• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fokus Layanan Urusan Pilihan .1 Bidang Pertanian

a. Potensi Padi Sawah

Potensi padi sawah di Kabupaten Jeneponto dapat dilihat pada produktivitasnya selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. Pada tahun 2010, prduktivitas padi sawah sebesar 5,92 ton/ha dan pada tahun 2014 sebesar 5,82 ton/ha. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.61 Potensi Padi Sawah

Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

No Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. Luas Tanam (Ha) 20.003 21.043 20.497 23.030 21.076

2. Luas Panen (Ha) 20.003 21.043 20.365 22.842 20.825

3. Produksi (Ton) 118.376,00 122.310,92 123.813,00 134.048,00 121.201,53

4. Produktvitas (Ton/Ha) 5,92 5,81 6,08 5,87 5,82

Sumber: Dinas Pertanian Kab. Jeneponto

Penurunan produksi pada tahun 2014 lebih disebabkan berkurangnya luas tanam. Hal ini dimungkinkan karena kondisi sumber daya air yang terbatas untuk penanaman padi sehingga banyak petani yang tidak melakukan penanaman di lokasi dimana air untuk pertanian sangat sulit untuk didapatkan.

b. Potensi Padi Ladang

Potensi padi ladang di Kabupaten Jeneponto dilihat dari produktivitasnya. Pada tahun 2010 produktivitas padi ladang sebesar 4,04 ton/ha, dan pada tahun 2014 sebesar 4,85 ton/ha. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-47

Tabel 2.62

Potensi Padi Ladang

Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

No Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. Luas Tanam (Ha) 1.408 1.690 1.525 2.125 2.022

2. Luas Panen (Ha) 1.408 1.690 1.525 2.125 2.022

3. Produksi (Ton) 5.687,00 8.188,00 7.430,00 9.993,00 9.806,70

4. Produktivitas (Ton/Ha) 4,04 4,84 4,87 4,70 4,85

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Jeneponto

c. Potensi Jagung

Jagung, dalam hal ini jagung kuning, adalah salah satu komoditas yang menjadi andalan masyarakat Kab. Jeneponto. Kebutuhan air yang tidak terlalu tinggi serta jenis tanah yang ada di Kab. Jeneponto membuat jagung sangat sesuai dikembangkan di Jenepotno. Potensi jagung di Kabupaten Jeneponto periode 2010 – 2014 dilihat dari produktivitasnya. Pada tahun 2010 produktivitas jagung sebesar 5,29 ton/ha, dan pada tahun 2014 sebesar 5,32 ton/ha. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.63 Potensi Jagung

Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

No Uraian Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. Luas Tanam (Ha) 50.031 53.560 52.149 53.466 49.792

2. Luas Panen (Ha) 48.129 49.502 51.877 53.439 49.774

3. Produksi (Ton) 254.504,00 262.365,27 275.982,00 277.646,00 264.797,68

4. Produktivitas (Ton/Ha) 5,29 5,30 5,32 5,20 5,32

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Jeneponto

Peningkatan produktifitas jagung pada tahun 2014 menunjukkan

bahwa upaya intensifikasi pertanian komoditas jagung relatif membawa hasil yang memuaskan. Namun upaya intensifikasi juga harus dikontrol dalam artian penggunaan zat kimiawi harus dibatasi agar tidak menurunkan kualitas tanah dan air sehingga mengganggu produksi dimasa depan.

2.3.2.2 Bidang Perikanan a. Produksi Perikanan

Potensi perikanan di Kabupaten Jeneponto dapat dilihat pada produksi perikanan periode tahun 2010-2014 baik perikanan laut maupun perikanan

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-48

darat. Pada tahun 2010 produksi perikanan tangkap sebesar 16.343 ton dan

perikanan budidaya sebesar 17.740,91 ton. Sementara itu pada tahun 2014 produksi perikanan laut sebesar 16.803,50 ton dan perikanan budidaya sebesar 18.143,94 ton. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.64 Produksi Perikanan

Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

No Uraian Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 1 Perikanan Tangkap (ton) 16.343,50 16.337,60 16.342,70 16.682,51 16.803,50 2 Perikanan Budidaya (ton) 17.740,91 17.292,50 18.131,40 17.870,13 18.143,94

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Jeneponto

Walaupun setiap tahun terlihat peningkatan signifikan terhadap hasil produksi perikanan tangkap dan budidaya, hasil produksi tersebut kebanyakan di kirimkan ke Kota Makassar sehingga jika dihitung secara per kapita konsumsi ikan masyarakat Jeneponto dalam setahun masih relatif rendah. Selain itu banyak hasil tangkapan nelayan Jeneponto yang tidak di daratkan di TPI yang ada di Kec. Binamu. Mereka memilih untuk mendaratkan ikan di Kab. Sinjai. Kurang memadainya fasilitas pendaratan ikan disinyalir menjadi salah satu sebab.

b. Produksi Rumput Laut

Rumput laut adalah salah satu komoditas andalan Kab. Jeneponto. Potensi rumput laut di Kabupaten Jeneponto dapat dilihat dari produksi pada periode tahun 2010 – 2014. Pada tahun 2010 produksi rumput laut sebesar 134.428 ton basah, dan pada tahun 2014 produksinya menurun menjadi 120.978,82 ton basah. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.65

Potensi Rumput Laut Kabupaten Jeneponto Periode Tahun 2010-2014

No Kecamatan Produksi (Ton Basah)

2010 2011 2012 2013 2014 1. Bangkala Barat 7.518,51 7.745,22 7.791,93 7.791,93 6.921,82 2. Bangkala 25.332,03 25.210,35 25.286,67 25.286,67 22.465,35 3. Tamalatea 63.258,21 48.642,39 48.642,39 48.642,39 43.475,77 4 Bontoramba - - - - - 5 Binamu 14.990,4 21.810,78 21.942,36 21.942,36 19.494,14 6 Turatea - - - - - 7 Kelara - - - - -

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-49

8 Rumbia - - - - - 9 Arungkeke 15.309,18 13.249,62 13.334,40 13.334,40 11.842,32 10 Batang 2.744,64 997,92 1.004,04 1.004,04 891,92 11 Tarowang 4.875,03 17.770,32 17.877,42 17.877,42 15.887,50 Jumlah 134.428,0 135.426,6 136.172,61 136.172,61 120.978,82

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jeneponto

Produksi tahun 2014 adalah yang terendah dalam 5 tahun terakhir. Salah satu yang menjadi penyebab adalah tingkat gagal panen yang tinggi akibat cuaca yang tidak memadai (ombak tinggi dan angin kencang). Pada 2014 Bappeda Kab. Jeneponto telah menyusun masterplan minapolitan dan salah satu hasil dari masterplan itu adalah pengembangan rumput laut kedepannya di konsentrasikan pada Kec. Tamalatea, Bangkala dan Bangkala Barat. Hal ini didasarkan dari fakta bahwa bagian pesisir timur Kab. Jeneponto memiliki tingkat kedalaman yang tinggi sehingga ancaman ombak tinggi bisa dieliminir. Selain itu kontur pesisir timur dimana ada teluk membuat daerah budidaya rumput laut terlindung dari ombak dan dan arus yang besar.

2.3.2.3 Bidang Kehutanan dan Perkebunan

a. Persentase Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis

Kinerja di bidang kehutanan dapat dilihat dari persentase rehabilitasi hutan dan lahan kritis. Pada tahun 2010 kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan kritis di Kabupaten Jeneponto berhasil merehabilitasi lahan seluas 400 Ha atau hanya 1,39% dari total lahan kritis. Pada tahun 2014 sebanyak 2,63 persen (675 ha) dari total hutan dan lahan kritis yang di rehabilitasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.66

Persentase Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kritis Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

No Bidang Urusan Satuan Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. Luas hutan dan lahan kritis yang direhabilitasi Ha 400 620 640 625 675 2. Luas total hutan dan lahan kritis Ha 28.829 28.209 27.569 26.944 26.269

Persentase RHL % 1,39 2,20 2,32 2,32 2,63

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Jeneponto

b. Persentase Kerusakan Kawasan Hutan

Peningkatan luas lahan dan hutan yang direhabilitasi membawa dampak semakin kecilnya kerusakan hutan di Kab. Jeneponto dalam 5 tahun terakhir,

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-50

kecuali pada tahun 2014. Pada tahun 2014 kerusakan hutan meningkat

sebesar 56 Ha atau dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan perambahan hutan yang semakin marak. Untuk itu dibutuhkan perhatian khusus untuk mengurangi laju kerusakan hutan. Tahun 2015 Dinas kehutanan telah melakukan langkah-langkah pencegahan dengan menampah personil polisi hutan dan juga mengaktifkan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang pengrusakan hutan.

Tabel 2.67

Persentase Kerusakan Kawasan Hutan Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

No Bidang Urusan Satuan Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1. Luas Kerusakan Kawasan Hutan Ha 112 87 80 53 109

2. Luas Kawasan Hutan Ha 9.189 9.189 9.189 9.189 9.189

Kerusakan Kawasan Hutan % 1,22 0,95 0,87 0,58 1,20

Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Jeneponto

2.3.2.4 Bidang Pariwisata

a. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB

Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB di Kabupaten Jeneponto periode tahun 2010 – 2014 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 kontribusi sektor pariwisata sebesar 0,38 persen dan pada tahun 2014 menurun menjadi 0,35 persen. Kondisi ini menunjukkan belum adanya usaha luar biasa dari Dinas Pariwisata untuk meningkatkan kontribusi pariwisata dari tahun ketahun. Perkembangan kontribusi sektor pariwisata dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 2.68

Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

No Lapangan Usaha Jumlah Kontribusi terhadap PDRB (juta rupiah)

2010 2011 2012 2013 2014*

1 Hotel 24,74 27,21 29,90 33,28 33,28

2 Restoran 7.889,35 8.756,96 10.094,23 11.341,38 11.341,38

3 Hiburan dan Rekreasi 638,54 689,64 717,93 832,80 832,80

Total (juta rupiah) 8.552,63 9.473,81 10.418,46 12.207,46 12.207,46

Persentase 0,38 0,35 0,34 0,35 0,35

Sumber: Badan Pusat Statistik

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

II-51

2.3.2.5 Bidang Perdagangan, Industri dan Pertambangan

a. Jumlah Usaha Restoran dan Rumah Makan

Jumlah usaha restoran dan rumah makan di Kabupaten Jeneponto mengalami perkembangan khususnya rumah makan kelas B dan kelas C. Untuk rumah makan kelas B, pada tahun 2009 tidak ada dan pada taun 2013 menjadi 2 buah. Untuk rumah makan kelas C pada tahun 2009 sebanyak 21 buah dan pada tahun 2013 menajdi 25 buah. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.69

Jenis, Kelas dan Jumlah Restoran Kabupaten Jeneponto Tahun 2010-2014

No Uraian Jumlah 2010 2011 2012 2013 2014*

Usaha Jumlah Kursi Jumlah Usaha Jumlah Kursi Jumlah Usaha Jumlah Kursi Jumlah Usaha Jumlah Kursi Jumlah Usaha Jumlah Kursi 1. Usaha restoran golongan

tertinggi - - - - - - - - - -

2. Usaha restoran golongan

menengah - - - - - - - - - -

3. Usaha restoran golongan

terendah - - - - - - - - - -

4. Usaha rumah makan kelas A - - - - - - - - - -

5. Usaha rumah makan kelas B - - - - - - 2 110 2 110

6. Usaha rumah makan kelas C 21 705 22 740 22 740 25 825 28 885

7. Usaha rumah makan kelas D - - - - - - - - - -

8. Usaha rumah makan kelas - - - - - - - - - -

Sumber: Badan Pusat Statistik

* Data Tahun 2014 masih merupakan prediksi hasil pengamatan lapangan.

2.4 Aspek Daya Saing Daerah

2.4.1 Fokus Kemampuan Keuangan Daerah

Dokumen terkait