• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimis bahwa perekonomian kita masih memiliki potensi besar bila dikembangkan melalui sektor Usaha Mikro Kecil (UMK), tidaklah berlebihan. Krisis sejak awal 1998 membuktikan bahwa kegiatan ekonomi rakyat kecil dalam bentuk UMK, lebih resisten goncangan dibandingkan usaha menengah dan besar. Hal ini terjadi karena UMK mampu mengembangkan sistem ekonomi sendiri yang dikenal dengan perekonomian rakyat. Namun demikian, tidak semua masyarakat mampu menjalankan usaha. Sebagian belajar dan berhasil mengikuti kawan-kawannya dalam mengembangkan usaha di sector UKM. Sebagian lagi lainnya masih tertinggal menjadi masyarakat miskin yang perlu mendapatkan advokasi agar hidup menjadi layak sesuai standar hidup manus ia.

Berbagai program juga telah diluncurkan di kalangan masyarakat miskin ini. Mulai dari bantuan yang langsung hingga program pengadaan alat dan bahan untuk usaha bagi masyarakat miskin. Akan tetapi umumnya masyarakat menjadi kembali miskin ketika program-program ini dihentikan atau selesai aktivitasnya. Hal ini terjadi, karena umumnya program-program tersebut hanya bersifat sporadik dan kurang memikirkan unsur sustainability (kesinambungan), agar kemampuan masyarakat dalam jangka panjang dapat terpadu dengan kondisi ekonomi dan teknologi berkembang. Melihat masalah yang muncul, maka perlu dibangun kajian pola kelembagaan kemitraan yang disusun berdasarkan berbagai aspek, khususnya aspek ekonomi/ manajemen, sosial/budaya, Hukum/Administrasi dan teknologi/inovasi. Aspek ini harus dibangun sekaligus karena memiliki keterkaitan yang erat dan saling menunjang. Secara skematis dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3. Aspek-aspek yang berpengaruh dalam pola kelembagaan

Selain itu kajian harus mampu mendudukkan peran-peran semua

stakeholder yang terlibat dalam menanggulangi kemiskinan di Kota Depok. Tidak mungkin berhasil suatu program, jika unsur-unsur yang tekait tidak terlibat secara langsung untuk turut menanggulangi masalah kemiskinan. Ada banyak unsur yang mestinya terlibat dalam penangan kemiskinan kota ini. Namun demikian paling tidak ada lima komponen yang memang harus turut memikirkan dan mengayomi masyarakat miskin kota. Diagaram berikut merupakan komponen yang diharapkan mampu mengayomi masyarakat miskin tersebut.

Gambar 4. Keterkaitan kelembagaan dalam menanggulangi kemiskinan

Program pemerintah ataupun LSM sudah banyak yang telah dikembangkan dalam penanganan masyarakat miskin. Diantaranya adalah pengembangan lembaga keuangan mikro ole h Kementrian KUKM yang berasal dari dana pinjaman LN, Laba BUMN, atau dana pribadi; dana bantuan sosial dari Kementrian sosial; pemberdayaan wanita, dll. Namun pemanfaatannya masih belum memadai, karena pengelolaan yang masih tumpang tindih ataupun masih rancu satu sama lain. Oleh karena itu, kajian ini akan difokuskan pada aspek

kelembagaan sebagai solusi bagi permasalahan yang terkait dengan kerancuan koordinasi antar instansi Pembina masyarakat miskin. Terkait dengan permasalahan di atas, maka perlu disusun kerangka pemikiran penelitian unggulan mengenai pengentasan kemiskinan kota. Penelitian ini akan menggunaan pendekatan kelembagaan dalam mengkaji mulai dari keragaan sistem penyebab kemiskinan hingga penetapan prioritas model/polanya. Efektifitas fungsi lembaga terkait merupakan faktor yang sangat penting guna mengurangi kemisikian masyarakat kota. Keadaan yang sesungguhnya terjadi di lapang dapat dilihat dari keragaannya, khususnya yang terkait dengan sistem kelembagaannya. Dari hasil keragaan ini didapat informasi obyektif tentang kinerja lembaga terkait dalam sistem penyebab kemiskinan kota.

Kota Depok merupakan salah satu Kota di Indonesia yang memiliki luas total 200,9 km2 pada tahun 2003, memiliki jumlah penduduk 1.143.403 jiwa dengan kepadatan rata-rata 5.709 jiwa/km2. Sebagai kota yang tidak memiliki luas areal yang tidak begitu luas, dengan jumlah penduduknya yang padat maka daerah ini akan cenderung mengalami ancaman khususnya dari segi perekonomian. Hal ini dapat terjadi jika masyarakat yang tinggal di Kota Depok, bukan merupakan masyarakat produktif yaitu masyarakat yang memiliki pekerjaan ataupun usaha sehingga mereka dapat memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Depok mencoba membuat suatu langkah dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang dapat terjadi salah satu langkah yang dilakukan dalam menghadapi peningkatan angka kemiskinan ialah dengan melakukan program pola kemitraan bagi masyarakat miskin di Depok. Masyarakat yang memiliki penghasilan rendah ataupun tidak bekerja di dorong untuk dapat melakukan usaha sendiri sehingga masyarakat yang tadinya tidak memiliki pengahsilan yang cukup dengan membuka usaha diharapkan dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya. Suatu pemberdayaan masyarakat yang dijalankan hanya dengan cara memberi bantuan berupa uang saja yang digunakan hanya untuk membeli kebutuhan hidup masyarakat, tidak akan berpengaruh terlalu banyak karena ketika uang tersebut habis maka masyarakat tersebut kembali menjadi miskin, hal yang paling relevan dalam mengentaskan kemiskinan ialah

masyarakat di dorong maju agar memiliki keinginan dalam berwirausaha sehingga nantinya masyarakat itu sendiri yang mencari uang untuk kehidupannya.

Penentuan strategi pola kemitraan diawali dengan diadakannya analisis terhadapa hal- hal yang berhubungan dengan pola kemitraan dalam pemberdayaan masyarakat miskin, kemudian dilanjutkan dengan pengidentifikasian faktor-faktor, aktor dan tujuan pola kemitraan hingga pada akhirnya ditentukan alternatif dalam pola kemitraan yang akan dijalankan. Proses pengidentifikasian faktor-faktor dan tujuan promosi sampai dihasilkannya alternative dilakukan dengan menggunakan metode AHP. Banyaknya faktor yang berpengaruh dalam penentuan strategi promosi membuat pengambilan keputusan menjadi sulit untuk dilakukan. Metode AHP merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan, metode ini memungkinkan untuk dipecahkannya proses evaluasi menjadi beberapa tingkat dari beberapa faktor yang mempengaruhinya dalam penelitian ini, hal ini dapat dilihat pada gambar yang disajikan di bawah ini:

Gambar 5. Kerangka pemikiran penelitian

Pemilihan alternatif skenario pola kemitraan dalam pemberdayaan masyarakat miskin

Visi dan Misi

Pengidentifikasian artibut-artibut dengan metode AHP Alternatif yang disarankan Tujuan-tujuan yang ingin dicapai Aktor yang Terlibat Faktor-faktor yang berpengaruh

Penyusunan struktur Hierarki

Pembobotan dan penghitungan pendapat

Alternatif prioritas skenario pola kemitraan dalam pemberdayaan masyarakat miskin

Dokumen terkait