendidik

(30)

yang kongkret untuk dialami siswa. Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik. Guru harus menggunakan metode-metode objektif dengan mengevaluasi dan memberikan jenis tes yang memungkinkan untuk dpt mengukur secara tepat pemahaman siswa tentang materi-materi esensial. Untuk tujuan motivasi guru memberikan ganjaran terhadap siswa yang mencapai sukses.

E. Implikasi Realisme Dalam Pendidikan

Implikasinya : pendidikan adalah kebutuhan dasar dan hak yang mendasar bagi manusia dan kewajiban penting bagi semua masyarakat untuk memastikan bahwa semua anak-anak dilahirkan dengan pendidikan yang baik.

a. Tujuah pendidikan

Aristoteles berpendapat bahwa pendidikan bertujuan membantu manusia mencapai kebahagiaan dengan mengembangkan potensi diri seoptimal mungkin agar manusia menjadi unggul. Rasionalitas manusia adalah kekuatan tertinggi manusia yang harus dikembangkan melalui belajar berbagai macam ilmu pengetahuan. Manusia harus pula memberanikan diri untuk mengenal diri, melatih potensi dan mengintegrasikan berbagai peran dan tuntutan kehidupan sesuai dengan tatanan rasional berjenjang.

b. Konsep tentang sekolah

Setiap lembaga memilki peran khusus, seperti lembaga keluarga, lembaga gereja, demikian pula lembaga sekolah. Sekolah adalah lembaga khusus yang misi utamanya adalah memajukan rasionalitas manusia. Sebagai institusi formal, maka harus mempunyai guru yang kompeten ahli dalam bidangnya dan mengetahui bagaimana cara mengajar kepada peserta didik yang belum dewasa. Fungsi utama sekolah adalah pengembangan intelektual yang efisien. Sedangkan yang lain hanya fungsi sekunder, seperti fungsi reaksional, fungsi komunitas social dan lain lain. Menggunakan sekolah sebagai agen layanan sosial berarti membelokkan tujuan sekolah sehingga akhirnya sekolah menjadi tidak efisien.

(31)

Kenyataan adalah obyek yang dapat diklasifikasikan dalam kategori kategori berdasarkan kesamaan strukturnya. Ada berbagai disiplin ilmu berdasarkan kelompok ilmu yang saling berkaitan untuk menjelaskan realitas. Setiap ilmu merupakan sistem konsep dengan struktur tersendiri. Struktur mengacu pada kerangka konseptual dan makna serta generalisasinya yang menerangkan tentang kenyataan, fisikal, alamiah, sosial, dan realitas manusia . peran sarjana dan ilmuwan penting untuk menentukan wilayah kurikulernya. Mereka ini tahu batas keahliannya dan bidang garapannya. Mereka terlatih dengan metode inquiry yang merupakan cara efisien dalam penemuan berdasarkan riset ilmiah.

Cara paling efisien dan efektif untuk memahami kenyataan adalah belajar sistematis suatu disiplin ilmu. Maka, kurikulum sebarusnya terdiri dari dua komponen dasar. Pertama, bidang ilmu tertentu seperti sejarah, biologi, kimia, dan lain lain. Kedua ilmu tentang kependidikan untuk membentuk kesiapan dan kedewasaan siswa.

Ajaran Pokok Realisme

a. Kita hidup dalam sebuah dunia yang di dalamnya terdapat banyak hal : manusia, hewan, tumbuhan, benda, dan sebagainya yang eksistensinya benar-benar nyata dan ada dalam dirinya sendiri.

b. Objek-objek kenyataan itu berada tanpa memandang harapan dan keinginan manusia.

c. Manusia dapat menggunakan nalarnya untuk mengetahui tentang obyek ini. d. Pengetahuan yang diperoleh tentang obyek hukumnya dan hubungannya satu

sama lain adalah petunjuk yang paling diandalakan untuk tindakan tindakan manusia.

(32)

 Berpengaruh filsuf dan teolog dalam tradisi skolastik, yang dikenal sebagai Doctor Angelicus dan Dokter communis (Salah satu dari 33 Doktor Gereja)  Meninggal pada tahun 1274 di Italia

 Mendirikan Lyceum di Athena 334 SM,

 Menulis 27 dialog, untuk itu ia terkenal dizaman kuno, dan dianggap sejajar dengan Plato.

 Dikenal dunia modern melalui catatan kuliah

 Aristoteles Organon adalah kontribusi logika dan penalaran terdiri darienam buku

Menurut Aristoteles,

 Universal adalah konsep-konsep, bukan sesuatu (menolak Idealisme Plato).  Penalaran deduktif berdasarkan pengalaman sebagai metode sains danfilsafat.  Dalam ilmu pengetahuan, Aristoteles menghasilkan buku-buku dalam ilmu

alam, biologi, (Sejarah Hewan adalah prestasi ilmiah terbesarnya) dan psikologi (On the Soul).

 Metafisika Aristoteles menghasilkan pandangannya tentang Allah sebagai Penyebab Pertama, pikiran murni, internal alam.

 Etika adalah berkaitan dengan kebahagiaan individu: Politik adalah berkaitan dengan kebahagiaan kolektif.

2. Santo Thomas Aquinas (1225-1274)

 Indra adalah sumber pengetahuan. Bentuk Manusia universal, atau kategori, dari berbagai persepsi tentang seperti benda.

 Percaya pada pengetahuan melalui indra.

 Percaya bahwa baik materi dan hakikat terikat di benda-benda fisik.  Percaya bahwa pengetahuan dimulai dengan rasa persepsi.

 Pengetahuan dapat tumbuh di luar indra ketika alasan dunia diterapkan pada pengalaman indrawi.

 Percaya dalam menggunakan penalaran induktif untuk sampai padageneralisasi atau universal.

 Dia berpikir penyelidikan ilmiah yang didukung Thomas berjuang keras untuk menjawab hubungan antara Tuhan dan substansi material darimana dunia itu dibuat.

(33)

dibuat. Tuhan menciptakan sesuatu benda, dan pada materi utama, Tuhan menciptakan benda tersebut yang merupakan unsure pokok yang membedakan dengan benda yang lainnya dan berbeda dengan objek individu dimana dunia itu dibuat. Materi bukanlah satu hal yang otomatis atau keberadaan yang tanpa sebab.

3. John Amos Comenius (1592 –1670)

John Amos Comenius (28 Maret 1592 -15 November 1670) seorang guru Ceko, ilmuwan, pendidik, dan penulis. Dia adalah seorang Moravia (uskup) Protestan, pengungsi religius, dan salah satu pencetus paling awal pendidikan universal, sebuah konsep yang akhirnya ditetapkan dalam bukunya Didactica Magna. Ia sering dianggap sebagai FATHER OF MODERN EDUCATION.

Konsepsi menarik dari pemikiran Comenius adalah realistis yang jelas, meski keyakinan religiusnya tidak menyelaraskan dengan hal tersebut. Manusia bagaikan sebuah cermin yang terpenjara dalam sebuah ruangan, yang merefleksikan gambaran-gambaran dari semua yang ada disekitarnya, dan menjadi suatu figure hidup untuk menggambarkan karakter dari pikiran. Kamar adalah duniayang eksternal.

4. Rene Descartes (1596-1650)

René Descartes (31 Maret 1596 – 11 Februari 1650), juga dikenal sebagai Renatus Cartesius (bentuk Latin), adalah seorang filsuf Perancis, ahli matematika, ilmuwan, dan penulis yang menghabiskan sebagian besar masa dewasanya di Republik Belanda Meninggal di Stockholm, Swedia, di mana ia telah diundang sebagai guru untuk Ratu Christina dari Swedia. Dia telah dijuluki sebagai "Bapak Filsafat Modern” . Adapun filsafatnya:

 Metode Menulis tentang Metode dalam versi rasionalis pertama Discourseon Method (Metode Pewacanaan).

 Keraguan dan Keberadaan Dia menulis tentang keraguan dan keberadaan pada Meditasi Filsafat Pertama.

 Keseluruhan Filsafat Cartesianism adalah bahwa pikiran terpisah dari tubuh dan bahwa tubuh dapat lebih dipahami.

(34)

Ia berkeyakinan bahwa pendidikan masa lalu (klasik) tidak bermanfaat bagi umat manusia lagi. Apabila manusia ingin sampai pada kebenaran harus meninggalkan cara berpikir deduktif dan beralih ke induktif. Dengan cara berpikir yang analitik orang akan dapat membuka rahasia alam dan dengan terbukanya alam itu kita sebagai bagian dari alam dapat menentukan sikap dan mengatur strategi hidup. Artinya dengan terbukanya alam, kita manusia dapat belajar menyesuaikan atau memanfaatkan alam dari hidup dan kehidupan manusia.

G. Kesimpulan

Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak, dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia. Adapun bukti-bukti adanya realitas yang objektif ini dimajukan sebagai berikut :

1. Apa-apa yang terdapat pada pengalaman dalam dan luar itu memberikan sebab yang harus berupa realitas (bukti kausal).

2. Pengalaman yang tidak kita kehendaki sendiri (jadi bukan fantasi) tak mungkin jika taj ada hal-hal di luar kita (bukti substrat).

3. Adanya hal-hal sebelum adanya pengalaman itu mengharuskan adanya hal-hal itu tidak tergantung dari pengalaman (bukti kontiunitas).

Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat dengan pandangan john locke bahwa akal-pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabularasa, ruang kosong tak ubahnya kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan dipandang dibutuhkan karena untuk membentuk setiap individu agar mereka menjadi sesuai dengan apa yang dipandang baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap diidentikkan sebagai sebagi upaya pelaksanaan psikologi behaviorisme ke dalam ruang pengajaran.

(35)

masyarakat untuk memastikan bahwa semua anak-anak dilahirkan dengan pendidikan yang baik.

FILSAFAT PENDIDIKAN PRAGMATISME

A. Sejarah Latar Belakang Kemunculan Filsafat Pragmatis

Pragmatisme berasal dari dua kata yaitu pragma dan isme. Pragma berasal dari bahasa Yunani yang berarti tindakan atau action. Sedangkan pengertian isme sama dengan pengertian isme-isme yang lainnya yang merujuk pada cara berpikir atau suatu aliran berpikir. Dengan demikian filsafat pragmatisme beranggapan bahwa fikiran itu mengikuti tindakan. Kendarti pragmatisme merupakan filsafat Amerika, metodenya bukanlah sesuatu yang sama sekali baru, socrates sebenarnya ahli dalam hal ini, dan Aristoteles telah menggunakannya, secara metodis John Locke (1632-1704), George Berkeley (1685-1753), dan Dayid Hume (1711-1776) mempunyai sumbangan yang sangat berarti dalam pemikitan pragmatis ini.

(36)

Pada saat yang sama, suatu kelompok pemikir dari Harvard menemukan suatu jalan untuk menghadapi krisis teologi ini tanpa mengorbankan agama yang essensial. Kelompok ini melihat bahwa suatu interpretasi yang mekanistis tentang teori Darwin dapat menghancurkan agama dan dapat mengarah ke aliran ateisme yang fatalistis. Mereka khawatir bahwa inpretasi ini dapat berakhir dengan sikap yang pasif, apatis, bunuh diri dan semacamnya. Karena itu mereka menganjurkan agar teori evolusi Darwin dipahami secara lain. Dan karena filsafat Unitarian sendiri hampir mati, kelompok ini yang dikenal dengan “Perkumpulan Metafisika”, menyusun prinsip-prinsip pragmatisme baik secara bersama maupun secara individual dalam menghadapi evolusi Darwin.

(37)

logika tradisional hanya mengajukan teori-teori yang tertutup dan murni tentang arti, kebenaran, dan alam semesta. Pendeknya, filsafat tradisional tidak menambah sesuatu yang baru. Dengan sistemnya yang tertutup tentang kebenaran yang absolut, filsafat tradisional lebih menutup jalan untuk diadakannya penyelidikan dan bukan membawa kemajuan bagi filsafat dan ilmu pengetahuan.

Dalam rangka itulah Peirce mencoba merintis suatu pemikiran filosofis yang baru yang agak lain dari pemikiran filosofis tradisional. Pemikiran baru inilah yang diberi nama Pragmatisme. Pragmatis lalu dikenal pada permulaannya sebagai usaha Piece untuk merintis suatu metode bagi pemikiran filosofis sebagaimana yang dikehendaki diatas.

Pragmatisme merupakan bagian sentral dari usaha filsafat tradisional menjadi ilmiah. Tetapi untuk merevisi seluruh pemikiran filosofis tradisional bukan suatu hal yang mudah. Untuk merubahnya diperluukan revisi logika dan metafisika yang merupakan dasar filsafat. Dengan demikian, pragmatism muncul sebagai usaha refleksi analitis dan filosofis mengenai kehidupan Amerika sendiri yang dibuat oleh orang Amerika di amerika sebagai suatu bentuk pengalaman mendasar, dan meninggalkan jejaknya pada setiap kehidupan Amerika. Oleh karena itu, ada satu alasan yang kuat untuk meyakini bahwa pragmatisme mewakili suatu pandangan asli Amerika tentang hidup dan dunia. Atau barangkali lebih tepat kalu dikatakan bahwa pragmatism mengkristalisasikan keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap yang telah menentukan perkembangan Amerika sebagaimana menggejala dalam berbagai asfek kehidupannya, misalnya dalam penerapan tekhnologi, kebijakan-kebijakanpolitim pemerintah dan sebagainya.

(38)

memakai istilah pragmatisme sebagai ajaran yang mengatakan bahwa suatu teori itu benar sejauh sesuatu mampu dihasilkan oleh teori tersebut. Misalnya sesuatu itu dikatakan berarti atau benar bila berguna bagi masyarakat. Sutrisno lebih lanjut menyatakan bahwa pragmatisme lebih merupakan suatu teori mengenai arti daripada teori tentang kebenaran.

Menurut Peirce kebenaran itu ada bermacam-macam. Ia sendiri membedakan kenajemukan kebenaran itu sebagai berikut :

Pertama, trancendental truth yang diartikan sebagai letak kebenaran suatu hal itu bermukim pada kedudukan benda itu sebagai benda itu sendiri. Singkatnya letak kebenaran suatu hal adalah pada “things as things”.

Kedua, complex truth yang berarti kebanaran dari pernyataan-pernyataan. Kebenaran kompleks ini dibagi dalam dua hal, yaitu kebenaran etis disatu pihak dan kebanaran logis dipihak lain.

Kebenaran etis adalah seluruh pernaytaan dengan siapa yang diimami oleh si pembicara, sedangkan kebenaran logis adalah selarasnya suatu pernyataan dengan realitas yang didefinisikan.

Patokan kebenaran proporsi atau pernyataan itu dilandaskan pada pengalaman. Artinya : suatu proporsi itu benar apabila pengalaman ,e,buktikan kebenarannya. Begitu pula sebaliknya. Menurut Peirc, ada beberapa proporsi yang tidak dapat dikatakan salah, yaitu proporsi dari matematika murni.

(39)

Karena itu, teori pragmatisme Peirce lebih menekankan teori tetntang arti daripada teori tentang kebenara. Pandangan Peirce tentang kebenaran dalam uraian diatas, lebih merupakan pandangan seorang idealis daripada pandangan seorang pragmatis

Menurut Peirce, pragmatis adalah suatu metode untuk membuat sesuatu ide manjadi jelas atau terang menjadi berarti. Kelihatan sekali teori arti Peirce pada pragmatisismennya, baginya pragmatisme adalah metode untuk menditerminasimakna dari ide-ide. Ide itulah yan hendak diditerminasikan atau artinya melalui pragmatime.

Ketiga, yaitu ide tentang kaitan salah satu bentuk pasti dari obyek yang diamati oleh penilik, ciri khas pragmatisme merupakan metode untuk memastikam arti ide-ide di atas.

C. Metafisika Pragmatisme

Filsafat pragmatisme secara umum dipandang berupaya menengahi pertikaian idealisme dan empirisme serta berupaya melakukan sintesis antara keduanya. Pragmatisme mendasarkan dirinya pada metode filsafat yang memakai sebab-sebab praktis dari pikiran serta kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai dan kebenaran. Di sini pandangan William James tentang pragmatism agaknya mewakili pertanyaan kita tentang pragmatism tersebut. pragmatisme adalah sikap memandang jauh terhadap benda-benda pertama, prinsip-prinsip, serta kategori-kategori yang dianggap sangat penting untuk melihat ke depan pada benda-benda terakhir berdasarkan akibat dan fakta-fakta.

(40)

Pemikiran ini menunjukkan bahwa epistemology pragmatisme sepenuhnya berbasis pendekatan empiris : apa yang bisa dirasakan itulah yang benar. Artinya, akal, jiwa, dan materi adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebab hanya dengan mengalamilah pengetahuan itu dapat diserap. Pengalaman menjadi parameter ketika sesuatu dapat diterima kebenarannya. Oleh karena itu, para pragmatis tidak nyaris pernah mendasarkan satu hal kebenaran. Menurut mereka, pengalaman yang pernah mereka alami akan berubah jika realitas yang mereka alami pun berubah.

Corak paling kuat dari pragmatism adalah kuatnya pemikiran tentang konsep kegunaan. Makna kegunaan dalam pragmatisme lebih ditetapkan pada kebenaran sains, bukan pada hal-hal bersifat metafisik. Maka, dalam pragmatisme pengetahuan tidak selalu mesti diidentikkan dengan kepercayaan, tetapi kerap menjadi dua hal yang sama sekali terpisah. Kebenaran yang dan fungsi pragmatis. Oleh karena itu, para pragmatis kerap mengungkapkan betapa apa yang kita mesti ketahui keraplah bukan sesuatu yang mesti kita percayai. Dalam sisi yang lain, sebab konsep kegunaan, apa yang ita percayai tidak selalu menjadi sesuatu hal yang pragmatisme selalu hadir menjadi relative dan kasuistik. Sebuah kebenaran yang dipandang benar-benar valid dan berguna, di waktu yang lain bisa menjadi sesuatu hal yang sama sekali mesti dilupakan.

D. Filsafat Pragmatisme Dalam Pendidikan

Sejak dahulu hingga dewasa ini, dunia pendidikan selalu membuka diri terhadap kemungkinan diterapkannya suatu format pendidikan yang ideal untuk menjawab permasalahan global. Banyak teori telah diadopsi untuk mencapai tujuan tersebut. Termasuk teori pragmatis dari aliran Filsafat pragmatisme mencoba mengisi ruang dan waktu untuk turut mencari solusi terbaik terhadap model pendidikan yang dianggap selangkah ketinggalan dengan perkembangan pola pikir manusia itu sendiri.

(41)

serta memiliki insiatif dalam mengatasi problem-problem hidup yang mereka miliki.

Dalam pelaksanaannya, pendidikan pragmatisme mengarahkan agar subjek didik saat belajar di sekolah tak berbeda ketika ia berada di luar sekolah. Oleh karenanya, kehidupan di sekolah selalu disadari sebagai bagian dari pengalaman hidup, bukan bagian dari persiapan untuk menjalani hidup. Di sini pengalaman belajar di sekolah tidak berbeda dengan pengalaman saat ia belajar di luar sekolah. Pelajar menghadapi problem yang menyebabkan lahirnya tindakan penuh dari pemikiran yang relative. Di sini kecerdasan disadari akan melahirkan pertumbuhan dan pertumbuhan akan membawa mereka di dalam beradaptasi dengan dunia yang berubah. Ide gagasan yang berkembang menjadi sarana keberhasila.

Model pembelajaran pragmatisme adalah anak belajar di dalam kelas dengan cara berkelompok. Dengan berkelompok anak akan merasa bersama-sama terlibat dalam masalah dan pemecahanya. Anak akan terlatih bertanggung jawab terhadap beban dan kewajiban masing-masing. Sementara, guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Model pembelajaran ini berupaya membangkitkan hasrat anak untuk terus belajar, serta anak dilatih berpikir secara logis.

E. Implikasi Terhadap Pendidikan

1. Tujuan Pendidikan

Filsuf paragmatisme berpendapat bahwa pendidikan harus mengajarkan seseorang tentang bagaimana berfikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Sekolah harus bertujuan untuk mengembangkan pengalaman-pengalaman yang akan memungkinkan seseorang terarah kepada kehidupan yang baik.

Tujuan-tujuan pendidikan tersebut meliputi: - Kesehatan yang baik

- Keterampilan-keterampilan dan kejujuran dalam bekerja - Minat dan hobi untuk kehidupan yag menyenangkan - Persiapan untuk menjadi orang tua

- Kemampuan untuk bertransaksi secara efektif dengan masalah-masalah Sosial.

(42)

2. Kurikulum

Menurut para filsuf paragmatisme, tradisi demokrasi adalah tradisi memperbaiki diri sendiri (a self-correcting trdition). Pendidikan berfokus pada kehidupan yang aik pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Kurikilum pendidikan pragmatisme “berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Adapun kurikulum tersebut akan berubah.

3. Metode Pendidikan

Ajaran pragmatisme lebih mengutamakan penggunaan metode pemecahan masalah (problem solving method) serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and discovery method). Dalam praktiknya (mengajar), metode ini membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi kesempatan, bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan terbuka, antusias, kreatif, sadar bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama, dan bersungguh-sungguh agar belajar berdasarkan pengalaman dapat diaplikasikan oleh siswa dan apa yang dicita-citakan dapat tercapai.

4. Peranan Guru dan Siswa

Dalam pembelajaran, peranan guru bukan “menuangkan” pengetahuanya kepada siswa. Setiap apa yang dipelajari oleh siswa haruslah sesuai dengan kebutuhan, minat dan masalah pribadinya. Pragmatisme menghendaki agar siswa dalam menghadapi suatu pemasalahan, hendaknya dapat merekonstruksi lingkungan untuk memecahkan kebutuhan yang dirasakannya.

Untuk membantu siswa guru harus berperan:

a. Menyediakan berbagai pengalaman yang akan memuculkan motivasi. Film-film, catatan-catatan, dan tamu ahli merupakan contoh-contoh aktivitas yang dirancang untuk memunculkan minat siswa.

b. Membimbing siswa untuk merumuskan batasan masalah secara spesifik.

c. Membimbing merencanakan tujuan-tujuan individual dan kelompok dalam kelas guna memecahkan suatu masalah.

d. Membantu para siswa dalam mengumpulkan informasi berkenaan dengan masalah.

Referensi

Dokumen terkait

sistem. Fungsi ini digunakan untuk melakukan update terhadap lokasi aset disimpan. Terdapat dua pilihan yang disajikan yaitu “Gudang” dan “Other”. Apabila aset tersebut

Tulisan ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi tercandunya kepada LGBT.Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku dan sebaliknya perilaku dapat dipengaruhi oleh

Tanggungjawab merupakan hal yang harus dijaga oleh pihak pengelola bandara terutama hal yang berkaitan dengan informasi yang diberikan kepada masayarakat

Pengaruh UV memberikan persentase penurunan Cr(VI) sebesar 18,41% ,nilai ini cukup besar bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa sinar UV, yaitu 5,07% .Hasil pengamatan pada pH

Seda.ngkan yang dimaksud dengan kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam adalah tingkat baik buruknya suatu upaya belajar siswa tentang ajaran Islam sebagaimana yang

Setelah dilakukan matching umur dan jenis kelamin antara kasus dan kontrol, maka hasil perhitungan statistik dengan uji chi square memperoleh nilai OR = 2,72. Hal ini

Algoritma prim adalah sebuah algoritma dalam teori graph untuk membuat sebuah lintasan dalam bentuk spanning tree untuk sebuah graf berbobot yang saling terhubung [3],

Metode istinbāṭ fikih perempuan kontemporer, meskipun berbeda dengan usul fikih jumhur ulama, namun bukan sesuatu yang baru dalam usul fikih. Metode tersebut