• Tidak ada hasil yang ditemukan

Neraca Pembayaran

Dalam dokumen PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA (Halaman 58-77)

II. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA

2.5 Neraca Pembayaran

56 Berbeda dengan nilai kapitalisasi pada pasar saham Syariah yang melemah, penerbitan sukuk korporasi dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang dikeluarkan pemerintah mengalami peningkatan. Namun demikian, nilai outstanding sukuk korporasi masih jauh tertinggal dibandingkan dengan nilai outstanding SBSN, yaitu masing-masing sebesar Rp29,9 triliun dan Rp487,2 triliun, atau meningkat masing-masing sebesar 12,0 persen (YoY) dan 21,0 persen (YoY).

Gambar 45 Outstanding Sukuk Korporasi

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan dan DJPR Kemenkeu

Industri Keuangan Nonbank Syariah (IKNBS). Pada triwulan I tahun 2020, Industri Keuangan NonBank Syariah (IKNBS) secara keseluruhan menunjukkan tren yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari pertumbuhan total aset IKNBS yaitu sebesar 7,0 persen (YoY). Jika ditinjau lebih lanjut, Lembaga Keuangan Mikro Syariah merupakan IKNBS yang mengalami pertumbuhan total aset tertinggi, yaitu sebesar 41,0 persen (YoY).

Selain Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Industri Dana Pensiun Syariah juga menyumbang peningkatan aset IKNBS

secara keseluruhan, dengan pertumbuhan aset dana pensiun Syariah sebesar 28,0 persen (YoY).

Tabel 28 Aset IKNB Syariah 2019 – 2020 Uraian

Miliar Rp

2019 2020

Q1 Q4 Q1

Asuransi Syariah 43.442 45.453 41.124 Lembaga

Pembiayaan Syariah

27.064 27.196 26.723 Dana Pensiun

Syariah 3886 3973 5394

Lembaga Jasa Keuangan Khusus Syariah

26.306 28.536 34.491 Lembaga Keuangan

Mikro Syariah 278 403 467.9

Total Aset 100.977 105.612 108.249 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

57 miliar. Hal ini disebabkan oleh transaksi finansial yang menurun secara signifikan.

Di sisi lain, transaksi berjalan mengalami perbaikan dengan mencapai defisit 1,4 persen dari PDB pada triwulan I 2020.

Defisit transaksi berjalan turun menjadi USD3,9 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar USD6,6 miliar. Perbaikan tersebut didorong oleh peningkatan ekspor barang diiringi dengan penurunan impor sehingga neraca perdagangan barang mengalami surplus sebesar USD4,4 miliar.

Neraca perdagangan nonmigas meningkat dari USD2,9 miliar pada triwulan I tahun 2019 menjadi USD5,8 miliar triwulan ini.

Hal ini didorong oleh penurunan kinerja impor sebesar -7,4 persen (YoY) yang disebabkan turunnya permintaan global dan turunnya harga komoditas. Impor bahan baku dan barang modal terkontraksi masing-masing 7,7 dan 13,3 persen (YoY). Di sisi lain, ekspor nonmigas sedikit meningkat sebesar 0,9 persen (YoY). Selanjutnya, defisit yang terjadi pada perdagangan migas meningkat karena disebabkan turunnya ekspor migas hingga -23,6 persen (YoY) seiring turunnya harga minyak mentah dunia dan penurunan volume ekspor.

Sementara itu, defisit neraca jasa meningkat dari USD1,6 miliar pada triwulan I 2019 menjadi USD1,9 miliar pada triwulan I 2020. Turunnya kinerja neraca jasa disebabkan oleh turunnya surplus perjalanan serta meningkatnya defisit jasa telekomunikasi sebesar 46,9 persen (YoY) dan jasa bisnis lainnya 117,8 persen (YoY).

Defisit neraca transportasi turun, surplus perjalanan turun.

Gambar 47 Neraca Jasa Perjalanan dan Transportasi

Sumber: Bank Indonesia

Efek pandemi sudah terlihat pada triwulan I 2020 yang ditunjukkan oleh turunnya impor transportasi terutama untuk ekspor barang dan ekspor perjalanan sejalan dengan turunnya kunjungan wisatawan mancanegara. Kinerja ekspor perjalanan berkurang 28,3 persen (YoY), sedangkan impor perjalanan terkontraksi 39,0 persen (YoY). Sementara, kinerja transportasi dipengaruhi oleh turunnya transportasi penumpang hingga 61,6 persen (YoY) dimana ekspor dan impornya masing-masing terkontraksi 41,7 dan 51,4 persen (YoY). Defisit transportasi barang yang turun 15,6 persen (YoY) menahan defisit neraca transportasi bergerak lebih dalam.

Pada triwulan I tahun 2020, neraca pendapatan primer mengalami defisit sebesar USD8,1 miliar, stagnan dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Kinerja ini dipengaruhi oleh kinerja investasi yang tetap stabil. Meski begitu, penerimaan pendapatan investasi mengalami penurunan 17 persen (YoY).

Namun, penurunan pembayaran pendapatan investasi sebesar 2,9 persen

-4,0 -3,0 -2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(miliar USD)

Ekspor Transportasi Impor Transportasi Ekspor Perjalanan Impor Perjalanan

58 (YoY) berpengaruh lebih besar pada keseimbangan. Pendapatan investasi langsung membaik sejalan dengan pembayaran modal ekuitas yang berkurang. Sementara itu pendapatan investasi portofolio sedikit turun dipengaruhi peningkatan defisit pendapatan utang (bunga).

Gambar 48 Neraca Pendapatan Primer dan Sekunder

Sumber: Bank Indonesia

Surplus neraca pendapatan sekunder pada triwulan I 2020 turun menjadi USD1,6 miliar dibandingkan pada triwulan I 2019 sebesar USD1,8 miliar. Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh turunnya realisasi transfer personal sebesar -9,3 persen (YoY) menjadi USD1,8 miliar. Penerimaan transfer personal dalam bentuk remitansi yang diperoleh dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) lebih rendah.

Kepanikan di pasar keuangan global menyebabkan transaksi modal dan finansial menurun.

Transaksi finansial yang menjadi salah satu penopang neraca pembayaran Indonesia

pada triwulan I 2020 defisit USD2,9 miliar atau -1,1 persen dari PDB. Hal ini terutama disebabkan oleh turunnya investasi portofolio secara signifikan.

Gambar 49 Neraca Transaksi Finansial

Sumber: Bank Indonesia

Defisit yang terjadi merupakan salah satu dampak dari ketidakpastian di pasar keuangan global seiring menyebarnya COVID-19 ke berbagai negara. Kondisi tersebut mendorong aliran modal keluar dari pasar keuangan domestik dalam jumlah besar. Selain itu, investasi langsung juga turun 40,8 persen (YoY) seiring dengan penurunan aktivitas ekonomi domestik akibat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar.

Selama triwulan I tahun 2020, investor asing melakukan penjualan neto Surat Utang Negara (SUN) sebesar USD8,9 miliar. Di sisi lain, penerbitan dual currency bond pemerintah membawa aliran dana masuk sebesar USD2,0 miliar dan EUR1,0 miliar. Sementara asing melakukan jual neto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebesar USD0,2 miliar.

Hingga akhir triwulan I, SBI yang dimiliki asing turun menjadi 1,6 persen.

-12,0 -7,0 -2,0 3,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(miliar USD)

Penerimaan Pendapatan Primer Pembayaran Pendapatan Primer Penerimaan Pendapatan Sekunder Pembayaran Pendapatan Sekunder

-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(miliar USD)

Investasi Langsung Investasi Portofolio Investasi Lainnya

59 Cadangan devisa Indonesia pada triwulan I tahun 2020 sebesar USD121,0 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019 sebesar USD124,5 miliar. Jumlah tersebut setara dengan pembiayaan 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka tersebut juga lebih tinggi dari standar kecukupan internasional yaitu sebesar 3 bulan impor.

60

Tabel 29 Neraca Pembayaran Tahun 2014 – Triwulan I tahun 2020

(USD miliar)

2014 2015 2016 2017 2018 2019:1 2019:2 2019:3 2019:4 2020:1

TRANSAKSI BERJALAN -27,5 -17,5 -17,0 -16,2 -30,6 -6,6 -8,2 -7,5 -8,1 -3,9

BARANG 7,0 14,0 15,3 18,8 -0,2 1,3 0,6 1,4 0,3 4,4

Ekspor 175,3 149,1 144,5 168,9 180,7 41,2 40,2 43,7 43,4 41,7

Impor -168,3 -135,1 -129,2 -150,1 -181,0 -39,9 -39,6 -42,3 -43,1 -37,3

Barang Dagangan Umum 5,5 13,3 14,7 17,9 -0,2 0,8 0,2 0,7 0,0 3,1

Ekspor 173,8 147,7 143,1 167,0 178,7 40,4 39,4 42,5 42,7 40,0

Impor -168,3 -134,4 -128,4 -149,1 -178,9 -39,6 -39,2 -41,8 -42,7 -37,0

a. Nonmigas 17,3 19,0 19,5 25,3 11,2 2,9 3,1 2,7 3,2 5,8

Ekspor 145,0 130,5 130,2 151,4 161,1 37,4 36,4 39,5 39,7 37,7

Impor -127,7 -111,5 -110,7 -126,2 -149,9 -34,5 -33,3 -36,7 -36,5 -31,9

b. Migas -11,8 -5,7 -4,8 -7,3 -11,4 -2,1 -2,9 -2,1 -3,2 -2,7

Ekspor 28,8 17,2 12,9 15,6 17,6 3,0 2,9 3,0 3,0 2,3

Impor -40,6 -22,9 -17,7 -22,9 -29,0 -5,2 -5,8 -5,1 -6,2 -5,0

Barang Lainnya 1,5 0,7 0,6 0,9 0,0 0,5 0,3 0,7 0,3 1,3

Ekspor 1,5 1,4 1,4 1,9 2,0 0,8 0,8 1,2 0,7 1,7

Impor 0,0 -0,7 -0,8 -1,0 -2,0 -0,3 -0,5 -0,5 -0,4 -0,4

JASA-JASA -10,0 -8,7 -7,1 -7,4 -6,5 -1,6 -1,9 -2,3 -2,0 -1,9

Ekspor 23,5 22,2 23,3 25,3 31,2 7,4 7,4 8,4 8,4 6,0

Impor -33,5 -30,9 -30,4 -32,7 -37,7 -9,0 -9,2 -10,7 -10,4 -7,9

PENDAPATAN PRIMER -29,7 -28,4 -29,6 -32,1 -30,8 -8,1 -8,9 -8,4 -8,3 -8,1

PENDAPATAN SEKUNDER 5,2 5,5 4,5 4,5 6,9 1,8 2,0 1,8 2,0 1,6

TRANSAKSI MODAL 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

TRANSAKSI FINANSIAL 44,9 16,8 29,3 28,7 25,1 9,9 6,8 7,5 12,6 -2,9

Aset -10,8 -21,5 15,9 -18,4 -19,2 -6,6 -3,8 -4,0 -0,2 -3,8

Kewajiban 55,7 38,3 13,4 47,1 44,3 16,4 10,5 11,4 12,8 0,8

INVESTASI LANGSUNG 14,7 10,7 16,1 18,5 12,5 6,0 5,8 5,2 3,2 3,5

Aset -10,4 -9,1 11,6 -2,0 -6,4 -0,8 -1,6 -0,6 -1,4 -0,7

Kewajiban 25,1 19,8 4,5 20,5 18,9 6,8 7,4 5,8 4,6 4,2

INVESTASI PORTFOLIO 26,1 16,2 19,0 21,1 9,3 5,2 4,6 4,9 7,1 -5,8

Aset 2,6 -1,3 2,2 -3,4 -5,2 0,1 0,0 0,0 0,3 -0,1

Kewajiban 23,5 17,5 16,8 24,4 14,5 5,1 4,6 4,9 6,7 -5,7

61

2014 2015 2016 2017 2018 2019:1 2019:2 2019:3 2019:4 2020:1

DERIVATIF FINANSIAL -0,2 0,0 0,0 -0,1 0,0 0,1 0,0 0,1 0,0 -0,1

INVESTASI LAINNYA 4,3 -10,1 -5,8 -10,7 3,3 -1,4 -3,6 -2,7 2,4 -0,5

TOTAL 17,4 -0,7 12,4 12,5 -5,4 3,3 -1,4 0,0 4,5 -6,9

NERACA KESELURUHAN 15,2 -1,1 12,1 11,6 -7,1 2,4 -2,0 0,0 4,3 -8,5

Posisi Cadangan Devisa 111,9 105,9 116,4 130,2 120,7 124,5 123,8 124,3 129,2 121,0

Dalam Bulan Impor 6 7,4 8 8 6,4 6,7 6,7 6,9 7,3 7,0

Transaksi Berjalan/PDB (%) -3 -2,03 -2 -2 -3,7 -2,5 -3,0 -2,6 -2,8 -1,4

Sumber: Bank Indonesia, diolah

62

Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan Indonesia pada triwulan I tahun 2020 mengalami surplus sebesar US$2.591,8 juta.

Surplus neraca perdagangan pada triwulan I tahun 2020 disebabkan oleh penurunan impor yang cukup tinggi, yakni sebesar -12,2 persen (QtQ) atau -3,7 persen (YoY). Sementara dari sisi ekspor, meskipun mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya (-3,6 persen), namun kinerjanya masih sedikit lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (2,8 persen, YoY).

Tabel 30 Neraca Perdagangan Uraian Q1 2019 Q4 2019 Q1 2020

juta USD

Neraca Total -62,8 -1.282,1 2.591,8 Ekspor Total 40.605,7 43.324,3 41.760,8 Impor Total 40.668,5 44.606,4 39.169,0 Neraca Nonmigas 1.213,2 1.657,4 5.658,7 Ekspor Nonmigas 37.120,3 40.240,9 39.486,4 Impor Nonmigas 35.907,1 38.583,5 33.827,7 Neraca Migas -1.276,0 -2.939,5 -3.066,9 Ekspor Migas 3.485,4 3.083,4 2.274,4 Impor Migas 4.761,4 6.022,9 5.341,3

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Surplus neraca nonmigas sebesar US$5.658,7 juta menjadi penyumbang surplus perdagangan pada triwulan ini.

Surplus neraca perdagangan nonmigas ini terjadi akibat kenaikan ekspor nonmigas sebesar 6,4 persen (YoY) yang disertai dengan penurunan impor nonmigas sebesar 5,8 persen (YoY). Sebaliknya, neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar US$3.066,9 juta. Defisit migas yang semakin melebar tersebut didorong oleh penurunan ekspor migas yang disertai dengan kenaikan impornya.

Ekspor migas pada triwulan I ahun 2020 turun sebesar 34,7 persen (YoY), sedangkan impor migas naik 12,2 persen (YoY).

Penurunan ekspor migas utamanya disebabkan oleh turunnya ekspor gas sebesar 40,9 persen (YoY), yang merupakan kontributor terbesar pada ekspor migas dengan share mencapai 73,8 persen. Penurunan ekspor migas pada triwulan I tahun 2020 tidak terlepas dari faktor harga minyak dan gas dunia yang turun tajam pada periode ini.

Dari sisi impor, meskipun terjadi penurunan impor pada komoditas hasil minyak sebesar 7,2 persen (YoY), namun impor komoditas migas lainnya menunjukan kenaikan yang cukup tinggi.

Impor gas menunjukkan peningkatan yang cukup konsisten dari waktu ke waktu, dengan pertumbuhan sebesar 27,6 persen (QtQ) atau 61,5 persen (YoY).

Impor minyak mentah pada triwulan I tahun 2020 sebesar USD1.650,8juta, atau naik 42,2 persen (YoY). Meskipun demikian, nilainya masih lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sempat mencapai USD1.719,7juta.

Tabel 31 Nilai Ekspor dan Impor Migas

Uraian

Nilai Q1 2020 (juta USD)

Growth (%) Share thd Total*

QtQ YoY (%)

Ekspor Migas 2.274,6 -27,0 -34,7 5,4 Minyak Mentah 194,5 -55,9 -44,3 0,5 Hasil Minyak 401,4 -20,9 35,0 1,0

Gas 1.678,7 -22,5 -40,9 4,0

Impor Migas 5.341,3 -11.3 12.2 13.6 Minyak Mentah 1.650,8 -4.0 42.2 4.2 Hasil Minyak 2.869,0 -21.6 -7.2 7.3

Gas 821,5 27.6 61.5 2.1

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

* share thd total ekpor/impor

63 Ekspor nonmigas pada triwulan I tahun 2020 mencapai USD39.486,3juta, atau tumbuh 6,4 persen (YoY).

Tabel 32 Nilai Ekspor Nonmigas berdasarkan Sektor

Uraian

Nilai Q1 2020 (juta USD)

Growth (%) Share thd Total*

QtQ YoY (%)

Ekspor Nonmigas 39.486,3 -1,9 6,4 94,6 Pertanian 910,0 -12,8 16,0 2,2 Industri

Pengolahan 32.995,9 0,6 10,1 79,0 Pertambangan

dan lainnya 5.580,4 -12,7 -12,3 13,4 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

* share thd total ekpor/impor

Apabila dilihat berdasarkan sektornya, pertumbuhan ekspor nonmigas pada triwulan I tahun 2020 didorong oleh kenaikan ekspor sektor industri pengolahan sebesar 10,1 persen (YoY).

Peran ekspor industri pengolahan pada triwulan I tahun 2020 mencapai 79,0 persen terhadap total ekspor Indonesia.

Sektor lain yang turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekspor nonmigas adalah sektor pertanian yang tumbuh 16,0 persen (YoY), meskipun proporsinya hanya 4,0 persen terhadap total ekspor nonmigas.

Ekspor nonmigas masih didominasi oleh golongan Bahan Bakar Mineral (HS 27) serta Lemak dan Minyak Hewan/Nabati (HS 15).

Proporsi ekspor kedua golongan barang tersebut mencapai 25,9 persen terhadap ekspor nonmigas. Ekspor golongan bahan bakar mineral pada triwulan I tahun 2020 tumbuh 0,7 persen secara QtQ. Namun secara YoY mengalami penurunan sebesar 3,6 persen akibat harga batu bara dunia yang turun tajam hingga mencapai -30,4

persen (YoY). Pertumbuhan ekspor golongan lemak dan minyak hewan/nabati mencatat pola sebaliknya, yaitu turun 8,1 persen secara QtQ namun tumbuh 10,8 persen secara YoY. Pertumbuhan ekspor golongan ini lebih didorong oleh faktor kenaikan harga minyak sawit dunia yang mencapai 25,6 persen (YoY), karena dari sisi volume mengalami penurunan sebesar 14,9 persen (YoY).

Tabel 33 Nilai Ekspor Nonmigas 10 Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar

Kode HS: Uraian Nilai Q1 2020 (juta USD)

Growth (%) Share thd Ekspor Nonmigas QtQ YoY (%)

27: Bahan Bakar Mineral

5.454,8 0,7 -3,6 13,8 15 : Lemak & minyak

hewan/nabati

4.790,6 -8,1 10,8 12,1 71 : Perhiasan/

Permata

2.301,4 69,4 34,5 5,8 85 : Mesin/peralatan

listrik

2.265,3 0,1 24,7 5,7 72 : Besi & Baja 2.263,3 10,1 38,4 5,7 87 : Kendaraan dan

Bagiannya

2.023,4 -3,5 8,9 5,1 40 : Karet dan

Barang dari Karet

1.498,8 6,8 6,7 3,8 84 :

Mesin-mesin/Pesawat Mekanik

1.377,2 -3,2 10,9 3,5

64 : Alas kaki 1.331,4 14,8 16,1 3,4 62 : Pakaian jadi

bukan rajutan

1.144,2 5,7 -1,4 2,9 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Barang nonmigas lain yang turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekspor nonmigas di triwulan I tahun 2020 ini adalah besi dan baja (HS 72), perhiasan/ permata (HS 71), serta mesin/peralatan listrik (HS 85).

Pertumbuhan ekspor ketiga golongan barang tersebut secara berturut-turut mencapai 38,4 persen, 34,5 persen, dan 24,7 persen (YoY).

Selain 10 golongan barang HS 2 digit terbesar dalam tabel diatas, beberapa

64 golongan barang mengalami kenaikan ekspor yang tidak kalah tinggi. Ekspor barang lokomotif dan peralatan kereta api (HS 86) kembali tumbuh cukup tinggi di periode ini (sebesar 74,4 persen, YoY), untuk memenuhi kontrak pesanan lokomotif dari Bangladesh. Golongan barang nonmigas lain yang menunjukkan kenaikan tinggi adalah barang kain perca (HS 63) yang mendapatkan keuntungan di tengah pandemi COVID-19 karena tingginya permintaan masker.

Pertumbuhan ekspor kain perca dan masker bedah masing-masing mencapai 188,9 persen (YoY) dan 1.842,9 persen (YoY).

Kontribusi ekspor produk manufaktur high-skill dan berbasis teknologi terhadap total ekspor sebesar 10,6 persen.

Tabel 34 Nilai Ekspor berdasarkan Klasifikasi Teknologi

Uraian

Nilai Q1 2020

(juta USD)

Growth YoY Q1 2020

(%)

Share thd Ekspor Total (%) Q1 2019

Q4 2019

Q1 2020 Produk

Manufaktur 21.263,1 9,5 47,8 46,5 50,9 High-skill dan

berbasis teknologi

4.426,6 -1,4 11,1 10,8 10,6 Medium-skill

dan berbasis teknologi

4.463,9 5,2 10,5 10,4 10,7

Low-skill dan berbasis teknologi

3.570,9 29,5 6,8 7,8 8,6 Padat karya

dan berbasis SDA

7.082,1 -0,4 17,5 15,8 17,0

Tidak

teridentifikasi 1.719,7 107,7 2,0 1,7 4,1 Komoditas

Primer 20.497,8 -3,2 52,2 53,5 49,1 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

berdasarkan kamus agregasi UNCTAD 2016 Penurunan harga komoditas dunia memberikan keuntungan tersendiri

terhadap struktur ekspor Indonesia. Pada triwulan I tahun 2020, ekspor komoditas primer Indonesia turun 3,2 persen (YoY).

Di sisi lain, ekspor produk manufaktur naik 9,5 persen (YoY) sehingga kontribusinya pada periode ini dapat lebih tinggi daripada komoditas primer.

Peningkatan kontribusi ekspor produk manufaktur ini masih didominasi oleh kelompok produk padat karya dan berbasis sumber daya alam/SDA (17,0 persen terhadap total ekspor). Sementara untuk kelompok produk manufaktur high-skill dan berbasis teknologi, yang merupakan salah satu target RPJMN 2020—2024, masih mengalami kontraksi sebesar 1,4 persen (YoY).

Negara tujuan ekspor nonmigas terbesar pada triwulan I tahun 2020 adalah Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang.

Tabel 35 Nilai Ekspor Nonmigas di Beberapa Negara Mitra Dagang Utama

Uraian

Nilai Q1 2020 (juta USD)

Growth (%) Share thd Ekspor Nonmigas

(%) QtQ YoY

Tiongkok 5.958,1 -20,4 14,0 15,1

Jepang 3.425,1 -2,7 0,6 8,7

Amerika Serikat 4.830,3 3,1 16,0 12,2

India 2.956,2 -7,6 -1,7 7,5

Australia 505,8 -5,3 12,5 1,3 Korea Selatan 1.445,4 0,7 -17,8 3,7

Taiwan 858,0 -1,5 -1,3 2,2

ASEAN 9.047,6 1,0 9,3 22,9

Singapura 2.730,5 26,4 35,4 6,9 Malaysia 1.737,7 -11,2 -0,8 4,4 Thailand 1.365,3 5,2 -2,1 3,5 Uni Eropa 3.498,4 -4,1 -3,7 8,9

Jerman 642,4 5,2 10,4 1,6

Belanda 756,0 -4,3 -6,9 1,9

Italia 488,3 -1,0 22,5 1,2

Sumber: Badan Pusat Statistik

Ketiga negara tersebut berkontribusi sebesar 36,0 persen terhadap total ekspor nonmigas. Negara tujuan ekspor

65 nonmigas terbesar selanjutnya adalah negara-negara di Kawasan ASEAN, terutama Singapura (6,9 persen), Malaysia (4,4 persen), dan Thailand (3,5 persen).

Meskipun pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan I tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 6,8 persen (YoY), namun ekspor Indonesia ke negara tersebut masih tumbuh sebesar 14,0 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut utamanya didorong oleh kenaikan ekspor barang kain perca (termasuk masker bedah) sebesar 7.070,0 persen (YoY), ekspor besi dan baja sebesar 64,6 persen (YoY), serta ekspor bahan bakar mineral sebesar 18,4 persen (YoY)1.

Sementara untuk ekspor ke Amerika Serikat, kenaikan ekspor Indonesia sebesar 16,0 persen (YoY) diperkirakan terjadi karena menurunnya impor barang asal Tiongkok ke Amerika Serikat (efek pengalihan perdagangan) sebagai akibat penurunan aktivitas industri di Tiongkok selama lockdown. Pertumbuhan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat utamanya berasal dari ekspor mesin/peralatan listrik sebesar 71,3 persen (YoY) dan ekspor furnitur sebesar 68,4 persen (YoY) 1. Total impor Indonesia turun 3,7 persen (YoY).

Berdasarkan penggunaan barang, penurunan impor pada triwulan I tahun 2020 disebabkan oleh penurunan impor bahan baku/penolong serta impor barang modal, yang masing-masing turun 2,8 persen dan 13,1 persen (YoY). Hal ini sejalan dengan melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan I tahun 2020, yang hanya

1Dihitung melalui proksi data impor Tiongkok dan Amerika Serikat, sumber: Trademap (2020).

tumbuh 2,06 persen (YoY). Sementara impor barang konsumsi tercatat naik sebesar 7,1 persen (YoY).

Tabel 36 Nilai Impor berdasarkan Golongan Penggunaan Barang

Uraian

Nilai Q1 2020 (juta USD)

Growth (%) Share thd Total(%) QtQ YoY

Impor Total 39.169,0 -12,2 -3,7 100 Barang

Konsumsi 3.618,3 -23,8 7,1 9,2 Bahan Baku /

Penolong 29.668,7 -8,5 -2,8 75,8 Barang Modal 5.862,0 -20,8 -13,1 15,0 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Impor nonmigas terbesar adalah golongan Mesin/Pesawat Mekanik (HS 84) serta Mesin/Peralatan Listrik (HS 85)

Tabel 37 Nilai Impor Nonmigas 10 Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar

Kode HS: Uraian

Nilai Q1 2020 (juta USD)

Growth (%) Share thd Impor Nonmigas QtQ YoY (%)

84 : Mesin-mesin/Pesawat Mekanik

6.023,7 -11,8 -7,6 17,8

85 :

Mesin/peralatan listrik

4.525,6 -17,4 2,8 13,4

72 : Besi dan Baja 2.116,5 -23,4 -23,4 6,3 39 : Plastik dan

Barang dari Plastik

2.018,9 -6,1 -7,5 6,0 87 : Kendaraan dan

Bagiannya

1.571,5 -11,3 -12,1 4,6 29 : Bahan kimia

organik

1.409,1 2,5 -7,8 4,2 10 : Serealia 892,2 16,1 -4,1 2,6 73 : Benda-benda

dari Besi dan Baja

799,4 -15,9 -6,3 2,4 23 : Ampas/Sisa

Industri Makanan

681,5 -4,7 8,1 2,0 38 : Berbagai

produk kimia

657,8 4,6 -6,0 1,9 Sumber: Badan Pusat Statistik

66 Kedua golongan barang tersebut berperan sebesar 31,2 persen terhadap total impor nonmigas. Dari sisi pertumbuhan, impor mesin/pesawat mekanik turun sebesar 7,6 persen (YoY), sedangkan mesin/peralatan listrik masih mengalami kenaikan sebesar 2,8 persen (YoY). Pada 10 golongan barang HS 2 digit utama, penurunan impor terbesar terjadi pada golongan besi dan baja (-23,4 persen, YoY), golongan barang kendaraan dan bagiannya (-12,1 persen, YoY), serta golongan barang bahan kimia organik (-7,8 persen, YoY).

Impor nonmigas terbesar berasal dari Tiongkok dan Jepang.

Meskipun impor nonmigas asal Tiongkok mencatat kontraksi sebesar 14,5 persen (YoY), namun Tiongkok masih menjadi negara asal impor nonmigas utama Indonesia (share 26,3 persen). Kontraksi impor Tiongkok utamanya berasal dari penurunan impor golongan barang mesin-mesin/pesawat mekanik serta golongan besi dan baja, yang masing-masing turun sebesar 9,8 persen dan 28,3 persen (YoY)2. Impor nonmigas asal Jepang pun mengalami penurunan pada triwulan I tahun 2020, terutama berasal dari golongan barang mesin-mesin/pesawat mekanik serta barang kendaraan dan bagiannya, yang masing-masing turun sebesar 20,0 persen dan 8,8 persen (YoY)2. Beberapa negara masih mengalami kenaikan impor nonmigas pada triwulan I tahun 2020, yaitu Singapura (27,9 persen, YoY), Taiwan (22,9 persen, YoY), dan Belanda (20,9 persen, YoY).

2Dihitung melalui proksi data ekspor Tiongkok dan Jepang, sumber: trademap (2020).

Tabel 38 Nilai Impor Nonmigas di Beberapa Negara Mitra Dagang Utama

Uraian

Nilai Q1 2020

(juta USD)

Growth (%) Share thd Impor Nonmigas

(%) QtQ YoY

Tiongkok 8.909,3 -27,2 -14,5 26,3 Jepang 3.596,7 -4,4 -9,4 10,6 Amerika Serikat 1.832,5 -7,4 -6,3 5,4

India 967,7 -3,7 -4,1 2,9

Australia 1.069,9 -10,1 3,3 3,2 Korea Selatan 1.763,3 -3,7 -4,1 5,2

Taiwan 956,2 -16,9 22,9 2,8

ASEAN 7.167,1 -5,9 4,1 21,2

Singapura 2.237,8 -13,2 27,9 6,6 Malaysia 1.427,3 -0,8 -3,4 4,2 Thailand 2.257,7 -4,0 -6,9 6,7 Uni Eropa 2.855,9 -6,0 -5,0 8,4

Jerman 797,3 -2,1 -7,3 2,4

Belanda 220,8 1,6 20,9 0,7

Italia 412,0 2,0 1,0 1,2

Sumber: Badan Pusat Statistik

Kerjasama Ekonomi Internasional

Perkembangan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).

Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) telah diratifikasi pada Rapat Paripurna DPR RI yang dilaksanakan pada 6 Februari 2020. Proses ratifikasi telah selesai dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 1 Tahun 2020 tentang Pengesahan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia pada 28 Februari 2020.

Menyusul ratifikasi, Menteri Perdagangan Indonesia dan Menteri Perdagangan, Investasi, dan Pariwisata Australia telah menyepakati bahwa IA-CEPA akan berlaku efektif mulai 5 Juli 2020 yang diumumkan melalui siaran pers oleh masing-masing negara.

67 Pelaksanaan IA-CEPA mencakup diantaranya Economic Cooperation Program (CEPA ECP). Penyiapan IA-CEPA ECP mencakup penyusunan dan pembahasan the Draft of IA-CEPA ECP Design Report. Kesepakatan yang dicapai adalah: (1) empat bidang kerja sama ekonomi, yaitu: (a) IA-CEPA Implementation, (b) Agrifood Innovation Partnerships, (c) Powering Advanced Manufacturing, (d) Co-investing in Skills and Training; dan (2) pembentukan ECP Collaborative Hub yang bertindak sebagai Sekretariat dari Economic Cooperation Committee (ECC) untuk ECP. Pelaksanaan IA-CEPA ECC akan didanai melalui Australian Overseas Development Assistance (ODA) dengan Bappenas sebagai koordinator dari sisi Pemerintah Indonesia.

Perkembangan Terkini Perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA)

IEU-CEPA telah masuk dalam tahap negosiasi sejak tahun 2016. Selama berlangsungnya proses perundingan, masih banyak isu yang belum mencapai kesepakatan baik dari internal Indonesia maupun dari pihak EU. Beberapa permasalahan yang masih dibahas antara lain terkait bea keluar, local content, dan government procurement. Selain itu, perundingan juga cukup alot karena EU terdiri dari 27 negara, sehingga berbagai isu perundingan harus disetujui oleh semua negara tersebut.

Dari sisi Indonesia, Uni Eropa merupakan pasar yang cukup penting. Berdasarkan data ITC Trade Map, pada tahun 2018 Uni Eropa termasuk Inggris merupakan tujuan bagi 9,5 persen dari ekspor Indonesia, dan

sekitar 7,5 persen dari total impor Indonesia berasal dari Uni Eropa.

Sementara dari sisi Uni Eropa, perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa cenderung stagnan dengan persentase tidak lebih dari 0,3 persen baik dari total impor Uni Eropa maupun total ekspor Uni Eropa.

Tabel 39 Kontribusi Ekspor Indonesia ke Uni Eropa

Uraian 2016 2017 2018

Ekspor Indonesia ke

Uni Eropa (Juta USD) 14.474 16.377 17.121 Kontrribusi ekspor

Indonesia terhadap impor Uni Eropa (%)

0,28 0,28 0,27 Kontribusi ekspor

Indonesia ke Uni Eropa terhadap total Ekspor Indonesia (%)

10,02 9,70 9,50

Sumber: ITC Trade Map

Proses perundingan ke depan perlu didasarkan pada dampak dari perubahan-perubahan signifikan dalam arah kebijakan ekonomi di Uni Eropa seperti standar produk ramah lingkungan, serta perubahan politik seperti Brexit.

Gambar 50 Mitra Ekspor Indonesia ke Uni Eropa

Sumber: Center for Strategic and International Studies

Perundingan tersebut tidak saja difokuskan pada dampak terhadap perdagangan, namun juga terhadap

68 investasi. Negara utama sumber FDI dari Uni Eropa ke Indonesia antara lain:

Belanda, Belgia, Inggris, Jerman, dan Prancis. Sekitar 77,8 persen dari total FDI berasal dari Belanda. Investasi Uni Eropa sebagaian besar berada di subsektor: (i) transportasi dan pergudangan, (ii) listrik, gas, dan air, (iii) pertambangan, (iv) hotel dan restoran, serta (v) kimia dan farmasi.

Sebagai catatan, saat ini EU-Vietnam FTA sudah selesai ratifikasi dan EU-Thailand FTA sudah memasuki tahap akhir perundingan. Baik Vietnam maupun Thailand merupakan kompetitor Indonesia di pasar Uni Eropa.

Gambar 51 Mitra Utama Investasi Indonesia Asal Uni Eropa

Sumber: Center for Strategic and International Studies

Gambar 52 Subsektor Tujuan Uni Eropa

Sumber: Center for Strategic and International Studies

Perkembangan Terkini Perdagangan dan Kerjasama Internasional Terkait COVID-19

Deklarasi KTT Khusus ASEAN Terkait COVID-19

KTT ASEAN membahas kesepakatan mengenai upaya penanganan situasi COVID-19 dilaksanakan secara virtual pada 14 April 2020. Deklarasi tersebut menghasilkan kesepakatan antara lain: (i) kerjasama melawan COVID dengan saling tukar informasi dan best practices serta pengembangan research, (ii) perlindungan bagi warga negara ASEAN di tengah masa pandemic, (iii) memperkuat komunikasi publik dan memerangi stigmatisasi, (iv) komitmen untuk mengambil aksi kolektif dan kebijakan terkoordinasi untuk mitigasi dampak ekonomi dan sosial, (v) pentingnya pendekatan komprehensif yang melibatkan stakeholders dan multi-sektoral, (vi) menugaskan para menteri ekonomi ASEAN untuk memastikan berjalannya supply chain connectivity sehingga perdagangan dapat terus berjalan, (vii) mendukung realokasi Trust Fund ASEAN guna menangani COVID-19.

World Trade Organization

Terlepas di luar konteks COVID-19, mundurnya Direktur Jenderal WTO Roberto Azevêdo merupakan hal yang mengejutkan. Terlebih berita ini muncul di tengah kondisi COVID-19 yang berdampak negatif pada agenda reformasi WTO dan upaya mendukung multilateralisme serta menekan tren proteksionisme.

Pada masa COVID-19, hambatan perdagangan dan jasa meningkat pesat yang ditunjukkan dengan banyaknya notifikasi trade measures ke WTO. Sampai dengan 14 Mei 2020, terdapat 177 notifikasi hambatan perdagangan barang

(dalam ribu USD)

69 dan 81 notifikasi hambatan perdagangan jasa dari berbagai negara.

Sebagai contoh, sejak Februari 2020, Tiongkok telah mengarahkan sektor bisnis untuk mengajukan lisensi ekspor-impor secara digital. Amerika Serikat menetapkan prioritas dan alokasi Alat Perlindungan Diri (APD) termasuk masker, alat bantu pernapasan, dan sejenisnya untuk penggunaan domestik. Selain itu, AS juga menerapkan prosedur investigasi yang komprehensif untuk barang impor terkait pandemik. Indonesia, Malaysia, dan Thailand untuk sementara waktu melarang ekspor antiseptik dan etil alkohol, masker dan bahan baku pembuatan masker, serta APD. Sedangkan Myanmar sementara waktu menunda penerbitan lisensi ekspor beras untuk menjamin ketahanan pangan di masa pandemik.

G20 Trade and Investment Working Group Indonesia sebagai bagian dari G20 TIWG telah menyusun draf outcome yang disepakati sebagai aksi bersama maupun aksi sukarela oleh kepala negara G20.

Kesepakatan ini meliputi berbagai area kebijakan, antara lain: (i) fasilitasi perdagangan dan upaya memastikan protokol darurat tidak menimbulkan bagi perdagangan internasional, (ii) upaya mendukung kelancaran logistik penggunaan sementara transportasi

umum untuk untuk perdagangan barang terutama alat-alat kesehatan dan perlengkapan medis, (iii) mendukung UMKM dan kolaborasi dengan sektor swasta, dll.

Diplomasi di Tengah COVID-19

Tiongkok memberikan bantuan peralatan medis mencakup APD, handsanitizers, dan ventilator, serta konsultasi dan knowledge sharing dari tenaga medis Tiongkok untuk negara-negara Amerika Latin. Tiongkok juga mengajukan pemberian bantuan finansial dan memberikan keringanan pinjaman lunak saat AS menolak permohonan bantuan dari Venezuela, serta investor AS menarik investasinya dari Amerika Latin.

Vietnam melakukan soft diplomacy dengan mendonasikan masker ke berbagai negara ASEAN, Amerika Serikat, Rusia, Jeman, Perancis dan Inggris.

Bantuan sebanyak 250.000 masker diberikan kepada AS, 550.000 masker kepada Uni Eropa, Kemampuan produksi tersebut ditunjang dengan telah berkembangnya industri garmen dan tekstil di Vietnam. Hal ini dapat dilihat sebagai unjuk kesiapan industri di Vietnam untuk bersaing dengan Tiongkok di pasar global.

70 Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia

Tabel 40 Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia

No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun

1 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect 1993

2 ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Agreement Signed and In Effect 2010

3 ASEAN-Canada FTA Proposed/Under consultation

and study

2017 4 ASEAN-EU Free Trade Agreement Proposed/Under consultation

and study

2015

5 ASEAN-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2016 6 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2017 7 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation

Agreement

Signed and In Effect 2010 8 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership Signed and In Effect 2008 9 ASEAN-Pakistan Free Trade Agreement Proposed/Under consultation

and study

2009 10 ASEAN-People's Republic of China Comprehensive

Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2005 11 ASEAN-[Republic of] Korea Comprehensive Economic

Cooperation Agreement

Signed and In Effect 2007 12 Indonesia-Australia Comprehensive Economic

Partnership Agreement

Signed but not yet in effect 2012 13 Comprehensive Economic Partnership for East Asia

(CEPEA/ASEAN+6)

Proposed/Under consultation and study

2005 14 East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) Proposed/Under consultation

and study

2004 15 Eurasian Economic Union-Indonesia Proposed/Under consultation

and study

2016 16 Free Trade Area of the Asia Pacific Proposed/Under consultation

and study

2014 17 India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation

Arrangement

Negotiations launched 2011

18 Indonesia-Chile Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2017 19 Indonesia-Colombia Free Trade Agreement Proposed/Under consultation

and study

2019 20 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade

Agreement

Signed but not yet In Effect 2018 21 Indonesia-European Union Comprehensive Economic

Partnership Agreement

Negotiations launched 2016 22 Indonesia-Gulf Cooperation Council Free Trade

Agreement

Proposed/Under consultation and study

2018 23 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 2008 24 Indonesia-Kenya Free Trade Agreement Proposed/Under consultation

and study

2018 25 Indonesia-Morocco Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2019 26 Indonesia-Mozambique Free Trade Agreement Negotiations launched 2018

71

No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun

27 Indonesia-Nigeria Preferential Trade Agreement Propesed/Under Consultation and study

2017 28 Indonesia-Pakistan Free Trade Agreement Signed and In Effect 2013

29 Indonesia-Peru FTA Proposed/Under consultation

and study

2014 30 Indonesia-Republic of Korea Free Trade Agreement Negotiations launched 2012 31 Indonesia-South Africa Free Trade Agreement Proposed/Under consultation

and study

2018 32 Indonesia-Sri Lanka Free Trade Agreement Proposed/Under consultation

and study

2018

33 Indonesia-Taipei,China FTA Proposed/Under consultation

and study

2011 34 Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2018

35 Indonesia-Turkey FTA Negotiations launched 2017

36 Indonesia-Ukraine Free Trade Agreement Proposed/Under consultation and study

2016 37 Indonesia-United States Free Trade Agreement Proposed/Under consultation

and study

1997 38 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight

Developing Countries

Signed and In Effect 2011 39 Regional Comprehensive Economic Partnership Negotiations launched 2013 Sumber: Asia Regional Integration Center (ADB)

Secara umum, kinerja perdagangan Indonesia dengan negara mitra FTA dalam satu tahun terakhir sampai triwulan I tahun 2020 relatif stagnan. Penurunan nilai impor yang signifikan hanya terjadi pada impor Indonesia dari Tiongkok yang turun sebesar USD1,4 miliar yang dipengaruhi oleh dampak COVID-19.

Kontribusi ekspor Indonesia ke kawasan Asia Timur yang terdiri dari Jepang, Korea Selatan, Tiongkok termasuk Hongkong mencapai 31,30 persen dari total ekspor

Indonesia ke dunia. Pada saat yang sama, Indonesia juga mengimpor 42,58 persen produk dari negara-negara tersebut.

Negara-negara di kawasan Asia Tenggara berkontribusi terhadap 24,37 persen dari total ekspor Indonesia, dan 22,56 persen dari impor Indonesia. Sementara itu, negara-negara mitra FTA di kawasan Asia Selatan yang terdiri dari India, Bangladesh, dan Pakistan menjadi tujuan ekspor dari 10,25 persen produk Indonesia, dan sumber 3,25 persen dari total impor Indonesia.

Tabel 41 Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA

Kawasan / Negara

Q1 2019 Q1 2020

Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca

(juta USD) Indonesia

terhadap Dunia 40.605,7 40.668,5 -62,8 41.760,9 39.169,0 2.591,9 KAWASAN ASIA TIMUR

Jepang 4.225,0 3.975,3 249,7 3.720,7 3.611,6 109,2

Korea Selatan 2.082,8 2.129,7 -47,0 1.752,7 1.973,5 -220,9

72 Kawasan /

Negara

Q1 2019 Q1 2020

Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca

(juta USD)

R. R. Tiongkok 5.753,9 10.507,2 -4.753,3 6.374,7 9.086,7 -2.712, Hongkong,

Tiongkok 647,7 702,5 54,8 708,9 762,2 53,3

Kontribusi thd

total 31.30% 42.58% - 30.07% 39.40% -

KAWASAN ASIA TENGGARA

Thailand 1.635,0 2.437,6 -802,7 1.539,7 2.267,9 -728,2

Singapura 3.178,7 3.593,5 -414,8 3.438,2 3.800,2 -362,0

Filipina 1.604,9 207,5 1.397,4 1.551,3 183,2 1.368,2

Malaysia 1.955,3 1.908,9 46,4 2.016,6 1.901,4 115,3

Myanmar 200,9 38,3 162,6 267,9 62,0 205,9

Kamboja 143,2 12,4 130,8 169,7 15,9 153,9

Brunei

Darussalam 16,9 8,1 8,8 29,8 42,6 -12,8

Laos 1,8 9,0 -7,2 1,7 15,9 -14,2

Vietnam 1.160,9 961,1 199,8 1.194,9 957,7 237,2

Kontribusi thd

total 24.37% 22.56% - 24.45% 23.61% -

KAWASAN ASIA SELATAN

India 3.019,7 1.146,0 1.873,7 2.959,4 971,1 1.988,3

Pakistan 512,8 92,9 419,9 525,2 67,6 457,6

Bangladesh 628,2 22,1 606,1 619,0 30,1 588,9

Kontribusi thd

total 10.25% 3.10% - 9.83% 2.73% -

KAWASAN EROPA

Turki 276,0 91,5 184,4 294,4 80,0 214,3

Kontribusi thd

total 0.68% 0.23% - 0.70% 0.20% -

KAWASAN AFRIKA

Mesir 292,3 49,0 243,3 282,2 43,7 238,4

Nigeria 106,3 516,3 -410,0 95,2 578,7 -483,5

Kontribusi thd

total 0.98% 1.39% - 0.90% 1.59% -

KAWASAN OCEANIA

Australia 475,2 1.164,0 -688,8 511,6 1.412,0 -900,4

Selandia Baru 101,2 170,9 -69,7 128,2 185,2 -57,0

Kontribusi thd

total 1.42% 3.28% - 1.53% 4.08% -

KAWASAN TIMUR TENGAH

Iran 18,9 7,2 11,7 35,5 7,7 27,8

Kontribusi thd

total 0.91% 0.34% - 2.02% 0.39% -

Sumber: Kementerian Perdagangan

Dalam dokumen PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA (Halaman 58-77)

Dokumen terkait