2009 2010 2011 2012 2013 1 Jumlah Gelanggang/ Bala
2.1.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan 1) Urusan Pertanian
- Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Potensi pertanian tanaman pangan dan hortikultura di wilayah Kota Payakumbuh beraneka ragam dan tersebar di seluruh kecamatan. Komoditas unggulan tanaman pangan dan hortikultura di Kota Payakumbuh terdiri dari padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang panjang, cabe, terung, ketimun, kangkung dan tanaman hias merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan, terutama untuk komoditas hortikultura karena disamping untuk memenuhi kebutuhan lokal, komoditas hortikultura terutama sayur-sayuran telah dipasarkan ke luar provinsi Sumatera Barat.
Lahan pertanian dari tahun 2009 sampai tahun 2013 terus mengalami penurunan karena telah banyak beralih fungsi menjadi area pemukiman dan pemanfaatan lahan untuk non pertanian. Namun dengan program intensifikasi pertanian seperti penggunaan benih unggul bermutu, dan penerapan teknologi anjuran sudah berkembang maka produktifitas komoditi pertanian dapat meningkat selama lima tahun terakhir.
Berikut data produktifitas komoditas pertanian tanaman pangan dan hortikultura andalan Kota Payakumbuh.
Tabel 2.97
Produktifitas Beberapa Komoditas Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2009 s.d. 2013 (ton/ha)
No. Komoditas Tahun
2009 2010 2011 2012 2013 1. Padi 4,52 4,44 5,55 5,10 5,09 2. Jagung 3,78 3,83 5,37 5,50 5,55 3. Ubi Kayu 14,91 20,46 36,34 38,10 42,07 4. Ubi Jalar 9,44 14,67 13,38 12,5 16,00 5. Kacang Tanah 1,36 2,00 1,29 1,43 0,00 6. Kacang panjang 2,94 2,12 2,22 3,08 4,15 7. Cabe 2,17 2,02 2,12 2,88 3,24 9. Terung 4,51 3,65 3,56 5,6 9,70 10. Ketimun 7,32 6,45 7,35 7,95 5,68 11. Kangkung 3,44 3,55 3,60 4,21 2,70 Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Bunhut Kota Payakumbuh, 2014
Dilihat dari Tabel 2.97 secara umum produktifitas komoditas tanaman pangan dan hortikultura selama lima tahun terakhir (2009 s.d. 2013) mengalami kenaikan kecuali untuk komoditi padi, ketimun dan kangkung. Khusus untuk kacang tanah produksinya nihil untuk tahun 2013. Produktifitas komoditi ubi kayu dan ubi jalar mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada tahun 2013. Hal ini sejalan dengan semakin berkembangnya usaha industri rumah tangga yang bahan bakunya dari ubi kayu dan ubi jalar di Kota Payakumbuh sehingga memacu petani untuk menanam kedua tanaman tersebut.
Pengembangan komoditas tanaman pangan dan hortikultura juga telah dibarengi dengan peningkatan dan pengembangan kelembagaan, akses permodalan dan pemasaran yaitu Gabungan Kelompok Tani, Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA), Terminal Agribisnis dan Sub Terminal Agribisnis (STA). Jumlah Kelompok Tani ini sampai tahun 2013 terus meningkat hingga mencapai 257 kelompok dengan 40 Gabungan Kelompok Tani, 10 unit STA, 1 TA dan 33 unit LKMA, 7 unit UP3HP. Dengan Pengembangan agribisnis diharapkan selain dapat memenuhi kebutuhan konsumsi
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 61 lokal dalam rangka ketahanan pangan, juga diperdagangkan untuk kebutuhan industri makanan dan kerajinan serta kebutuhan konsumsi luar daerah.
Tanaman hias mempunyai peluang untuk diberdayakan sebagai komoditas komersial yang penting dan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan petani tanaman hias dan devisa negara. Potensi untuk mengembangkan usaha tanaman hias sangatlah prospek dalam peluang pasar internasional.
Potensi pengembangan tanaman hias di Sumatera Barat bagi investor telah dipersiapkan lahan seluas 99 hektar tersebar di 4 (empat) daerah di Provinsi Sumatera Barat yaitu Kota Padang, Kota bukittinggi, Kota Padang Panjang dan Kota Payakumbuh yang didukung letak ketinggian dari permukaan laut, tipe iklim, curah hujan, tipe tanah, kesuburan tanah, dan temperatur udara. Tanaman yang cocok dikembangkan adalah bunga anthurium, aglonema, cladium, orchid, adenium, palm, hyphorbia, raphis excelsa, cycas dan bougenville.
Untuk Kota Payakumbuh pengembangan tanaman hias seluas 25 hektar yang berada di Kecamatan Payakumbuh Barat yaitu pada Kelurahan Koto Tangah dan Talang serta di Kecamatan Payakumbuh Timur pada Kelurahan Padang Alai.
Pada 2 (dua) tahun terakhir ini di Kota Payakumbuh sedang digalakkan pengembangan tanaman raphis excelsa sebagai komoditas eksport yang berlokasi di Kelurahan Koto Tangah dan Talang Kecamatan Payakumbuh Barat dan di Kelurahan Padang Alai Kecamatan Payakumbuh Timur.
Sektor pertanian selama periode lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang berfluktuasi, dan ditahun-tahun terakhir sektor pertanian yang peranannya cenderung mengalami penurunan. Sektor pertanian merupakan penyumbang keempat terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Payakumbuh pada tahun 2013. Pada tahun 2009 kontribusinya terhadap PDRB atas dasar harga berlaku Kota Payakumbuh sebesar 10,07 %, pada tahun 2010 turun menjadi 9,96 %. Pada tahun 2010 turun menjadi 9,96 %, tahun 2011 menjadi 9,97 %, pada tahun 2012 kontribusinya sama dengan tahun 2011 yaitu sebesar 9,97 %, dan pada tahun 2013 kontribusi sektor pertanian naik sedikit menjadi 9,99 %.
Kontribusi sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura terhadap PDRB atas dasar harga berlaku Kota Payakumbuh pada tahun 2009 sebesar 6,55 % dan turun pada tahun 2010 menjadi 6,48 %, dan 6,49 % pada tahun 2011. Pada tahun 2012 naik menjadi 7,20 % dan pada tahun tahun 2013 turun menjadi 6,42 %
- Peternakan
Pembangunan peternakan diarahkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat dengan pengembangan peternakan rakyat, salah satunya yaitu dengan penguatan modal masyarakat. Di samping itu juga dilakukan pelayanan kesehatan ternak secara intensif, bimbingan usaha, temu agribisnis dan berbagai bentuk penyuluhan lainnya.
Dengan kegiatan-kegiatan tersebut terjadi peningkatan minat usaha di bidang peternakan, sehingga usaha ini secara berangsur-angsur mengalami perubahan paradigma dari usaha sampingan kepada usaha utama.
Peternakan yang ada di Payakumbuh umumnya berskala kecil yang terdiri dari peternakan ternak besar, ternak kecil, dan unggas.
Program pengembangan ditujukan pada pengembangan sapi potong, kambing, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik dan ayam buras. Untuk ternak sapi potong telah terjadi peningkatan populasi dari 7.975 ekor pada tahun 2009 menjadi 8.255 ekor pada tahun tahun 2010. Pada tahun 2011 terjadi penurunan populasi sapi menjadi 6.709 ekor, dan terus turun menjadi 5.164 ekor pada tahun 2012, pada tahun 2013 naik sedikit menjadi 5.293 ekor. Penurunan jumlah populasi ternak sapi tersebut dikarenankan banyak sapi yang disembelih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging bagi penduduk. Namun, di sisi lain, tidak diimbangi penambahan sapi-sapi baru melalui pembudidayaan atau pengembangan di kalangan petani dan peternak. Dalam dua tahun terakhir ini, memang ada semacam keengganan dari para petani dan peternak untuk membudidayakan atau mengembangkan ternak sapi tersebut. Hal itu lantaran harga bakalan (bibit) sapi dan biaya pemeliharaan ternak tersebutdinilai mahal. Banyak petani dan peternak tak berani membeli sapi saat harganya mahal seperti
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 62 sekarang ini. Sebab, diperkirakan pada waktu dijual nanti akan mengalami kerugian, terlebih sampai saat ini tidak ada standarisasi harga sapi.
Untuk itu perlu dilakukan pengkajian yang seksama dan arif ditinjau dari berbagai sudut pandang dan esensi dasar pembangunan itu sendiri, yaitu bahwa peternakan merupakan subsektor yang strategis dalam pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia (SDM), sehingga dapat memenuhi permintaan masyarakat konsumen terhadap kebutuhan daging sapi segar di kota Payakumbuh dan hinterlandnya, dan ini diharapkan akan terus mengalamipeningkatan seiring dengan perkembangan pembangunan infrastruktur RPH dan Pasar Ternak. Untuk pengembangan usaha peternakan sapi telah terjadi peningkatan Pos IB ( Inseminasi Buatan) dari 1 unit pada tahun 2008 menjadi 5 unit pada tahun 2013.
Untuk ternak unggas jumlahnya sepanjang lima tahun terakhir berfluktuatif karena jumlah produksi sangat tergantung pada harga daging ayam dan telur. Pada tahun 2009 s.d. 2013 jumlah populasi unggas terutama ayam kampung dan puyuh menurun drastis dari tahun sebelumnya disebabkan wabah flu burung yang melanda beberapa daerah termasuk Kota Payakumbuh pada tahun 2007. Pada tahun 2012 Populasi burung puyuh dan ayam kampung mengalami penurunan dari tahun sebelumnya Hal ini disebabkan harga pakan yang terus naik dan berfluktuasinya harga telur dan daging.
Tabel 2.98
Perkembangan Populasi Ternak dan Unggas Menurut Jenisnya Tahun 2009 s.d. 2013 di Kota Payakumbuh
No Jenis Ternak dan Unggas (ekor) Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 1. Sapi 7.975 8.255 6.709 5.164 5.293 2. Kerbau 458 430 361 432 538 3. Kuda 659 619 603 536 551 4. Kambing 5.223 6.053 5.294 5.995 5.875 5. Ayam Kampung 121.567 118.841 80.412 82.952 89.588 6. Puyuh 132.900 135.170 309.85 268.950 232.000 7. Itik 62.954 62.719 56.470 66.215 67.855
8. Ayam Ras Petelur 483.000 749.900 624.085 679.000 737.500 9. Ayam Ras
Pedaging 1.247.977 1.256.150 1.192.950 966.800 1.127.000 Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kota PayakumbuhTahun 2014
Tabel 2.99
Perkembangan Produksi Daging, Telur Tahun 2009 s.d. 2013 di Kota Payakumbuh
No Jenis Ternak dan Unggas (ekor) Tahun Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 1. Daging 1.432.656 3.135.924 2.903.727 2.692.273 3.006.108 kg Daging Sapi 901.329 925.650,39 917.146,99 947.208 1.031.766 kg Daging Kerbau 54.176 216.321,88 208.862,50 113.169 105.923 kg Daging kambing 138.875 69.226,10 45.629,39 81.665 105.862 kg Daging Kuda 3.574 756 20.790 5.460 13.440 kg Daging ayam buras 96.716 133.500,60 86.684,14 89.422 96.576 kg Daging Ayam ras pedaging NA 1.180.028,98 1.121.372,98 519.243 1.059.380 kg
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 63 No Jenis Ternak dan Unggas (ekor) Tahun Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 Daging ayam ras petelur 201.828 579.308,29 478.880,77 908.792 565.171 kg Daging itik 36.158 31.131,38 24.360,19 27.314 27.990 kg 2. Telur 3.570.053 5.872.778 4.883.460 5.353.936 5.729.653 kg Telur ayam ras 3.133.825 5.379.344 4.507.885 4.937.430 5.299.905 kg Telur ayam buras 43.885 79.103 51.363,17 52.986 57.224 kg Telur itik 392.343 414.330.30 324.211,95 363.520 372.524 kg Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kota PayakumbuhTahun, 2014
Produksi daging di Kota Payakumbuh selama 5 (lima) tahun terakhir paling banyak berasal dari ternak unggas yaitu daging ayam ras pedaging dan daging sapi. Daging ayam ras pedaging sebesar 1.180.028,28 kg pada tahun 2010, terus turunmenjadi 519.243 kg pada tahun 2012. Di tahun 2013 naik kembali hampir dua kali lipat yaitu sebesar 1.059.380 kg dan ternak besar yaitu daging sapi sebesar 901.329 kg pada tahun 2009 meningkat menjadi 1.031.766 kg pada tahun 2013. Untuk produksi telur selama 5 (lima) tahun terakhir paling banyak berasal dari telur ayam ras sebesar 3.133.825 kg pada tahun 2009 meningkat menjadi 5.299.905 kg pada tahun 2013. Tidak hanya dari sisi pengembangan produksi peternakan, Kota Payakumbuh juga tengah menyiapkan Sentra Pemasaran Peternakan Terpadu, yang meintegrasikan lokasi Pasar Ternak, Rumah Potong Hewan (RPH), Laboratorium Percontohan, BPP dan instalasi Pengolahan Pakan di kawasan Kelurahan Koto Panjang Payobasung Kecamatan Payakumbuh Timur.
Kawasan Sentra Pemasaran Peternakan Terpadu ini kedepan diharapkan menjadi sentra agribisnis yang ditangani dengan pola agropolitan. Persiapan ke arah itu telah direspon oleh Pemerintah Pusat melalui Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dengan mengalokasikan dana untuk penyiapan infrastruktur di kawasan Bukik Patah Sembilan sebesar 2,8 milyar. Lokasi ini kedepan diharapkan menjadi berskala regional karena berada di perbatasan Kabupaten Lima Puluh Kota ke arah timur.
Kontribusi sektor peternakan terhadap PDRB atas dasar harga berlaku Kota Payakumbuh pada tahun 2009 sebesar 2,47 %, tahun 2010 turun menjadi 2,44 % pada tahun 2011 naik sedikit menjadi 2,46 % dan 2,86 % pada tahun 2012, pada tahun 2013 turun menjadi 2,61 %
- Perkebunan
Usaha perkebunan di Kota Payakumbuh berskala kecil (perkebunan rakyat) dengan lahan terbatas. Luas areal tanam dan produksi tanaman perkebunan dari tahun ke tahun mengalami penurunan kecuali tanaman kakao. Dari sekitar 24 jenis komoditas perkebunan yang diusahakan, tanaman kakao yang menjadi komoditi unggulan Kota Payakumbuh. Dalam kurun waktu 2009 s.d. 2013, produksi dan luas tanam tanaman kakao terus meningkat. Luas tanaman kakao mengalami peningkatan yang disebabkan karena harga komoditas kakao dari waktu ke waktu cenderung naik dan kerana ada bantuan bibit coklat yang dibagikan kepada petani secara cuma-cuma. Perkembangan luas dan produksi komoditas perkebunan dapat dilihat pada Tabel 2.100
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 64 Tabel 2.100
Perkembangan Luas Tanam dan Produksi Komoditas Perkebunan Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh
No Komoditi Tahun Satuan
2009 2010 2011 2012 2013
1. Kelapa
Luas area tanam 655,00 659,01 593,35 654,75 936,00 Ha Produksi 595,50 569,25 445,87 444 435,00 Ton 2. Tebu
Luas area tanam 11,00 11,00 11,00 10,10 7,95 Ha Produksi 2,10 1,95 2,09 63 60,00 Ton 3. Tembakau
Luas area tanam - 35 36 1,00 1,00 Ha
Produksi - 21 21,60 0,80 Ton
4. Pinang
Luas area tanam 14,75 15,75 16,25 12,50 11,75 Ha Produksi 4,93 5,44 6,25 7,60 7,00 Ton 5. Kopi
Luas area tanam 8,50 8,50 8,50 8,00 7,75 Ha Produksi 4,23 5,53 5,53 9,75 8,70 Ton 6. Cengkeh
Luas area tanam 10,00 10,00 8,50 9 7,50 Ha
Produksi 1,90 1,90 1,79 5 3,70 Ton
7. Kayu manis
Luas area tanam 27,00 27,00 27,00 17,50 15,50 Ha Produksi 7,50 16,00 15,00 15,2 16,90 Ton 8. Aren
Luas area tanam 2,00 2,00 2,00 7 7,50 Ha Produksi 3,00 3,00 3,00 5,60 5,00 Ton 9. Coklat (Kakao)
Luas area tanam 871,81 893,94 1.500,50 1.122,86 1170,42 Ha Produksi 543,41 587,75 1350,45 727,75 924,00 Ton S u m b e r : Dinas Tanaman Pangan dan Bunhut Kota Payakumbuh, 2 0 1 4
Kontribusi sektor perkebunan terhadap PDRB atas dasar harga berlaku Kota Payakumbuh pada tahun 2009 sampai pada tahun 2012 relatif tetap yaitu 0,30% pada tahun 2009, 0,30% pada tahun 2010, 0,30 % pada tahun 2011, 2012 sebesar 0,33 %, dan pada tahun 2013 naik sedikit menjadi sebesar 0,69 %
2) Urusan Kehutanan
Kerusakan hutan dan lahan akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan cukup signifikan, baik frekuensi kejadiannya maupun besar bencana alam yang ditimbulkan. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya sekedar merusak ekosistem hutan tetapi juga kelangsungan berbagai flora dan fauna serta sosial kemasyarakatan. Melihat laju kerusakan lingkungan dan luasnya dalam dekade terakhir ini maka sudah sangat perlu dilakukan tindakan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga dapat berfungsi sebagai pelindung lingkungan, mencegah banjir, tanah longsor, erosi, dan sekaligus untuk mendukung produktivitas sumber daya hutan dan lahan serta melestarikan keragaman hayat.
Potensi kehutanan Kota Payakumbuh dari tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel 2.101.
Tabel 2.101
Data Potensi Kehutanan Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh
No Jenis data
Tahun
Satuan
2009 2010 2011 2012 2013
1. Luas lahan kritis 586 554 494 306,24 276,24 Ha 2. Luas lahan penghijauan 957 957 1.017 1204,76 1235,46 Ha
3. Luas kebakaran hutan - - 21 - - Ha
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 65 Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa tahun 2009 s.d. 2013 di Kota Payakumbuh lahan kritis menjadi berkurang dari 586 Ha pada tahun 2008 menjadi 276,24 Ha pada tahun 2013, hal ini disebabkan karena lahan kritis sudah mulai dimanfaatkan oleh petani dan masyarakat, terutama dengan adanya bantuan dari pemerintah untuk menanami lahan kritis dengan tanaman tahunan seperti coklat, durian, petai dan mahoni. Untuk luas lahan penghijauan/hutan rakyat relatif tetap dari tahun 2009 sampai dengan 2010 dan pada tahun 2011 dan 2012 mengalami kenaikan dari 1.017Ha pada tahun 2011 menjadi 1.204,76Ha pada tahun 2012 serta pada tahun 2013 menjadi 1235,46 Ha.
3) Urusan Pariwisata
Kegiatan pariwisata juga merupakan usaha yang cukup penting di Kota Payakumbuh, dimana kepariwisataan di Kota Payakumbuh dari tahun ke tahunnya sudah mengalami peningkatan, namun belum menunjukan kemajuan yang berarti di dalam memajukan pariwisata Sumatera Barat. Di propinsi Sumatera Barat, Kota Payakumbuh belum termasuk 10 daerah destinasi pariwisata. Potensi pengembangan pariwisata di Kota Payakumbuh kedepan juga cukup besar, baik dalam bentuk wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner Objek wisata alam yang cukup terkenal dikota ini antara lain adalah: Ngalau Indah, Bukik Panjang Patah Sambilan dan Panorama Ampangan. Untuk objek wisata budaya antara lain meliputi kebudayaan Minangkabau berikut kesenian asli rakyatnya sedangkan untuk wisata kuliner disepanjang Jalan Soekarno Hatta, Jalan Ahmad Yani dan Jalan Jenderal Sudirman Payakumbuh.
Tabel 2.102
Perkembangan Indikator Kinerja Urusan Pariwisata Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh
No Indikator Satuan Capaian Kinerja
2009 2010 2011 2012 2013
1 Kunjungan wisata Orang 27.180 30.568 105.323 113.919 105.870 2 Jumlah restoran, rumah
makan, dan warteg Unit 72 81 82 82 94 3 Jumlah hotel dan penginapan Unit 11 10 11 11 11 4
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB
% 1,21 1,21 1,22 1,39 0,99 Sumber : Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kota Payakumbuh 2014
Dari Tabel 2.102 dilihat dari jumlah kunjungan wisata, jumlahnya cukup besar dan berfluktuasi selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2009 jumlah kunjungan wisata sebanyak 27.180 orang, Pada tahun 2010 naik menjadi 30.568, tahun 2011 naik cukup signifikan menjadi 105.323 orang dan 105.870 orang pada tahun 2013. Meski jumlah kunjungan wisata cukup tinggi, namun belum memberikan kontribusi yang cukup berarti kepada perekonomian daerah. Hal ini disebabkan karena jumlah wisatawan yang tercatat umumnya merupakan wisatawan lokal dan regional yang tidak menginap di Kota Payakumbuh.
Kemudian jika dilihat dari sarana pendukung pariwisata seperti hotel, restoran dan rumah makan/warteg jumlahnya tidak mengalami peningkatan yang signifikan selama lima tahun terakhir. Jumlah hotel dan penginapan tetap sama dari tahun 2009 s.d. 2013 yaitu 11 unit, begitu juga dengan jumlah restoran dan rumah makan sebanyak 72 unit pada tahun 2019 naik menjadi dan 94 unit pada tahun 2013.
Masih tertinggalnya pembangunan pariwisata Kota Payakumbuh dibandingkan daerah lain ditandai dengan masih rendahnya kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Kota Payakumbuh. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Kota Payakumbuh cukup rendah, bahkan turun menjadi 0,99 % dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai 1,39 %.
4) Urusan Kelautan dan Perikanan
Kebijakan pembangunan bidang perikanan di Kota Payakumbuh diarahkan untuk peningkatan ekonomi masyarakat petani ikan dengan peningkatan produktifitas dan
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 66 efisiensi usaha perikanan sehingga tercipta iklim usaha yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya wirausaha perikanan. Untuk itu pembangunan bidang perikanan diarahkan untuk pengembangan budidaya ikan air tawar, pengembangan agribisnis perikanan, peningkatan sarana dan prasarana perikanan, pencegahan dan pemberantasan penyakit ikan.
Aktivitas budidaya perikanan darat di Kota Payakumbuh melalui budidaya kolam air deras, kolam air tenang, keramba, dan perairan umum. Jenis ikan yang banyak dibudidayakan antara lain ikan nila, ikan lele, ikan mas, dan ikan gurami.
Dalam peningkatan kegiatan budidaya dalam rangka peningkatan produksi juga diiringi dengan penyediaan benih unggul, pakan yang murah dan jaminan pasar melalui kegiatan pengolahan. Luas kolam yang diusahakan masyarakat untuk budidaya ikan tidak mengalami perkembangan. Hal ini disebabkan berkembangnya infrastruktur kota sehingga terjadi mutasi lahan dari usaha perikanan ke usaha tanaman pangan seperti padi. Lahan yang berpotensi untuk kegiatan budidaya perikanan yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun 2013 adalah kolam seluas 158,3 ha.Luas berkurang dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 seluas 198,3 Ha, produksi perikanan Kota Payakumbuh tahun 2009 s.d. 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.103.
Tabel 2.103
Luas dan Produksi Perikanan Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh
No Jenis usaha Satuan Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1 Pembudidayaan ikan rakyat
Luas Ha 192,570 193,970 192,570 198,3 158,3 Produksi ton 356,54 381,54 385,47 385,72 436,6 2 Perairan umum
Luas Ha 38,95 38,95 38,95 38,95 38,45
Produksi ton 18,80 15,00 9,94 4,2 4,3
Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kota PayakumbuhTahun 2014
Sumbangan sektor perikanan terhadap pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku Kota Payakumbuh pada tahun 2009 sampai pada tahun 2013 jumlahnya kecil dan relatif tetap yaitu 0,77 % pada tahun 2008, 0,75 % pada tahun 2009, 0,74 % pada tahun 2010, 0,73 % pada tahun 2011 dan naik sedikit menjadi 0,80 % pada tahun 2012. Namun demikian, perkembangan produksi budidaya dari tahun ke tahunnya memperlihatkan tren peningkatan. Artinya sektor perikanan berpotensi dikembangkan. Kolam ikan yang semula diadakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, perlu dipikirkan untuk komersialisasi. 5) Urusan Perdagangan
Sektor perdagangan di Kota Payakumbuh terus mengalami peningkatan yang disebabkan dengan adanya peningkatan infrastruktur, kejelian pemasaran dari masyarakat dalam membaca peluang, dan lembaga keuangan penyandang dana pinjaman yang ada serta pembinaan pemerintah dalam memotivasi usaha masyarakat.
Infrastruktur pendukung perdagangan seperti pasar tersedia berdasarkan jenis transaksi dengan kategori pasar tradisional yaitu pasar Ibuh Barat dan Ibuh Timur, dan berdasarkan jenis keleluasaan distribusi dengan kategori pasar lokal yaitu pusat pertokoan Blok Barat dan Blok Timur. Disamping itu juga tersedia pasar swalayan atau mall sebanyak 1 unit dan toko swalayan sebanyak 15 unit yang tersebar di sekitar pusat keramaian di Kota Payakumbuh. Perkembangan sarana perdagangan di Kota Payakumbuh dari tahun 2009 s.d. 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.104.
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 67 Tabel 2.104
Perkembangan Sarana Perdagangan Tahun 2009 s.d. 2013 di Kota Payakumbuh
No Uraian
Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1 Pasar Tradisional (Ibuh) 1 1 1 2 2
2 Pasar Lokal (Pusat Pertokoan) 1 1 1 1 1
3 Mall 1 1 1 1 1 4 Pasar Swalayan - 15 15 15 16 5 Toko 1.213 1.463 1.463 1.256 1.256 6 Kios 348 412 404 384 384 7 Los 160 133 125 276 276 8 K.5 1.042 2.184 2.184 2.301 2.301
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindag Kota Payakumbuh, 2014
Dalam rangka mewujudkan Program Pasar Sehat telah dijalin beberapa bentuk kerjasama dengan berbagai pihak baik internal maupun eksternal. Beberapa nota kesepakatan kerjasama yang disepakati antara lain adalah dengan Yayasan Danamon Peduli dalam bentuk bantuan program dan sarana pendukung untuk terwujudnya lingkungan pasar yang sehat dan kerjasama dengan Asosiasi Pedagang Kaki Lima Kota Payakumbuh untuk menata dan merealisasikan Pasar Kuliner Malam yang sehat dan representatif
Perkembangan kegiatan perdagangan juga dapat dilihat dari perkembangan pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) seperti pada Tabel 2.105.
Tabel 2.105
Perkembangan Jumlah Penerbitan SIUP Tahun 2009 s.d. 2013 (bh) di Kota Payakumbuh Tahun Perusahaan Kecil
(PK) Perusahaan Menengah (PM) Perusahaan Besar (PB) Jumlah 2009 184 25 8 216 2010 0 15 0 15 2011 287 34 0 321 2012 302 59 1 362 2013 218 29 4 251 Jumlah 1.208 162 13 1.416
Sumber : Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Payakumbuh, 2014 Perkembangan pemberian izin usaha perdagangan di Kota Payakumbuh cukup menggembirakan seperti terlihat pada Tabel 2.104, bahwa SIUP yang telah diterbitkan sejak tahun 2009-2013 telah mencapai 1.416 buah. Hal ini menunjukkan dari tahun ke tahunnya muncul perusahaan baru.
Sektor perdagangan di Kota Payakumbuh selama 5 (lima) tahun terakhir terus mengalami peningkatan yang disebabkan dengan adanya peningkatan infrastruktur, kejelian pemasaran dari masyarakat dalam membaca peluang, dan lembaga keuangan penyandang dana pinjaman yang ada serta pembinaan pemerintah dalam memotivasi usaha masyarakat. Peningkatan infrastruktur seperti penambahan petak toko dengan perluasan ataupun pembangunan pasar yang baru tiap tahunnya, peningkatan kualitas sarana pendukung seperti saluran pembuangan air, pembuatan pagar, pembuatan atap, dan pengecoran tempat parkir kendaraan juga kelengkapan petugas kebersihan dan keamanan.
Gambaran pembangunan perdagangan di Kota Payakumbuh terlihat dari kontribusi sektor ini terhadap PDRB. Dalam pembentukan PDRB atas dasar harga berlaku, sektor perdagangan berkontribusi atau berperan sebesar 17,80 % pada tahun 2009 dan terus meningkat hingga mencapai 19,69 % pada tahun 2013.
RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 68 6) Urusan perindustrian
Jumlah industri selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami fluaktuasi pertumbuhan akibat dampak krisis ekonomi dunia dan nasional, seperti dampak kenaikan minyak dunia pada tahun 2008 yang diikuti oleh naiknya harga BBM di dalam negeri. Pada tahun 2009 jumlah industri sebanyak 945 unit, naik pada tahun 2010 dan 2011 menjadi 966 unit dan 1616 unit. Tahun 2012 relatif tidak ada perubahan dengan tahun 2011. Kemudian pada tahun 2013 sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional, maka jumlah industri meningkat pada tahun 2013 menjadi 1566 unit.
Berfluktuasinya perkembangan industri di Kota Payakumbuh karena industri yang berkembang masih banyak yang berskala rumah tangga dan berskala mikro, kecil, menengah atau Home Industry yang dikelola baik secara formal maupun informal, sehingga rentan sekali untuk beralih usaha ke sektor lain jika ditimpa krisis. Industri rumah tangga (Home Industry) yang banyak digeluti masyarakat adalah jenis makanan ringan, seperti gelamai, beras rendang, rendang telur, rendang runtiah, kerupuk sanjai, karak kaliang dan jenis kerupuk lainnya. Untuk lebih jelasnya perkembangan industri di Kota Payakumbuh tahun 2009 s.d. 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.106.
Tabel 2.106
Perkembangan Industri Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh
No Uraian Satuan Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1. Unit Usaha Unit 945 966 982 1.244 1.566
2. Formal unit 550 562 569 739 736
3. Non Formal unit 395 404 413 505 830
4. Tenaga Kerja orang 4.592 4.657 4.781 5.410 5.961
5. Nilai Investasi Rp. 50.514.850 51.637.402 86.383.066 86.383.066 28.500.707.150 6. Nilai Produksi Rp. 31.763.342 32.469.194 54.316.996 54.316.996 1.566.000.000 7. Pertumbuhan
Industri % -26,06 2,22 67,29 0 -3
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh , 2014
Dalam rangka memfasilitasi promosi dan sentra pembangunan serta penunjang