• Tidak ada hasil yang ditemukan

FGD merupakan diskusi yang berbasis pada wawancara untuk menghasilkan data kualitatif dan mengekplorasi masalah- masalah yang spesifik. Teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh data dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi pada permasalahan tertentu. Metode ini digunakan dengan tujuan menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti terhadap masalah yang diteliti. FGD digunakan untuk menarik kesimpulan terhadap makna- makna inter-subyektif yang sulit dimaknakan sendiri oleh peneliti karena dihalangi oleh dorongan subyektivitas peneliti. FGD mirip dengan jenis interview secara kelompok dimana tersusun dari beberapa responden yang menghasilkan data dan secara relatif memiliki tahapantahapan. Penekanan FGD lebih pada pemahaman terhadap konteks permasalahan yang dilakukan melalui proses diskusi. FGD dapat digunakan sebagai metode tersendiri atau dikombinasikan dengan metode lain. FGD tidak diharapkan untuk menghadirkan suatu skenario pengujian hipotesis secara formal. (http://www.enolsatoe.org/content/view/15/33/ 28 April 2010)

FGD menurut Irwanto (2006) sebuah metode penelitian sebagai berikut: 1. FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan. Ciri khas

metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualita tif lainnya (wawancara mendalam atau observasi) adalah interaksi! Hidup mati sebuah FGD terletak pada ciri ini. Tanpa interaksi sebuah FGD berubah wujud menjadi kelompok wawancara terfokus (FGI-Focus Group Interview). Hal ini terjadi apabila moderator cenderung selalu mengkonfirmasi setiap topik satu per satu kepada seluruh peserta FGD. Semua peserta FGD secara bergilir diminta responnya untuk setiap topik, sehingga tidak terjadi dinamika kelompok. Komunikasi hanya berlangsung antara moderator dengan informan

A, informan A ke moderator, lalu moderator ke informan B, informan B ke moderator, dst yang seharusnya terjadi adalah moderator lebih banyak “diam” dan peserta FGD lebih banyak omong alias “cerewet”. Kondisi idealnya, Informan A merespon topik yang dilemparkan moderator, disambar oleh informan B, disanggah oleh informan C, diklarifikasi oleh informan A, didukung oleh informan D, disanggah oleh informan E, dan akhirnya ditengahi oleh moderator kembali. Diskusi seperti itu sangat interaktif, hidup, dinamis!

2. FGD adalah group bukan individu. Prinsip ini masih terkait dengan prinsip sebelumnya. Agar terjadi dinamika kelompok, moderator harus memandang para peserta FGD sebagai suatu group, bukan orang per orang. Selalu melemparkan topik ke “tengah” bukan melulu tembak langsung ke peserta FGD.

3. FGD adalah diskusi terfokus bukan diskusi bebas. Prinsip ini melengkapi prinsip pertama di atas. Diingatkan bahwa jangan hanya mengejar interaksi dan dinamika kelompok, kalau hanya mengejar hal tersebut diskusi bisa berjalan ngawur. Selama diskusi berlangsung moderator harus fokus pada tujuan diskusi, sehingga moderator akan selalu berusaha mengembalikan diskusi ke “jalan yang benar”. Moderator memang dituntut untuk mencairkan suasana (ice breaking) agar diskusi tidak berlangsung kaku, namun kadang-kadang proses ice breaking ini kelamaan, moderator ikut larut dalam “keceriaan” kelompok, ber ha-ha-hi- hi, dan baru tersadar ketika masih banyak hal yang belum tergali, sementara para peserta sudah mulai kehilangan “energi”.

Tujuan FGD menurut Irwanto (2006) adalah masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode survei atau wawancara, untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu yang relative singkat dan metode ini sangat cocok bagi permasalahan yang sangat lokal dan spesifik. FGD dalam ilmu sosial dan perencanaan perkotaan, FGD memungkinkan orang untuk belajar di alam pengaturan yang lebih dari satu-ke-satu wawancara. Dalam kombinasi dengan pengamatan peserta, FGD dapat digunakan untuk mendapatkan akses ke berbagai kelompok sosial dan budaya, memilih situs untuk belajar, sampel dari situs

tersebut, dan meningkatkan masalah tak terduga untuk eksplorasi. FGD memiliki ide yang mudah dimengerti dan hasil yang terpercaya. FGD yang rendah dalam biaya, satu dapat memperoleh hasil yang relatif cepat, dan mereka dapat meningkatkan ukuran sampel laporan dengan berbicara dengan beberapa orang sekaligus

Ada beberapa jenis FGD, yakni:

1. Two-way focus group (FGD dua arah) - satu kelompok disaksikan kelompok lain dan membahas diamati interaksi dan kesimpulan.

2. Dual moderator focus group (Dual moderator fokus grup) - moderator memastikan satu sesi berlangsung lancar, sementara yang lain memastikan bahwa semua topik yang dibahas.

3. Dueling moderator focus group - dua moderator berada pada sisi yang berlawanan saat berdiskusi.

4. Respondent moderator focus group - satu atau lebih dari responden diminta untuk bertindak sebagai moderator sementara.

5. Client participant focus groups - satu atau lebih perwakilan klien berpartisipasi dalam diskusi, baik tertutup ataupun terbuka.

6. Mini focus groups - kelompok yang terdiri dari empat atau lima anggota bukan 8 sampai 12.

7. Teleconference focus groups –FGD yang menggunakan jaringan telepon. 8. Online focus groups (FGD online) – menggunakan internet.

(http://luzman-interisti.blogspot.com/2008/12/focus-group-discussion.html 28 April 2010)

2.4. AHP (Analitycal Hie rarchy Process)

Saaty (1991), AHP merupakan suatu proses untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukai. Denga n menggunakan AHP, suatu persoalan akan dipecahkan dalam suatu kerangka berfikir terorganisir, sehingga memungkinkan untuk diekspresikan dalam pengambilan keputusan efektif atas persoalan tersebut. Marimin (2004) menyatakan Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki. Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat

dikontruksikan sebagai diagram bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, kriteria level pertama, subkriteria, dan alternative.

Keunggulan AHP dalam pengambilan keputusan dapat digambarkan secara grafik, sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Serta dalam proses keputusan komplek s dapat diuraikan menjadi keputusan-keputusan lebih kecil yang dapat ditangani dengan mudah. Beberapa keuntungan yang diperoleh bila menggunakan metode AHP dalam pengambilan keputusan (Marimin, 2004):

1. Kesatuan: Memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti dan tidak terstruktur.

2. Kompleksitas: AHP memadukan pemikiran dedukatif dan pemikiran berdasarkan sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.

3. Saling ketergantungan: AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

4. Penyusunan Hirarki: AHP mencerminkan kecenderungan pemikiran alami untuk memilah- milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat yang berbeda dan mengelompokan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. 5. Pengukuran: AHP memberikan suatu skala untuk menetapkan prioritas.

6. Konsistensi: AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas.

7. Sintesis: AHP memberikan kebijakan kepada setiap alternatif.

8. Tawar- menawar: AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.

9. Penilaian dan Konsensus: AHP tidak memakssakan konsensus tetapi mensintesiskan suatu hasil yang representif dari berbagaipenilaian yang berbeda.

10.Pengulangan Proses: AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memberbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan.

Dokumen terkait