• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA

Ancaman Resesi Dunia Akibat Pandemi

Triwulan I Tahun 2020

Edisi Vol.4, No.1 Mei 2020

ISSN 2580-2518

(2)

KATA PENGANTAR

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan pada data dan informasi yang sudah dipublikasikan oleh Kementerian/Lembaga, instansi internasional, asosiasi, maupun hasil dari diskusi terbatas perkembangan ekonomi yang dilakukan bersama dengan beberapa Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi ekonomi.

Publikasi triwulan I tahun 2020 ini memberikan gambaran dan analisis mengenai perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan I tahun 2020. Dari sisi perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I tahun 2020 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, investasi, industri dalam negeri, perekonomian daerah, serta proyeksi ekonomi.

Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan publikasi ini dapat tercapai.

Jakarta, Mei 2020

Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

(3)

i

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pada triwulan I tahun 2020 dunia diguncang pandemi COVID-19 yang memaksa berbagai negara mengurangi aktivitas ekonomi. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi semua negara kembali tertekan. Pertumbuhan beberapa negara mengalami kontraksi, dan sebagian lainnya masih tumbuh positif meskipun jauh dibawah pertumbuhan normal. Perekonomian Tiongkok berbalik terkontraksi hingga 6,8 persen. Jepang terkontraksi semakin dalam sebesar 3,4 persen. Sementara itu, Amerika Serikat masih tumbuh positif sebesar 0,3 persen.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri tertekan menjadi 2,97 persen.

Pertumbuhan ekonomi di sebagian besar wilayah tumbuh lebih lambat. Wilayah Bali Nusra, Kalimantan, serta Maluku Papua tumbuh di bawah pertumbuhan nasional. Seluruh komponen pengeluaran menunjukkan perlambatan yang cukup signifikan. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat menjadi sebesar 2,8 persen. Kinerja ekspor dan impor juga menurun seiring terhambatnya aktivitas perdagangan antar negara. Impor terkontraksi 2,2 persen sementara ekspor tumbuh 0,2 persen. Sektor utama Indonesia tumbuh melambat namun sektor jasa tumbuh lebih cepat. Sektor jasa kesehatan tumbuh hingga 10 persen pada triwulan berjalan.

Kinerja tersebut terkait dengan penyebaran wabah COVID-19 yang mendorong permintaan jasa kesehatan.

Tahun 2020 diperkirakan akan mejadi tahun yang berat terutama dari sisi perpajakan. Hingga akhir triwulan I tahun 2020, penerimaan perpajakan melambat 0,02 persen. Namun, secara keseluruhan realisasi pendapatan negara dan hibah meningkat hingga Rp376,0 triliun.

Sementara itu, belanja negara juga meningkat menjadi Rp452,4 triliun didorong oleh belanja modal dan belanja sosial. Meskipun meningkat, namun komponen Transfer Ke Daerah dan Dana Desa mengalami penurunan yang terkendala proses pemenuhan persyaratan penyaluran TKDD.

Dari sisi moneter, suku bunga acuan diturunkan secara bertahap dari 5,00 persen menjadi 4,50 persen sepanjang triwulan I tahun 2020. Kondisi pasar keuangan global yang tertekan ketidakpastian pandemi menyebabkan nilai tukar Rupiah melemah cukup dalam selama Februari hingga Maret. Namun, inflasi domestik tetap terkandali dan stabil pada kisaran 3±1 persen, meskipun inflasi harga bergejolak mencapai 6 persen. Sektor jasa keuangan cukup terkendali ditopang oleh kondisi permodalan dan likuiditas.

Kinerja neraca pembayaran Indonesia mengalami defisit disebabkan oleh turunnya surplus neraca transaksi modal dan finansial sejalan dengan ketidakpastian di pasar keuangan global.

Sementara itu, defisit neraca transaksi berjalan turun didorong peningkatan neraca perdagangan barang yang lebih besar dari kenaikan defisit neraca jasa.

Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020 secara keseluruhan diprediksi terkontraksi yang terutama terjadi di negara-negara maju. Sebagian negara di Asia diprediksi tetap tumbuh positif. Pertumbuhan Indonesia diproyeksi melambat dalam rentang -0,4 hingga 2,3 persen dengan puncak perlambatan pada triwulan II tahun 2020. Perlambatan terjadi pada seluruh komponen pengeluaran terutama konsumsi rumah tangga. Sementara itu, kinerja ekspor dan impor diprediksi terkontraksi pada keseluruhan tahun ini.

(4)

ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... II DAFTAR TABEL ... III DAFTAR GAMBAR ... V

I. PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ... 7

II. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA ... 13

2.1 Produk Domestik Bruto ... 14

Investasi ... 19

Industri ... 19

Pariwisata ... 21

2.2 Produk Domestik Regional Bruto ... 26

2.3 Fiskal ... 35

2.4 Moneter dan Jasa Keuangan ... 43

Moneter ... 43

Jasa Keuangan ... 43

2.5 Neraca Pembayaran ... 55

Neraca Perdagangan ... 62

Kerjasama Ekonomi Internasional ... 62

III. PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI ... 74

3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global ... 75

3.2 Proyeksi Perekonomian Indonesia ... 75

(5)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara ... 10

Tabel 2 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ... 15

Tabel 3 Pembentukan Modal Tetap Bruto ... 17

Tabel 4 Pertumbuhan Ekonomi ... 18

Tabel 5 Realisasi Investasi ... 19

Tabel 6 Realisasi Investasi Sektor Sekunder ... 19

Tabel 7 Sektor PMA Terbesar ... 20

Tabel 8 Sektor PMDN Terbesar ... 20

Tabel 9 Realisasi PMA berdasarkan Negara Asal ... 20

Tabel 10 Realisasi Investasi berdasarkan Lokasi ... 21

Tabel 11 Lokasi PMA Terbesar ... 21

Tabel 12 Lokasi PMDN Terbesar ... 21

Tabel 13 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ... 34

Tabel 14 Realisasi Komponen Pendapatan Negara dan Hibah ... 35

Tabel 15 Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan ... 35

Tabel 16 Realisasi Komponen PNBP ... 36

Tabel 17 Realisasi Komponen Belanja Pemerintah Pusat ... 38

Tabel 18 Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa ... 40

Tabel 19 Perkembangan Komponen Pembiayaan ... 41

Tabel 20 Realisasi APBN s.d 31 Maret 2019 dan 2020 ... 42

Tabel 21 Perkembangan Reverse Repo Surat Berharga Negara ... 43

Tabel 22 Tingkat Inflasi Domestik... 45

Tabel 23 Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen (YoY) ... 46

Tabel 24 Inflasi Kelompok Pengeluaran (MtM) ... 46

Tabel 25 Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional ... 48

Tabel 26 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah ... 54

Tabel 27 Penyaluran Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha ... 55

Tabel 28 Aset IKNB Syariah 2019 – 2020 ... 56

Tabel 29 Neraca Pembayaran... 60

Tabel 30 Neraca Perdagangan ... 62

Tabel 31 Nilai Ekspor dan Impor Migas ... 62

Tabel 32 Nilai Ekspor Nonmigas berdasarkan Sektor ... 63

Tabel 33 Nilai Ekspor Nonmigas 10 Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar ... 63

Tabel 34 Nilai Ekspor berdasarkan Klasifikasi Teknologi ... 64

Tabel 35 Nilai Ekspor Nonmigas di Beberapa Negara Mitra Dagang Utama ... 64

Tabel 36 Nilai Impor berdasarkan Golongan Penggunaan Barang ... 65

Tabel 37 Nilai Impor Nonmigas 10 Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar... 65

Tabel 38 Nilai Impor Nonmigas di Beberapa Negara Mitra Dagang Utama ... 66

Tabel 39 Kontribusi Ekspor Indonesia ke Uni Eropa ... 67

Tabel 40 Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia ... 70

Tabel 41 Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA ... 71

Tabel 42 Kontribusi Nilai Perdagangan Indonesia Berdasarkan FTA terhadap Total Perdagangan Indonesia dengan Dunia ... 73

(6)

iv

Tabel 43 Proyeksi Pertumbuhan Beberapa Negara ... 75

Tabel 44 Proyeksi Harga Komoditas Global ... 76

Tabel 45 Konsensus Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 77

Tabel 46 PDB Berdasarkan Pengeluaran ... 77

Tabel 47 PDB Berdasarkan Lapangan Usaha ... 78

(7)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara... 8

Gambar 2 Perkembangan Harga Minyak Mentah ... 11

Gambar 3 Perkembangan Harga Gas Alam dan Batu Bara ... 11

Gambar 4 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 14

Gambar 5 Pertumbuhan PDB Sisi Produksi Triwulan I Tahun 2020 ... 14

Gambar 6 Pertumbuhan PDB Sisi Pengeluaran ... 16

Gambar 7 Perkembangan Konsumsi RT dan Investasi terhadap PDB ... 16

Gambar 8 Pertumbuhan Industri Pengolahan Nonmigas ... 22

Gambar 9 Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas ... 22

Gambar 10 Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas ... 23

Gambar 11 Ekspor Produk Industri ... 23

Gambar 12 PMDN Sektor Industri ... 24

Gambar 13 PMA Sektor Industri... 24

Gambar 14 Penjualan Mobil ... 24

Gambar 15 Produksi, Penjualan Domestik, dan Ekspor Semen... 25

Gambar 16 Indonesia Headline PMI Manufacturing ... 25

Gambar 17 Pertumbuhan dan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara 26 Gambar 18 Kunjungan Wisatawan Mancanegara berdasarkan Asal Negara . 26 Gambar 19 Nilai Ekspor Jasa Perjalanan ... 27

Gambar 20 Pertumbuhan dan Jumlah Penumpang Transportasi ... 27

Gambar 21 Tingkat Penghunian Kamar Hotel ... 28

Gambar 22 Tingkat Penghunian Kamar Hotel DKI Jakarta dan Bali ... 28

Gambar 23 Pertumbuhan Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum ... 28

Gambar 24 Pertumbuhan dan Kontribusi Ekonomi Secara Spasial ... 29

Gambar 25 Perkembangan Komponen Belanja Negara ... 36

Gambar 26 Perkembangan Realisasi Defisit APBN ... 40

Gambar 27 Perkembangan Utang Pemerintah Pusat ... 41

Gambar 28 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD, 2019-2020* .. 44

Gambar 29 Real Effective Exchange Rate ASEAN-5, (2010=100) ... 44

Gambar 30 Perkembangan Uang Beredar ... 45

Gambar 31 Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IKK) dan Inflasi Inti, 2018-2019 ... 46

Gambar 32 Perkembangan Indeks Harga Pangan Strategis Nasional, (2018=100) ... 47

Gambar 33 Kinerja Perbankan Konvensional ... 47

Gambar 34 Pertumbuhan DPK Perbankan Konvensional ... 48

Gambar 35 Pertumbuhan Kredit Perbankan Konvensional ... 48

Gambar 36 Capaian Penyaluran KUR ... 50

Gambar 37 Perkembangan Industri Teknologi Keuangan (peer-to-peer lending) ... 50

Gambar 38 Perkembangan Aset Industri Asuransi... 51

(8)

vi

Gambar 39 Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Jumlah Investasi Dana

Pensiun ... 52

Gambar 40 Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ... 52

Gambar 41 Perkembangan Outstanding Obligasi Korporasi ... 53

Gambar 42 Kinerja Perbankan Syariah ... 53

Gambar 43 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Perbankan Syariah ... 54

Gambar 44 Perkembangan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ISSI, JII dan JII70 .. 55

Gambar 45 Outstanding Sukuk Korporasi ... 56

Gambar 46 Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia ... 56

Gambar 47 Neraca Jasa Perjalanan dan Transportasi ... 57

Gambar 48 Neraca Pendapatan Primer dan Sekunder ... 58

Gambar 49 Neraca Transaksi Finansial ... 58

Gambar 50 Mitra Ekspor Indonesia ke Uni Eropa ... 67

Gambar 51 Mitra Utama Investasi Indonesia Asal Uni Eropa ... 68

Gambar 52 Subsektor Tujuan Uni Eropa ... 68

(9)

7

(10)

8

I. PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Perekonomian global terguncang akibat pandemi COVID-19.

Setelah ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok mereda pada akhir tahun 2019, ketidakpastian kembali muncul pada awal tahun 2020. Dunia dilanda kepanikan akibat menyebarnya virus COVID-19 dengan sangat cepat. Virus ini pertama kali terdeteksi pada akhir tahun 2019 di Tiongkok yang menjangkiti puluhan orang.

Pada bulan Januari, kasus positif telah mencapai ribuan orang dan mulai menyebar ke negara di luar Tiongkok dan mulai mengurangi akses masuk penumpang yang berasal dari Tiongkok. Seiring penambahan kasus yang kian meningkat pada bulan Februari, banyak negara memberikan peringatan akan wabah ini dan melarang perkumpulan keramaian serta menunda berbagai acara besar. Sementara negara lainnya mulai menjalankan kebijakan lockdown selama pandemi, pada bulan Maret Tiongkok mulai melonggarkan kebijakan lockdown dan mulai menjalankan aktivitas perekonomian.

Kebijakan lockdown yang diberlakukan hampir bersamaan di berbagai negara menyebabkan turunnya permintaan global dan menghambat aliran barang. Hal tersebut menyebabkan harga komoditas di pasar internasional turun.

Obat untuk COVID-19 yang belum ditemukan hingga akhir triwulan I tahun 2020, memperpanjang kekhawatiran kapan pandemi ini akan berhenti dan situasi kembali normal. Ketidakpastian yang kompleks ini membawa pasar dalam kepanikan. Pasar keuangan di berbagai negara tumbang. Nilai tukar berbagai mata

uang juga jatuh. Pada fase ini, berbagai negara memberikan stimulus fiskal maupun moneter untuk menahan pelemahan ekonomi negaranya.

Sebagian negara mengalami kontraksi ekonomi.

Pandemi yang terjadi pada awal tahun ini berdampak lebih besar dibandingkan perang dagang yang terjadi sebelumnya.

Dalam kurun waktu tiga bulan, aktivitas perekonomian global menyusut tajam.

Ekonomi sebagian negara bahkan terkontraksi pada triwulan ini. Kondisi ini mengancam terjadinya resesi global.

Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara

Sumber: CEIC

Penyebaran COVID-19 di Amerika Serikat yang terjadi begitu cepat menjadikan Amerika sebagai negara dengan jumlah kasus terbanyak. Hal ini direspon dengan pemberlakuan pembatasan aktivitas dengan segera. Lockdown menghambat aktivitas perekonomian di AS. Meskipun demikian, kinerja perekonomian Amerika

-8,0 -6,0 -4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(persen)

Amerika Serikat Tiongkok

Singapura Jepang

Korea

(11)

9 Serikat masih tumbuh positif dibandingkan tahun sebelumnya meskipun hanya tumbuh 0,3 persen. Pendorong pertumbuhan berasal dari pengeluaran pemerintah tumbuh lebih cepat terutama pengeluaran nonpertahanan yang meningkat hingga 6,4 persen (YoY). Konsumsi masyarakat tumbuh melambat sebesar 0,4 persen (YoY).

Sementara itu, investasi domestik, ekspor, dan impor terkontraksi. Inflasi pada triwulan I tahun 2020 sebesar 1,9 persen (YoY) melambat dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (2,4 persen, YoY).

Tiongkok terdampak paling besar oleh pandemi yang terjadi sejak Januari 2020.

Pada triwulan I tahun 2020, perekonomian Tiongkok terkontraksi hingga 6,8 persen.

Produksi industri Januari dan Februati masing-masing terkontraksi 13,5 persen sementara pada bulan Maret terkontraksi 1,1 persen (YoY). Penjualan retail Tiongkok juga terkontraksi 18,9 persen selama Januari-Maret 2020. Investasi dan ekspor- impor masing-masing kontraksi 16,1 dan 6,4 persen. Selain disebabkan oleh lockdown, sikap negara lain yang mengurangi barang impor serta penumpang dari Tiongkok pada masa awal penyebaran COVID-19 menekan kinerja perekonomian lebih dalam.

Jepang yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia.

Pada triwulan ini, perekonomian Jepang kembali terkontraksi 3,4 persn (YoY) setelah pada triwulan IV tahun 2019 terkontraksi 1,9 persen (YoY). Kontraksi yang terjadi disebabkan oleh turunnya konsumsi dan ekspor secara tajam. Melambatnya aktivitas ekonomi pada negara mitra utama Jepang menyebabkan kinerja ekspor menurun drastis. Selain itu, sektor pariwisata Jepang juga terdampak seiring anjloknya kunjungan wisatawan.

Meskipun terdampak pandemi cukup parah, Korea Selatan masih tumbuh positif sebesar 1,3 persen pada triwulan I tahun 2020. Kinerja positif ini didorong oleh ekspor barang yang tumbuh hingga 6,3 persen (YoY). Selain itu, pengeluaran pemerintah dan investasi juga tumbuh masing-masing 7,1 dan 4,4 persen (YoY).

Konsumsi masyarakat yang turun hingga - 4,7 persen (YoY) menahan pertumbuhan pada triwulan I tahun 2002.

Singapura yang pertumbuhannya ditopang oleh sektor jasa, pada triwulan ini terkontraksi 2,2 persen (YoY). Sektor manufaktur Singapura terkontraksi 0,5 persen (YoY) terutama disebabkan oleh turunnya produksi elektronik dan kimia yang lebih besar dibanding peningkatan yang terjadi pada industri biomedis.

Penurunan tersebut menunjukkan turunnya permintaan global. Sektor konstruksi juga terkontraksi 4,3 persen (YoY) yang disebabkan oleh terganggunya pasokan dan terhambatnya pekerja asing untuk kembali. Sementara itu, kinerja jasa terkontraksi 3,1 persen (YoY) dipengaruhi kontraksi yang terjadi pada sektor transportasi, akomodasi, makan minum, dan perdagangan retail seiring anjloknya wisatawan. Di saat yang bersamaan, perdagangan besar serta transportasi dan pergudangan terkontraksi akibat turunnya rantai permintaan dan penawaran internasional. Sementara itu, sektor informasi dan komunikasi serta jasa keuangan dan asuransi tetap tumbuh positif meskipun melambat.

Suku bunga kembali diturunkan sebagai antisipasi potensi dampak pandemi.

Berbagai negara kembali memotong suku bunga kebijakan sebagai langkah untuk meminimalisir dampak pandemi. Kondisi

(12)

10 pasar keuangan global yang dilanda kepanikan membuat bank sentral Amerika Serikat memangkas suku bunga hingga 150 bps pada bulan Maret dalam dua tahapan.

Tahap pertama, The Fed menurunkan 50 bps menjadi 1,00-1,25 persen. Dua minggu kemudian, suku bunga kembali dipangkas ke level 0,00-0,25 persen. Penerapan suku bunga yang rendah diharapkan akan kembali meningkatkan kepercayaan pasar sehingga kinerja sektor keuangan lebih stabil. Suku bunga kebijakan Amerika Serikat saat ini berada pada level yang sama saat terjadi krisis keuangan global 2008.

Tabel 1 Suku Bunga Kebijakan Beberapa Negara

Jan Feb Mar

BRIC

Brazil 4,50 4,25 3,75

Rusia 6,25 6,00 6,00

India 5,15 5,15 4,40

Tiongkok 4,15 4,05 4,05

ASEAN-5

Indonesia 5,00 4,75 4,50

Thailand 1,25 1,00 0,75

Filipina 4,00 3,75 3,25

Malaysia 2,75 2,75 2,50

Vietnam 6,00 6,00 6,00

Negara Maju Amerika

Serikat 1,50-1,75 1,50-1,75 0,00-0,25

Jepang -0,1 -0,1 -0,1

Korea

Selatan 1,25 1,25 0,75

Sumber: Bloomberg, PBoC

Sebelum The Fed memangkas suku bunga, negara lain terutama negara berkembang telah melakukannya terlebih dahulu.

Indonesia dan Thailand menurunkan suku bunga pada bulan Februari dan Maret masing-masing sebesar 25 bps. Sementara Malaysia memotong suku bunga 25 bps pada bulan Maret. India menurunkan hingga 75 bps pada bulan Maret ke level 4,40 persen.

Tiongkok juga melakukan pemotongan suku bunga sebanyak 10 bps pada bulan Februari. Langkah ini dimaksudkan untuk memulihkan perekonomian yang sempat terhenti. Pada bulan Maret, bank sentral Tiongkok memutuskan untuk menahan suku bunga. Sementara itu, Korea Selatan menurunkan suku bunga sebesar 50 bps dalam sebuah rapat darurat pada bulan Maret.

Harga komoditas internasional melemah.

Seiring dengan berkurangnya aktivitas di berbagai belahan dunia, permintaan global terhadap berbagai komoditas turut melemah. Baik harga komoditas energi maupun logam secara umum menurun pada triwulan ini.

Harga minyak mentah turun sejak Januari 2020. Pelemahan harga minyak paling tajam terjadi pada bulan Maret saat banyak negara menerapkan lockdown. Pada periode ini harga minyak mentah rata-rata hanya sebesar USD32,2 per barel.

Turunnya harga minyak mentah disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, turunnya permintaan global hingga 6 persen (YoY).

Kedua, ketegangan antara Arab Saudi dan Rusia. Kesepakatan OPEC+ untuk mengurangi produksi berakhir pada Maret 2020, namun Rusia menolak untuk melakukan pemangkasan produksi kembali.

Arab Saudi justru merespon dengan meningkatkan produksi pada bulan April di tengah tingginya produksi Amerika Serikat.

Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena pasokan yang tidak terserap oleh pasar akan semakin tinggi. Akibatnya, harga minyak mentah pada bulan Maret jatuh hingga 40 persen (MtM).

Harga minyak mentah rata-rata pada triwulan I turun menjadi USD49,1 per barel.

(13)

11 Harga minyak mentah Brent dan Dubai turun 20 persen (YoY), masing-masing menjadi USD50,5 dan USD50,7. Sementara itu, harga rata-rata WTI sebesar USD46,0 per barel, turun 16,2 persen dibandingkan triwulan I tahun 2019.

Gambar 2 Perkembangan Harga Minyak Mentah

Sumber: World Bank

Gambar 3 Perkembangan Harga Gas Alam dan Batu Bara

Sumber: World Bank

Harga rata-rata gas alam turun 49,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2019. Pada triwulan ini, harga gas alam Eropa sebesar USD3,1 per mmbtu. Sementara gas alam AS USD1,9 per mmbtu. Perkembangan harga gas alam terus menunjukkan tren melemah.

Cuaca yang semakin menghangat menyebabkan turunnya permintaan gas

alam global. Pasokan yang tidak terserap menjadi kian meningkat dan menurunkan harga acuan internasional.

Pergerakan harga batu bara lebih stabil meskipun menunjukkan pelemahan sepanjang triwulan I tahun 2020. Harga batu bara acuan internasional turun 29,2 persen (YoY) menjadi USD67,8 per metrik ton. Harga batu bara sempat naik pada bulan Januari seiring dengan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang diprediksi akan meningkatkan permintaan. Namun, sebagai konsumen terbesar, pembatasan aktivitas yang dilakukan Tiongkok pada bulan selanjutnya menurunkan permintaan.

Akibatnya harga batu bara kian melemah.

Harga mayoritas komoditas pertanian meningkat sementara logam turun.

Perkembangan harga minyak kelapa sawit acuan internasional pada triwulan I tahun 2020 ini masih menguat menjadi USD725 per metrik ton. Komoditas pertanian lainnya yang mengalami penguatan harga antara lain beras, gandum, kedelai, cokelat, kopi Arabika, dan udang. Harga udang rata- rata naik cukup tinggi sebesar 18,7 (YoY) menjadi USD14,0 per kilogram. Sementara itu, harga kopi Robusta, teh, serta karet melemah. Di sisi lain, harga gula dunia cenderung stagnan dengan harga USD0,3 per kilogram.

Pembatasan aktivitas menyebabkan turunnya permintaan industri akan bahan baku. Turunnya permintaan tersebut turut menyeret harga logam ke bawah. Harga alumunium, timah, seng, dan tembaga turun pada triwulan ini. Timah dan seng masing-masing turun 22,7 dan 21,6 persen (YoY). Sementara itu, harga nikel masih 0

10 20 30 40 50 60 70 80

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(USD)

Brent Dubai WTI

00 50 100 150

0 2 4 6 8

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(USD)

Gas Alam, Eropa Gas Alam, AS

(14)

12 meningkat 2,2 persen (YoY) menjadi USD12.690 per metrik ton.

Harga logam mulia terus mengalami peningkatan. Meningkatnya ketidakpastian dan volatilitas pasar keuangan yang tinggi pada triwulan awal tahun 2020 mendorong permintaan logam mulia. Sepanjang Januari hingga Maret, harga emas mengalami peningkatan yang tajam. Rata-rata harga emas pada triwulan I tahun 2020 mencapai USD1.593 per troy ons, meningkat 21,4 persen (YoY).

(15)

13

(16)

14

II. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA

2.1 Produk Domestik Bruto

Meski melambat tajam, perekonomian masih tumbuh positif.

Krisis kesehatan global yang terjadi pada triwulan pertama tahun 2020 berdampak pada kinerja perekonomian dalam negeri.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 2,97 persen (YoY). Hampir seluruh sektor tumbuh melambat. Hal ini disebabkan oleh turunnya permintaan global dan domestik serta diiringi dengan melemahnya harga komoditas internasional. Kondisi ini masih lebih baik dibandingkan kinerja negara lainnya.

Gambar 4 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik

Perekonomian Indonesia masih ditopang oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian meskipun pertumbuhannya melambat. Beberapa sektor yang tumbuh lebih cepat adalah jasa keuangan dan asuransi, informasi dan komunikasi, jasa pendidikan, serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

Industri pengolahan tumbuh 2,1 persen (YoY), lebih lambat dibandingkan periode sebelumnya terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan industri pengolahan nonmigas. Perlambatan ini

diindikasikan oleh terkontraksinya impor bahan baku sepanjang triwulan I tahun 2020 ,disertai dengan ekspor nonmigas yang melambat. Mayoritas industri nonmigas mengalami kontraksi. Industri makanan dan minuman yang berperan besar dalam industri nonmigas, tumbuh melambat dari 6,8 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2019 menjadi 3,9 persen (YoY). Industri kimia dan industri alat angkutan juga masih tumbuh positif meski melambat. Sementara itu, industri batu bara dan pengilangan migas tumbuh 2,6 persen (YoY) setelah terkontraksi pada triwulan I tahun 2019. Kinerjanya didorong oleh peningkatan produksi bahan bakar minyak dan LPG.

Gambar 5 Pertumbuhan PDB Sisi Produksi Triwulan I Tahun 2020

Sumber: Badan Pusat Statistik

5,06 5,07 4,97

2,97

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2018 2019 2020

(persen)

7,1 10,4 5,9 3,2

5,4 3,8

10,7 9,8 2,0 1,3

1,6 2,9

4,6 3,9 2,1 0,4 0,0

Jasa Lainnya Jasa Kesehatan & Keg. Sosial Jasa Pendidikan Adm. Pemerintahan Jasa Perusahaan Real Estat Jasa Keuangan & Asuransi Informasi & Komunikasi Akomodasi & Mamin Transportasi & Pergudangan Perdagangan Konstruksi Pengadaan Air Pengadaan Listrik & Gas Industri Pertambangan Pertanian

(persen)

(17)

15 Kinerja sektor pertanian cenderung

stagnan.

Pada triwulan ini, sektor pertanian tidak banyak berubah. Kontraksi yang terjadi pada subsektor pertanian, peternakan, perburuan, dan jasa pertanian diimbangi dengan pertumbuhan tinggi pada subsektor kehutanan. Sementara itu, subsektor perikanan tumbuh melambat.

Kontraksi yang terjadi pada subsektor pertanian terutama disebabkan oleh turunnya kinerja produksi tanaman pangan hingga -10,3 persen (YoY). Kondisi tersebut disebabkan oleh cuaca ekstrim dan pergeseran panen raya. Pada tahun ini, panen raya akan terjadi pada triwulan kedua. Di sisi lain, tanaman perkebunan tumbuh lebih tinggi sebesar 4,0 persen (YoY).

Subsektor kehutanan tumbuh 5,3 persen (YoY) setelah terkontraksi 2,8 persen (YoY) pada periode yang sama tahun 2019.

Pertumbuhan ini terutama didorong oleh kenaikan produksi kayu tanaman.

Sementara subsektor perikanan tumbuh 3,5 persen (YoY).

PDB perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor pada triwulan I tahun 2020 tumbuh 1,60 persen.

Pada triwulan I tahun 2020, perlambatan ekonomi akibat pandemi COVID-19 memberikan dampak cukup besar bagi sektor perdagangan. Pertumbuhan sektor ini berada di bawah pertumbuhan PDB yang mencapai 2,97 persen (YoY).

Pertumbuhan sektor perdagangan utamanya didorong oleh subsektor Perdagangan Besar dan Eceran bukan Mobil dan Motor, yaitu sebesar 1,71 persen (YoY).

Secara kumulatif, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor pada tahun 2019 mencapai Rp1.440,5 triliun, atau tumbuh sebesar 4,6 persen (YoY).

Tabel 2 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Uraian Nilai*

Q1 2020

Growth (%) Share thd Total PDB (%) QtQ YoY

PDB Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

517,8 -1,38 1,60 13,2

Perdagangan Mobil, Sepeda Motor, dan Reparasinya

104,8 -3,01 1,13 2,7

Perdagangan Besar dan Eceran, bukan Mobil dan Motor

413,0 -0,99 1,71 10,5

Produk Domestik

Bruto 3.922,6 -2,41 2,97 100,00

Sumber: Badan Pusat Statistik

* dalam miliar Rp (Atas Dasar Harga Berlaku) Sektor transportasi dan akomodasi terdampak kebijakan lockdown berbagai negara.

Sektor transportasi tumbuh 1,3 persen (YoY), jauh lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang tumbuh sebesar 5,5 persen (YoY).

Perlambatan ini terutama disebabkan oleh kontraksi pada kinerja angkutan udara sebesar 13,3 persen (YoY) serta angkutan rel sebesar 7,0 persen (YoY).

Kontraksi pada angkutan udara disebabkan oleh adanya kebijakan lockdown di berbagai negara asal yang menutup atau membatasi penerbangan ke negara lain, termasuk Indonesia, sejak bulan Februari. Sementara itu, angkutan lainnya tumbuh melambat.

(18)

16 Pertumbuhan sektor akomodasi dan makan minum tumbuh rendah (2,0 persen, YoY) dibandingkan triwulan sebelumnya yang selalu tumbuh di atas 5 persen. Turunnya kinerja sektor tersebut merupakan dampak dari turunnya wisatawan mancanegara hingga -30,6 persen (YoY). Penyediaan akomodasi terkontraksi 4,6 persen (YoY). Selain itu, terjadi pembatalan berbagai kegiatan seperti pertemuan di hotel oleh instansi pemerintah dan bisnis.

Jasa keuangan dan jasa kesehatan tumbuh diatas 10 persen.

Jasa keuangan dan asuransi tumbuh 10,7 persen (YoY), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2019 yang sebesar 7,2 persen (YoY). Jasa perantara keuangan tumbuh hingga 13,7 persen (YoY) sekaligus sebagai pendorong pertumbuhan sektor jasa keuangan. Pada periode yang sama tahun 2019, jasa perantara keuangan tumbuh 7,0 persen (YoY). Sementara itu, jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh 10,4 persen (YoY).

Kinerja ini terkait dengan kondisi pandemi yang mendorong permintaan kesehatan.

Gambar 6 Pertumbuhan PDB Sisi Pengeluaran

Sumber: Badan Pusat Statistik

Mayoritas komponen pembentuk PDB sisi pengeluaran tumbuh melambat.

Semua komponen pengeluaran tumbuh lebih lambat dibandingkan triwulan I tahun 2019 kecuali ekspor. Komponen sumber pertumbuhan tertekan sangat dalam. Meskipun kasus pertama di Indonesia baru diumumkan pada bulan Maret dan belum dilaksanakan pembatasan aktivitas secara intensif, permintaan domestik cukup terpengaruh.

Hal ini meleset dari prediksi yang memperkirakan dampak pandemi kepada konsumsi masyarakat belum begitu besar.

Gambar 7 Perkembangan Konsumsi RT dan Investasi terhadap PDB

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I tahun 2020 tumbuh 2,8 persen (YoY), jauh lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (5,0 persen, YoY). Konsumsi pakaian dan transportasi terkontraksi masing- masing 3,3 dan 1,8 persen (YoY).

Penjualan eceran terkontraksi terutama pada penjualan sandang serta bahan bakar. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi kesehatan dan pendidikan (7,9 -2,2

0,2 1,7

3,7 -4,9

2,8

-6,0 -4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 Impor Ekspor PMTB

Konsumsi Pemerintah LNPRT

Konsumsi RT (persen)

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2017 2018 2019

(persen)

Produk Domestik Bruto

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pembentukan Modal Tetap Bruto

(19)

17 persen, YoY) serta perumahan dan peralatan rumah tangga (4,5 persen, YoY) tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2019. Pertumbuhan konsumsi kesehatan tidak terlepas dari pandemi yang meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan secara tajam.

Pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto tertekan.

Tabel 3 Pembentukan Modal Tetap Bruto

Uraian Nilai*

Q1 2020

Growth (%) Share thd Total PDB (%) QtQ YoY Pembentukan

Modal Tetap Bruto

876,32 -7,89 1,70 32,42 Bangunan 663,12 -7,17 2,76 24,53 Mesin dan

Perlengkapan 87,88 -14,09 -3,92 3,25 Kendaraan 48,64 -2,97 2,72 1,80 Peralatan

lainnya 14,36 -5,28 2,39 0,53 Cultivated

Biological Resources

43,49 -14,37 -0,04 1,61 Produk

Kekayaan Intelektual

18,84 0,70 -5,88 0,70 Produk Domestik

Bruto 2703,07 -2,41 2,97 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik

* atas dasar harga konstan, dalam triliun Rp Laju pertumbuhan PMTB pada triwulan I tahun 2020 sebesar 1,7 persen (YoY). Hal ini disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan barang modal bangunan sebesar 2,8 persen (YoY). Selain itu, perlambatan juga disebabkan terkontraksinya kinerja investasi mesin dan perlengkapan (-3,9 persen), produk kekayaan intelektual (-5,9 persen) dan CBR (-0,0 persen). Kinerja investasi mesin dan kendaraan dipengaruhi oleh turunnya barang modal mesin baik domestik maupun impor. Barang modal jenis CBR terkontraksi karena turunnya nilai penambahan tanaman perkebunan yang

belum berproduksi. Sementara kontraksi produk kekayaan intelektual disebabkan turunnya kegiatan eksplorasi mineral baik migas maupun nonmigas. Di sisi lain, barang modal jenis kendaraan masih tumbuh sebesar 2,7 persen (YoY), lebih tinggi dari triwulan I tahun 2019 yang terkontraksi 7,4 persen (YoY).

Pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh 3,7 persen (YoY) didorong oleh realisasi belanja bantuan sosial.

Peningkatan terutama untuk rehabilitasi sosial, jaminan sosial, dan belanja bantuan untuk penanggulangan kemiskinan.

Sementara itu, LNPRT terkontraksi 4,9 persen (YoY) seiring berkurangnya agenda politik.

Ekspor barang dan jasa tumbuh 0,2 persen (YoY) lebih baik dari periode sebelumnya yang terkontraksi 1,6 persen (YoY). Ekspor migas terkontraksi 15,4 persen (YoY) sejalan dengan turunnya harga komoditas serta volume ekspor yang berkurang.

Ekspor nonmigas tumbuh cukup tinggi yakni sebesar 4,7 persen (YoY), didorong oleh peningkatan ekspor perhiasan/permata, mesin/peralatan listrik, serta besi dan baja. Ekspor jasa terkontraksi hingga 18,3 persen (YoY) seiring dengan turunnya jumlah wisatawan mancanegara.

Impor terkontraksi 2,2 persen (YoY) terutama disebabkan oleh penurunan impor nonmigas. Sementara itu, impor migas meningkat 15,9 persen seiring dengan peningkatan volume. Impor jasa juga terkontraksi 9,6 persen (YoY) seiring pelarangan umroh sejak Februari dan penutupan akses masuk di beberapa negara.

(20)

18

Tabel 4 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2014 – Triwulan I/2020

(persen, YoY)

2014 2015 2016 2017 2018 2019:1 2019:2 2019:3 2019:4 2020:1

Produk Domestik Bruto 5,0 4,9 5,0 5,1 5,2 5,07 5,05 5,02 4,97 2,97

Konsumsi Rumah Tangga 5,1 5,0 5,0 4,9 5,1 5,0 5,2 5,0 5,0 2,8

Konsumsi LNPRT 12,2 -0,6 6,6 6,9 9,1 17,0 15,3 7,4 3,5 -4,9

Konsumsi Pemerintah 1,2 5,3 -0,1 2,1 4,8 5,2 8,2 1,0 0,5 3,7

PMTB 4,4 5,0 4,5 6,2 6,6 5,0 4,6 4,2 4,1 1,7

Ekspor Barang dan Jasa 1,1 -2,1 -1,6 8,9 6,6 -1,6 -1,7 0,1 -0,4 0,2

Impor Barang dan Jasa 2,1 -6,2 -2,4 8,1 11,9 -7,5 -6,8 -8,3 -8,0 -2,2

Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan 4,2 3,8 3,4 3,9 3,9 1,8 5,3 3,1 4,3 0,0

Pertambangan dan Penggalian 0,4 -3,4 0,9 0,7 2,2 2,3 -0,7 2,3 0,9 0,4

Industri Pengolahan 4,6 4,3 4,3 4,3 4,3 3,9 3,5 4,1 3,7 2,1

Industri Pengolahan Nonmigas 5,6 5,1 4,4 4,9 4,8 4,8 4,0 4,7 3,9 2,0

Listrik dan Gas 5,9 0,9 5,4 1,5 5,5 4,1 2,2 3,7 6,0 3,9

Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, Daur Ulang 5,2 7,1 3,6 4,6 5,6 8,9 8,3 4,9 5,4 4,6

Konstruksi 7,0 6,4 5,2 6,8 6,1 5,9 5,7 5,6 5,8 2,9

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 5,2 2,5 4,0 4,5 5,0 5,2 4,6 4,4 4,2 1,6

Transportasi dan Pergudangan 7,4 6,7 7,4 8,5 7,1 5,5 5,9 6,7 7,6 1,3

Akomodasi dan Makan Minum 5,8 4,3 5,2 5,4 5,7 5,9 5,5 5,4 6,4 2,0

Informasi dan Komunikasi 10,1 9,7 8,9 9,6 7,0 9,1 9,6 9,2 9,7 9,8

Jasa Keuangan dan Asuransi 4,7 8,6 8,9 5,5 4,2 7,2 4,5 6,1 8,5 10,7

Real Estate 5,0 4,1 4,7 3,6 3,5 5,4 5,7 6,0 5,9 3,8

Jasa Perusahaan 9,8 7,7 7,4 8,4 8,6 10,4 9,9 10,2 10,5 5,4

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,4 4,6 3,2 2,0 7,0 6,4 8,9 1,9 2,1 3,2

Jasa Pendidikan 5,5 7,3 3,8 3,7 5,4 5,6 6,3 7,8 5,5 5,9

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,0 6,7 5,2 6,8 7,2 8,6 9,1 9,2 7,8 10,4

Jasa lainnya 8,9 8,1 8,0 8,7 9,0 10,0 10,7 10,7 10,8 7,1

PDB Harga Berlaku (Rp Triliun) 10.570 11.526 12.402 13.590 14.838 3.784 3.964 4.067 4.019 3.923

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

(21)

19

Investasi

Realisasi PMA mencapai Rp112,7 triliun dan realisasi PMDN Rp98,0 triliun Total nilai realisasi investasi PMA dan PMDN triwulan I tahun 2020 mencapai Rp210,7 triliun, atau meningkat 1,2 persen dari triwulan IV tahun 2019. Nilai realisasi PMA mengalami penurunan (9,2 persen, YoY), sedangkan nilai realisasi PMDN tumbuh (29,2 persen YoY).

Sektor yang berperan besar terhadap realisasi PMA dan PMDN pada triwulan I tahun 2020 adalah sektor tersier sebesar 55 persen. Namun sektor tersier mengalami penurunan pertumbuhan secara YoY karena penurunan realisasi PMA. Sektor sekunder juga mengalami penurunan realiasi PMA dan PMDN secara QtQ karena penurunan realisasi baik PMA maupun PMDN.

Tabel 5 Realisasi Investasi

Uraian Nilaia Q1 2020

Growth (%) Share thd Realisasi Investasi QtQ YoY (%)

Realisasi Investasi 210,7 1,2 8,0 100,0 Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN)

112,7 9,5 29,2 53,5 Penanaman

Modal Asing (PMA)b

98,0 -6,9 -9,2 46,5 Berdasarkan Sektor

Primer 30,8 6,9 0,0 14,6

Sekunder 64,0 -6,8 44,8 30,4

Tersier 115,9 4,6 -3,5 55,0

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

a dalam triliun rupiah | bkurs : Rp15.000/USD Realisasi investasi terbesar pada sektor sekunder adalah Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya.

Berdasarkan sektor/bidang usaha, realisasi investasi di sektor sekunder

disumbangkan oleh: (1) Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya; (2) Industri Makanan; (3) Industri Kimia dan Farmasi; (4) Industri Mineral Non Metal; dan (5) Industri Karet dan Plastik. Sektor sekunder yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah Industri Kertas dan Percetakan (201,7 persen, YoY), sedangkan pertumbuhan terbesar adalah Industri Karet dan Plastik (128,9 persen, QtQ). Di sisi lain, realisasi tahunan (YoY) di Industri Makanan, Industri Barang Kulit dan alas kaki, serta Industri Lainnya menurun, utamanya karena penurunan realisasi PMA.

Tabel 6 Realisasi Investasi Sektor Sekunder

Uraian

Nilai Q1 2020

(triliun Rp)

Growth (%) Share thd Sektor Sekunder QtQ YoY (%)

Industri Makanan 11,6 -18,6 -20,9 18,1

Industri Tekstil 1,0 -28,2 37,8 1,6

Industri Barang Kulit

dan Industri Alas Kaki 0,8 23,0 -44,2 1,2

Industri Kayu 0,7 -31,5 25,8 1,0

Industri Kertas dan

Printing 3,0 110,2 201,7 4,7

Industri Kimia dan

Farmasi 9,8 1,7 70,3 15,4

Industri Karet dan

Plastik 3,0 128,9 39,8 4,7

Industri Mineral Non

Metal 4,3 13,6 67,1 6,8

Industri Kendaraan Bermotor dan Peralatan Transportasi Lainnya

2,1 -61,4 62,7 3,3 Industri Logam Dasar,

Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya

24,5 2,4 106,9 38,3 Industri Mesin,

Elektronik, Instrumen Kedokteran, Presisi, Optik dan Jam

2,0 -44,3 88,8 3,1

Industri Lainnya 1,1 -47,6 -2,9 1,7

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Realisasi PMA terbesar adalah Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya.

Berdasarkan sektor/bidang usaha, lima sektor dengan kontribusi terbesar pada

(22)

20 realisasi PMA pada triwulan I tahun 2020 adalah: (1) Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya;

(2) Listrik, Gas dan Air; (3) Transportasi, Gudang dan Komunikasi; (4) Real Estate, Industri Estate dan Kegiatan Bisnis; dan (5) Industri Kimia dan Farmasi. Pertumbuhan YoY terbesar pada Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya, sedangkan pertumbuhan terbesar secara QtQ pada Transportasi, Gudang dan Komunikasi.

Tabel 7 Sektor PMA Terbesar

Uraian

Nilai Q1 2020 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total PMA (%) QtQ YoY

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan

Peralatannya

21,9 -2,7 138,7 22,3

Listrik, Gas dan Air 12,5 -44,2 -45,4 12,8 Transportasi, Gudang

dan Komunikasi 11,6 163,6 -52,8 11,8 Real Estate, Industri

Estate dan Kegiatan Bisnis

8,7 -8,4 -38,7 8,9 Industri Kimia dan

Farmasi 8,2 17,5 74,5 8,4

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Realisasi PMDN terbesar adalah Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi.

Berdasarkan sektor/bidang usaha, lima sektor dengan kontribusi terbesar pada realisasi PMDN triwulan I tahun 2020 adalah: (1) Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi; (2) Konstruksi; (3) Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan; (4) Real Estate, Industri Estate dan Kegiatan Bisnis; dan (5) Listrik, Gas dan Air. Pertumbuhan terbesar YoY adalah Transportasi, Gudang dan Komunikasi, sedangkan pertumbuhan terbesar QtQ adalah Konstruksi.

Tabel 8 Sektor PMDN Terbesar

Uraian

Nilai Q1 2020 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total PMDN(%) QtQ YoY

Transportasi, Gudang dan Komunikasi

37,6 60,2 196,4 33,4

Konstruksi 14,1 74,1 -26,9 12,5

Tanaman Pangan, Perkebunan dan Peternakan

10,3 2,6 17,6 9,1 Real Estate,

Industri Estate dan Kegiatan Bisnis

9,1 -35,7 98,2 8,1 Listrik, Gas dan Air 5,5 -28,2 -46,3 4,9

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Singapura menjadi negara asal PMA terbesar.

Lima negara asal PMA dengan realisasi terbesar pada triwulan I tahun 2020 adalah: Singapura sebesar Rp40,8 triliun;

Tiongkok sebesar Rp19,3 triliun; Jepang sebesar Rp9,1 triliun; Belanda sebesar Rp3,0 triliun; dan Hong Kong sebesar Rp9,5 triliun.

Tabel 9 Realisasi PMA berdasarkan Negara Asal

Uraian

Nilai Q1 2020 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total PMA (%) QtQ YoY

Singapura 40,8 140,9 57,8 41,6

Tiongkok 19,3 -10,1 11,0 19,7

Jepang 9,1 -43,6 -46,7 9,2

Belanda 3,0 -60,5 -45,9 3,0

Hong Kong 9,5 -44,6 8,8 9,7

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Realisasi investasi terbesar berada di Pulau Jawa.

Realisasi investasi di pulau Jawa pada triwulan I tahun 2020 memberikan kontribusi lebih besar yaitu 51,4 persen dari total realisasi investasi, dengan nilai sebesar Rp108,3 triliun. Realisasi investasi terbesar adalah pulau Maluku yaitu Rp11,5 triliun. Kawasan Barat Indonesia (KBI) yang terdiri dari wilayah Jawa dan

(23)

21 Sumatera berkontribusi realisasi investasi sebesar 78,1 persen. Proporsi realisasi investasi di luar Jawa pada triwulan I tahun 2020 adalah sebesar 48,6 persen.

Tabel 10 Realisasi Investasi berdasarkan Lokasi

Uraian

Nilai Q1 2020 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Realisasi Investasi QtQ YoY (%)

Jawa 108,3 121,5 -0,9 51,4

Luar Jawa 102,4 81,6 19,3 48,6

Sumatera 56,3 39,6 57,7 26,7

Kalimantan 14,2 -33,1 -33,6 6,7 Bali dan Nusa

Tenggara 5,3 -23,6 1,9 2,5

Sulawesi 13,0 -53,2 -7,2 6,2

Maluku 11,5 176,8 176,7 5,5

Papua 2,1 -36,6 -60,8 1,0

Kawasan Barat

Indonesia 164,6 13,7 13,5 78,1

Kawasan Timur

Indonesia 46,1 -27,4 -8,0 21,9

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Realisasi PMA terbesar berada di Provinsi DKI Jakarta.

Berdasarkan lokasi, lima provinsi dengan realisasi PMA terbesar pada triwulan I tahun 2020 adalah DKI Jakarta sebesar Rp13,2 triliun; Jawa Barat sebesar Rp13,2 triliun; Jawa Timur sebesar Rp4,8 triliun;

Banten sebesar Rp4,6 triliun; dan Jawa Tengah sebesar Rp4,6 trliun.

Tabel 11 Lokasi PMA Terbesar

Uraian

Nilai Q1 2020 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total PMA (%) QtQ YoY

DKI Jakarta 13,2 68,8 -7,8 13,4

Jawa Barat 13,2 -39,6 -48,9 13,4

Jawa Timur 4,8 20,0 82,5 4,9

Banten 4,6 -30,8 -42,6 4,7

Jawa Tengah 4,6 -46,1 -60,3 4,7

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Realisasi PMDN terbesar berada di Provinsi Jawa Timur.

Berdasarkan lokasi, lima provinsi dengan realisasi PMDN terbesar pada triwulan I tahun 2020 adalah Jawa Timur sebesar Rp26,6 triliun; Jawa Barat sebesar Rp16,7 triliun; Jawa Tengah sebesar Rp14,6 triliun; DKI Jakarta sebesar Rp7,0 triliun;

dan Banten sebesar Rp2,2 triliun.

Tabel 12 Lokasi PMDN Terbesar

Uraian

Nilai Q1 2020 (triliun Rp)

Growth (%) Share thd Total PMDN(%) QtQ YoY

Jawa Timur 26,6 246,3 166,9 23,6

Jawa Barat 16,7 22,6 44,6 14,8

Jawa Tengah 14,6 296,8 49,8 13,0

DKI Jakarta 7,0 -66,0 -33,2 6,2

Banten 2,2 -72,8 -49,6 2,0

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal

Industri

Sektor industri pengolahan mengalami tekanan yang cukup besar dari sisi penawaran dan permintaan, sebagai akibat dari pandemi COVID-19. Dari sisi penawaran, aktivitas perdagangan global yang berkurang mempengaruhi penurunan pasokan bahan baku.

Pemberlakuan kebijakan social distancing juga mempengaruhi kapasitas produksi, sementara depresiasi nilai tukar Rupiah menambah beban biaya bagi industri yang berorientasi impor. Dari sisi permintaan, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap produk industri pengolahan di antaranya pelemahan perekonomian dunia yang menyebabkan permintaan global, penurunan harga minyak dunia yang berimbas pada penurunan harga Crude Palm Oil (CPO) dan komoditas lainnya, serta penurunan daya beli masyarakat terutama untuk durable goods.

(24)

22 Gambar 8 Pertumbuhan Industri Pengolahan

Nonmigas

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berbagai tekanan dari sisi penawaran dan permintaan tersebut menyebabkan kinerja industri pengolahan nonmigas pada triwulan I tahun 2020 menurun tajam sehingga hanya mampu tumbuh 2,01 persen (YoY). Kinerja tersebut juga masih dibawah pertumbuhan PDB nasional (2,97 persen). Nilai tambah sektor industri pengolahan nonmigas pada triwulan I tahun 2020 mencapai Rp700 triliun, atau berkontribusi 17,9 persen dari PDB nasional.

Terlepas dari penurunan kinerja yang tajam, pertumbuhan industri pengolahan yang masih positif di masa pandemi COVID-19 ini ditopang oleh beberapa faktor sebagai berikut: (i) kebijakan penurunan harga gas menjadi USD6/MMBTU bagi subsektor tertentu, (ii) peningkatan kapasitas produksi, terutama pada subsektor industri makanan dan minuman, serta kimia dan farmasi, (iii) kebijakan stimulus fiskal dari pemerintah, seperti relaksasi PPh 21, 22, dan 25 bagi industri pengolahan, dan (iv) kebijakan stimulus nonfiskal, seperti peningkatan kemudahan ekspor impor.

Subsektor industri kimia, farmasi, dan obat tradisional, industri alat angkutan, serta industri kertas tumbuh paling tinggi pada triwulan I tahun 2020, masing- masing sebesar 5,6 persen, 4,6 persen, dan 4,5 persen. Di sisi lain, subsektor industri mesin dan peralatan, industri furnitur, dan industri barang galian nonlogam mengalami kontraksi masing- masing sebesar 9,3 persen, 7,3 persen, dan 5,3 persen.

Gambar 9 Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas

Sumber: Badan Pusat Statistik

Subsektor makanan dan minuman, serta subsektor kimia, farmasi, dan obat-obatan menjadi penopang utama pertumbuhan industri pengolahan nonmigas, yaitu masing-masing sebesar 69,2 dan 26,5 persen.

5,03 5,07 5,17 5,02

4,4 4,9 4,8 2,97 4,3

2,0

2016 2017 2018 2019 2020 Q1

(persen)

Pertumbuhan PDB Nasional Industri Pengolahan Non Migas

-9,3 -7,3

-5,3 -4,7 -3,5

-1,2 -0,8 -0,4

3,2 3,5 3,9 4,0 4,5 4,6 5,6 2,0 2,1

Mesin dan Perlengkapan Furnitur Barang Galian Bukan Logam Pengolahan Lainnya Barang Logam dll Tekstil dan Pakaian Jadi Karet dll Kulit dll Kayu dll Pengolahan Tembakau Makanan dan Minuman Logam Dasar Kertas dll Alat Angkutan Kimia dll Industri Nonmigas Industri Pengolahan

(persen)

(25)

23 Gambar 10 Pertumbuhan Subsektor Industri

Pengolahan Nonmigas

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan subsektor makanan dan minuman didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan aktivitas work from home, serta pasokan bahan baku yang masih terjaga pada triwulan I tahun 2020. Pertumbuhan subsektor kimia, farmasi, dan obat-obatan didorong oleh adanya peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhi peningkatan permintaan masyarakat untuk menjaga kesehatan dan daya tahan tubuh di masa COVID-19.

Di sisi lain, penurunan kinerja subsektor mesin dan peralatan pada triwulan I tahun 2020 disebabkan oleh gangguan rantai pasok global yang disertai dengan penurunan daya beli masyarakat terhadap barang-barang durable dan penurunan aktivitas pabrik seiring dengan penurunan aktivitas perdagangan dunia.

Nilai ekspor produk industri pengolahan pada triwulan I tahun 2020 mencapai USD32,9 miliar, atau meningkat 10,1 persen dibandingkan triwulan I tahun 2019. Peningkatan ini didorong oleh ekspor logam dasar mulia, dan pada saat yang sama, depresiasi nilai tukar Rupiah.

Kontribusi ekspor industri pengolahan terhadap total ekspor pada periode yang sama adalah sebesar 79,0 persen.

Gambar 11 Ekspor Produk Industri

Sumber: Badan Pusat Statistik

Penurunan aktivitas perdagangan global yang menyebabkan terganggunya rantai pasok global telah direspon Pemerintah dengan memberikan kemudahan ekspor impor. Relaksasi pelarangan dan pembatasan ekspor impor diharapkan dapat meningkatkan jaminan pasokan bahan baku industri, dan pada saat yang sama meningkatkan kapasitas industri untuk memenuhi komitmen permintaan di pasar ekspor. Pelaksanaan strategi ini juga didukung optimalisasi kerja sama bilateral, seperti dengan Amerika Serikat, untuk mempertahankan akses pasar dan memanfaatkan ceruk pasar baru yang timbul karena pengurangan ekspor Tiongkok sebagai akibat penerapan lockdown.

Pada triwulan I tahun 2020, realisasi PMDN sektor manufaktur meningkat sebesar 2,3 persen (YoY), dan berkontribusi terhadap total PMDN sebesar 17,6 persen. PMDN sektor 1,39

0,53

0,44 0,19 0,17

Makanan dan Minuman

Logam Dasar MANUFAKTUR Non-MIGAS

33,0 10,1

-8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12

28 29 30 31 32 33 34

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(persen)

(miliar USD)

Ekspor Produk Industri

Pertumbuhan Ekspor Produk Industri

(26)

24 manufaktur terbesar terdapat pada subsektor industri makanan sebesar USD7,3 miliar, yang diikuti dengan industri barang galian bukan logam, dan industri logam dasar, dengan masing-masing sebesar USD2,6 miliar.

Gambar 12 PMDN Sektor Industri

Sumber: BKPM

Gambar 13 PMA Sektor Industri

Sumber: BKPM

Nilai realisasi PMA sektor industri pengolahan pada triwulan I tahun 2020 mencapai USD3,1 miliar, atau meningkat sebesar 63,9 persen (YoY). Peningkatan ini disumbang oleh pertumbuhan subsektor

industri kertas dan percetakan (595,1 persen), industri kayu (277,4 persen), industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya (149,1 persen), industri mesin dan elektronik (120,7 persen), subsektor industri tekstil (110,0 persen), serta subsektor industri kimia dan farmasi (81,4 persen). Pertumbuhan PMA di sektor-sektor ini berkaitan dengan komitmen yang telah berjalan sampai triwulan I tahun 2020 sebelum PSBB dilaksanakan di beberapa wilayah.

Kontribusi sektor manufaktur terhadap total PMA mencapai 45,1 persen.

Gambar 14 Penjualan Mobil

Sumber: CEIC

Pada masa pandemi COVID-19, terjadi pelemahan daya beli masyarakat terutama pada durable goods, hal ini ditunjukkan oleh penurunan penjualan mobil penumpang dan penjualan sepeda motor. Penurunan penjualan mobil ini disebabkan oleh realokasi anggaran masyarakat untuk sektor kesehatan dan kebijakan PSBB yang menyebabkan operasional showroom dealer tutup sementara waktu. Hal ini juga berdampak pada penurunan kredit pada perusahaan pembiayaan (leasing).

19,8 22,9

-30 -20 -10 0 10 20 30

0 5 10 15 20 25

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(persen)

(miliar USD)

PMDN Pertumbuhan PMDN

3,1 63,9

-60 -40 -20 0 20 40 60 80

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(persen)

(miliar USD)

PMA Pertumbuhan PMA

236,8

-6,9

-14 -12 -10 -8 -6 -4 -2 0

0 50 100 150 200 250 300

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2019 2020

(persen)

(ribu unit)

Penjualan Mobil

Pertumbuhan Penjualan Mobil

Referensi

Dokumen terkait

Lebih jauh, untuk memperkaya dan mempertajam analisis dari indeks kebebasan ekonomi yang ada, kajian ini juga memasukkan indikator utang di Indonesia yang meningkat

Perusahaan... IKHTISAR KINERJA KEBERLANJUTAN.. Secara aspek ekonomi di tahun 2020, Perusahaan mengalami tantangan besar, dimana berawal dari penetapan pandemik Covid-19 yang mewabah

(2020), dampak pandemi COVID-19 akan memperburuk ekonomi Indonesia, bahkan pertumbuhan ekonomi diprediksi bakal tumbuh hanya sebesar 2,5 persen bahkan bisa mencapai 0

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peredaran PRG pangan dan nonpangan di Indonesia pada masyarakat, khususnya petani, serta diharapkan

Pandemi covid-19 memberikan dampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dunia termasuk Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya tumbuh sebesar 2,5%. Upaya

Para ulama sepakat bahwa hadis sahih dan hadis hasan dapat menjadi hujjah (dasar) agama, sementara hadis daif tidak dapat menjadi hujjah. Namun dikecualikan apabila hadis

1) Menghitung serta terlambat menyetorkan, melaporkan pajak penghasilan 25 dan telatnya para wajib pajak membayar angsuran PPh Pasal 25 adalah dengan cara memberikan

ROAD MAP OF THE SUSTAINABLE FINANCE ACTION PLAN Pada tahun 2020 dikarenakan adanya pandemik Covid-19 yang mengakibatkan terpuruknya ekonomi dunia termasuk di Indonesia, maka PT