• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum dari OJK terhadap kerahasiaan data dan informasi konsumen

C. Penyelesaian yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan Jakarta ketika pihak konsumen mengalami penyalahgunaan data oleh layanan Fintech, sehingga

1. Perlindungan Hukum dari OJK terhadap kerahasiaan data dan informasi konsumen

Otoritas Jasa keuangan selaku lembaga independen yang mempunyai wewenang untuk mengawasi seluruh sektor jasa keuangan, dalam industri

Fintech OJK memberikan perlindungan hukum terhadap kerahasiaan data dan informasi konsumen melalui 2 bentuk, yaitu :

a. Perlindungan hukum Preventif.

OJK memberikan perlindungan hukum preventif atau upaya pencegahan, kepada masyarakat agar terhindar dari penyalahgunaan data dan informasi yang dilakukan oleh perusahaan Fintech, yaitu dengan memberikan edukasi kepada masyarakat dan pengenalan industri keuangan peer to peer lending ini melalui sosialisasi, mengenai pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu yang pertama memenuhi undangan instansi tertentu atau kampus, serta pelaksanaan Fintech days yang sudah dilaksanakan pada tujuh kota hingga bulan September 2019, kota- kota yang pernah diadakan kegiatan Fintech days antara lain : Makassar, Medan, Manado, Batam, Bali, Palembang, dan Samarinda88. Dalam kegiatan Fintech days tersebut terdiri dari beberapa susunan acara seperti seminar, talkshow, dan pameran dari perusahaan-perusahaan Fintech yang terdaftar di Indonesia. Acara tersebut diadakan oleh OJK sebagai salah satu upaya untuk mendukung keberadaan industri Fintech agar semakin melesat kedepannya, kegiatan ini terbuka untuk masyarakat umum sehingga dapat menambah wawasan tentang Fintech secara gratis.89

88 Direktorat Pengaturan, Perizinan dan Pengawasan Fintech, Op.Cit. hal 40.

89 Kompasiana, OJK Kembali Gelar "Fintech Days" agar Industri Fintech Semakin Melesat, https://www.kompasiana.com/nontunai/5ab0f6fe16835f658319abd2/ojk-kembali-gelar-fintech-days-agar-industri-fintech-semakin-melesat, diakses pada 05-02-2020

Selanjutnya upaya preventif yang dilakukan OJK selain sosialisasi, yaitu dengan menyediakan informasi pada website resmi OJK yaitu www.ojk.go.id mengenai daftar-daftar perusahaan Fintech peer to peer lending yang terdaftar/berizin, hal ini berkaitan dengan info yang diberikan oleh OJK terkait sikap bijak untuk menggunakan layanan Peer to peer lending, info ini berguna untuk menghindari kerugian konsumen dari perbuatan penyalahgunaan data dan informasi oleh pihak Fintech, info tersebut antara lain90 :

1. Pastikan Meminjam di perusahaan yang terdaftar dan berizin di OJK, cara untuk memastikan perusahaan tersebut telah berdaftar di OJK dengan mengecek pada info di website resmo OJK, dan bisa menghubungi langsung layanan konsumen OJK pada nomor 157.

2. Pinjam sesuai kebutuhan produktif dan maksimal 30% dari penghasilan, tips ini berguna agar konsumen tidak terjebak dalam hutang yang disebabkan oleh gaya hidup/konsumtif, akan tetapi adanya pinjaman online ini ditujukan untuk membantu pendanaan kepada UMKM atau seseorang yang membutuhkan dana alternative untuk mengembangkan usaha. himbauan untuk meminjam tidak lebih dari 30% penghasilan ini bertunjuan untuk tidak memberatkan penerima pinjaman.

90 Wawancara dengan konsultan peneliti Direktorat Pengaturan, Perizinan dan Pengawasan Fintech Otoritas Jasa Keuangan Jakarta pada 9 Desember 2019.

3. Lunasi cicilan tepat waktu, tips ini berkaitan dengan adanya denda yang berlaku ketika pembayaran angsuran dari sebuah pinjaman tidak berjalan lancar, tujuan dari tips ini untuk menghindari denda yang semakin membengkak dan memberatkan konsumen.

4. Jangan lakukan gali lubang tutup lubang. Artinya jangan pernah membayar hutang dengan pinjaman lain, hal ini ssemakin membuat hutang menumpuk dimana-mana, maka dari itu jadikan hutang sebagai prioritas yang harus segera dibayar ketika menerima penghasilan.

5. Ketahui Bunga dan Denda Pinjaman sebelum melakukan transaksi. Jangan tergiur degan proses pencairan yang ceoat, tetapi konsumen harus cermat memilih pinjaman online yang menawarkan bunga dan denda yang rendah. 6. Pahami Kontrak Perjanjian. Baca dengan teliti mengenai kontrak perjanjian,

jika ada yang belum jelas atau dirasa kurang tepat lakukan komunikasi langsung dengan penyedia layanan Fintech, jangan sampai isi kontrak memberatkan salah satu pihak.

Selain dengan memperhatikan himbauan dari OJK diatas mengenai tip-tips dalam memanfaatkan layanan Peer To Peer Lending agar tidak mengalami permasalahan dikemudian hari, Otoritas Jasa Keuangan juga meminta dukungan dari masyarakat luas dengan cara apabila menemukan atau menggunakan Fintech illegal diminta untuk segera melakukan pemberitahuan kepada OJK dengan melalui call center di nomor telepon 157, sehingga pertumbuhan Fintech Ilegal juga dapat semakin ditekan.

Langkah yang dilakukan OJK dalam mengadakan edukasi dengan pemberian informasi seputar Financial Tehnology pada website resmi maupun social media OJK dan sosialisasi kepada masyarakat, menurut penulis sudah sesuai dengan kewenangan OJK dalam melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat, diatur dalam pasal 28 huruf (a) Undang-Undang No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, yang berbunyi :

a. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan dan produknya. Hasil dari upaya preventif yang dilakukan OJK dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai industri Fintech peer to peer lending dengan cara sosialisasi maupun memberikan informasi melalui website resmi OJK, diharapkan mampu memberikan pengaruh kepada konsumen untuk lebih cerdas dan cermat dalam pemanfaatan layanan Fintech Peer to Peer Lending, sehingga mampu mencegah konsumen untuk dirugikan oleh penyelenggara Fintech terdaftar/berizin maupun Ilegal.

b. Perlindungan Hukum Represif

Bentuk Perlindungan hukum represif yaitu memberikan perlindungan melalui penyelesaian sengketa, dari pengertian tersebut bila dikaitkan dengan pasal 29 huruf (c) Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, OJK dapat melakukan pelayanan pengaduan konsumen yaitu :

(c) memfasilitasi penyelesaian pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Timbulnya sengketa, tentunya dimulai dari adanya aduan oleh konsumen terlebih dahulu mengenai permasalahan yang terjadi, untuk menerima pengaduan dari masyarakat terkait dengan penyalahgunaan data dan informasi konsumen, OJK dapat dihubungi melalui nomor telepon 157 atau dapat meyampaikan aduan melalui website layanan konsumen OJK yaitu https://konsumen.ojk.go.id/ dalam website tersebut sudah disediakan Form Pengaduan sehingga memudahkan konsumen untuk menyampaikan aduan ketidakpuasan atas pelayanan yang dilakukan Layanan Jasa Keungan. Namun untuk selanjutnya OJK hanya dapat memberikan tindakan kepada Fintech yang telah terdaftar/berizin.

Hal ini sesuai dengan pasal 40 ayat (1) Peraturan OJK Nomor 01/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan dalam pasal tersebut berbunyi :

“Konsumen dapat menyampaikan pengaduan yang berindikasi sengketa antara Pelaku Usaha Jasa Keuangan dengan Konsumen kepada Otoritas Jasa Keuangan.”

OJK dapat menerima pengaduan dari masyarakat jika mengalami sengketa yang menimbulkan kerugian materil maupun non materiil, mengingat tujuan dibentuknya Otoritas Jasa Keuangan untuk mewujudkan

seluruh kegiatan di sektor jasa keuangan yang mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

OJK memberikan perlindungan hukum represif dengan mengeluarkan regulasi mengenai Fintech yaitu Peraturan POJK Nomor 77/POJK.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis tekhnologi Informasi sehingga mampu menjamin kepastian hukum bagi konsumen atau Penyelenggara apabila terjadi suatu permasalahan. Mengenai perlindungan kerahasiaan data dan informasi konsumen diatur dalam beberapa pasal POJK ini antara lain :

1. Pasal 26 POJK.77/2016 Penyelenggara wajib:

a. menjaga kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan data pribadi, data transaksi, dan data keuangan yang dikelolanya sejak data diperoleh hingga data tersebut dimusnahkan;

b. memastikan tersedianya proses autentikasi, verifikasi, dan validasi yang mendukung kenirsangkalan dalam mengakses, memproses, dan mengeksekusi data pribadi, data transaksi, dan data keuangan yang dikelolanya;

c. menjamin bahwa perolehan, penggunaan, pemanfaatan, dan pengungkapan data pribadi, data transaksi, dan data keuangan yang diperoleh oleh Penyelenggara berdasarkan persetujuan pemilik data pribadi, data transaksi, dan data keuangan, kecuali ditentukan lain oleh ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. menyediakan media komunikasi lain selain Sistem Elektronik Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi untuk memastikan kelangsungan layanan nasabah yang dapat berupa surat elektronik, call center, atau media komunikasi lainnya; dan

e. memberitahukan secara tertulis kepada pemilik data pribadi, data transaksi, dan data keuangan tersebut jika terjadi kegagalan dalam perlindungan kerahasiaan data pribadi, data transaksi, dan data keuangan yang dikelolanya.

(1) Penyelenggara dilarang dengan cara apapun, memberikan data dan/atau informasi mengenai Pengguna kepada pihak ketiga.

Implementasi dari pasal tersebut terhadap penyelenggaraan Fintech Peer to Peer Lending, Bagi pihak penyelenggara Fintech yang terdaftar/ berizin dilarang keras untuk mengakses daftar kontak, berkas gambar dan informasi pribadi dari ponsel penerima pinjaman. penyeleggara hanya diperbolehkan untuk mengakses Camera, Microphone dan location, data tersebut juga tidak boleh digunakan untuk penagihan ataupun diberitahukan kepada pihak ketiga atau pihak yang tidak terlibat dalam hutang piutang, karena tujuan diperbolehkan akses Camera, Microphone dan location hanya untuk kepentingan transaksi sebagai bukti diri konsumen, dan bagi pihak penyelenggara wajib mematuhi peraturan OJK nomor 77/POJK.01/2016.

Apabila terdapat Fintech terdaftar yang melanggar kewajiban yang sudah ditentukan dalam Peraturan OJK Nomor 77/POJK.01/2016 ataupun melanggar larangan yang telah diberikan oleh OJK dalam penyelenggaraan, dapat dikenai sanksi administratif yang telah diatur dalam pasal 47, sanksi tersebut antara lain :

a. peringatan tertulis;

b. denda, yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu;

c. pembatasan kegiatan usaha; dan d. pencabutan izin.

Menurut penulis, pemberian sanksi oleh OJK kepada Penyelenggara Fintech yang terdaftar ketika melakukan pelanggaran sudah sesuai dengan

wewenang OJK yang diatur dalam pasal 9 huruf (g) Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 yaitu OJK mempunyai wewenang untuk menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

2.

Upaya Penyelesaian yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan Jakarta