• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA

2.3 Fiskal

35

36

Belanja Pemerintah Pusat

Transfer Ke Daerah dan Dana Desa

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) juga mengalami pertumbuhan sebesar 6,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi positif lainnya juga terlihat pada kinerja penerimaan cukai pada akhir Maret 2020 yang mencapai Rp29,1 triliun. Sementara itu bea masuk dan bea keluar mengalami penurunan yang masing-masing turun 1,5 persen dan 32,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Tabel 16 Realisasi Komponen PNBP

Komponen PNBP

TA 2020

(triliun Rp) Growth y-oy

(%) APBN

Realisasi s.d. 31 Maret

PNBP 366,9 95,98 36,8

Penerimaan SDA 160,35 35,03 0,4 Pendapatan KND 49,00 23,97 - PNBP Lainnya 100,94 24,11 -6,9 Pendapatan BLU 56,69 12,86 37,2

Sumber: Kementerian Keuangan

Sementara itu, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tampak mengalami tekanan akibat pelemahan aktivitas ekonomi, terutama disebabkan wabah pandemi COVID-19 yang berdampak pada perekonomian global.

Pengaruh tersebut berimbas pada indikator makro ekonomi yang berpengaruh langsung terhadap PNBP khususnya penerimaan Sumber Daya Alam (SDA), baik migas maupun nonmigas. Hal tersebut memperlihatkan bahwa PNBP SDA sangat rentan terhadap volatilitas harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP), Harga Batubara Acuan (HBA), dan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar. Walaupun demikian, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) hingga bulan Maret 2020 mencapai Rp96,0 triliun atau tumbuh sebesar 36,8 persen

dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019.

Dari sisi belanja negara, hingga triwulan I tahun 2020, belanja negara menunjukkan peningkatan. Sampai akhir Maret 2020, realisasi Belanja Negara mencapai Rp452,4 triliun. Realisasi tersebut terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat (BPP) yang mencapai Rp277,9 triliun dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang mencapai Rp174,5 triliun. Dari sisi BPP, terjadi pertumbuhan sebesar 6,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Peningkatan penyerapan BPP dipengaruhi oleh pertumbuhan belanja Kementerian/Lembaga (K/L) yang tumbuh 11,0 persen (yoy) dan belanja non-K/L yang tumbuh 2,2 persen (yoy).

Gambar 25 Perkembangan Komponen Belanja Negara

Belanja K/L tumbuh positif, dimana realisasinya hingga Maret 2020 mencapai Rp143,0 triliun. Peningkatan belanja K/L utamanya disumbangkan oleh kenaikan realisasi belanja pegawai, belanja modal, dan bantuan sosial. Belanja modal mengalami pertumbuhan tertinggi pada periode sampai dengan Maret 2020, yakni tumbuh 32,1 persen (YoY). Peningkatan kinerja belanja modal didorong oleh kenaikan realisasi belanja jalan, irigasi dan Sumber: Kementerian Keuangan

15,95

%APBN

Maret 2019 Maret 2020 16,50

%APBN

23,14

%APBN

20,36

%APBN

37 jaringan, peralatan dan mesin, serta gedung dan bangunan sehubungan dengan adanya percepatan pelaksanaan tender, percepatan revisi, dan pencairan anggaran pada kegiatan-kegiatan strategis.

Bantuan sosial hingga Maret 2020 tumbuh sebesar 27,6 persen (yoy) dengan realisasi mencapai Rp47,2 triliun. Tingginya realisasi bantuan sosial terutama dipengaruhi oleh penyaluran Bantuan Iuran PBI-JKN pada Kemenkes, karena adanya kenaikan iuran PBI-JKN dan penarikan dimuka bantuan iuran PBI-JKN sampai dengan bulan Mei 2020 dilakukan pada bulan Maret 2020. Selain itu, tingginya Bantuan Pangan melalui Kartu Sembako pada Kementerian Sosial karena kenaikan indeks Bantuan Pangan semula Rp110.000/KPM/Bulan (tahun 2019) menjadi Rp200.000/KPM/Bulan (per Maret 2020) dan penyaluran PKH tahap ke-2 serta perbaikan mekanisme penyaluran bantuan nontunai sehingga memudahkan administrasi dan meningkatkan ketepatan waktu penyaluran bantuan.

Belanja pegawai K/L sampai dengan Maret 2020 mencapai Rp48,6 triliun atau tumbuh 7,9 persen (yoy). Kinerja penyerapan belanja pegawai ini disebabkan antara lain: (i) kenaikan alamiah (kenaikan pangkat dan golongan);

(ii) pembayaran Tunjangan Profesi Guru dan Tunjangan Tenaga Pendidik Non-PNS pada Kemeterian Agama; dan (iv) pembayaran TPG NonPNS untuk Guru TK/TLB, Guru Pendidikan Dasar, dan Guru Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Belanja barang sampai dengan akhir Maret 2020 mencapai sebesar Rp35,2

triliun atau terkontraksi sebesar 6,62 persen (YoY) terhadap realisasi tahun 2019 yang mencapai sebesar Rp37,68 triliun. Penurunan realisasi belanja barang dipengaruhi oleh kondisi selama bulan Maret 2020, yaitu meluasnya dampak pandemi COVID-19 di seluruh wilayah Indonesia khususnya di DKI Jakarta, sehingga berdampak pada penundaan kegiatan pada beberapa program dan kegiatan belanja barang K/L. Selain itu, sebagai upaya untuk menangani dampak pandemi COVID-19, dilakukan kebijakan refocusing kegiatan sebagaimana telah diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2020 dan Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor 6 Tahun 2020 tentang Refocusing Kegiatan dan Realokasi Anggaran K/L dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19. Pengaturan tersebut mempengaruhi realisasi belanja barang sejak minggu kedua bulan Maret 2020 karena diindikasi terjadi penundaan kegiatan atau realokasi anggaran untuk kegiatan prioritas saat ini.

Sementara itu, realisasi belanja nonK/L mencapai Rp134,9 triliun sampai dengan Maret 2020, antara lain untuk pembayaran kontribusi sosial (pensiun dan iuran jaminan kesehatan ASN), pembayaran bunga utang dan subsidi.

Hingga Maret 2020, realisasi pembayaran bunga utang mencapai Rp73,8 triliun.

Sedangkan realisasi subsidi sampai dengan Maret 2020 mencapai Rp18,7 triliun atau 10,0 persen dari pagu APBN 2020, dimanfaatkan seluruhnya untuk subsidi energi. Selain dipengaruhi oleh realisasi asumsi ICP dan nilai tukar, realisasi subsidi energi juga dipengaruhi oleh pembayaran: (i) tagihan JBT minyak tanah bulan Januari 2020; (ii) tagihan LPG tabung 3 kg bulan Januari-Februari 2020;

38 (iii) sebagian kurang bayar subsidi BBM dan LPG tahun 2018 hasil audit BPK; dan (iv) tagihan listrik bulan Januari-Februari 2020. Adapun volume penyaluran BBM dan LPG bersubsidi sampai dengan Maret 2020, yaitu solar mencapai 3.814,3 ribu kl, minyak tanah mencapai 117 ribu kl, dan LPG tabung 3 kg mencapai 1.717,4 juta kg, serta penjualan tenaga listrik bersubsidi mencapai 14,3 Twh untuk 36,3 juta pelanggan listrik bersubsidi yang menjangkau hingga pelosok nusantara.

Tabel 17 Realisasi Komponen Belanja Pemerintah Pusat

Belanja Pemerintah

Pusat APBN

Realisasi 2020 Maret

2020

%Growth YoY

Belanja K/L 909,62 142,96 11,0

Belanja Pegawai 261,22 48,64 7,9 Belanja Barang 335,87 35,19 -6,6

Belanja Modal 209,54 11,95 32,1

Bantuan Sosial 102,99 47,17 27,6 Belanja Non K/L 773,86 134,92 2,2 a.l. Pembayaran

Bunga Utang 295,21 73,84 4,6

Subsidi 187,61 18,71 -14,3

Total (neto) 1683,48 277,89 6,6

Sumber: Kementerian Keuangan Catatan: dalam triliun Rp

Lebih lanjut untuk belanja K/L, kinerja belanja K/L hingga Maret 2020 didorong oleh penyerapan 15 K/L dengan pagu terbesar, terutama Kemenkes (Rp23,6 triliun) dan Kemensos (Rp24,3 triliun).

Selain itu, sampai dengan Maret 2020, outstanding kontrak belanja K/L lebih tinggi dibanding dengan periode yang sama tahun 2019. Hal ini didorong oleh percepatan pelaksanaan lelang kegiatan, khususnya proyek bidang infrastruktur pada Kementerian Perhubungan dan Kementerian PUPR, serta proyek bidang

pertahanan dan keamanan pada Kementerian Pertanahan, Kementerian Hukum dan HAM, serta POLRI.

Meskipun secara keseluruhan belanja negara mengalami pertumbuhan, namun untuk komponen Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) mengalami penurunan.

Hingga akhir Maret 2020, TKDD mencapai Rp174,5 triliun, turun sebesar 8,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Penurunan tersebut terutama dipengaruhi belum optimalnya penyaluran dana TKDD sampai dengan triwulan I tahun 2020, yang disebabkan oleh kendala proses pemenuhan persyaratan penyaluran TKDD oleh pemerintah daerah, serta dampak pandemi COVID-19 di berbagai daerah di Indonesia.

Sampai akhir Maret 2020, Dana Perimbangan telah mencapai Rp167,1 triliun. Sementara itu, Dana Alokasi Umum (DAU) sebagai komponen terbesar dari Dana Perimbangan mencapai Rp130,0 triliun pada akhir Maret 2020 atau mengalami penurunan sebesar 6,1 persen (YoY). Hal ini karena penyaluran DAU telah berbasis kinerja sehingga penyaluran hanya dapat dilakukan setelah Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menerima laporan belanja pegawai dari daerah.

Khusus DAU bulan April yang mulai dapat disalurkan pada akhir bulan Maret 2020, persyaratan penyalurannya kini ditambah dengan laporan Belanja Infrastruktur Daerah, laporan Pemenuhan Indikator Layanan Pendidikan, dan laporan Pemenuhan Indikator Layanan Kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri

Keuangan (PMK) nomor

139/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan

39 Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Otonomi Khusus.

Dari total realisasi DAU sebesar Rp130,0 triliun di atas, Rp45,2 miliar diantaranya adalah realisasi penyaluran DAU Tambahan Bantuan Pendanaan Kelurahan (pagu Rp3,0 triliun). Realisasi DAU per 31 Maret 2020 di atas telah memperhitungkan penyaluran DAU bulan Februari untuk 3 daerah dan penyaluran DAU bulan Maret untuk 101 daerah selama bulan Maret serta penyaluran DAU bulan April yang disalurkan pada 31 Maret 2020 untuk 402 daerah. Selain itu, terdapat beberapa hal yang turut mempengaruhi realisasi DAU tersebut, antara lain: (i) penundaan penyaluran DAU bulan April terhadap 6 daerah karena tidak menyampaikan data/informasi keuangan daerah (IKD) tepat waktu dan (ii) penyaluran kembali DAU bulan Februari dan DAU bulan Maret yang sebelumnya ditunda masing-masing untuk 3 daerah dan 33 daerah karena telah menyampaikan laporan IKD bulan Desember 2019 dan Januari 2020. Untuk meningkatkan jumlah Pemerintah Daerah yang memenuhi ketentuan penyaluran, Kementerian Keuangan terus melakukan koordinasi intensif dengan Pemerintah Daerah yang belum melengkapi laporan Belanja Pegawai dan laporan tambahan sebagai syarat salur DAU bulan April 2020 agar dapat segera memenuhi ketentuan penyaluran tersebut.

Sampai dengan akhir Maret 2020, Dana Bagi Hasil (DBH) telah terealisasi sebesar Rp12,3 triliun atau 10,5 persen dari pagu alokasi. Realsiasi DBH tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Selain karena pagu DBH regular TA 2020 yang lebih kecil dari pagu

DBH regular TA 2019, penurunan tersebut juga karena kebijakan penyesuaian alokasi DBH regular TA 2020 sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden nomor 78 Tahun 2019 tentang Rincian APBN TA 2020. Sesuai Perpres tersebut, baru 76,5 persen pagu DBH saja yang dialokasikan kepada pemerintah daerah, dan sisanya akan dialokasikan pada tahun berjalan dengan mempertimbangkan perkembangan realisasi penerimaan negara yang dibagihasilkan.

Adapun Dana Transfer Khusus (DTK) sampai dengan akhir Maret 2020, DTK mencapai Rp24,8 triliun. Realisasi tersebut terdiri Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik sebesar Rp43,4 Miliar dan DAK Non Fisik sebesar Rp24,8 triliun. Dari sisi DAK Fisik, realisasi tersebut mencapai 0,1 persen dari pagu alokasi yang artinya lebih baik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dimana belum terdapat penyaluran. Percepatan penyaluran tersebut karena adanya percepatan penyelesaian Rencana Kegiatan (RK) yang pada tahun sebelumnya paling lambat di minggu pertama Februari 2020 menjadi minggu pertama Januari 2020. Percepatan penyelesaian RK ini sekaligus mempercepat proses pengadaan barang dan jasa di daerah (kontrak), yang merupakan salah satu syarat penyaluran.

Namun, dalam rangka pencegahan dan penanganan dampak COVID-19, DAK Fisik Bidang Kesehatan masih dimungkinkan Terdapat perubahan RK sebagaimana diatur dalam KMK Nomor 6/ KM.7/2020 tentang Penyaluran DAK Fisik Bidang Kesehatan dan Dana BOK Kesehatan Dalam Rangka Pencegahan dan/atau Penanganan COVID-19.

40

Tabel 18 Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Keterangan

Maret 2019 Maret 2020

Nominal

(triliun Rupiah) % APBN Nominal

(triliun Rupiah) % APBN

Transfer Ke Daerah 181,23 23,9 167,30 21,3

Dana Perimbangan 176,05 24,3 167,10 22,4

Dana Bagi Hasil 20,00 18,8 12,32 10,5

Dana Alokasi Umum

138,42 33,1 129,97 30,4

Dana Transfer Khusus

17,62 8,8 24,79 12,2

Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang

0,18 0,8 0,19 0,8

Dana Insentif Daerah 5,00 50,0 - -

Dana Desa 10,08 15,0 7,20 10,0

Total 548,58 508,87

Sumber: Kementerian Keuangan

Dari sisi DAK Nonfisik, realisasi hingga 31 Maret 2020 mencapai sebesar Rp24,8 triliun, meningkat 40,4 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Capaian ini utamanya karena adanya perubahan kebijakan penyaluran Dana BOS, serta langkah realokasi dan relaksasi penyaluran di bidang kesehatan.

Hingga akhir Maret 2020, penyaluran Dana Desa telah terealisasi sebesar Rp7,2 triliun. Mulai tahun 2020, Dana Desa disalurkan langsung ke Rekening Kas Desa (RKD) sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 205/PMK.07/2019. Selain itu Kementerian Keuangan bersama-sama dengan Kementerian Dalam Negeri serta Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dengan melakukan sosialisasi penyaluran Dana Desa secara besar-besaran kepada seluruh kepala desa di 34 provinsi. Sosialisasi tersebut dilaksanakan guna mendukung percepatan penyaluran Dana Desa melalui peningkatan pemahaman kepala desa dalam pengelolaan Dana Desa.

Percepatan penyaluran Dana Desa tersebut diharapkan dapat mempercepat pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Gambar 26 Perkembangan Realisasi Defisit APBN

Sumber: Kementerian Keuangan

Berdasarkan capaian Pendapatan dan Belanja Negara, hingga akhir Maret 2020, defisit anggaran mencapai Rp76,4 triliun atau sekitar 0,45 persen terhadap PDB.

Besaran defisit ini menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018

-103,1 -76,4

-0,65

-0,45

-1,8 -1,3 -0,8 -0,3 0,2 0,7

-400 -350 -300 -250 -200 -150 -100 -50 0

Maret 2019 Maret 2020

Rp Triliun %PDB

41 yang mencapai Rp103,1 triliun. Sementara itu posisi keseimbangan primer pada Maret 2020 berada pada posisi negatif Rp2,6 triliun, tetapi masih jauh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang negatif Rp32,5 triliun. Sementara itu, dari sisi pembiayaan anggaran, realisasi hingga Maret 2020 ialah sebesar Rp74,2 triliun.

Dengan kondisi defisit anggaran tersebut, posisi utang Pemerintah per akhir Maret 2020 berada pada posisi Rp5.192,6 triliun, dengan rasio utang pemerintah terhadap PDB sebesar 32,1 persen.

Secara nominal terjadi peningkatan atas jumlah utang Pemerintah per akhir Maret 2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut terutama disebabkan oleh tekanan dan ketidakpastian global, termasuk merebaknya COVID-19. Pada awal Maret 2020, Presiden untuk pertama kalinya mengumumkan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia, yang setiap hari kian meningkat. Dampak yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19 tentunya tidak sederhana, melainkan begitu kompleks mulai dari kesehatan sampai dengan gangguan ekonomi, yang mendorong Pemerintah untuk memberikan intervensi dan stimulus baik di sektor kesehatan maupun ekonomi sehingga memerlukan relaksasi defisit anggaran diatas 3 persen terhadap PDB.

Selanjutnya, dengan rasio utang Pemerintah terhadap PDB sampai dengan Maret 2020 sebesar 32,1 persen, meskipun meningkat namun masih berada di bawah batas aman 60 persen. Di tengah berbagai tekanan domestik dan global ini, Pemerintah tetap berupaya mengelola utang dengan pruden dan akuntabel dalam mendukung APBN yang semakin kredibel.

Tabel 19 Perkembangan Komponen Pembiayaan

Jenis Pembiayaan

Maret-2019 Maret-2020 Nominal

(triliun Rp)

% APBN

Nominal (triliun

Rp)

% APBN Utang (neto) 177,86 49,5 76,48 -

Investasi -2,00 2.6 - -

Pinjaman 1,58 -67,4 -7,42 -

Penjaminan - 100,0 - -

Lainnya 0,004 0,03 - -

Sumber: Kementerian Keuangan Gambar 27 Perkembangan Utang

Pemerintah Pusat

Sumber: Kementerian Keuangan

3.515,5

4.010,3 4.418,3 4.756,1 5.192,6 28,3 29,5 30,0 29,9

32,1

15,00 20,00 25,00 30,00

2000 3000 4000 5000 6000

2016 2017 2018 2019 Maret 2020

(persen PDB)

(triliun Rp)

Utang Pemerintah Pusat Rasio utang (%PDB)

42

Tabel 20 Realisasi APBN s.d 31 Maret 2019 dan 2020

(triliun rupiah)

2019 2020

Uraian APBN Realisasi s.d. 31

Maret

% terhadap

APBN APBN Realisasi s.d.31

Maret

% terhadap APBN

A. Pendapatan Negara 2.165,1 350,1 16,2 2.233,2 375,9 16,8

I. Pendapatan Dalam Negeri 2.164,6 349,9 16,2 2.232,7 375,8 16,8

1. Penerimaan Perpajakan 1.786,3 279,9 15,7 1.865,7 279,9 15,0

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 378,2 70,0 18,5 367,0 96,0 26,2

II. Hibah 0,4 0,1 25,9 0,5 0,1 16,0

B. Belanja Negara 2.461,1 452,0 18,4 2.540,4 452,4 17,8

I. Belanja Pemerintah Pusat 1.634,3 260,7 15,9 1.683,5 277,9 16,5

1. Belanja K/L 855,4 128,7 15,1 909,6 143,0 15,7

2. Belanja Non K/L 778,8 131,9 16,9 773,9 134,9 17,4

II. Transfer Ke Daerah dan Dana Desa 826,7 181,2 23,9 784,9 167,3 21,3

1. Transfer ke Daerah 756,7 181,2 23,9 784,9 167,3 10,0

2. Dana Desa 70,0 10,0 14,4 72,0 7,2 10,0

C. Keseimbangan Primer -20,1 -31,3 156,0 -12,0 -2,6 21,6

D. Surplus/(Defisit) Anggaran (A-B) -296,0 -101,9 307,3 -76,4

% Surplus/(Defisit) Anggaran thd PDB -1,8 -0,6 -1,8 -0,5

E. Pembiayaan Anggaran 296,0 177,4 59,9 307,2 74,2 24,2

al. Pembiayaan Utang 359,2 177,8 49,5 351,9 76,4 21,7

Sumber: Kementerian Keuangan, 2020

43

2.4 Moneter dan Jasa Keuangan

Dalam dokumen PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA (Halaman 37-45)

Dokumen terkait