• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

7. Fisika Kimia Air

Data hasil pengukuran parameter fisika kimia media pemeliharaan untuk setiap perlakuan selama penelitian disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Kisaran nilai fisika kimia media selama penelitian tahap ke-2

Parameter Perlakuan A B C D E Suhu (0C) 28,0-29,0 27,5-29,0 28,0-29,0 28,0-29,5 27,5-29,0 Salinitas (ppt) 2 2 2 2 2 pH (unit) 7,2-9,3 7,2-9,1 7,2-8,8 7,2-8,8 7,2-8,5 DO (mg/l) 5,76-6,90 5,76-6,70 5,76-6,70 5,76-6,60 5,76-6,70 Kesadahan (mg/l) 132,1-234,2 136,6-294,3 135,1-300,3 138,1-312,3 141,1-297,3 Alkalinitas (mg/l) 67,7-107,7 91,5-167,2 79,6-318,4 79,6-318,4 75,6-394,0 Amoniak (mg/l) 0,36-1,64 0,10-0,22 0,10-2,16 0,10-1,86 0,10-1,22 Nitrit (mg/l) 0,12-2,28 0,12-1,33 0,12-1,26 0,12-1,25 0,12-0,48

47

Pembahasan

Konsumsi pakan yang rendah akan menyebabkan rendahnya nutrien-nutrien pakan seperti protein yang terserap oleh pascalarva udang vaname, sehingga protein yang disimpan dalam tubuh juga rendah yang pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan pascalarva semakin rendah. Kandungan protein di dalam pakan sangat berperan dalam menunjang pertumbuhan pascalarva udang vaname. Retensi protein terendah yang terdapat pada perlakuan E diduga kandungan protein dan non-protein yang terdapat pada pakan alami Chironomus sp sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan protein tubuh pascalarva udang vaname untuk meningkatkan pertumbuhannya saat stadia PL25 atau lebih.

Indikasi rendahnya penggunaan protein sebagai sumber energi ditunjukkan oleh nilai ekskresi amoniak yang rendah. Nilai eksresi amoniak menandakan adanya katabolisme protein menjadi energi baik yang berasal dari protein pakan maupun protein tubuh. Pemberian pakan buatan yang tepat baik dari kandungan protein maupun imbangan energinya mampu menekan penggunaan protein sebagai sumber energi dan meningkatkan protein sparing effect dari karbohidrat dan atau lemak (Arena, 2001 dalam Cuzon et al., 2004).

Retensi energi tertinggi dicapai oleh perlakuan A sebesar 13,97%, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan E yaitu 4,67%. Retensi energi menurun sejalan dengan semakin rendahnya retensi protein tubuh pascalarva uji pada setiap perlakuan. Retensi energi perlakuan A yang tinggi menunjukkan bahwa pemberian pakan buatan segera setelah masa aklimatisasi menyebabkan pascalarva udang vaname menerima sumber energi dari pakan yang relatif lebih tinggi sejak awal pemeliharaan dibandingkan yang hanya diberi pakan alami Chironomus sp selama masa pemeliharaan 28 hari. Dalam hubungannya dengan pertumbuhan, retensi energi yang tinggi menunjukkan jumlah energi yang tersedia untuk pertumbuhan makin besar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi retensi energi di akhir pemeliharaan maka laju pertumbuhan bobot rerata harian pascalarva udang vaname semakin meningkat.

Hasil analisis ragam data laju pertumbuhan bobot rerata harian menunjukkan bahwa perlakuan waktu penggantian pakan alami oleh pakan buatan memberikan

pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan bobot rerata harian pascalarva udang vaname di akhir penelitian. Hal ini berhubungan dengan tingkat konsumsi pakan, kandungan protein dan energi total pada pakan yang diberikan. Laju pertumbuhan bobot rerata harian semakin tinggi seiring dengan meningkatnya konsumsi pakan sehingga semakin banyak porsi energi yang tersedia untuk pertumbuhan. Pada penelitian ini konsumsi pakan yang berbeda untuk masing-masing perlakuan memberikan pengaruh berbeda terhadap pertumbuhan pascalarva udang vaname. Tingkat konsumsi pakan akan mempengaruhi pertumbuhan individu maupun biomassa pada akhir pemeliharaan, yang berkaitan dengan efisiensi pakan untuk pertumbuhan.

Cuzon et al., (2004) menyatakan bahwa pada salinitas rendah, udang akan memanfaatkan protein sebagai sumber asam amino untuk mempertahankan diri dari tekanan osmotik dan sebagian untuk pertumbuhan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa laju pertumbuhan udang vaname di salinitas rendah lebih tinggi bila diberi pakan buatan dengan kadar protein 50% bila dibandingkan pakan buatan kadar protein 30%. Laju pertumbuhan udang yang lebih tinggi akan diiringi dengan semakin meningkatnya konsentrasi protein di hemolim yang menandakan bahwa metabolisme protein meningkat ketika udang diberi pakan dengan kadar protein tinggi. Konsentrasi protein hemolim yang tinggi menandakan bahwa pada hemolim udang dapat menyimpan protein setelah melalui aklimasi salinitas (Marangos et al., 1989 dalam Cuzon et al., 2004).

Tantulo dan Fotedar (2006) menyatakan bahwa stres yang terjadi pada juvenil udang windu pada saat mengatur osmolaritas serum pada salinitas yang ekstrim (5 dan 45 ppt) dapat menyebabkan pencernaan dan laju pertumbuhan yang rendah, dan pada akhirnya didapatkan hasil yang serupa pada efisiensi pakan. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka upaya untuk mengurangi stres pascalarva udang vaname selain faktor lingkungan ternyata faktor pakan yang sesuai juga merupakan salah satu langkah yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan vitalitas pascalarva, terutama untuk meningkatkan konsumsi pakan dan pertumbuhan.

49

Salah satu keuntungan dari pemberian pakan dengan kandungan nutrisi tinggi adalah dapat meningkatkan efisiensi pakan sehingga pakan yang dikonsumsi secara maksimal akan digunakan untuk pertumbuhan. Aplikasi dalam budidaya udang berkenaan dengan manajemen pakan adalah pakan dengan konsentrasi nutrien yang lebih tinggi dapat menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik tetapi dengan jumlah pakan yang lebih sedikit (Venero et al., 2007).

Nilai efisiensi pakan adalah perbandingan antara pertambahan bobot tubuh dengan jumlah pakan yang dikonsumsi. Pascalarva udang vaname yang mengkonsumsi pakan buatan pada hari ke-1 mempunyai nilai efisiensi pakan tertinggi yaitu 13,77%, sedangkan pascalarva uji yang tidak mengkonsumsi pakan buatan (hanya pakan alami Chironomus sp) mempunyai nilai efisiensi pakan terendah (5,86%) dengan pertambahan bobot paling rendah dan pakan yang dikonsumsi lebih sedikit (Lampiran 13). Nilai efisiensi pakan tertinggi pada perlakuan dengan pemberian pakan buatan di hari ke-1 menunjukkan bahwa saat stadia PL25 telah membutuhkan pasokan nutrien yang lebih tinggi sehingga tingkat

konsumsi pakan pascalarva udang vaname juga akan meningkat. Akibatnya pascalarva mampu memanfaatkan energi yang terdapat dalam pakan terutama karbohidrat dan lemak pakan secara efisien untuk berbagai aktifitas hidup tanpa mengganggu porsi protein pakan yang digunakan untuk tumbuh. Hal ini membuktikan bahwa adanya perbedaan waktu penggantian pakan alami oleh pakan buatan menyebabkan pemanfaatan jumlah protein oleh pascalarva udang vaname juga berbeda. Lovell (1988) menyatakan bahwa kebutuhan energi untuk maintenance harus dipenuhi terlebih dahulu dan apabila berlebihan, maka kelebihannya akan digunakan untuk pertumbuhan.

Berdasarkan hasil analisis ragam data sintasan pascalarva udang vaname selama masa pemeliharaan dari PL25 hingga PL53 di media bersalinitas 2 ppt

dengan kadar kalsium media 37 ppm dan kalium media 51 ppm, ternyata adanya waktu penggantian pakan alami oleh pakan buatan yang berbeda tidak menyebabkan respon yang berbeda terhadap sintasan pascalarva udang vaname. Sintasan tertinggi terdapat pada perlakuan dengan waktu penggantian pakan alami oleh pakan buatan pada hari ke-1 dan terendah pada perlakuan dengan waktu

penggantian pakan buatan hari ke-21 selama masa pemeliharaan di media bersalinitas rendah.

Nilai sintasan yang cukup baik ini (81,67-90%) terutama disebabkan pascalarva udang vaname telah beradaptasi terhadap lingkungan salinitas 2 ppt dan juga menunjukkan bahwa pada stadia PL25 organ pencernaan telah mampu

memanfaatkan pakan yang diberikan. Bray et al., (1994) menyatakan bahwa pascalarva udang vaname termasuk golongan euryhaline yang dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada kisaran salinitas yang tinggi antara 1 hingga 40 ppt jika ditunjang oleh kesesuaian jenis pakan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan dengan waktu penggantian pakan alami oleh pakan buatan pada hari ke-1 selama masa pemeliharaan 28 hari terutama disebabkan oleh jenis dan jumlah pakan yang diberikan sudah sesuai dengan stadia pascalarva udang vaname dan juga cukup mendukung kebutuhan nutrisi pascalarva udang vaname untuk meningkatkan pertumbuhannya. Sintasan pascalarva udang vaname yang didapatkan pada penelitian ini lebih baik dari hasil penelitian Roy et al., (2007) dimana tingkat kelangsungan hidup pascalarva udang vaname selama 14 hari pemeliharaan di media bersalinitas 4 ppt dengan kadar kalium 10 hingga 40 ppm berkisar antara 46,3-55,0%.

Kisaran nilai fisika kimia media pemeliharaan selama penelitian untuk parameter suhu, pH, O2 terlarut, kesadahan total dan alkalinitas masih dalam

kisaran yang layak untuk pemeliharaan pascalarva udang vaname sehingga mampu mendukung sintasan dan pertumbuhan pascalarva udang vaname. Kandungan amoniak dan nitrit cenderung semakin tinggi seiring waktu pemeliharaan pascalarva udang vaname selama 28 hari. Nilai amoniak dan nitrit yang tinggi pada penelitian tahap ke-2 ini disebabkan karena proses dekomposisi sisa pakan dan sisa metabolisme pascalarva udang vaname. Kandungan amoniak yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada insang dan mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen, sedangkan kandungan nitrit yang tinggi dapat menyebabkan terhambatnya pengikatan oksigen oleh darah (Boyd, 1991). Nilai sintasan dan laju pertumbuhan yang cukup tinggi pada penelitian

51

tahap ke-2 ini menandakan bahwa pascalarva udang vaname masih mampu mentolerir nilai amoniak dan nitrit yang terkandung di media pemeliharaan selama penelitian dilaksanakan. Pengelolaan fisika kimia air pada media budidaya merupakan suatu langkah yang harus dilakukan secara tepat dan teratur agar fluktuasi sifat fisika dan kimia air selama pemeliharaan tidak terlalu tinggi sehingga masih dalam kisaran toleransi yang menunjang sintasan dan pertumbuhan organisme budidaya.

Seiring dengan perkembangan industri budidaya udang maka sistem yang dikembangkan semakin ke arah intensif dengan peningkatan input pakan. Pakan sendiri merupakan salah satu variabel biaya penting dalam produksi udang. Pada saat yang bersamaan input pakan menghasilkan limbah yang dapat menyebabkan pengaruh merugikan terhadap lingkungan perairan saat dibuang dari media budidaya. Produksi limbah ini meningkat ketika aplikasi manajemen pakan yang dilakukan tidak tepat dan melebihi dari kebutuhan input pakan. Kelebihan pakan akan menyebabkan penurunan kualitas air yang dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan kelangsungan hidup dan pada akhirnya mempengaruhi produksi budidaya (Wyban et al., 1989 dalam Venero et al., 2007).

Dokumen terkait