BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPK TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA 2.1 Gambaran Umum Daerah 2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Masyarakat Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan regional yang diarahkan pada kemajuan pembangunan dan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah serta mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan daerah harus dapat dilakukan secara selaras, terpadu, serasi dan seimbang, agar pembangunan yang sedang berlangsung di setiap daerah atau wilayah pembangunan dapat berjalan sesuai dengan ruang geografis (polarisasi spasial) ekonomi dan potensi dari alokasi sumber daya (capital investment) yang ada di daerah tersebut. a. Pertumbuhan PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Timur dihitung dalam dua bentuk yaitu penghitungan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan penghitungan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000. Produk Domestik Regional Bruto ADHB masih dipengaruhi oleh faktor kenaikan harga dan inflasi, sedangkan ADHK memperlihatkan perkembangan PDRB tanpa dipengaruhi perkembangan harga yang biasanya cenderung naik dari tahun ke tahun. Produk Domestik Regional Bruto merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah. Data PDRB Kabupaten Aceh Timur menggambarkan kemampuan Kabupaten Aceh Timur dalam mengelola sumber daya daerah yang dimiliki menjadi suatu proses produksi. Dalam kurun waktu 2010 - 2013, nilai PDRB Kabupaten Aceh Timur atas dasar harga berlaku (ADHB) dan atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2000 menunjukkan tren yang cenderung meningkat setiap tahun. Hal ini dapat dilihat pada grafik 2.1 dan 2.2 yang bergerak ke arah kanan atas. Atas dasar harga berlaku, peningkatan PDRB ADHB Kabupaten Aceh Timur mencerminkan perkembangan nilai tambah dari 6,72 triliun rupiah di tahun 2010 hingga terjadi peningkatan mencapai 7,72 triliun rupiah di tahun 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa selama tahun 2010 - 2013 telah terjadi peningkatan produktivitas yang diiringi juga peningkatan harga komoditas agregat sektor ekonomi. Berdasarkan Grafik 2.7 pada tahun 2010, sembilan sektor ekonomi di Kabupaten Aceh Timur mampu menciptakan PDRB ADHK sebesar 2,43 triliun rupiah pada tahun 2010 dan terus meningkat hingga sebesar 2,58 triliun rupiah pada tahun 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa selama kurun waktu 2010 - 2013 telah terjadi peningkatan produktivitas (output) agregat seluruh sektor ekonomi di Kabupaten Aceh Timur. Jika membandingkan pertumbuhan PDRB dengan migas dan tanpa migas, pada grafik 2.7 terlihat angka pertumbuhan PDRB tanpa migas lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB dengan migas. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor migas yang dalam beberapa tahun terakhir kurang memberikan kontribusi positif dari segi pertumbuhannya. Padahal sektor migas merupakan salah satu sektor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap PDRB Kabupaten Aceh Timur. Grafik 2.8 menunjukkan peranan sektor primer, sekunder dan tersier dalam perekonomian Kabupaten Aceh Timur. Dari grafik tersebut terlihat bahwa kontribusi sektor primer yang semakin menurun, sedangkan sektor sekunder dan tersier terus meningkat. Meningkatnya kontribusi sektor sekunder dan tersier dari tahun ke tahun yang mengindikasikan bahwa terjadi transformasi struktural pada perekonomian Kabupaten Aceh Timur. Gambar 2.7 PDRB Kabupaten Aceh Timur ADHK 2010-2013 (Triliun Rp) Gambar 2.6 PDRB Kabupaten Aceh Timur ADHB 2010-2013 (Triliun Rp) Gambar 2.9 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Aceh Timur 2013 (persen) Gambar 2.8 Perkembangan Struktur Ekonomi Kabupaten Aceh Timur 2010-2013 ( Persen) Sebagaimana pergeseran struktur ekonomi yang terjadi dalam waktu yang tidak singkat, begitu pula pergeseran struktur ekonomi di Kabupaten Aceh Timur. Meski terjadi penurunan kontribusi sektor primer, namun sektor primer yang terdiri dari sektor pertanian dan pertambangan dan penggalian masih menjadi leading sector. Kontribusi sektor primer pada tahun 2013 berdasarkan grafik 2.8 masih di atas 65 persen, dimana peran sektor pertanian sebesar 34,29 persen dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 32,27 persen. Persentase tersebut cukup jauh dibandingkan kontribusi 7 sektor lainnya. b. Tinjauan Ekonomi PDRB menurut sektor 1. Pertanian Sektor Pertanian merupakan leading sector yang memegang peranan penting dan strategis dalam perekonomian Kabupaten Aceh Timur. Patut dicermati bahwa kontribusi sektor (kontribusi sektor pertanian terhadap seluruh nilai PDRB ADHB ini memiliki kecenderungan meningkat dari 33,60 persen pada tahun 2010 menjadi 34,29 persen pada tahun 2013. Hal ini sejalan dengan peranan Kabupaten Aceh Timur sebagai salah satu sentra pertanian di Provinsi Aceh, terutama kawasan Pantai Timur Aceh. Dari kelima subsektor dalam Sektor Pertanian, Subsektor Tanaman Bahan Makanan (tabama) merupakan subsektor yang memberikan kontribusi terbesar dibandingkan dengan empat subsektor lainnya, yakni sebesar 9,99 persen terhadap PDRB pada tahun 2013. Pada grafik di atas juga terlihat bahwa 4 subsektor memiliki kontribusi di atas lima persen terhadap PDRB Kabupaten Aceh Timur, yakni subsektor tabama, subsektor perikanan, subsektor perkebunan, dan subsektor peternakan serta hasil – hasilnya. Sedangkan kontribusi subsektor kehutanan relatif tidak terlalu besar dibandingkan dengan 4 subsektor lain. Hal tersebut dikarenakan sektor kehutanan relatif belum terkelola secara baik dibandingkan dengan 4 subsektor lain di dalam sektor pertanian. Dari segi pertumbuhan, kelima Gambar 2.10 Kontribusi Sektor Pertanian dan Subsektor Pendukungnya, 2010-2013 (persen) Gambar 2.11 Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Subsektor Pendukungnya, 2013 (persen) subsektor pendukung sektor pertanian tumbuh positif pada tahun 2013. Pertumbuhan positif tiap subsektor mendorong pertumbuhan Sektor Pertanian secara akumulatif sebagaimana grafik 2.10. Berdasarkan pertumbuhan riil, sumber pertumbuhan pada Sektor Pertanian adalah Subsektor Tabama dan Subsektor Perikanan, dimana dari segi kontribusi keduanya merupakan kontribusi terbesar Sektor Pertanian, dan dari segi pertumbuhan keduanya juga memiliki pertumbuhan terbesar dibandingkan subsektor lain di dalam Sektor Pertanian. Pada tahun 2013 Subsektor Perikanan mampu tumbuh 3,82 persen dibandingkan dengan tahun 2012, sedangkan subsektor Tabama tumbuh 3,17 persen. 2. Pertambangan dan Penggalian Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian Kabupaten Aceh Timur, karena di dalamnya tersusun dari berbagai komoditas strategis dan menunjang sektor lain. Beberapa komoditas di dalam sektor ini diantaranya; minyak dan gas bumi yang berkontribusi sangat besar terhadap nilai tambah ekonomi, penggalian pasir, tanah, batu, dan galian C lainnya yang selain memberi nilai tambah ekonomis juga menunjang pembangunan sarana dan prasarana. Dengan adanya komoditas minyak dan gas bumi, sektor ini menjadi sektor yang memiliki kontribusi terbesar kedua dalam nilai PDRB Kabupaten Aceh Timur. Pada tahun 2013, kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian mencapai 32,27 persen terhadap PDRB Kabupaten Aceh Timur. Persentase kontribusi tersebut hanya berbeda sekitar 2 persen dengan Sektor Pertanian yang merupakan sektor dengan kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Aceh Timur.Meskipun dari sisi kontribusi tahunan terlihat cukup besar, namun dari aspek perkembangan sektor ini memiliki kecenderungan menurun. Ditinjau dari perkembangan kontribusi, terjadi penurunan, dimana pada tahun 2010 berkontribusi 39,73 persen terhadap PDRB menjadi 32,27 persen pada tahun 2013 (lihat grafik Gambar 2.13 Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian serta Subsektor Pendukungnya,2013 Gambar 2.12 Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian serta Subsektor Pendukungnya, 2010-2013 2.12). Sedangkan jika ditinjau dari pertumbuhan, pada grafik 2.8 terlihat bahwa Subsektor Penggalian pada tahun 2013 tumbuh sebesar 4,01 persen dibandingkan tahun 2012, sementara itu Subsektor Minyak dan Gas Bumi tumbuh minus 3,58 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Menurunnya subsektor minyak dan gas bumi ini mendorong pertumbuhan negatif pada sektor pertambangan dan penggalian, karena memang secara proporsi, subsektor minyak dan gas memiliki proporsi yang sangat besar dalam sektor ini (lihat grafik 2.12). Perubahan subsektor minyak dan gas bumi akan sangat mempengaruhi sektor pertambangan dan penggalian secara keseluruhan. 3. Industri Pengolahan Sektor ini dibagi dalam dua kelompok subsektor yaitu Subsektor Industri Migas dan Subsektor Industri Tanpa Migas. Sub Sektor Industri Migas belum ada di Kabupaten Aceh Timur, sehingga Nilai Tambah Bruto (NTB) serta turunannya adalah nol. Subsektor industri tanpa migas terbagi atas sembilan komponen. Namun, di Kabupaten Aceh Timur ada lima subsektor yang tidak ada aktifias ekonominya sehingga Nilai Tambah Bruto (NTB) serta turunannya adalah nol, yaitu tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; semen dan bahan galian bukan logam; logam dasar besi dan baja; alat angkutan; mesin dan peralatannya; serta barang industri lainnya. Secara keseluruhan, kontribusi Sektor Industri selalu mengalami kenaikan, walaupun kenaikan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Kontribusi terbesar Sektor Industri ditopang oleh komponen industri makanan, minuman, dan tembakau. Pada tahun 2013, komponen ini menyumbang 2,27 persen PDRB Kabupaten Aceh Timur. Persentase tersebut relatif cukup jauh jika dibandingkan dengan industri lain, semisal industri barang kayu dan hasil hutan Gambar 2.15 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Serta Subsektor Pendukungnya Tahun 2013 Gambar 2.14 Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Tahun 2013 (persen) lainnya yang memberikan kontribusi PDRB sebesar 0,69 persen. Relatif tingginya kontribusi industri makanan, minuman, dan tembakau disebabkan cakupan industri ini cukup luas dan jumlah unit industri yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan industri lain, kemudian ditopang oleh potensi pertanian Kabupaten Aceh Timur yang secara teori mampu memasok sebagian kebutuhan bahan baku industri ini. Dari sisi pertumbuhan, industri makanan, minuman dan tembakau juga memberikan gambaran yang cukup baik, dimana pada tahun 2013, industri ini mampu tumbuh paling tinggi dibandingkan dengan kelompok indutri lainnya, yakni sebesar 5,33 persen terhadap tahun 2012. 4. Listrik, Gas dan Air Bersih Kegiatan sektor ini merupakan penunjang seluruh kegiatan ekonomi. Pada sektor ini hanya ada dua subsektor yang ada kegiatan ekonominya di Kabupaten Aceh Timur, yaitu subsektor listrik dan subsektor air bersih. Subsektor gas tidak ada kegiatan ekonominya, sehingga NTB, kontribusi, dan pertumbuhan subsektor gas adalah nol. Subsektor listrik meliputi pembangkitan tenaga listrik dan pengoperasian jaringan distribusi guna penyaluran listrik untuk dijual kepada konsumen, baik oleh PLN maupun bukan PLN (genset pemda, genset desa, dsb). Termasuk juga listrik yang dibangkitkan oleh sektor lain seperti; industri dan jasa-jasa yang dijual kepada pihak lain yang datanya dapat dipisahkan. Kontribusi sektor listrik, gas, dan air bersih selama kurun waktu empat tahun terakhir semakin meningkat dari 0,39 persen di tahun 2010 hingga 0,53 persen di tahun 2013. Dilihat secara spesifik, kontribusi sektor ini paling utama didukung oleh Subsektor Listrik. Hal ini disebabkan aktivitas ekonomi pada subsektor air bersih relatif kecil dibandingkan dengan subsektor listrik maupun keseluruhan kegiatan ekonomi Kabupaten Aceh Timur, sehingga di tahun 2013 kontribusinya hanya mencapai 0,0044 persen terhadap keseluruhan nilai PDRB Kabupaten Aceh Timur. Gambar 2.17 Pertumbuhan Sektor Listrik Serta Subsektor Pendukungnya Tahun 2013 (persen) Gambar 2.16 Kontribusi Sektor Listrik Serta Subsektor Pendukungnya Pada grafik 2.17 pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air bersih di tahun 2013 tumbuh positif sebesar 9,24 persen, hal ini terutama ditopang oleh pertumbuhan subsektor listrik yang tumbuh sebesar 9,26 persen. Sedangkan untuk subsektor air bersih tumbuh sebesar 7,16 persen pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012. 5. Bangunan Sektor konstruksi atau bangunan merupakan termasuk ke dalam sektor sekunder yang juga berperan besar ke dalam infrastruktur pembangunan fisik. Berbeda dengan sektor lainnya, sektor konstruksi tidak dibagi menjadi beberapa subsektor, hal tersebut dikarenakan komoditas maupun aktivitas ekonomi sektor ini tidak terlalu banyak dan cenderung seragam. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, peranan sektor konstruksi terus meningkat seiring dengan terus meningkatnya pembangunan fisik, baik itu oleh pemerintah maupun swasta ataupun rumah tangga di wilayah Kabupaten Aceh Timur. Pada tahun 2013, sektor konstruksi mampu berkontribusi sebesar 6,54 persen terhadap PDRB Kabupaten Aceh Timur, relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2010, dimana kontribusi terhadap PDRB ADHB Kabupaten Aceh Timur sebesar 4,55 persen (lihat grafik 2.18). Sedangkan jika dilihat dari sisi pertumbuhannya, sektor ini cenderung mengalami fluktuasi dari tahun 2010 hingga tahun 2013, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yakni sebesar 10,39 persen. Gambaran mengenai peningkatan kontribusi dan pertumbuhan riil yang selalu positif menggambarkan proses pembangunan fisik (saranadan prasarana) yang terus berjalan di Kabupaten Aceh Timur baik itu yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta, termasuk rumah tangga. Target utamanya yaitu pembangunan sarana dan prasarana fisik,baik itu sarana dan prasarana perhubungan (jalan dan jembatan) maupun pembangunan gedung kantor pemerintah dan gedung kantor swasta, tempat tinggal, termasuk juga kegiatan Gambar 2.19 Pertumbuhan Sektor Konstruksi Tahun 2013 (persen) Gambar 2.18 Kontribusi Sektor Konstruksi Tahun 2010 - 2013 (persen) sub konstruksi seperti pemasangan instalasi listrik, saluran telepon, alat pendingin, pembuatan saluran air dan sebagainya. 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran merupakan salah satu yang termasuk dalam sektor tersier dengan kontribusi terbesar dibandingkan dengan sektor tersier lainnya. Sedangkan di dalam PDRB ADHB, sektor ini menjadi kontributor terbesar kelima dalam perekonomian Kabupaten Aceh Timur. Trend kontribusi terhadap PDRB ADHB dalam kurun waktu empat tahun terakhir cenderung meningkat dengan persentase di atas 5 persen terhadap PDRB ADHB (lihat grafik 2.20). Dilihat dari subsektor pendukungnya, subsektor perdagangan besar dan eceran memberikan kontribusi yang jauh lebih besar dibandingkan subsektor hotel dan subsektor restoran. Pada tahun 2013, kontribusi subsektor perdagangan besar dan eceran adalah sebesar 6,05 persen terhadap nilai PDRB ADHB, sedangakan subsektor restoran berkontribusi 0,28 persen, dan subsektor hotel hanya 0,0030 persen terhadap nilai PDRB ADHB Kabupaten Aceh Timur. Relatif kecilnya kontribusi subsektor hotel dalam perekonomian bisa dikarenakan fasilitas pendukung subsektor ini masih sangat minim, disamping juga bisa dikarenakan peran dan posisi Kabupaten Aceh Timur sebagai daerah perlintasan (jalan trans nasional Medan – Banda Aceh), bukan sebagai kawasan transit. Dari sisi pertumbuhan, pada tahun 2013, sektor perdagangan, hotel, dan restoran mampu tumbuh sebesar 6,11 persen dengan pertumbuhan tertinggi ada pada subsektor restoran, yakni sebesar 9,34 persen. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan konsumsi makanan dan minuman jadi di wilayah Kabupaten Aceh Timur. Sementara itu, pada subsektor perdagangan besar dan eceran, Gambar 2.21 Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Subsektor Pendukungnya Tahun 2013 (persen) Gambar 2.20 Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Subsektor Pendukungnya Tahun 2010 - 2013 (persen) yang merupakan kontributor terbesar sektor ini, mampu tumbuh 5,94 persen pada tahun 2013 dan subsektor hotel tumbuh 7,02 persen. 7. Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi didukung oleh 2 subsektor utama, yaitu subsektor pengangkutan dan subsektor komunikasi. Subsektor pengangkutan terdiri dari angkutan jalan rel, angkutan udara, angkutan jalan raya, angkutan laut, angkutan sungai, danau, dan penyebrangan, serta jasa angkutan. Untuk rincian angkutan jalan rel dan angkutan udara sampai saat ini tidak ada aktivitas ekonominya di Kabupaten Aceh Timur, sehingga Nilai Tambah Bruto (NTB) dari rincian ini bernilai nol, begitu pula dengan turunan – turunannya. Pada subsektor komunikasi ada 2 penunjang, yaitu pos, giro, dan telekomunikasi dan yang kedua adalah jasa penunjang komunikasi. Berdasarkan grafik 2 .22 dan grafik 2.23, terlihat bahwa kontribusi terhadap PDRB dan pertumbuhan dari sektor pengangkutan dan komunikasi terus mengalamai kenaikan. Pada tahun 2013, kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi adalah sebesar 7,06 persen terhadap nilai PDRB ADHB Kabupaten Aceh Timur dimana subsektor pengangkutan memiliki peran yang cukup tinggi dibandingkan dengan subsektor komunikasi. Sedangkan dari segi pertumbuhan, pada tahun 2013, sektor pengangkutan dan komunikasi secara keseluruhan tumbuh 9,86 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Pertumbuhan sektor ini ditopang oleh tumbuh positifnya seluruh bagian dalam sektor pengangkutan dan komunikasi, terutama melalui subsektor pengangkutan dengan rincian angkutan jalan raya, dimana pada tahun 2013 angkutan jalan raya mampu tumbuh 10,53 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Gambar 2.23 Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta Subsektor Pendukungnya Tahun 2013 (persen) Gambar 2.22 Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta Subsektor Pendukungnya Tahun 2010 - 8. Keuangan, Sewa Bangunan & Jasa Perusahaan Kegiatan di sektor ini mencakup bank dan lembaga keuangan lainnya, termasuk usaha perbankan dan moneter, lembaga keuangan bukan bank dan jasa penunjang lembaga keuangan. Untuk usaha perbankan dan moneter ditinjau dari fungsinya terdiri dari bank sentral, bank umum, bank devisa, bank pembangunan, serta termasuk juga bank desa. Sedangkan ditinjau dari segi kepemilikannya dibedakan menjadi bank pemerintah, bank swasta nasional, dan bank asing. Kontribusi sektor keuangan, sewa bangunan, dan j asa p erusahaan selama empat tahun terakhir berkisar antara 2,81 persen pada tahun 2010 hingga sebesar 3,95 persen pada tahun 2013. Pada tahun 2013, kontributor terbesar sektor ini adalah Subsektor Bank, yakni berkontribusi 3,13 persen terhadap total nilai PDRB ADHB. Sementara itu, subsektor lain dalam sektor ini hanya menyumbang 0,82 persen terhadap seluruh PDRB ADHB. Kabupaten Aceh Timur, bahkan untuk lembaga keuangan bukan bank hanya mampu berkontribusi terhadap PDRB sebesar 0,0054 persen. Pertumbuhan sektor keuangan, sewa bangunan, dan jasa perusahaan pada tahun 2013 adalah sebesar 5,81 persen dibandingkan tahun 2012 dengan masing–masing subsektor mengalami pertumbuhan positif (lihat grafik 2.25). Subsektor Bank sebagai kontributor terbesar sektor ini tumbuh 6,52 persen dibandingkan dengan tahun 2012. Angka pertumbuhan tertinggi terjadi pada Subsektor Lembaga Keuangan Bukan Bank, dimana pertumbuhan pada tahun 2013 mencapai 6,80 persen. 9. Jasa-jasa Sektor jasa–jasa terdiri dari dua subsektor, yakni subsektor jasa Pemerintahan Umum dan subsektor jasa swasta. Subsektor jasa Pemerintahan Umum terdiri dari kegiatan Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan dan jasa pemerintahan lainnya, sedangkan subsektor jasa swasta Gambar 2.25 Pertumbuhan Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan serta Subsektor Pendukungnya Tahun 2013 (persen) Gambar 2.24 Kontribusi Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan serta Subsektor Pendukungnya Tahun terdiri dari kegiatan sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, serta jasa perorangan dan rumah tangga. Sektor jasa – jasa merupakan kontributor keenam dari sembilan sektor ekonomi di Kabupaten Aceh Timur. Selama empat tahun terakhir kontribusi sektor ini terus meningkat meskipun peningkatan yang terjadi tidak terlalu tajam. Pada tahun 2010 sektor jasa – jasa memberikan kontribusi 4,96 persen terhadap nilai PDRB ADHB dan terus meningkat hingga berkontribusi 5,80 persen pada tahun 2013. Nilai Tambah Bruto sektor jasa – jasa mayoritas ditopang oleh subsektor jasa Pemerintahan Umum, dimana dari besaran kontribusi sebesar 5,80 persen pada sektor jasa- jasa, sebesar 5,34 persennya berasal dari jasa pemerintahan umum dan 0,46 persen berasal dari subsektor jasa swasta. Sehingga perubahan nilai tambah pada subsektor jasa Pemerintahan Umum akan sangat berpengaruh terhadap sektor jasa – jasa. Pertumbuhan sektor jasa – jasa dan seluruh subsektor pendukungnya tahun 2013 tumbuh positif. Besaran pertumbuhan ekonomi pada subsektor jasa Pemerintahan Umum dan subsektor jasa swasta tahun 2013 masing – masing sebesar 3,36 persen dan 4,34 persen dibandingkan tahun 2012, sehingga secara keseluruhan nilai pertumbuhan sektor jasa - jasa sebesar 3,56 persen dibandingkan dengan tahun 2012. c. Laju Inflasi Kondisi inflasi di Kabupaten Aceh Timur masih mengacu kepada kondisi inflasi Kota Banda Aceh dan Kota Lhokseumawe. Pada bulan Mei 2015 di Kota Banda Aceh terjadi inflasi sebesar 0,51 persen, Kota Lhokseumawe inflasi sebesar 0,37 persen, dan Kota Meulaboh inflasi sebesar 0,67 persen. Secara agregat untuk Provinsi Aceh, pada bulan Mei 2015 mengalami inflasi sebesar 0,49 persen.Inflasi yang terjadi di Kota Banda Aceh disebabkan oleh inflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,19 persen, kelompok kesehatan 0,08 persen, kelompok sandang 0,44 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau 0,21 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi 0,10 persen. Sedangkan kelompok transportasi, Gambar 2.27 Pertumbuhan Sektor Jasa - Jasa serta Subsektor Pendukungnya Tahun 2013 (persen) Gambar 2.26 Kontribusi Sektor Jasa - Jasa serta Subsektor Pendukungnya Tahun 2013 komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 0,19 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya deflasi sebesar 0,03 persen. Gambar 2.28 Perkembangan Inflasi Banda Aceh, Lhokseumawe, Meulaboh, Provinsi Aceh dan Nasional Mei 2014 – Mei 2015 Laju Inflasi tahun kalender bulan Mei 2015 untuk Kota Banda Aceh sebesar -0,83 persen, Kota Lhokseumawe -1,00 persen, Kota Meulaboh -0,99 persen dan Aceh -0,90 persen. Inflasi “year on year” (Mei 2015 terhadap Mei 2014) untuk Kota Banda Aceh adalah sebesar 5,28 persen, Kota Lhokseumawe 5,45 persen, Kota Meulaboh 6,09 persen dan Aceh 5,43 persen. Komponen Inti pada Mei 2015 mengalami inflasi sebesar 0,09 persen; komponen yang harganya diatur pemerintah mengalami deflasi 0,06 persen dan komponen bergejolak mengalami inflasi 2,46 persen. Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Mulai Januari 2014, pengukuran inflasi di Indonesia menggunakan IHK tahun dasar 2012=100. Ada beberapa perubahan yang mendasar dalam penghitungan IHK baru (2012=100) dibandingkan IHK lama (2007=100), khususnya mengenai cakupan kota, paket komoditas, dan diagram timbang. Perubahan tersebut didasarkan pada Survei Biaya Hidup (SBH) 2012 yang dilaksanakan oleh BPS, yang merupakan salah satu bahan dasar utama dalam penghitungan IHK. Untuk Provinsi Aceh SBH 2012 dilaksanakan di Kota Banda Aceh, Lhokseumawe dan Meulaboh dengan total sampel sebanyak 400 Blok Sensus dan 4.000 rumahtangga. Paket komoditas nasional hasil SBH 2012 terdiri dari 859 komoditas. Paket komoditas terbanyak ada di Jakarta yaitu 462 komoditas, dan yang paling sedikit di Singaraja sebanyak 225 komoditas. Paket Komoditas di Banda Aceh sebanyak 383 komoditas, Lhokseumawe 369 komoditas dan Meulaboh 347 komoditas. Tabel 2.4 IHK dan Tingkat Inflasi Kota Banda Aceh Mei 2015, Tahun Kalender 2015, dan Tahun ke Tahun Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) Tabel 2.5 Inflasi Bulanan, Tahun Kalender, dan Tahun ke Tahun ( persen ) d. Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia.IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar pembangunan Dalam dokumen PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN ( RKPK ) ACEH TIMUR TAHUN 2016 (Halaman 29-43)