• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. EVALUASI KINERJA FISKAL DAERAH SUMATERA UTARA Struktur penerimaan tiap-tiap daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota

VI. HASIL ESTIMASI MODEL DESENTRALISASI FISKAL SUMATERA UTARA

6.1. Keragaan Umum Model Desentralisasi Fiskal Sumatera Utara

6.2.5. Pengeluaran Rutin Pemerintah Daerah

Hasil Estimasi Perilaku Pengeluaran Rutin Daerah sesuai dengan yang diharapkan, walau ada perubahan pada spesifikasi persamaan dugaannya. Peubah Penerimaan Total Pemerintah (TGREV) yang dianggab berpengaruh nyata terhadap Pengeluaran Rutin, ternyata dalam proses spesifikasi peubah TGREV didekomposisi menjadi DAU dan PAD sedemikian rupa sehingga kriteria ekonomi, statistik dan ekonometrika lebih berarti. Spesifikasi persamaan yang dianggab terbaik adalah sebagaimana pada Tabel 42.

Tabel 42. Hasil Estimasi Perilaku Pengeluaran Rutin Pemda (RUEXP)

No. Variable Parameter Estimate Parameter=0 T for H0: Prob > |T|

Elatisitas Jk.Pendek Jk. Pnjang 1 I NTERCEP - 8 2 5 2 . 5 6 7 1 5 0 - 8 . 1 0 5 0 . 0 0 0 1 - - 2 DAU 0 . 7 8 2 8 0 6 2 6 . 9 8 3 0 . 0 0 0 1 0 . 8 9 0 4 6 0 . 9 6 2 1 0 3 PAD 1 . 4 3 6 5 7 8 1 8 . 1 6 4 0 . 0 0 0 1 0 . 2 0 6 1 9 0 . 2 2 2 8 0 4 DDF 1 1 1 8 4 3 . 3 5 0 0 . 0 0 1 0 - - 5 L RUEXP 0 . 0 7 4 5 2 0 1 . 9 7 4 0 . 0 4 9 7 - - F- Hitung: 2515.800 R2 : 0.9790 D-W: 0.930

Pengeluaran Rutin Pemerintah Daerah dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh Dana Alokasi Umum (DAU). Hasil serupa ditemukan oleh Sumedi (2005) di Jawa Barat, Saefudin (2005) di Riau, Sinaga dan Siregar (2005) di Sulawesi Selatan. Sedangkan Nanga (2006), Usman (2006) di level nasional dan Pakasi (2005) di daerah Sulawesi Utara menemukan bahwa Total Penerimaan pemerintah (DAU ternasuk didalamnya) berpengaruh nyata dan signifikan terhadap Pengeluaran Rutin. Dalam jangka pendek, setiap kenaikan DAU satu persen di Sumatera Utara akan meningkatkan Pengeluaran Rutin sebesar 0.89%, sedangkan dalam jangka panjang meningkatkan Pengeluaran Rutin sebesar 0.96%. Temuan ini menunjukkan bahwa memang alokasi DAU yang berasal dari pemerintah pusat adalah merupakan sumber penting Pengeluaran Rutin pemerintah daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap oleh Pengeluaran Rutin. Hasil serupa ditemukan oleh Sumedi (2005) di Jawa Barat, Saefudin (2005) di Riau, Sinaga dan Siregar (2005) di Sulawesi Selatan. Dalam jangka pendek, setiap peningkatan satu persen PAD di Sumatera Utara akan meningkatkan Pengeluaran Rutin sebesar 0.20%, sedangkan dalam jangka panjang meningkatkan Pengeluaran Rutin sebesar 0.22%.

Pengeluaran Rutin Tahun Lalu (LRUEXP) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Pengeluaran Rutin. Temuan ini tidak terlalu mengherankan, karena memang selalu ada keinginan politis setiap pemerintah daerah untuk selalu meningkatkan Pengeluaran Rutinnya, atau setidak-tidaknya tidak kurang dari Pengeluaran Rutin tahun sebelumnya. Temuan serupa ada di Jawa Barat (Sumedi 2005).

Ditemukan juga adanya peningkatan Pengeluaran Rutin yang cukup signifikan sesudah desentralisasi fiskal di pemerintah provinsi maupun di kabupaten dan kota (Tabel 43). Hasil serupa ditemukan Usman (2006) di level nasional, Sinaga dan Siregar (2005) di Sulawesi Selatan, Pakasi (2005) di Sulawesi Selatan, dan Saefudin (2005) di Riau. Perilaku Pengeluaran Rutin di tingkat nasional dan daerah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13 Tabel 5.

Rata-rata Pengeluaran Rutin pemerintah daerah provinsi adalah sebesar Rp.339 005 940 ribu per tahun sebelum desentralisasi fiskal meningkat menjadi Rp.451 258 200 ribu per tahun sesudah desentralisasi fiskal, atau meningkat sebesar 93% setelah desentralisasi fiskal. Sedangkan rata-rata Pengeluaran Rutin kabupaten dan kota adalah sebesar Rp. 451 258 200 ribu per tahun sebelum desentralisasi fiskal, meningkatkan menjadi rata-rata sebesar Rp. 3 439 571 782 ribu per tahun sesudah desentralisasi fiskal. Dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar 662% sesudah desentralisasi fiskal dibandingkan dengan sebelum desentralisasi fiskal .

Tabel 43 . Rata-rata Pengeluaran Rutin Provinsi dan Kabupaten/Kota Se SUMUT sebelum dan sesudah Desentralisasi Fiskal Tahun 1990/91- 2003

(Ribu Rp) Uraian

Rata-rata

Provinsi Kab/Kota Sebelum Desentralisasi Fiskal

(1990/1991 -2000) 339005940 451258200

Sesudah Desentralisasi Fiskal

(2001-2003) 653712407 3439571782

Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumut (2004)

6.2.6. Pengeluaran Pembangunan Pemerintah

Pengeluaran Pembangunan (DEVEXP) bersama-sama dipengaruhi secara positif oleh Pembangunan Infrastruktur (INFRAS), Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Luas Wilayah (LUAS) (Tabel 44).

Dana Alokasi Umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengeluaran Pembangunan. Hasil serupa ditemukan Nanga (2006) pada level nasional. Dalam jangka pendek, setiap peningkatan DAU 1.00% di Sumatera Utara akan meningkatkan Pengeluaran Pembangunan 0.25%. Sedangkan dalam jangka panjang meningkatkan Pengeluaran Pembangunan sebesar 0.72%.

Tabel 44. Hasil Estimasi Perilaku Pengeluaran Pembangunan (DEVEXP)

No. Variable Parameter Estimate Parameter=0 T for H0: Prob > |T|

Elatisitas Jk.Pendek Jk. Pnjang 1 I NTERCEP 4 8 1 . 0 6 3 4 7 9 0 . 3 6 2 0 . 7 1 7 7 - - 2 I NFRAS 1 . 3 5 3 7 6 1 0 . 5 5 7 0 . 5 7 8 4 0 . 0 6 2 1 9 0 . 1 7 5 6 8 3 DAU 0 . 1 2 1 2 8 1 5 . 3 2 2 0 . 0 0 0 1 0 . 2 5 7 6 0 0 . 7 2 7 3 3 4 PAD 0 . 1 1 9 3 0 1 1 . 8 7 1 0 . 0 6 2 7 0 . 0 3 1 9 7 0 . 0 9 0 4 0 5 L UAS 0 . 3 9 0 3 7 4 0 . 9 6 9 0 . 3 3 3 8 0 . 0 5 5 5 2 0 . 1 5 6 8 3 6 DDF 1 5 5 9 3 5 . 0 2 7 0 . 0 0 0 1 - - 7 L DEVEXP 0 . 6 4 6 0 1 6 9 . 9 3 3 0 . 0 0 0 1 - - F- Hitung: 335.858 R2 : 0.9040 D-W: 2.159

Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengeluaran Pembangunan. Hasil yang berbeda ditemukan oleh Nanga (2006) dan Usman (2006) dimana PAD berpengaruh negatif terhadap Pengeluaran Pembangunan. Dalam jangka pendek, bila terjadi peningkatkan PAD sebesar satu persen di Sumatera Utara , akan terjadi peningkatan 0.03 persen pada Pengeluaran Pembangunan, sedangkan dalam jangka panjang akan meningkatkan Pengeluaran Pembangunan sebesar 0.09 persen.

Pengeluaran Pembangunan Tahun Lalu berpengaruh dan signifikan terhadap Pengeluaran Pembangunan tahun berjalan. Fenomena ini nampaknya serupa dengan temuan serupa pada Pengeluaran Rutin, dimana ada usaha untuk mempertahankan Pengeluaran Pembangunan tahun berjalan setidaknya sama atau lebih besar dari Pengeluaran Pembangunan Tahun lalu. Hasil serupa ditemukan di Sulawesi Selatan dan Riau masing-masing oleh Sinaga dan Siregar (2005) dan Saefudin (2005).

Pembangunan Infrastruktur dan Luas Wilayah berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Pengeluaran Pembangunan. Temuan ini dapat dimengerti, karena kemampuan pengeluaran pembangunan lebih dipengaruhi oleh penerimaan daerah daripada oleh Luas Wilayah maupun tingkat Pembangunan Infrastruktur yang ada di daerah tersebut. Hasil serupa ditemukan oleh Nanga (2006) pada level nasional dan Sinaga dan Siregar (2005) di Sulawesi Selatan.

Elastisitas (jangka pendek maupun jangka panjang) DAU terhadap Pengeluaran Pembangunan relatif kecil dibandingkan dengan DAU terhadap Pengeluaran Rutin. Temuan seperti ini memberi arti bahwa, dalam jangka panjang

peranan sektor pemerintah akan semakin kecil sebagai motor pertumbuhan ekonomi dan penciptaan tenaga kerja. Dengan kata lain, motor pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang adalah swasta, karena ”energi” pemerintah relatif lebih banyak ke bidang pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

Ditemukan adanya peningkatan dan berbeda secara signifikan antara Pengeluaran Pembangunan sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal di pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten dan kota. Hasil serupa ditemukan oleh Sinaga dan Siregar di Sulawesi Selatan, Pakasi (2005) di Sulawesi Utara, Sumedi (2005) di Jawa Barat, dan Saefudin di Riau. Rata-rata Pengeluaran Pembangunan pemerintah provinsi Sumatera Utara sebelum desentralisasi fiskal adalah sebesar Rp. 136 669 324 ribu per tahun, meningkat menjadi rata-rata sebesar Rp.320 545 486 ribu atau meningkat sebesar 134%. Sedangkan rata-rata Pengeluaran Pembangunan pemerintah provinsi sebelum desentralisasi fiskal adalah sebesar Rp. 136 669 324 ribu per tahun, meningkat menjadi rata-rata sebesar Rp.320 545 486 ribu atau meningkat sebesar 134% (Tabel 45).

Tabel 45. Rata-rata Pengeluaran Pembangunan Provinsi dan Kabupaten/Kota Se SUMUT sebelum dan sesudah Desentralisasi Fiskal Tahun 1990/1991-2003

(Ribu Rp)

Uraian Rata-rata

Provinsi Kab/Kota Sebelum Desentralisasi Fiskal

(1990/1991-2000) 136669324 312916041

Sesudah Desentralisasi Fiskal

(2001-2003) 320545486 1527789206

Sedangkan rata-rata Pengeluaran Pembangunan pemerintah kabupaten dan kota sebelum desentralisasi fiskal adalah sebesar Rp. 312 916 041 ribu per tahun, meningkat menjadi rata-rata sebesar Rp. 1 527 789 206 ribu atau meningkat sebesar 388 % Perilaku Pengeluaran Pembangunan pada tingkat nasional dan daerah-daerah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13 Tabel 6.

Dokumen terkait