• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERMASALAHAN

Dapat diselesaikan oleh OJK

Diselesaikan Melalui Satgas Waspada Investasi

SANKSI Sanksi yang diberikan

OJK terhadap

penyelenggara Fintech terdaftar/berizin yang melakukan pelanggaran, mengikuti ketentuan dalam pasal 47 Peraturan OJK No.77/2016, sanksi tersebut antara lain : a. peringatan tertulis; b. denda, yaitu kewajiban

Sanksi yang diberikan oleh Satgas Waspada Investasi kepada Fintech Iilegal adalah melakukan blokir terhadap website atau aplikasi Fintech ilegal tersebut.

Sanksi pidana belum bisa diterapkan terhadap Penyelenggaraan Fintech

untuk membayar sejumlah uang tertentu; c. pembatasan kegiatan usaha; dan d. pencabutan izin. Ilegal,dikarenakan belum adanya Undang-Undang yang mengatur tentang Fintech.

Sumber : Dibuat oleh penulis.

Selanjutnya dalam mengurangi atau menutup layanan Fintech Peer to Peer Lending ilegal bukan perkara mudah, karena jika sudah diblokir muncul kemungkinan aplikasi tersebut bisa aktif kembali hanya dengan mengganti nama aplikasi, hambatan untuk melakukan penindakan terhadap Fintech Lending ilegal ini cukup banyak, antara lain :

a. Belum adanya Undang-Undang Mengenai Financial Technology.

Undang – Undang Fintech penting untuk memberikan tindak tegas terhadap Fintech illegal, karena pada peraturan Otoritas Jasa Keuangan tidak dapat memberikan sanksi Pidana, Sanksi dari POJK bersifat administratif dengan maksimal hukuman yang dapat diberikan hanya pencabutan izin usaha, dan yang harus diperhatikan sanksi POJK hanya dapat dijatuhkan kepada penyelenggara Fintech Lending yang telah terdaftar/berizin, maka dari itu diperlukan Undang-Undang Fintech guna memberikan efek jera kepada penyelenggara Peer to Peer Lending Ilegal dengan memberikan sanksi pidana, mengingat jumlah peminjam dan pemberi pinjaman dari tahun ke tahun semakin meningkat membuat

industri keuangan baru ini berkembang pesat, sehingga dirasa memang perlu segera dibentuk Undang-Undang Financial Technology, melalui Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) dapat mengajukan usulan untuk melakukan pembahasan pembentukan Undang-Undang Fintech jika industri baru keuangan tersebut semakin besar dan semakin banyak digunakan masyarakat.94

Kemudian, jika konsumen yang menginginkan tuntutan lebih untuk Fintech illegal yang melakukan penyalahgunaan data dan informasi konsumen agar dikenai dengan sanksi pidana dapat melalui Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2016 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada pasal 27 ayat (4) yang berbunyi :

(4) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Ancaman hukuman yang dapat dikenakan terhadap pelaku penyalahgunaan data dan informasi yang digunakannya untuk mengancam konsumen agara segera melunasi hutangnya diatur dalam pasal 45 ayat (4) Undang – undang Nomor 19 Tahun 2016 Perubahan

94 Wawancara dengan Staff Pengawas Industri keuangan Non Bank Kantor Otoritas Jasa Keuangan Surabaya, pada 09 Januari 2020.

Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang berbunyi:

(4) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan pemerasan dan/atau pengancaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

b. Lokasi yang dicantumkan oleh Penyelenggara Fintech Ilegal pada Google Maps tidak sesuai.

Dalam profil perusahaan Fintech salah satunya harus mencantumkan lokasi kantor hal ini bertujuan jika terjadi suatu permasalahan, konsumen akan mudah mengunjungi kantor perusahaan Fintech untuk meminta pertanggung jawaban atas kerugian yang dialaminya, namun ternyata kebanyakan Fintech Ilegal mencantumkan lokasi di google maps tidak sesuai dengan keadaan lapangan bahkan lokasi dari Fintech Ilegal ini dimungkinkan keberadaanya di luar negeri, Hal ini bertujuan untuk menghindari penindakan langsung dari OJK maupun aparat penegak hukum95.

Lain halnya dengan domisili kantor Fintech yang terdaftar/berizin di OJK, karena pada saat proses pendaftaran atau perizinan, harus dilakukan survey lokasi perusahaan terlebih dahulu, kantor diperbolehkan untuk

95

Wawancara dengan konsultan peneliti Direktorat Pengaturan, Perizinan dan Pengawasan Fintech Otoritas Jasa Keuangan Jakarta pada 9 Desember 2019.

sewa namun jangka waktu minimal 2 tahun, dan lokasi tersebut dapat mudah ditemui di Google Maps, sehingga hal ini memudahkan konsumen jika akan melakukan penyelesaian jika terjadi sengketa dengan Pelaku Usaha Jasa Keuangan.

c. Masyarakat tidak mau melapor.

Dalam hal ini peran masyarakat dalam melakukan laporan jika menggunakan atau menemukan Fintech Ilegal kepada OJK maupun AFPI sangat membantu proses penutupan terhadap penyelenggara Fintech Ilegal, msekipun dalam hal ini penerima telah melunasi pinjamannya pada Fintech Ilegal, alangkah baiknya mereka melaporkan bahwa ada Fintech ilegal yang melakukan kegiatan usaha, cara melaporkan kepada OJK ada beberapa cara, yang pertama dengan melalui layanan Konsumen OJK pada nomor 157.

Selain melalui OJK, masyarakat juga dapat melakukan laporan terhadap AFPI yang merupakan wadah bagi penyelenggara Fintech di Indonesia, cara membuat laporan ke AFPI dapat menghubungi nomor telepon 150 505 dengan layanan bebas pulsa, maka tidak memberatkan konsumen96.

Dengan adanya peran aktif dari masyarakat terkait dengan keberadaan Fintech Ilegal sangat membantu Satgas Waspada Investasi untuk

96

Sikapi Uangmu, Cara melaporkan pinjaman online ke OJK, https://www.simulasikredit.com/cara-melaporkan-pinjaman-online-ilegal-ke-ojk/ diakses pada 09 Februari 2020.

melakukan pemblokiran terhadap aplikasi Fintech Lending Ilegal, namun masyarakat jika sudah terlanjur menggunakan layanan Fintech Ilegal juga diwajibkan untuk membayar pinjaman sampai lunas, dengan melaporkan adanya Fintech illegal bukan berarti penerima pinjaman bebas dari hutang yang dimilikinya, karena bagaimanapun hutang tersebut merupakan kewajiban yang harus diselesaikan oleh penerima pinjaman.