• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR GAMBAR

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Formulasi DAU (Dana Alokasi Umum)

2.4.2. Formulasi DAU 2002

Formula DAU 2002, sebagai perbaikan terhadap formula DAU 2001, didasari oleh beberapa hal yaitu (1) formula DAU 2001 hanya berlaku satu tahun (sesuai Keppres No.181 Tahun 2000), (2) formulasi DAU 2001 masih banyak kelemahan, (3) perlu penyempurnaan DAU guna mengurangi celah fiskal antar daerah serta dapat mencerminkan azas keadilan dan pemerataan. Beberapa pedoman dasar bagi penyusunan formula DAU tahun 2002:

1. Tetap mengacu pada kaidah-kaidah dasar dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 2. Menggunakan pendekatan fiscal gap, yaitu DAU lebih diarahkan untuk membantu daerah yang kurang mampu secara keuangan.

3. Formulanya harus sederhana, sehingga mudah dipahami, sehingga daerah dapat menghitung sendiri DAU yang akan diterimanya.

4. Formulanya dapat dipertanggung jawabkan secara akademis

5. Memenuhi fungsi DAU sebagai penyeimbang keuangan antar daerah (equlization transfer).

Berdasarkan kriteria tersebut maka alur pemikiran dalam penyusunan formula DAU 2002 menjadi (Gambar 2). Beberapa penyempurnaan dilakukan dalam penyusunan DAU 2002 yang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu (1) variabel potensi penerimaan dan (2) variabel kebutuhan pembiayaan daerah.

Variabel-variabel penentu potensi penerimaan adalah PAD, PBB dan BPHTB, PPh Orang Pribadi, dan Bagi Hasil Sumberdaya Alam. Variabel penentu kebutuhan pembiayaan daerah adalah Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Indeks Harga Bangunan dan Penduduk Miskin.

Nilai PAD dihitung sebagai fungsi dari PDRB sektor Jasa dengan formula ekonometrika: PAD = α0 + α1 PDRB Sektor Jasa. Nilai PBB dan BPHTB lebih dari 90% masuk ke kas daerah, walau jenis pajak ini termasuk pajak pemerintah pusat. Sebesar 20% dari PPh diserahkan kepada daerah. Nilai Bagi Hasil

Amanat UU No.25/1999 Potensi Penerimaaan: *Potensi Industri *Potensi SDA *Potensi SDM *PDRB Kebutuhan Fiskal: *Jumlah Penduduk *Luas Wilayah *Keadaan Geografi Penduduk Miskin Variabel Potensi: *PDRB Ind & jasa *Bagi Hasil SDA,PBB, BPHTB *PPh Orang Pribadi Varibel Kebutuhan: *Jumlah Penduduk * Luas Wilayah *Kepadatan Penduduk

*Indeks Harga Bang * Proverty Gap

Formula DAU 2002

Sumberdaya Alam (BHSDA) merupakan komponen dari Dana Perimbangan. Oleh karena itu BHSDA menentukan besarnya penerimaan daerah.

Indeks Beban Penduduk, yang merupakan indikator perbedaan kebutuhan antar daerah berdasarkan jumlah penduduk dihitung dengan ;

Populasi Daerah i

Indeks Penduduk i = --- Rata-rata populasi Daerah secara Nasional

Indeks Luas Daerah menunjukkan perbedaan kebutuhan pembiayaan daerah atas dasar luas wilayahnya, dihitung berdasarkan rumus;

Luas Daerah i

Indeks Luas Daerah i = ---

Rata-rata Luas Daerah secara nasional

Indeks Harga Bangunan merupakan indikator tingkat kesulitan daerah. Makin sulit kondisi daerah makin besar biaya yang diperlukan untuk konstruksi. Untuk menghitung perbedaan suatu daerah dengan yang lain didasarkan atas rumus berikut;

Indeks Konstruksi Daerah i

Indeks Harga Bangunan i = ---

Rerata Indeks Konstruksi Daerah

Poverty Gap adalah indikator perbedaan tingkat kemiskinan antar daerah. Indikator ini mengukur jumlah dana yang diperlukan untuk mengangkat seluruh orang miskin keluar dari garis kemiskinan melalui transfer dana . Poverty gap

yang diukur dalam persentase, adalah jarak rata-rata pendapatan penduduk dari garis kemiskinan, didefinisikan sebagai berikut;

PG =

= ⎢⎣⎡ − ⎥⎦ q i z yi z n 1 1 dimana; Yi : pendapatan individu ke i Z : Poverty line/garis kemiskinan N : jumlah penduduk suatu daerah

Pengeluaran rata daerah adalah indikator untuk mengukur biaya rata-rata pengadaan pelayanan publik di daerah, yaitu jumlah biaya rutin gaji dan non gaji ditambah belanja pembangunan daerah. Pengeluaran rata-rata daerah diukur dengan rumus;

(Belanja Rutin + Belanja Pembangunan} Seluruh Indonesia Pengeluaran Daerah Rata-Rata = ---

Jumlah Daerah

Variabel-variabel terpilih untuk menentukan kebutuhan daerah dikelompokkan menjadi variabel kependudukan dan variabel kewilayahan, yang masing-masing kelompok dibobot 50%. Variabel kependudukan terdiri atas Indeks Jumlah Penduduk (IP) dan Indeks Kemiskinan Relatif (IKR), sedangkan variabel kewilayahan terdiri dari Indeks Luas Wilayah (IW) dan Indeks Harga Bangunan (IHB). Bobot yang relevan bagi setiap indeks adalah ;

1. Indeks Jumlah Penduduk (IP) 0.1 2. Indeks Kemiskinan Relatif (IKR) 0.1 3. Indeks Luas Wilayah (IW) 0.1 4. Indeks Harga Bangunan (IHB) 0.4

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekurangan kemampuan

mismatch), alokasi DAU 2002 disamping menggunakan formula atas dasar konsep fiscal gap, juga memperhitungkan faktor penyeimbang, yang terutama didasarkan atas besarnya kebutuhan belanja pegawai di daerah. Artinya semua daerah dapat DAU, walaupun sesungguhnya jika berdasarkan konsep fiscal gap daerah tersebut mendapat dapat nilai DAU Nol. Selengkapnya, Alokasi DAU ke daerah tertentu dihitung sebagai berikut;

DAU i = Fp i + (BD i x DAU n)

Celah fiskal i BD i = --- Total Celah Fiskal

dimana;

DAU i : DAU yang akan dialokasikan ke provinsi atau ke kab/kota DAUn : DAU yang akan dialokasikan ke seluruh provinsi atau

kabupaten/kota setelah disesuaikan dengan faktor penyeimbang. FP : Faktor Penyeimbang

BDi : Bobot Daerah provinsi atau kabupaten/kota

Bobot DAU dibentuk dari perhitungan celah fiskal yang didasarkan atas selisih antara kebutuhan pembiayaan daerah dan potensi penerimaan daerah dengan pendekatan sebagai berikut;

Celah Fiskal i = (Kebutuhan Fiskal i – Kapasitas Fiskal i) dimana;

Kebutuhan Fiskal i = TPR x [ 0.4 IPi + 0.1 IWi + 0.1 IKRi + 0.4 IHB i] Kapasitas Fiskal i = PADi + PBB i + BPHTBi + PPhi +0.75 SDAi PADi = a0 + a1 PDRB jasa

TPR : Total Pengeluaran rata-rata IP : Indeks Kepadatan Penduduk IW : Indeks Luas Wilayah

IKR : Indeks Kemiskinan Relatif IHB : Indeks Harga Bangunan

PAD ; Pendapatan Asli Daerah PBB : Pajak Bumi dan Bangunan

BPHTB: Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan PPh : Pajak Penghasilan Perorangan

PDRB : Produk Domestik Regional Bruto SDA : Sumber Daya Alam

Faktor penyeimbang DAU 2002, berupa alokasi minimum yang terdiri dari (1) Lump-sum, yang berasal dari sejumlah proporsi DAU yang akan dibagikan secara merata kepada seluruh daerah ( se provinsi atau se kabupaten/kota), (2) Transfer dari sejumlah proporsi DAU yang dialokasikan secara proporsional dari kebutuhan gaji masing-masing daerah dengan kebutuhan gaji daerah secara nasional. Dengan demikian maka rumus DAU 2002 menjadi;

DAU = AM + ( BD i x DAU n ) AM = {LS + (α * Gaji)}

sehingga DAU I = {LS + (α * Gaji)} + ( BD i x DAU n ) dimana;

AM : Alokasi Minimum

α * Gaji : Alokasi berdasarkan proporsi kebutuhan belanja pegawai (gaji) Dengan formula tersebut diatas, kombinasi Alokasi Minimum dan formula Celah Fiskal sebagai berikut;

1. Untuk provinsi, dengan proporsi 50% alokasi minimum; dimana 20%

berdasarkan lumpsum, dan 30% berdasarkan kebutuhan gaji dan 50% celah fiskal.

2. Untuk Kabupaten/Kota, dengan proporsi 60% alokasi minimum ; dimann 10% berdasarkan Lumpsum dan 50% berdasarkan kebutuhan gaji serta 40% bedasarkan celah fiskal.

Formula DAU 2002 ini tetap masih dipergunakan untuk perhitungan DAU pada tahun 2003 dan 2004.

Dokumen terkait