• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode analisis data yang digunakan AHP, yaitu suatu pendekatan yang digunakan berdasarkan masukan yang bertujuan untuk menentukan perencanaan strategi promosi yang dilaksanakan untuk mendapatkan strategi yang tepat dan optimal bagi kemajuan perusahaan. Penetapan prioritas kebijakan dalam AHP dilakukan dengan mendapatkan strategi yang tepat dan optimal bagi kemajuan perusahaan. Penetapan prioritas kebijakan dalam AHP dilakukan dengan menangkap secara rasional persepsi orang, kemudian mengkonversi faktor– faktor yang intangible (yang tidak terukur) ke dalam ukuran yang biasa, sehingga dapat dibandingkan. Tahapan atau langkah - langkah dalam analisis data menurut Saaty (1991) adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem dilakukan dengan cara mempelajari beberapa rujukan untuk memperkaya ide atau berd iskusi dengan para pakar atau orang yang menguasai permasalahan untuk mendapatkan konsep yang relevan dengan permasalahan dan mendefinisikan masalah serta mendapatkan solusi yang diinginkan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan dengan menggunakan AHP dalam kerangka penentuan perencanaan. Pemecahan masalah dan solusi yang diinginkan adalah mendapatkan skenario optimal dari pengembangan strategi promosi, maka untuk menyusun suatu analisis tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu faktor – faktor yang mempengaruhinya. 2. Penyusunan Hirarki

Penyusunan hirarki atau struktur keputusan dilakukan dengan mengelompokkan elemen – elemen sistem alternatif keputusan ke dalam suatu abstraksi sistem hirarki keputusan.

3. Komparasi Berpasangan

Penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hirarki atas pendapat dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan (pairwise comparison). Teknik komparasi berpasangan yang digunakan dalam AHP dilakukan dengan cara membandingkan antara elemen satu dengan elemen lainnya dalam satu tingkat secara berpasangan, sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing – masing elemen.

Penilaian dilakukan dengan memberikan bobot numerik pada setiap elemen yang dibandingkan dengan hasil wawancara langsung dengan responden. Responden bias seorang ahli atau bukan, tetapi terlibat dan mengetahui permasalahan tersebut. Untuk mengkuantitatifkan data yang bersifat kualitatif tersebut digunakan Skala Banding secara Berpasangan yang dikembangkan oleh Saaty (1991) seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai skala banding berpasangan

Sumber: Saaty, 1991

Kepentingan Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan 3

Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen disbanding elemen lainnya

5

Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian dengan kuat menyokong satu elemen dibanding elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting

daripada elemen yang lainnya

Satu elemen yang kuat disokong dan dominant terlihat dalam kenyataan

9

Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi

menguatkan 2,4,6,8 Nilai – nilai diantara dan

pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua komponen diantara dua pilihan

Kebalikan

Jika untuk aktifitas I mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila disbanding dengan i

1. Matrik Pendapat Individu

Formulasi matrik individu adalah:

C1 C2 …… Cn

C1 I …… a1n

A=(aij)= C2 I/12 …. a2n

…. ….. ….. …. ….. Cn a1n a2n …. 1

C1, C2 ,…., Cn adalah set elemen pada setiap tingkat keputusan dalam hirarki, kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi berpasangan membentuk matrik n x n. Nilai aij merupakan nilai matrik pendapat hasil komparasi yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap Cj.

2. Pengolahan Horisontal

Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas elemen keputusan pada hirarki keputusan dengan empat tahapan, yaitu :

a) Perkalian baris (z) dengan menggunakan rumus :

m n j

k

aij

VE zi

( ),

1

 (1)

Dimana: zi = vektor eigen m = junlah responden

n = jumlah elemen yang dibandingkan b) Perhitungan vektor prioritas atau vektor Ciri:

VEi

m I I aij VEi aij VPi m n j m n i j 1 (2)

Dimana eVPi = elemen vektor prioritas ke- i c) Perhitungan nilai Eigen maksimum (λmax) dengan rumus

VA = aij x VP dengan VA = (v aij)

VB = VP VA

dengan VB = (Vbi) dimana VB adalah nilai Eigen

VA = Vektor Antara λmax = 1

untuk I = 1,2, …,n n i VBi 1 n

d) Perhitungan Indeks Konsistensi (CI)

Konsistensi logis menunjukkan intensitas relasi antara pendapat yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu dan saling membenarkan secara logis. Tingkat konsistensi menunjukkan suatu pendapat mempunayi nilai yang sesuai dengan pengelompokkan elemen pada hirarki. Tingkat konsistensi juga menunjukkan tingkat akurasi suatu pendapat terhadap elemen – elemen pada suatu tingkat hirarki. Untuk mengetahui konsistensi (CI) digunakan formulasi sebagai berikut :

CI λmax - n (4) n-1

Dimana λmax = Eigen Value n = jumlah yang dibandingkan

Untuk mengetahui konsistensi secara menyeluruh dari berbagai pertimbangan dapat diukur dari nilai Ra tio Konsentrasi (CR). Nilai rasio konsistensi adalah perbandingan antara indeks konsistensi (CI) dengan indeks acak ( RI), di mana nilai RI telah ditentukan seperti terlihat pada Tabel 2:

Tabel 2. Nilai Randomindex (RI)

n RI n RI N RI N RI n RI

1 0,00 2 0,00 3 0,52 4 0,89 5 1,11

6 1,25 7 1,35 8 1,40 9 1,45 10 1,49

Sumber : Saaty, 1991

e) Revisi Pendapat

Revisi pendapat dapat dilakukan apabila nilai konsistensi ratio (CR) pendapat cukup tinggi (lebih besar dari 0,1), dengan mencari deviasi RMS (Root Mean Square) dari baris – baris (aij) dan perbandingan nilai bobot baris terhadap bobot kolom (wi/wj) dan merevisi pendapat pada baris yang mempunyai nilai terbesar, yaitu:

) / (

max

S aij wi wj n i j    (5)

Beberapa ahli berpendapat jika jumlah revisi terlalu besar, sebaiknya responden tersebut dihilangkan. Jadi penggunaan revisi ini sangat terbatas mengingat akan terjadinya penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya. f) Matriks Pendapat Gabungan

Matriks pendapat gabungan merupakan matrik baru yang eleme n – elemennya (gij) berasal dari rata – rata geometrik elemen matrik pendapatan individu yang nilai ratio konsistensinya (CR) memenuhi syarat. Tujuan dari penyusunan matrik pendapat gabungan ini adalah untuk membentuk suatu matrik yang mewakili matrik – matrik pendapat individu yang ada. Matrik ini selanjutnya digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi serta vektor prioritas dari elemen – elemen hierarki yang mewakili semua responden. Matrik pendapat gabungan ini menggunakan formulasi berikut:

…………..………..(6) Dimana m adalah jumlah responden

aij adalah matrik individu g) Pengolahan Vertikal

Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas pengajuan setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan terhadap sasaran utama. Jika Cvij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke- i pada tingkat ke-j terhadap sasaran utama, maka:

CVij = S t i xVWt i t CHij( , 1) ( 1) 1  ………(7) Untuk i = 1,2,3,…,p j = 1,2,3,…,r t = 1,2,3,…,s Keterengan :

CHij (t,i-1) = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-j tingkat ke-1 terhadap elemen ke-t pada tingkat diatasnya (i-1), yang diperoleh dari pengolahan horizontal.

m m k

k

aij

gij

( )

1

VW t(i-1) = Nilai peioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke (i=1) terhadap sasarn utama, yang diperoleh dari hasil pengolahan vertikal.

P = Jumlah tingkat hirarki keputusan

R = Jumlah elemn yang ada pada tingkat ke- i S = Jumlah elemen yang ada pada tingkat kei=1

Kerangka pemikiran hierarki proses pada penelitian ini yang berjudul pemilihan alternatif skenario pola kemitraan pada masyarakat miskin di Kota Depok dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 6. Kerangka pemikiran hierarki proses

Fokus (Tujuan Utama)

Faktor 1 Faktor 2 Faktor 3 Faktor 4 Faktor 5

Aktor 1 Aktor 2 Aktor 3 Aktor 4 Aktor 5 Aktor 6

Tujuan 1 Tujuan 2 Tujuan 3 Tujuan 4

Alternatif A Alternatif B Alternatif C Alternatif D Alternatif E Alternatif F

4.1. Gambaran Umum

Depok bermula dari sebuah Kecamatan yang berada di lingkungan Kewedanaan (Pembantu Bupati) wilayah Parung Kabupaten Bogor, kemudian pada tahun 1976 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun pengembang yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan Jasa yang semakin pesat sehingga diperlukan kecepatan pelayanan. Pada tahun 1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1981 yang peresmiannya pada tanggal 18 Maret 1982 oleh Menteri dalam Negeri (H. Amir Machmud) yang terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan dan 17 (tujuh belas) Desa, yaitu : 1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu Desa Depok, Desa

Depok Jaya, Desa Pancoram Mas, Desa Mampang, Desa Rangkapan Jaya, Desa Rangkapan Jaya Baru.

2. Kecamatan Beji, terdiri dari 5 (lima) Desa, yaitu : Desa Beji, Desa Kemiri Muka, Desa Pondok Cina, Desa Tanah Baru, Desa Kukusan.

3. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 6 (enam) Desa, yaitu : Desa Mekarjaya, Desa Sukma Jaya, Desa Sukamaju, Desa Cisalak, Desa Kalibaru, Desa Kalimulya.

Selama kurun waktu 17 tahun Kota Administratif Depok berkembang pesat baik dibidang Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan. Khususnya bidang Pemerintahan semua Desa berganti menjadi Kelurahan dan adanya pemekaran Kelurahan , sehingga pada akhirnya Depok terdiri dari 3 (Kecamatan) dan 23 (dua puluh tiga) Kelurahan, yaitu :

1. Kecamatan Pancoran Mas, terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahjn Rangkapan Jaya, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru.

2. Kecamatan Beji terdiri dari (enam) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur, Kelurah Pondok Cina, Kelurahan Kemirimuka, Kelurahan Kukusan, Kelurahan Tanah Baru.

3. Kecamatan Sukmajaya, terdiri dari 11 (sebelas) Kelurahan, yaitu : Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Suka Maju,. Kelurahan Mekarjaya, Kelurahan Abadi Jaya, Kelurahan Baktijaya, Kelurahan Cisalak, Kelurahan Kalibaru, Kelurahan

Kalimulya, Kelurahan Kali Jaya, Kelurahan Cilodong, Kelurahan Jati Mulya, Kelurahan Tirta Jaya.

4.1.1 Terbentuknya Kota Depok

Semakin pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang semakin mendesak agar Kota Administratif Depok diangkat menjadi Kotamadya dengan harapan pelayanan menjadi maksimum. Disis lain Pemerintah Kabupaten Bogor bersama – sama Pemerintah Propinsi Jawa Barat memperhatikan perkembangan tesebut, dan mengusulkannya kepada Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan Undang – undang nomor 15 tahun 1999 Wilayah Kota Depok meliputi wilayah Administratif Kota Depok, terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan sebagaimana tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Bogor, yaitu :

1. Kecamatan Cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu) Kelurahan dan 12 (dua belas) Desa , yaitu : Kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tugu, Desa Mekarsari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Hajarmukti, Desa Sukatani, Desa Sukamaju Baru, Desa Cijajar, Desa Cimpaeun, Desa Leuwinanggung. 2. Kecamatan Sawangan, yang terdiri dari 14 (empat belas) Desa, yaitu : Desa

Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua, Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan Desa Bedahan, Desa Pasir Putih.

3. Kecamatan Limo yang terdiri dari 8 (delapan) Desa, yaitu : Desa Limo, Desa Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati Baru, Desa Krukut, Desa Grogol.

4. Dan ditambah 5 (lima) Desa dari Kecamatan Bojong Gede, yaitu : Desa Cipayung, Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa Pondok Jaya.

Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00” Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah, perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 %. Kota

Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2.

Sebagai Kota yang berbatasan langsung dengan Ibukota Negara, Kota Depok menghadapi berbagai permasalahan perkotaan, termasuk masalah kependudukan. Sebagai daerah penyangga Kota Jakarta, Kota Depok mendapatkan tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat dari meningkatnya jumlah kawasan permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa. Penduduk di Kota Depok tahun 2005 mencapai 1.374.522 jiwa, terdiri atas laki-laki 696.329 jiwa (50,66 %) dan perempuan 678.193 jiwa (49,34 %), Sedangkan luas wilayah hanya 200,29 km2, maka kepadatan penduduk Kota Depok adalah 6.863 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk tersebut tergolong “padat”, apalagi jika dikaitkan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata.

4.1.2Visi Misi Kota Depok

Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk lima tahun ke depan, yaitu: ”Menuju Kota Depok yang melayani dan mensejahterakan ”. Visi Walikota yang tertuang dalam RPJMD Kota Depok lima tahun ke depan, terkandung pengertian yaitu Melayani berarti meningkatkan kualitas pelayanan aparatur dan penyediaan sarana dan prasarana bagi warga Depok dengan meningkatkan kemampuan lembaga dan aparatur pemerintahan dalam memberikan dan menyediakan barang-barang publik dengan cara-cara yang paling efisien dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan daerah. Mensejahterakan berarti meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengembangkan potensi ekonomi yang dapat memberikan lapangan pekerjaan dan kehidupan bagi masyarakat banyak dan juga keuangan daerah.

Misi Kota Depok Tahun 2006-2011 yaitu:

a. Mewujudkan pelayanan yang ramah, cepat dan transparan

b. Membangun dan mengelola sarana dan prasarana infrastruktur yang cukup, baik dan merata.

c. Mengembangkan perekonomian masyarakat, dunia usaha dan keuangan daerah. d. Meningkatkan kualitas keluarga, pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan

masyarakat berlandaskan nilai-nilai agama.

1. Kecamatan Beji

Kecamatan di kota Depok dengan jumlah penduduk miskin terbanyak adalah kecamatan Beji. Jumlah penduduk miskin terbanyak di Kecamatan Beji berada di Kelurahan Kemiri Muka (42 %), dan yang terendah ada di Kelurahan Kukusan dan Kelurahan Pondok Cina.

Gambar 7. Persentase jumlah penduduk miskin di Kecamatan Beji Kota Depok.

Dilihat berdasarkan usia, hampir semua (94 %) penduduk miskin di Kecamatan Beji tergolong usia produktif, dan sebagian besar berada pada kategori penduduk usia kerja 15 sampai 65 tahun (74 %).

Gambar 8. Persentase penduduk miskin berdasarkan usia di Kecamatan Beji Kota Depok.

Berdasarkan tingkat pendidikannya, 52 % penduduk miskin di kecamatan Beji berpendidikan SD/sederajat, 25 persen SMU dan 19 persen berpendidikan SMP. Sebanyak 4 persen tidak bersekolah. Berdasarkan data tersebut, penduduk miskin di

< 15 Thn; 20% 15-65 Thn; 74% > 65 Thn; 6% < 15 Thn 15-65 Thn > 65 Thn 27% 4% 42% 8% 8% 11% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% Kecamatan Beji Beji Beji Timur Kemiri Muka Kukusan Pondok Cina Tanah Baru

Kecamatan Beji tergolong unskilled (tidak terlatih) dan belum memiliki keterampilan yang cukup. Hal ini menjelaskan dapat banyaknya (88 %) penduduk miskin yang tidak bekerja di Kecamatan Beji.

Gambar 9. Persentase jumlah penduduk miskin di Kecamatan Beji Kota Depok berdasarkan tingkat pendidikan.

Berdasarkan pekerjaannya, penduduk miskin di Kecamatan Beji paling banyak adalah penduduk miskin yang tidak bekerja (88 %). Dari mereka yang bekerja, sebagian besar (3 %) bekerja di sektor “lainnya”, kemudian sebagian bekerja di sektor perdagangan (3 %) dan sisanya bekerja di sektor transportasi (2 %). Penduduk Miskin yang bekerja di Kelurahan Kemiri Muka paling banyak bekerja di sektor lainnya dan sektor perdagangan.

1118 8103 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

Masyarakat Bekerja Masyarakat Tidak Bekerja

Jumlah Masyarakat Bekerja dan Tidak

Dokumen terkait